Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan Ke-13

PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM STUDI ISLAM


DAN MASYARAKAT MUSLIM

A. Pendahuluan

Secara sederhana sosiologi dipahami sebagai suatu disiplin ilmu tentang


keadaan masyarakat lengkap dengan struktur,lapisan,sserta berbagai gejala sosial
yang saling berhubungan.Islam memang tidak akan dapat dipahami beberapa
gejala dalam masyarakat kaum muslimin, selain juga bisa didekati dengan
beberapa pendekatan lain, tentu menyediakan ruang untuk dikaji dengan
pendekatan sosiologis. Karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dapat
dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan
sosiologi, di sinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu instrumen dalam
memahami ajaran agama.

Dengan menyebarnya kaum muslimin di berbagai wilayah, dengan


terbentuknya kaum muslimin sebagai masyarakat sosial, maka secara otomatis
kajian-kajian ke-Islaman, khususnya tentang masyarakat kaum muslimin layak
untuk didekati dengan pendekatan sosiologis. Karena sosiologi itu sendiri
merupakan ilmu yang berkenaan dengan masyarakat sosial, hubungan yang terjadi
di dalamnya dan pengaruhnya kepada struktur masyarakat tersebut.

Dalam makalah ini akan dikaji hal-hal berikut diantaranya Metode utama
dan Pendekatan Sosiologi dalam Islam, Agama dan Islam sebagai Fenomena
Sosial/Unit Analisis, Bagaimana asal-usul dan perkembangan Studi Sosiologis
dalam Tradisi Keilmuan Islam, Siapa saja Tokoh-tokoh Utama dan Karya-Karya
mereka dalam Studi Sosiologi Islam/Umat Muslim, Signifikansi dan Kontribusi
Pendekatan Sosiologis terhadap Studi Islam dan Umat Muslim, Pentingnya
Mempelajari Ilmu Sosiologi dalam Pendekatan Sosiologi.

B. Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam


1. PengertianSosiologi dan Studi islam
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin dari kata “socius”
yang berarti temandan “logos” yang berarti berkata atauberbicara. Jadi sosiologi
artinya berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Adapun
objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara
manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan daya atau kemampuan manusia
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Studi islam atau di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara
sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam. Di kalangan umat Islam, Studi keislaman
bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam
agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar.
Sedangkan di luar kalangan umat Islam, Studi keislaman bertujuan untuk
mempelajari seluk beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku
dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu-ilmu pengetahuan
(Islamologi). (Nasution,2010:5)
Islam sebagai agama: Secara etimologi istilah Agama banyak
dikemukakan dalam berbagai bahasa, anatara lain Religion (Inggris), Religie
(Belanda), Religio (Yunani), Ad-Dien, Syari’at, Hisab (Arab-Islam) atau
Dharma (Hindu).
Secara sosiologis, agama yang mengandung kepercayaan dengan
berbagai praktek pengalaman ibadahnya dalam kehidupan masyarakat, adalah
merupakan masalah sosial. Karena agama adalah bagian dari masyarakat, tidak
ada agama tanpa masyarakat, begitu pula sebaliknya secara antropologis tidak
ada masyarakat yang tidak beragama. (Abdullah,2012:12)
Dalam materi ini sosiologi dalam islam adalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam,
mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain
sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut
dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. oleh karena itu,
sosiologi sebenarnya berbicara menegnai kita dan masyarakat dimana kita hidup
dan berinteraksi.
Yang dimaksud dengan pendekatan sosiologis ialah peneliti menggunakan
logika-logika dan teori sosiologi baik teori klasik maupun modern untuk
menggambarkan fenomena sosial keagamaan serta pengaruh suatu fenomena
terhadap fenomena lain.Dalam sosiologi terdapat berbagai logika teoritis
(pendekatan) yang dikembangkan untuk memahami berbagai fenomena sosial
keagamaan. Diantara pendekatan itu yang sering dipergunakan ialah : (a).
Fungsionalisme, (b). Interaksionalisme, (c). Konflik.
Dalam pendekatan sosiologi,minimal ada tiga teori yang digunakan yakni:

a. Teori Fungsionalisme
Yakni teori yang mengasumsikan masyarakat Sebagai organisme ekologi
mengalami pertumbuhan. Semakin besar pertumbuhan terjadi semakin
kompleks pula masalah-masalah yang akan dihadapi. Adapun langkah-
langkah yang diperlukan dalam menggunakan teori fungsional antara lain:(a)
Membuat identifikasi tingkah laku sosial yang problematic, (b)
mengidentifikasi konteks terjadinya tingkah laku yang menjadi obyek
penelitian. (c) Mengidentifikasi konsekuensi dari satu tingkah laku sosial.
b. Teori Interaksionisme
Yakni teori yang mengasumsikan dalam masyarakat pasti ada hubungan
anatara masyarakat dengan individu,antara individu dengan individu lain.
Teori Interaksionis sering diidentifikasi sebagai deskripsi yang interpretatif
yaitu suatu pendekatan yang menawarkan analisis yang menarik perhatian
besar pada pembekuan sebab senyatanya ada.
c. Teori konflik
Yakni teori yang kepercayaan bahwa setiap masyarakat mempunyai
kepentingan (interst) dan kekuasaan (power) yang merupakan pusat dari
segala hubungan sosial. Teori-teori yang berhubungan dengan pendekatan
sosiologi adalah teori-teori perubahan sosial yakni teori evolusi, teori
fungsionalis structural,teori modernisasi,teori sumber daya manusia,teori
ketergantungan,dan teori pembebasan.(Muhaimin dkk, 2012:3)
Melalui pendekatan sosiologis ini agama akan dapat dipahami dengan
mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam
Al-qur’an misalnya kita menemukan ayat-ayat yang berhubungan dengan
hubungan manusia dengan manusia lainnya,sebab-sebab yang menyebabkan
terjadinya kemakmuran dan kesengsaraan suatu bangsa.
Dari teori-teori tersebut maka sangatlah penting untuk kita mengetahui
dan mempelajari pentingya sosiologi yaitu dengan mengetahui metode dalam
pembelajarannya. Dengan mengetahuimetodenya kita akan dapat mengkaji
lebih dalam mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan tentang sosiologi
agama. Sosologi sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, banyak
sekali hal- hal yang kita dapat dalam sosiologi ini karena sosiologi sendiri
yakni pembelajaran yang berhubungan dengan manusia.

Sosiologi menurut Kahmad umumnya digunakan tujuh bentuk atau


metode penelitian yakni, Deskriptif, Komparatif, Eksperimental, Historis
Komparatif, Fungsionalisme, Study Kasus, dan Survey . Maka dari itu,
keidentikan model penelitian dengan metode penelitian hampir sama
maknanya akan tetapi sesungguhnya berbeda karena penentuan suatu metode
dipengaruhi oleh desain dan penelitian yang ada. (Kahmad, 2000:23)

a. Metode deskriptif

Metode deskriptif yakni suatu metode penelitian tentang dunia empiris


yang terjadi pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan, secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat, dan hubungan antar fenomena yang diselidiki.

b. Metode komparatif
Metode komparatif adalah sejenis metode deskriptif yang ingi mencapai
jawaban mendasar tentang sebab akibat, analisis faktor-faktor atau penyebab
terjadinya atau munculnya suatu fenomena. Jangkauan waktunya adalah masa
sekarang. Jika jangkauan waktu terjadi pada masa lampau, maka penelitian
tersebut termasuk dalam metode sejarah. Metode komparatif ini juga
mementingkan perbandingan antara macam-macam masyarakat beserta
bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan
serta sebab-sebabnya .
c. Metode eksperimental
Metode eksperimental adalah suatu metode pengujian terhadap suatu
teori yang telah mapan dengan suatu perlakuan baru. Pengujian suatu teori
dari ilmuan yang telah dibuktikan oleh berapa kali pengujian bisa memperkuat
atau memperlemah teori tersebut. Tetapi ternyata dapat dibuktikan oleh
eksperimen baru, maka teori tersebut akan lebih menguat dan mungkin akan
mencapai taraf hukum teori.
d. Metode Historis Komparatif
Dalam metode ini ia menekankan analisa pada peristiwa masa silam
untuk merumuskan sebuah perinsip yang kemudian digabungkan dengan
metode komparatif, yang dimana ia juga menitikberatkan pada perbandingan
antara beberapa masyarakat dan bidangnya agar memperoleh pola persamaan
dan sebab-sebabnya.
Dengan demikian kita dapat mencari petunjuk tentang prilaku kehidupan
masyarakat masa silam dan sekarang.Metode Komparatif ini juga
mementingkan perbandingan antara macam-macam masyarakat beserta
bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan – perbedaan dan persamaan
serta sebab-sebabnya.
e. Metode Fungsionalisme
Dalam metode ini bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat yang ada dan metode ini
pula memeiliki pokok unsur unsuryang membentuk msyarakat memiliki
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi selain itu juga mereka
memiiki fungsi tersendiri terhadap masyarakat.
f. Metode Study Kasus

Metode studi kasus ini merupakan suatu penyelidikan mendalam dari


Sindividu, kelompok atau institusi untuk menentukan variabel dan
hubungannya diantar variabel yang mempengaruhi status atau perilaku yang
menjadi pokok kajian. Maka dari itu peneliti mampu mengungkap keunikan-
keunikan objek penelitian dan menelaah hubungan antara variabel yang
mempengaruhi status atau prilaku yang dikaji.

g. Metode survey
Merupakan metode yang berusaha untuk memperoleh data dari
anggota populasi yang relatif besar untuk menentukan keadaan, Karakteristik.
Pendapatan populasi sekarang yang berkenaan dengan satu variabel atau lebih.
(Kahmad, 2000:23)
Dari metode-metode tersebut pengertiannya hampir sama dengan kita
mengetahui metode-metode tersebut kita dapat mengetahui dan memilih
metode mana yang akan digunakan dan sesuai dengan keadaan.

C. Agama dan Islam sebagai Fenomena Sosial/ Unit Analisis

Agama seringkali disebut sebagai manifestasi budaya. Karena


didalamnya mengandung pengamalan ajaran yang diwujudkan dari hasil kreasi
manusia. Ketika berhubungan dan berkomunikasi dengan zat Tuhan Yang Maha
Suci.

Agama adalah hak asasi manusia yang terlahir dari kodrat dan karunia
Allah Yang Maha Kuasa melalui potensi dan hati nurani manusia. Kedua potensi
yang besar itulah yang telah mendorong manusia untuk menemukan zat Tuhan.
Dengan demikian, agama sesungguhnya terdapat dalam semua lapisan
masyarakat serta seluruh tingkat kebudayaan sejak awal sejarah manusia.Pada
akhirnya, kenyataan ini memberikan motivasi lahirnya aspirasi manusia untuk
mempelajari lebih jauh perihal agama, baik sebagai ajaran yang diwahyukan
maupun sebagai ajaran yang tumbuh dan berkembang dalam wujud perilaku
masyarakat.

Sistem keyakinan pada diri manusia merupakan perasaan rahasia yang


sangat dalam dan tidak bisa dicampuri manusia lain. Timbulnya keyakinan
dalam diri seseorang terhadap zat yang belum bisa melihatnya, merupakan hak
asasi bagi seseorang. Keyakinan atau percaya dengan yakin dalam kehidupan
beragama adalah penerimaan suatu ide (gagasan) dengan sikap lebih mendalam
serta tidakmembutuhkan formulasi pemikiran. (Yunus dkk, 1996:54)

Ajaran yang memberi sumbangan pengetahuan tentang aturan dan nilai-


nilai kehidupan yang dapat dijadikan ukuran, untuk menentukan baik dan buruk,
dilarang atau dibolehkan dalam kehidupan manusia dan masyarakat sebagai
suatu sistem budaya. Agama memberikan pengawasan (kontrol) terhadap
sistem-sistem lain yang bersifat kondusif. Agama sebagai sistem budaya yang
berfungsi memberikan pengawasan (kontrolling) tidak bisa terlepas dari sistem
sosial, sistem kepribadian, dan sistem perilaku.

Secara realigi umat beragama yang taat dan patuh melaksanakan ibadah
sesuai norma yang telah ditentukan, hakekatnya terdorong secara ideal untuk
berharap memperoleh nilai-nilai spiritual seperti pahala, berkah, rahmat dan
kesejahteraan serta keselamatan hidup dunia dan akherat.Memahami agama
sebagai sistem ideologi mengandung makna bahwa harus merupakan pedoman
di seluruh lapisan masyarakat baik material maupun spiritual. Dengan demikian,
jika kita memandang islam sebagai sistem ideologi misalnya, menurut
konsekuasi logis, masyarakat harus memiliki akidah islamiyah. Begitu juga
semboyan hidupnya, paham dan pikirannya harus islami. Demikian halnya
dengan perasaan, akhlak, pendidikan, tradisi, tata susila, Undang-Undang dan
peraturan-peraturan lainnya. Seluruhnya harus islami berdasarkan sistem
ideologi islam. (Yunus et al, 1996:54)

Agama sebagai fenomena sosial berarti mempelajari kehidupan manusia


dalam beragamaannya, oleh karena itu manusia tidak dapat lepas dari Allah
karena agama berhubungan erat dengan Allah karena agama merupakan sumber
moral dan petunjuk kebenaran.

D. Asal- Usul dan Perkembangan Studi Sosiologis dalam Tradisi Keilmuan


Islam

Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia sangatlah


penting peranannya dalam mempelajari perkembangan kebudayaan manusia dari
zaman ke zaman. Pendekatan ilmu Studi Islam pada zaman dahulu berbeda
dengan sekarang. Tipe-tipe yang digunakan untuk mempelajari masyarakat pun
berbeda dengan zaman dahulu, tetapi tidak melupakan akar dan dasar-dasar dari
pendekatan Studi Islam itu sendiri. Manusia tidak bisa dipungkiri merupakan
makhluk yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.Keterkaitan dan
ketergantungan antar manusia berhubungan sangat erat. Bisa dikatakan tidak ada
manusia yang dapat hidup sendiri, semua manusia membutuh bantuan orang
lain.

Ibn Khaldun mengajarkan bahwa dalam mengajarkan teori keilmuan


islam dibutuhkan pendekatan ilmu studi sosiologis tanpa melupakan hakikat
dasar manusia sebagai makhluk sosial. Makhluk yang membutuhkan orang lain,
tetapi juga membutuhkan perlakuan yang sebaik-baiknya dari kita. (Mubarok,
2010:42)
Dengan demikian sebagai manusia kita mempunya hati yang
dianugerahkan oleh Allah mempunyai sifat yang senang bila diperlakukan baik,
sebaliknya hati kita tidak akan senang bila diperlakukan tidak sesuai dengan
keinginan hati kita yang sebenarnya.

E. Tokoh-Tokoh Utama dan Karya-Karya Mereka dalam Studi Sosiologi


Islam/ Umat Muslim
Ada beberapa tokoh-tokoh utama dalam Studi Sosiologi Islam yaitu:
1) Abdel Rahman Ibn-Khaldun

Ibn Khaldun dilahirkan di Tunisia Afrika, pada tanggal 27 Mei 1332 M. Beliau
dididik dalam lingkungan keluarga muslim yang berhasil menguasai ilmu Al-Qur’an,
Matematika dan Sejarah. Beliau dipercaya oleh Sultan Tunis menjadi konsul di
Kedutaan Besar Marocco. Setelah mengabdikan diri dalam aktifitas politik
pemerintahan, beliau kembali ke negaranya mengembangkan ilmu.alam konsep
sosiologisnya, Ibn Khaldun berkeyakinan bahwa fenomena sosial mengikuti hukum-
hukum alam yang berlaku pada masyarakat dan tidak bisa dimodifikasi secara
signifikan oleh individu-individu yang terisolasi. Inti sosiologi Ibn Khaldun senada
dengan Durkheim ditemukan dalam konsep “Solidaritas Sosial” yang disebut dengan
teori “Ashabiyah”, yakni konsep kebersamaan dan kekeluargaan sebagai aslinya sifat
masyarakat yang berbeda-beda, tetapi hakikatnya bisa bersatu karena saling
membutuhkan.

Menurut Ibn Khaldun tidak ada individu yang bisa hidup seorang diri tanpa
membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Agama merupakan kekuatan yang
sangat potensial untuk menciptakansolidaritas sosial.

2) Abu Dzar Al-Ghifari


Abu Dzar berasal dari Suku Ghiffar yang tinggal di daerah yang dilalui oleh
kafilah-kafilah dagang. Sebelum masuk Islam dia adalah pemuka kelompok Ghifari.
Dia seorang penganut ideologi yang bersedia untuk mati demi tegaknya kebenaran.
Baginya kebenaran adalah mengatakan sesuatu yang hak dengan terus terang dan
menentang yang batil. Dia adalah tokoh pembela kaum mustad’afin atau kaum yang
tertindas, seorang Muslim yang komited, tegar, revolusioner, yang menyampaikan
pesan persamaan, persaudaraan, keadilan, dan pembebasan.
Dia melakukan demonstrasi-demonstrasi dan tunjuk perasaan menentang
kedzaliman penguasa. Dia menyampaikan kontrol sosial, meminta kepada orang yang
berkuasa untuk berlaku adil terhadap rakyat miskin yang telah kehilangan hak-haknya.
Dia juga mendorong masyarakat untuk merebut hak mereka dan memberantas
kemiskinan yang mendekatkan diri kepada kekufuran.(Syamsuddin, 1997:52)

F. Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Sosilogis terhadap Studi Islam


dan Umat Muslim

Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang penelitian yang


tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan atas manusia,
kebiasaan-kebiasaannya, ritual-ritual dan takhayulnya, pola-pola organisasi dan
disorganisasinya, hukum-hukumnya, politik dan ekonominya, maka peradaban
Muslim berarti telah menghasilkan data historis, etnografis dan filosofis yang
kaya ragam sosiologisnya dan yang sangat canggih segi-segi
metodologisnya.Bagi kaum Muslim abad pertengahan, ada tiga sumber pokok
yang memberikan dorongan dalam tingkat yang berbeda-beda, yaitu:

1. Al-Qur’an sejarah umat manusia dengan suatu analisis sistematis atau suatu
tema.
2. Peradaban muslim yang mewarisi filsafat-filsafat Yunani kuno yang kaya tapi
sekuler dengan metode dedukasi, induksi dan wawasan tentang organisasi
manusia.
3. Dengan meluasnya imperium muslim dari Atlantik sampai Samudera Pasifik.
.(Yunus et al, 1996:61)
Dalam sumber pokok diatas agama kita akan dapat memahami agama
karena banyak sekali agama yang berkaitan dengan masalah sosial.

G. SIMPULAN
1. Pendekatan Sosiologis ialah peneliti menggunakan logika-logika dan teori
sosiologi baik teori klasik maupun modern untuk menggambarkan fenomena
sosial keagamaan serta pengaruh suatu fenomena terhadap fenomena lain.
2. Sosiologi menurut Kahmad umumnya digunakan tujuh bentuk atau metode
penelitian yakni, Deskriptif, Komparatif, Eksperimental, Historis Komparatif,
Fungsionalisme, Study Kasus, dan Survey .
3. Agama adalah hak asasi manusia yang terlahir dari kodrat dan karunia Allah
Yang Maha Kuasa melalui potensi dan hati nurani manusia.Ajaran yang
memberi sumbangan pengetahuan tentang aturan dan nilai-nilai kehidupan
yang dapat dijadikan ukuran, untuk menentukan baik dan buruk, dilarang atau
dibolehkan dalam kehidupan manusia dan masyarakat sebagai suatu sistem
budaya.
4. Ibn Khaldun mengajarkan bahwa dalam mengajarkan teori keilmuan islam
dibutuhkan pendekatan ilmu studi sosiologis tanpa melupakan hakikat dasar
manusia sebagai makhluk sosial. Makhluk yang membutuhkan orang lain,
tetapi juga membutuhkan perlakuan yang sebaik-baiknya dari kita.
5. Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang penelitian yang tujuannya
untuk meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan atas manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ali. 2005. Sosiologi Islam. Bandung: IPB Press

Nasution, Khoiruddin. 2010. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta : Academia

Kahmad. 2000. Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mubarok. 2010.Sosiologi Agama.Malang: UIN- Maliki Pres

Muhaimin dkk. 2012.StudiIslam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group

Syamsuddin. 1997. Agama dan Masyarakat Pendekatan SosiologiAgama. Jakarta: Logos


Wacana Ilmu

Yunus, Ilyas dan Farid Ahmad. 1996.Sosiologi Islam dan Masyarakat


Kontemporer.Bandung:Mizan

Anda mungkin juga menyukai