Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KUALITAS

KEHIDUPAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA


KARYAWAN
(Studi Pada Tenaga Pendidik yang Dipimpin oleh Pemimpin Perempuan di Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya )

Benedicta Djarwati Muljani, Taher Alhabsji, Djamhur Hamid


Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh Kepemimpinan
Transformasional dan Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja
Karyawan. Penelitian ini termasuk penelitian explanatory research. Sampel diambil dengan
menggunakan teknik Proportional Random Sampling (teknik sampel proposional) dan besarnya
ditetapkan berdasarkan rumus Slovin sebesar 110 dari 152 tenaga pendidik Unika Widya Mandala
Surabaya. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan Analisis Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kepemimpinan
Transformasional berpengaruh tidak signifikan terhadap Motivasi Kerja; (2) Kepemimpinan
Transformasional berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja; (3) Kualitas Kehidupan Kerja
berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Kerja; (4) Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh
signifikan terhadap Kepuasan Kerja; dan (5) Motivasi Kerja berpengaruh signifikan terhadap
Kepuasan Kerja.
Kata kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kualitas Kehidupan Kerja, Motivasi Kerja dan
Kepuasan Kerja

Abstract
The objective of this study is to analyze and explain the effect of Transformational Leadership and
Quality of Work Life toward Work Motivation and Job Satisfaction. The research belongs to
explanatory research. The samples are taken by using proportionate random sampling technique
and the size of the samples to determined 110 of 152 lecturers of Widya Mandala Catholic
University Surabaya. The data collecting technique is questionnaire. The data is analyzed by using
Path Analysis. The findings of this study show: (1) Transformational Leadership do not have
significant effect toward Work Motivation; (2) Transformational Leadership has significant effect
toward Job Satisfaction; (3) Quality of Work Life has significant effect toward Work Motivation;
(4) Quality of Work Life has significant effect toward Job Satisfaction; and (5) Work Motivation
has significant effect toward Job Satisfaction.
Key words: Transformational Leadership, Quality of Work Life, Work Motivation and Job
Satisfaction

- 135 -
136 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 6 N o . 2 2

Pendahuluan Melalui pengaruh seperti itu, para bawahan


Meningkatnya peran perempuan sebagai menaruh respek, rasa kagum, mendapatkan
tenaga kerja serta posisi mereka di tingkat pengayoman, dan percaya pada pemimpinnya,
manajerial telah membawa harapan baru bagi sehingga mereka berkeinginan untuk melakukan
para perempuan, dan peningkatan peran ini juga hal yang sama sebagaimana dilakukan
menunjukkan bagaimana partisipasi mereka di pimpinannya. Sementara itu, perubahan secara
sektor publik (Yeagley, et al.,2010). Sejalan global telah menciptakan ketidakpastian
dengan Daley dan Naff (1998)dalam Valentine lingkungan di mana seorang pemimpin harus
dan Godkin (2000), di era globalisasi ini jumlah mengandalkan dirinya pada keyakinan utamanya
perempuan yang terlibat dalam organisasi bisnis untuk mempertahankan keberanian dan
semakin bertambah banyak, dan kehadiran keyakinan mereka (Stames dan Min,
mereka diharapkan meningkat secara lebih baik 2010).
di masa mendatang. Terbukti bahwa perempuan
Lingkungan global pada organisasi yang
hampir menduduki sepertiga dari jabatan-jabatan
bersifat globalpun telah dipenuhi dengan konflik
sebagai penyelia di perusahaan, terutama di dunia
kultural, kompleksitas operasional perusahaan
penjualan (sales) dan bidang pekerjaan yang
dan ketidakpastian dalam kondisi politik sosial
membutuhkan kesabaran dan keramahtamahan
(Stames dan Min, 2010). Mengingat kondisi
(hospitality industries) misalnya public relations,
tersebut, maka sumber daya manusia merupakan
pegawai hotel, pendidik, perawat, pemandu
aset yang sangat penting bagi sebuah organisasi.
wisata, dan lain- lain (Valentine dan Godkin,
Jika sebuah perusahaan memiliki sumber daya
2000). Berdasarkan pendapat Valentine dan
manusia yang berkualitas, maka perusahaan
Godkin tersebut dapat disimpulkan bahwa
dapat tetap bertahan dan unggul dalam
keberhasilan sebagian perempuan ditentukan
persaingan. Sumber daya manusia yang ada tidak
oleh kemampuan mereka yang sangat kuat dalam
dapat menjadi aset yang berharga apabila tidak
pemecahan masalah serta kemampuan dalam
dikelola dengan baik, sedangkan pengelolaan
berpikir analitis. Di samping itu, keberhasilan
sumber daya manusia tentunya memerlukan
perempuan juga dipengaruhi oleh
kerjasama yang baik antara masing-masing pihak
kemampuannya dalam hal berkomunikasi dan
yang berkepentingan (Muljani, 2004). Agar
menghargai hubungan yang profesional. Pada
terjadi kerja sama yang baik maka diperlukan
umumnya perempuan lebih memiliki orientasi
pemimpin yang dapat memberikan pengetahuan,
sosial, kedudukan yang sederajat, berdasarkan
keterampilan, dan kemampuan untuk mengelola
persamaan (equality based), peduli diri, dan lebih
sumber daya manusia, di mana tiap-tiap bagian
bersifat asuh daripada laki-laki. Perempuan,
mengerti dan penuh komitmen, secara
sebagai pemimpin, lebih sering menjalankan
berkesinambungan menjalankan tugas dan
kepemimpinan yang bersifat demokratik dan
tanggung jawab masing-masing, serta
transformasional daripada kepemimpinan yang
mendukung satu sama lain untuk memberikan
dilakukan oleh pemimpin laki-laki.
kontribusi terbaik bagi perusahaan. Dengan
Sejalan dengan pendapat Valentine dan demikian, masalah kepemimpinan menjadi salah
Godkin (2000), hasil penelitian Djasmoredjo satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan
(2004), sebagai tinjauan empiris, menunjukkan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
bahwa kepemimpinan perempuan dipersepsikan ditetapkan (Kusumawati, 2007).
oleh bawahannya memiliki karakteristik
Definisi kepemimpinan sangat beragam.
mengasuh (nurturing characteristic).
Kepemimpinan mencakup aspek kemampuan
Karakteristik ini dirasakan karyawan dalam
menggerakkan, mengerahkan dan mempengaruhi
memberikan motivasi kepada mereka untuk
orang-orang yang berada dalam lingkup
berkinerja lebih baik dan mencapai prestasi kerja
kepemimpinan seorang pemimpin untuk
yang seoptimal mungkin. Lebih lanjut, karyawan
melaksanakan pekerjaan- pekerjaan demi
merasa diperhatikan ketika mereka memerlukan
tercapainya tujuan bersama (Kusumawati, 2007).
bimbingan dalam melaksanakan kerjanya.
Sementara itu, Palomarez (2010) menyatakan,
Pemimpin transformasional dalam hasil temuan
“leadership is the process in which one person
Djasmoredjo (2004) mampu memberikan contoh
influences others to accomplish an objective and
dan bertindak sebagai role model positif dalam
directs he organization to accomplish a common
perilaku, sikap, prestasi maupun komitmen bagi
task”.
bawahannya.
Benedicta Djarwati M, dkk. - Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja ….. | 137

Dari definisi tersebut dapat dinyatakan pemimpin perempuan (Cahayani dan


bahwa kepemimpinan adalah proses di mana Muljani,2008). Rethinam dan Ismail (2008)
seseorang mempengaruhi orang lain untuk mendefiniskan Kualitas Kehidupan Kerja sebagai
mencapai suatu tujuan dan mengarahkan efektivitas lingkungan kerja (work environment)
organisasi untuk menyelesaikan tugas pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan
secara umum sesuai dengan tujuan yang telah pribadi yang lebih bermakna dalam membentuk
ditetapkan. nilai-nilai karyawan, di mana nilai-nilai tersebut
Kepemimpinan transformasional menurut dapat mendukung dan mempromosikan
pandangan Bass (1990), adalah bahwa perlu kesehatan dan kesejahteraan kerja yang lebih
memperluas pandangan mengenai kepemimpinan baik, keamanan kerja, kepuasan kerja,
dan motivasi. Bass mempertanyakan pandangan pengembangan kompetensi dan keseimbangan
yang menyatakan bahwa unjuk kerja merupakan antara kehidupan kerja dan kehidupan non- kerja.
fungsi tersedianya imbalan ekstrinsik, yang Berdasarkan hasil penelitian Rethinam dan Ismail
berarti semakin tinggi nilai ekstrinsik yang (2008), elemen-elemen dalam Kualitas
ditawarkan maka orang akan semakin bersedia Kehidupan Kerja sangat penting perannya dalam
melakukan, walaupun orang tersebut tidak mengelola sumber daya manusia secara humanis
tertarik. Menurut Bass, ada orang yang bersedia dan memberikan implikasi yang signifikan bagi
bekerja keras melaksanakan tugas yang sulit dan individu- individu dalam menghadapi tantangan
menantang, walaupun tanpa imbalan ekstrinsik. di dunia kerja. Kesimpulannya, Kualitas
Ini berarti tidak semua orang bekerja keras Kehidupan Kerja memiliki ruang lingkup pada
karena imbalan ekstrinsik, tapi karena adanya penggunaan ketrampilan, pekerjaan yang
motivasi intrinsik (Kusumawati, 2007). Selain bervariasi dan kesempatan untuk belajar (Gallie,
itu, leadership style yang baik akan dapat 2007). Seorang pemimpin yang
menciptakan kepuasan kerja dan mendorong bertanggungjawab terhadap pencapaian tujuan
kinerja bawahannya (As’ad, 2000). Seseorang melalui orang lain diharapkan mempunyai
didorong untuk bekerja atau beraktivitas karena kemampuan untuk memotivasi bawahannya
berharap bahwa hal tersebut akan membawa pada (Swasto, 2011). Motivasi menurut Mathis dan
keadaan yang lebih baik dan memuaskan Jackson (2009) sebagai keinginan dalam diri
daripada keadaan sebelumnya (As’ad, 2000). seseorang yang menyebabkan orang tersebut
Dorongan untuk bekerja dengan lebih baik selain bertindak. Lebih lanjut, dikatakan bahwa orang
sebagai media untuk pemenuhan kebutuhan biasanya bertindak karena suatu alasan yaitu
hidup manusia, juga merupakan suatu bentuk untuk mencapai tujuan. Menurut Hasibuan
aktivitas untuk mendapatkan kepuasan diri. (2003), motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan
Hasil penelitian Cahayani dan Muljani agar mau bekerja sama secara produktif berhasil
dalam “The Uniqueness of Female Leadership” mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
(2008), dikatakan bahwa perempuan dapat ditentukan.
memimpin secara unik (unique). Keunikan dalam
kepemimpinan perempuan disebabkan oleh Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) adalah
female brain (Brizendine, 2006) yang membuat keadaaan emosional yang positif yang merupakan
perempuan lebih perhatian dan lebih asuh. hasil dari evaluasi pengalaman kerja seseorang
Perempuan lebih berinteraksi dalam hubungan (Mathis dan Jackson, 2009). Ketidakpuasan kerja
pengasuhan dan perawatan (Brizendine, 2006). muncul ketika harapan seseorang tidak terpenuhi.
Itulah yang menyebabkan mengapa perempuan Sejalan dengan Mathis dan Jackson (2009),
memilki karakteristik mengasuh dalam dirinya. Kepuasan Kerja menurut Hasibuan (2003) adalah
Seorang perempuan dengan sosok keibuannya sikap emosional yang menyenangkan dan
telah menunjukkan betapa penuh cinta, peduli mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan
dan perhatiannya mereka terhadap anaknya. oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja.
Ketika perempuan berperan di ranah publik, Berbagai penelitian juga telah dilakukan
sebagai seorang pimpinan misalnya, karakteristik untuk mengungkap adanya pengaruh signifikan
tersebut tetap melekat dalam dirinya terutama antara gaya Kepimpinan Transformasional dan
ketika berhadapan dengan karyawannya di dalam Kepuasan Kerja, serta pengaruh Motivasi Kerja
organisasi. Dalam penelitian tersebut juga terhadap Kepuasan Kerja. Berdasarkan hasil
mengungkapkan bahwa kepemimpian penelitian Risambessy (2010), gaya
transformasional ternyata lebih sesuai bagi kepemimpinan transformasional dan Motivasi
138 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 6 N o . 2

Kerja mempunyai pengaruh signifikan dan positif Kualitas Kehidupan Kerja terhadap
terhadap Kepuasan Kerja. Motivasi memiliki Kepuasan Kerja.
peran yang sangat penting untuk meningkatkan
kerja karyawan melalui pemenuhan kebutuhan Konsep Teoritis dan Hipotesa
yang diberikan organisasi untuk karyawannya. Kepemimpinan Transformasional dengan
Begitu pula gaya kepemimpinan transformasional Motivasi Kerja
yang dimiliki oleh pemimpin mempunyai peran
langsung untuk menghasilkan Kepuasan Kerja Bass (1990) mendefinisikan bahwa gaya
karyawan. Selain itu, berdasarkan penelitian kepemimpinan transformasional sebagai suatu
Djasmoredjo (2004), gaya kepemimpinan cara meningkatkan ketertarikan karyawannya
transformasional pada pemimpin perempuan terhadap organisasi. Karyawan menjadi
yang dipersepsikan oleh karyawan dalam termotivasi dan menjadi percaya, kagum, hormat
penelitian tersebut juga meningkatkan Kepuasan serta setia kepada pemimpinnya. Meningkatnya
Kerja. usaha karyawan disebabkan memiliki motivasi
kerja intrinsik yang mendorong untuk bekerja
Dari uraian tersebut di atas timbul mandiri. Karakteristik gaya kepemimpinan
perhatian beberapa ahli untuk mengetahui transformasional yang efektif adalah
perilaku kepemimpinan perempuan itu sendiri menunjukkan perilaku karismatik, memunculkan
(Pounder & Coleman, 2002). Ada suatu alasan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi
yang bisa diyakini bahwa perbedaan gaya intelektual dan memperlakukan karyawan dengan
kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan memberi perhatian terhadap individu.
dapat mempengaruhi persepsi karyawan terhadap Kepemimpinan transformasional merupakan
pekerjaan itu sendiri (Daley dan Naff, 1998 model kepemimpinan yang cenderung untuk
dalam Valentine dan Godkin, 2000). Selain itu, memberikan motivasi kepada bawahan untuk
pentingnya pengelolaan sumber daya manusia bekerja lebih baik serta menitikberatkan pada
secara humanis dan penciptaan kualitas perilaku untuk membantu transformasi antara
kehidupan kerja agar karyawan mampu individu dengan organisasi (Ambarwati, 2003).
berkontribusi untuk efektivitas organisasi dengan
lebih baik. Bass (1990) mengemukakan ada tiga cara
seorang pemimpin transformasional memotivasi
Tujuan Penelitian karyawannya yaitu dengan: (1) mendorong
karyawan untuk lebih menyadari arti penting
Berdasarkan latar belakang dan rumusan hasil usaha dan berkinerja lebih baik; (2)
masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian mendorong karyawan untuk mendahulukan
ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji model kepentingan organisasi; dan (3) meningkatkan
hipotesis penelitian berdasarkan teori, yaitu kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti
Hipotesis 1 menguji teori Bass (1990); Hipotesis harga diri dan aktualisasi diri. Bernard M. Bass
2 menguji teori Huse dan Cummings (1985); kembali memperkuat pernyataannya tersebut
Hipotesis 3 menguji teori Podsakoff, et al. (1996) seperti yang ditulisnya bersama Ronald E. Riggio
dalam Tseng dan Kang (2009); Hipotesis 4 (Bass dan Riggion, 2006) bahwa salah satu peran
menguji teori Werther dan Davis (1996); dan kepemimpinan transformasional adalah dalam hal
Hipotesis 5 menguji teori Luthans (2005). Secara membangun komitmen dan motivasi. Lebih
rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: lanjut, berdasarkan temuan studi Tichy dan
1. Menguji dan menjelaskan pengaruh Devanna (1986) dalam Yulk (1989) menjelaskan
Kepemimpinan Transformasional terhadap proses yang terjadi ketika para pemimpin
Motivasi Kerja. melakukan transformasi dalam organisasi, maka
2. Menguji dan menjelaskan pengaruh perilaku kepemimpinan yang memfasilitasi
Kualitas Kehidupan Kerja terhadap proses terjadinya perubahan tersebut, yang
disertai sifat, karakteristik serta keterampilan dari
Motivasi Kerja.
kepemimpinan transformasional dari seorang
3. Menguji dan menjelaskan pengaruh pemimpin. Selanjutnya proses tersebut dipandang
Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja. sebagai sebuah tahapan mulai dari mengenali
4. Menguji dan menjelaskan pengaruh kebutuhan untuk berubah, diikuti oleh penciptaan
Kepemimpinan Transformasional terhadap visi baru dan kemudian menerapkan perubahan
Kepuasan Kerja. tersebut dalam organisasi.
5. Menguji dan menjelaskan pengaruh
Benedicta Djarwati M, dkk. - Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja ….. | 139

Hipotesis 1: dalam Tseng dan Kang (2009) berdalil bahwa


Kepemimpinan Transformasional berpengaruh karakteristik pengaruh bersifat ideal serta
signifikan terhadap Motivasi Kerja. pemberi inspirasi dan motivasi-lah yang
membuat pemimpin transformasional memiliki
Kualitas Kehidupan Kerja dengan Motivasi
pengaruh tambahan terhadap kepuasan kerja dan
Kerja
komitmen organisasi. Berdasarkan Pounder
Konsep Kualitas Kehidupan Kerja, (2003), Kepemimpinan Transformasional
menurut Ivancevich, et al. (2007), merujuk pada memiliki pengaruh positif yang sangat besar
suatu filosofi manajemen dalam meningkatkan pada peningkatan upaya (efforts) dan kepuasan
harga diri semua karyawan, memperkenalkan bawahan. Selain itu, pemimpin yang memiliki
perubahan dalam budaya organisasi serta gaya kepemimpinan transformasional cenderung
memperbaiki keadaan fisik dan emosional dari lebih efektif dalam memimpin perubahan, karena
karyawan. Diharapkan dengan adanya pemimpin tersebut mampu mendorong
peningkatan perubahan dan perbaikan tersebut, bawahannya untuk lebih mengerahkan upaya
maka karyawan memiliki kesempatan untuk mereka dan mengarahkan diri ke keadaan masa
tumbuh dan berkembang (Ivancevich, et al., depan yang lebih diharapkan (Hamblin, 1958;
2007). Sejalan dengan pendapat Ivancevich, et Flynn dan Staw, 2004 dalam Tseng dan Kang,
al., menurut Huse dan Cummings (1985) serta 2009)
Werther dan Davis (1996), Kualitas Kehidupan
Kerja merupakan upaya yang dilakukan oleh Hipotesis 3:
organisasi untuk memperbaiki komunikasi dan Kepemimpinan Transformasional
koordinasi, meningkatkan motivasi dan berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan karyawan dengan tujuan supaya Kepuasan Kerja
meningkatkan produktivitas karyawan. Kualitas Kehidupan Kerja dengan Kepuasan
Kualitas Kehidupan Kerja, menurut Kerja
Brough dan Pears (2005) dalam Md- Sidin, et al., Menurut Drafke dan Kossen (1998),
(2010), juga dipengaruhi oleh keseimbangan Quality of Work Life is defined as employee’s
kehidupan kerja maupun di luar kerja (non-work perception of their physical and mental well
life). Keseimbangan kehidupan ini dapat being at work. Perceptions that they are save,
diciptakan salah satunya melalui peran supervisor relatively well satisfied, and able to grow and
atau pimpinan dalam mendukung dan memotivasi develop as human beings, it relates to which the
karyawan, selain itu dukungan dari rekan sekerja full range of human needs are met. Artinya,
(kolega), tak kalah pentingnya adalah peran Kualitas Hidup Kerja merupakan persepsi
keluarga dan pasangan hidup (spouse) dalam karyawan terhadap kesejahteraan fisik dan
memberikan dukungan secara emosial dan fisik mentalnya di tempat kerja. Persepsi bahwa
untuk meringankan tekanan pekerjaan karyawan karyawan merasa aman, relatif puas, serta
(Kinnunen et al., 2006 dalam Md-Sidin, et al., mampu tumbuh dan berkembang secara humanis,
2010 ). hal ini juga berkaitan dengan yang berbagai
Hipotesis 2: macam kebutuhan karyawan yang dapat
terpenuhi.
Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh signifikan
terhadap Motivasi Kerja Peran Departemen SDM (Human Resource
Department) dalam upaya menciptakan program-
Kepemimpinan Transformasional dengan program Kualitas Kehidupan Kerja (QWL
Kepuasan Kerja Programs) merupakan suatu bentuk usaha yang
Podsakoff, et al. (1996) dalam Tseng dan sistematis dari organisasi. Tujuannya adalah
Kang (2009) mengemukakan bahwa gaya untuk memberikan para pekerjanya kesempatan
kepemimpinan transformasional merupakan yang lebih besar untuk mengubah cara mereka
faktor penentu yang mempengaruhi sikap, menjalankan pekerjaan, sehingga memberikan
persepsi dan perilaku karyawan dimana terjadi kontribusi untuk efektivitas organisasi secara
peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, keseluruhan (Werther dan Davis, 1996). Dengan
motivasi dan kepuasan kerja, serta mampu adanya program-program tersebut setidaknya ada
mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi tiga manfaat, menurut Werther dan Davis (1996)
dalam suatu organisasi. Sejalan dengan yang bisa dirasakan yaitu meningkatkan
Podsakoff, et al., Scandura dan Williams (2004) produktivitas karyawan, meningkatkan kepuasan
140 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 6 N o . 2

kerja dan membangun sikap yang positif terhadap tepat dan efektif maka kepuasan kerja dan
organisasi serta meningkatkan efektivitas komitmen karyawan terhadap pekerjaannya akan
organisasi. Pendapat Werther dan Davis tersebut meningkat.
diperkuat dengan pendapat Ivancevich, et al. Hipotesis 5:
(2007), tujuan Kualitas Kehidupan Kerja adalah
untuk meningkatkan kepercayaan karyawan, Motivasi Kerja berpengaruh signifikan terhadap
keterlibatan, dan pemecahan masalah sehingga Kepuasan Kerja
meningkatkan baik kepuasan kerja karyawan dan
efektivitas organisasional. Model Hipotesis
Berdasarkan model konseptual dalam penelitian
Hipotesis 4: ini, maka model
Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh signifikan
terhadap Kepuasan Kerja hipotesis yang Metode Penelitian
digunakan adalah seperti yang ditampilkan dalam Populasi, Sampel dan Pengumpulan Data
Gambar 4.1. berikut.
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi
penelitian adalah Unika Widya Mandala
Surabaya (UKWS). Populasi dalam penelitian
ini adalah tenaga pendidik (dosen) yang
dipimpin oleh dekan perempuan periode 2009 -
2012 yaitu sebesar 150 orang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Proportional Random Sampling
(teknik sampel proposional) berdasarkan Sekaran
(2006) dan Winarsunu (2009). Besarnya sampel
Gambar 4.1. Model Hipotesis Penelitian pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus
Slovin (dalam Riduwan dan Kuncoro, 2011),
Motivasi Kerja dengan KepuasanKerja dengan tingkat presisi ditetapkan sebesar 5%
atau 0,05 yaitu pada tingkat kepercayaan 95%.
Locke dalam Luthans (2005),
Jumlah sampel yang ditetapkan adalah 110
mendefinisikan kepuasan kerja yang meliputi
tenaga pendidik sebagai responden penelitian ini.
reaksi atau sikap kognitif, afektif dan evaluatif,
dimana kepuasan kerja merupakan keadaan Dari jumlah sampel 110 responden
emosi yang senang atau emosi positif yang tersebut, untuk mempermudah dalam penyebaran
berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kuesioner, maka ditentukan jumlah masing-
kerja seseorang. Kepuasan kerja merupakan masing sampel menurut unit kerja (fakultas).
perasaan dan penilaian karyawan terhadap Pengumpulan data merupakan prosedur yang
pekerjaannya terutama mengenai kondisi sistematis dan sampel dalam penelitian ini
kerjanya, terutama dalam hubungannya dengan menggunakan Proportional Random Sampling
apakah pekerjaan tersebut mampu memenuhi (teknik sampel proposional) berdasarkan Sekaran
harapan, kebutuhan dan keinginan karyawan itu (2006) dan Winarsunu (2009). Besarnya sampel
sendiri (As’ad, 2000). Luthans (2005) pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus
menegaskan bahwa motivasi merupakan proses Slovin (dalam Riduwan dan Kuncoro, 2011),
untuk membangkitkan, memberi daya, dengan tingkat presisi ditetapkan sebesar 5%
mengarahkan dan mempertahankan perilaku dan atau 0,05 yaitu pada tingkat kepercayaan 95%.
performa karyawan. Lebih lanjut, menurut Jumlah sampel yang ditetapkan adalah 110
Luthans (2005), proses tersebut merupakan tenaga pendidik sebagai responden penelitian ini.
proses untuk menstimulasi karyawan untuk Dari jumlah sampel 110 responden
bertindak dan mencapai tujuan yang diharapkan. tersebut, untuk mempermudah dalam penyebaran
Salah satu cara untuk menstimulasi karyawan kuesioner, maka ditentukan jumlah masing-
adalah dengan memanfaatkan motivasi secara masing sampel menurut unit kerja (fakultas).
efektif, yang pada akhirnya akan membuat Pengumpulan data merupakan prosedur yang
karyawan merasa lebih puas (more satisfied) dan sistematis dan standar untuk memperoleh data
lebih berkomitmen (more committed) terhadap yang diperlukan untuk penelitian ini. Dalam
pekerjaannya. Kesimpulannya, apabila organisasi penelitian ini, pengumpulan data dilakukan
dapat memotivasi karyawannya dengan cara yang
Benedicta Djarwati M, dkk. - Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja ….. | 141

dengan menggunakan angket yang disebarkan penelitian ini juga tidak sesuai dengan pendapat
kepada responden. Burns (1978) yang dikutip oleh Bass (1990)
Metode Analisis Data bahwa kepemimpinan transformasional yang
dilakukan seorang pemimpin dirasa mampu
Metode analisis yang digunakan untuk memahami kebutuhan bawahannya dan
menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah bagaimana memuaskan kebutuhan bawahannya
menggunakan teknik Analisis Jalur (Path tersebut sebagai cara untuk memberikan
Analysis) atau regresi berganda yang motivasi. Kepemimpinan transformasional
distandarisasi dan dihitung melalui program merupakan model kepemimpinan yang
software PASW Statistics 18. Perhitungan cenderung untuk memberikan motivasi kepada
koefisien jalur didasarkan pada koefisien regresi bawahan untuk bekerja lebih baik serta
dengan menggunakan bantuan program software menitikberatkan pada perilaku untuk membantu
PASW Statistics 18. Pengujian hipotesis transformasi antara individu dengan organisasi
menggunakan dasar nilai signifikansi dengan (Ambarwati, 2003). Peran pimpinan dalam hal ini
asumsi jika nilai Sig penelitian lebih kecil dari memang sangat membutuhkan karakteristik
nilai 0,05 (Sig≤0,05), maka dinyatakan pengaruh mengasuh, membimbing dan mendukung
antar variabel signifikan. Jika nilai Sig penelitian bawahannya. Selain itu, seorang pemimpin juga
lebih besar dari 0,05 (Sig≥0,05), maka pengaruh perlu memberikan teladan agar bawahan merasa
antar variabel dinyatakan tidak signifikan. memiliki role model dalam diri pimpinannya
tersebut. Lebih dari itu, dengan adanya
keteladanan yang diberikan oleh pimpinan, akan
HASIL PENELITIAN semakin meningkatkan kepercayaan dan rasa
Hipotesis 1 kagum kepada pimpinan. Dengan demikian
Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan seorang pemimpin yang transformatif akan
bahwa Kepemimpinan Transformasional mampu memotivasi bawahannya untuk bekerja
berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Kerja demi kebaikan organisasi, bukan hanya untuk
tidak terbukti. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji keuntungan atau manfaat mereka sendiri (Bass,
regresi di mana nilai p-value 0,418 lebih besar 1990; Bass dan Riggio, 2006).Sejalan dengan
dari 0,05 menunjukkan hasil yang tidak Rosener (1990) yang juga menyatakan bahwa
signifikan. Artinya Kepemimpinan pemimpin yang bisa melakukan transformasi
Transformasional yang dilakukan pemimpin yaitu dengan menggunakan ketrampilan
perempuan mempunyai pengaruh yang tidak interpersonalnya seperti kharisma, bekerja secara
signifikan terhadap Motivasi Kerja. Koefisien detil dan teliti, dan menggunakan keterampilan
jalur (beta) sebesar 0,086 mengindikasikan interpersonalnya tersebut untuk memotivasi
pengaruh Motivasi Kerja karyawan tidak bisa orang lain.
dijelaskan oleh penerapan gaya Kepemimpinan
Transformasional yang dilakukan oleh pemimpin
perempuan. Motivasi kerja tenaga pendidik yang Hipotesis 2
tinggi tidak selalu timbul dari pengaruh gaya Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan
Kepemimpinan Transformasional yang dilakukan bahwa Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh
oleh pemimpinnya (dekan). Rendahnyapersepsi signifikan terhadap Motivasi Kerja dapat
tenaga pendidik terhadap item menaruh diterima. Hal ini dibuktikan melalui hasil uji
kepercayaan dan kagum kepada pimpinan, item regresi dimana nilai probabilitas (p-value)
merasakan pimpinan memberikan teladan, dan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi
item merasakan pimpinan mengasuh, 0,05 yang menunjukkan hasil yang signifikan.
membimbing dan mendukung bawahannya Artinya, Kualitas Kehidupan Kerja mempunyai
diduga menjadi salah satu faktor Kepemimpinan pengaruh yang signifikan terhadap Motivasi
Transformasional tidak berpengaruh secara Kerja. Koefisien jalur sebesar 0,525
signifikan terhadap Motivasi Kerja tenaga mengindikasikan pengaruh Kualitas Kehidupan
pendidik. Kerja terhadap Motivasi Kerja adalah positif.
Artinya, semakin baik persepsi karyawan
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
terhadap Kualitas Kehidupan Kerja maka
penelitian yang dilakukan oleh Masi dan Cooke
semakin tinggi persepsinya terhadap motivasi
(2000), Djasmoredjo (2004), Cahayani dan
kerja. Demikian pula sebaliknya, ketika persepsi
Muljani (2008), dan Risambessy (2010). Hasil
karyawan terhadap Kualitas Kehidupan Kerja
142 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 6 N o . 2

kurang baik, maka persepsi terhadap motivasi membantu meningkatkan motivasi kerja
kerja juga akan rendah. Berdasarkan jawaban karyawan (Brough dan Pears, 2005 dalam Md-
responden dari angket yang terkumpul maka skor Sidin, et al., 2010).
mean tertinggi pada indikator Kesehatan dan
Kesejahteraan dengan skor mean sebesar 4,04
yang termasuk dalam kategori tinggi, Hipotesis 3
msedangkan item tertinggi adalah pada indikator Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan
Kesehatan dan Kesejahteraan untuk item bahwa Kepemimpinan Transformasional
merasakan lingkurangan kerja yang bersih dan berpengaruh secara signifikan terhadap Kepuasan
nyaman yaitu sebesarm4,20 yang termasuk Kerja dapat diterima. Hal ini ditunjukkan melalui
dalam kategori tinggi. Persepsi responden hasil uji regresi di mana nilai p-value
terhadap item ini tinggi karena memang secara (probabilitas) sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
fisik lingkungan kerja sangat bersih dan nyaman, signifikansi 0,05 yang menunjukkan hasil yang
penantaan eksterior dan interior gedung yang signifikan. Artinya, Kepemimpinan
sangat menunjang karena gedung yang dimiliki Transformasional berpengaruh secara signifikan
sekarang adalah gedung yang baru direnovasi terhadap Kepuasan Kerja. Koefisien jalur sebesar
dan diperbaiki fasilitasnya. Indikator 0,388 mengindikasikan pengaruh Kepemimpinan
Pengembangan Kompetensi juga mengambil Transformasional terhadap Kepuasan Kerja
peran penting dalam mempengaruhi motivasi adalah positif. Artinya, semakin baik persepsi
kerja karyawan terutama untuk item karyawan karyawan terhadap kepemimpinan
mendapat kesempatan dalam mengembangkan transformasional yang dilakukan oleh pemimpin
ketrampilan dan kemampuan yang mendukung perempuan semakin tinggi pula persepsi
pekerjaan dengan skor mean item sebesar 4,05 karyawan terhadap kepuasan kerja.
yang diinterpretasikan tinggi. Organisasi Data statistik deskriptif menunjukkan
memberikan fasilitas dan dukungan dana bagi bahwa skor mean variabel Kepemimpinan
tenaga pendidik untuk mengembangkan Transformasional sebesar 3,53 dan variabel
ketrampilan dan kemampuan yang mendukung Kepuasan Kerja sebesar 3,66 di mana nilai skor
profesi mereka terutama dalam hal Tri Dharma rata-rata tersebut berada pada kategori yang
Perguruan Tinggi yaitu bidang pengajaran, tinggi. Sehingga data ini mendukung bahwa
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. penerapkan gaya kepemimpinan transformasional
Lembaga Penelitan dan Pengabdian Masyarakat yang baik akan menghasilkan kepuasan kerja
(LPPM) setiap tahunnya menyediakan dana karyawan. Sedangkan berdasarkan hasil jawaban
untuk mewujudkan peningkatan ini dan Pusat responden dari angket yang terkumpul, dari
Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) indikator karakteristik mengasuh yang dimiliki
juga memiliki program pelatihan untuk oleh pemimpin perempuan, rata-rata mean item
meningkatkan ketrampilan dan kemampuan tertinggi yaitu pada item merasakan perhatian
tenaga pendidik. dari pimpinan sebagai seorang pribadi dengan
Hasil penelitian ini mendukung hasil nilai skor mean sebesar 4,18 yang termasuk
penelitian Bolduc (2001) dan Rethinam dan dalam kategori tinggi. Ada sedikit perbedaan
Ismail (2008). Hasil penelitian ini juga antara persepsi responden laki-laki dengan
memperkuat pendapat Huse dan Cummings perempuan dalam mempersepsikan pimpinan
(1985) serta Werther dan Davis (1996), bahwa memberikan perhatian sebagai seorang pribadi
Kualitas Kehidupan Kerja merupakan upaya yang yaitu jawaban terbesar responden laki-laki pada
dilakukan oleh organisasi untuk memperbaiki skala sangat setuju yaitu 24,5% atau 27
komunikasi dan koordinasi, meningkatkan responden dari total 48 sampel responden laki-
motivasi dan kemampuan karyawan dengan laki. Sementara responden perempuan
tujuan supaya meningkatkan produktivitas mempersepsikan item tersebut pada skala setuju
karyawan. Artinya penciptaan Kualitas yaitu sebesar 28,2% atau 31 responden dari total
Kehidupan Kerja yang baik akan meningkatkan 62 sampel responden perempuan. Hal ini
motivasi kerja karyawan, tidak hanya itu, juga memberikan makna bahwa pemimpin perempuan
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. yang mereka persepsikan adalah seorang
Dengan terciptanya keseimbangan kehidupan ini, pemimpin yang sangat mengutamakan personal
baik melalui melalui peran supervisor atau approach atau pendekatan personal kepada setiap
pimpinan dan dukungan dari rekan kerja, akan bawahannya. Pemimpin perempuan memang
cenderung memberikan perhatian baik dalam
Benedicta Djarwati M, dkk. - Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja ….. | 143

bentuk ucapan selamat atau sekedar menanyakan Kehidupan Kerja terhadap kepuasan kerja
keadaan/kondisi bawahannya. karyawan adalah positif. Hal ini berarti bahwa
Hasil penelitian ini mendukung penelitian semakin baik persepsi karywan terhadap Kualitas
Djasmoredjo (2004), Cahayani dan Muljani Kehidupan Kerja maka akan semakin tinggi
(2008), dan Tseng dan Kang (2009). Hasil persepsinya terhadap kepuasan kerja.
penelitian ini juga memperkuat pendapat Sebaliknya, ketika persepsi karyawan terhadap
Podsakoff, et al. (1996) dalam Tseng dan Kang Kualitas Kehidupan Kerja kurang baik, maka
(2009) mengemukakan bahwa gaya persepsi terhadap kepuasan kerja juga akan
kepemimpinan transformasional merupakan rendah.
faktor penentu yang mempengaruhi sikap, Berdasarkan hasil pengolahan data statistik
persepsi dan perilaku karyawan di mana terjadi juga menggambarkan ada pengaruh tidak
peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, langsung Kualitas Kehidupan Kerja terhadap
motivasi dan kepuasan kerja, serta mampu Kepuasan Kerja melalui Motivasi Kerja, dengan
mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi nilai koefisien jalur sebesar 0,112. Hal ini
dalam suatu organisasi. Semendara Scandura dan menunjukkan bahwa Kualitas Kehidupan Kerja
Williams (2004) dalam Tseng dan Kang (2009) akan memiliki pengaruh bermanfaat ketika
berpendapat bahwa karakteristik pengaruh dimediasi oleh Motivasi Kerja. Dapat
bersifat ideal serta pemberi inspirasi dan disimpulkan bahwa Kualitas Kehidupan Kerja
motivasilah yang membuat pemimpin memiliki pengaruh langsung yang signifikan
transformasional memiliki pengaruh tambahan terhadap Kepuasan Kerja dan memiliki pengaruh
terhadap kepuasan kerja dan komitmen tidak langsung yang signifikan terhadap
organisasi. Dalam kepemimpinan Kepuasan Kerja melalui Motivasi Kerja.
transformasional karakteristik mengasuh yang Hasil penelitian ini mendukung hasil
melekat dalam pemimpin perempuan merupakan penelitian Retnowati (2003), Li dan Yeo (2011)
intisari dari indikator pengaruh bersifat ideal dan Rethinam dan Ismail (2008). Hasil penelitian
(Valentine dan Godkin, 2000 dan Djasmoredjo, ini sesuai dengan pendapat Werther dan Davis
2004). Berdasarkan Pounder (2003), (1996) bahwa program-program dalam Kualitas
Kepemimpinan Transformasional memiliki Kehidupan Kerja yang diupayakan oleh
pengaruh positif yang sangat besar pada Departemen SDM dampaknya bisa dirasakan
peningkatan upaya (efforts) dan kepuasan karyawan akan meningkatkan produktivitas
bawahan. karyawan, meningkatkan kepuasan kerja dan
membangun sikap yang positif terhadap
Hipotesis 4 organisasi serta meningkatkan efektivitas
organisasi. Pendapat Werther dan Davis tersebut
Hipotesis keempat (H4) yang menyatakan
diperkuat dengan pendapat Ivancevich, et al.
bahwa Kualitas Kehidupan Kerja berpengaruh
(2007), tujuan Kualitas Kehidupan Kerja adalah
signifikan terhadap Kepuasan Kerja dapat
untuk meningkatkan kepercayaan karyawan,
diterima. Hasil ini dibuktikan dengan hasil uji
keterlibatan, dan pemecahan masalah sehingga
regresi di mana nilai probabilitas (p-value) yaitu
meningkatkan baik kepuasan kerja karyawan dan
sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi
efektivitas organisasional.
0,05 yang menunjukkan hasil yang signifikan.
Artinya, Kualitas Kehidupan Kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Kepuasan Hipotesis 5
Kerja Karyawan. Data pada statistik deskriptif Hipotesis kelima (H5) yang menyatakan
juga menunjukkan skor mean variabel Kualitas bahwa Motivasi Kerja berpengaruh signifikan
Kehidupan Kerja adalah sebesar 3,90 dan terhadap Kepuasan Kerja dapat diterima. Hal ini
variabel Kepuasan Kerja sebesar 3,66 di mana dibuktikan melalui hasil uji regresi di mana nilai
keduanya berada pada interpretasi kategori yang probabilitas (p-value) sebesar 0,004 lebih kecil
tinggi. Sehingga, data inipun mendukung bahwa dari nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan
Kualitas Kehidupan Kerja yang baik akan hasil yang signifikan. Artinya, Motivasi Kerja
menghasilkan kepuasan kerja karyawan yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan
tinggi. Sebaliknya, bila Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Data statistik deskriptif
kurang baik, maka kepuasan kerja karyawan juga juga menunjukkan bahwa skor mean variabel
akan rendah. Koefisien jalur sebesar 0,339 juga Motivasi Kerja sebesar 4,16 dan variabel
menunjukkan bahwa pengaruh Kualitas
144 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 6 N o . 2

Kepuasan Kerja sebesar 3,66 di mana skor mean KESIMPULAN DAN SARAN
ini dapat dinterpretasikan tinggi. Data ini Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
bmendukung bahwa Motivasi Kerja yang tinggi (1) Kepemimpinan Transformasional
akan menghasilkan Kepuasan Kerja yang tinggi berpengaruh tidak signifikan terhadap Motivasi
pula. Demikian pula sebaliknya, bila Motivasi Kerja; (2) Kualitas Kehidupan Kerja terbukti
Kerja rendah, maka Kepuasan Kerja juga akan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
rendah. Koefisien jalur sebesar 0,213 Motivasi Kerja; (3) Kepemimpinan
mengindikasikan pengaruh Motivasi Kerja Transformasional terbukti berpengaruh signifikan
terhadap Kepuasan Kerja adalah positif. Artinya, dan positif terhadap Kepuasan Kerja Karyawan;
semakin tinggi persepsi karyawan terhadap (4) Kualitas Kehidupan Kerja terbukti
Motivasi Kerja maka semakin tinggi pula berpengaruh signifikan dan positif terhadap
persepsinya terhadap Kepuasan Kerja. Kepuasan Kerja Karyawan; dan (5) Motivasi
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kerja terbukti berpengaruh signifikan dan positif
Eskildsen dan Kristensen (2003), Tella, et.al terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.
(2007), dan Stringer, et.al (2011). Hasil Saran yang perlu dipertimbangkan
penelitian ini mengkonfirmasi teori kepuasan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: (1)
motivasi kerja oleh Luthans (2005) yang Pemimpin perempuan perlu memperbaiki dan
menyatakan bahwa teori kepuasan motivasi kerja meningkatkan pendekatan pola pengasuhan
menentukan apa yang memotivasi orang dalam (nurturing) untuk memotivasi bawahan, yaitu
pekerjaan, fokusnya pada identifikasi kebutuhan dengan membangun keteladanan, menciptakan
dan dorongan pada diri seseorang dan bagaimana role model yang positif, memberikan dukungan
kebutuhan dan dorongan itu diprioritaskan. Lebih dan bimbingan agar karyawan menjadi semakin
lanjut, Luthans (2005) menyatakan bahwa percaya, kagum, dan hormat kepada
organisasi harus bisa memahami apa yang pemimpinnya, sehingga pada akhirnya bawahan ivariate
memotivasi orang dalam bekerja. Secara akan melakukan hal yang sama seperti yang
berurutan, kepuasan motivasi dianggap sebagai dilakukan pemimpinnya; (2) Tenaga pendidik
kebutuhan dan motivasi dengan tingkat yang merasakan motivasi kerjanya meningkat dari
lebih tinggi seperti penghargaan, tanggung hubungan dengan sesama rekan kerja dan
jawab, prestasi dan kemajuan, serta pertumbuhan mendapatkan dukungan dari mereka, oleh sebab
dan perkembangan personal yang dijelaskan itu pemimpin perempuan diharapkan dapat
dalam Teori Motivasi ERG Needs Alderfer. membangun dan mempertahankan suasana esprit
Menurut penulis, Teori Motivasi ERG Needs de corps yang positif di unit kerja masing-masing
Alderfer dianggap sesuai untuk memotivasi karena berdasarkan hasil penelitian tenaga
karyawan di dunia pendidikan. Bentuk motivasi pendidik sangat termotivasi dengan hubungan
ini yang memungkinkan bagi karyawan untuk rekan kerja ini; (3) Perlu ada pemahaman yang
merasa aman berada di dalam organisasi secara lebih baik dalam mempertimbangkan komponen-
fisik, merasa puas dengan imbalan yang diterima, komponen dari Kualitas Kehidupan Kerja
dapat memelihara hubungan yang baik dengan terutama untuk organisasi yang bergerak di dunia
atasan dan sesama serta memiliki kemauan untuk pendidikan untuk mempersiapkan dan
memajukan organisasi. Selain itu, karyawan mengintegrasikan strategi pengelolaan sumber
merasa mendapatkan kesempatan untuk maju dan daya manusia, melalui kebijakan, prosedur dan
dapat berinisiatif. Oleh sebab itu, organisasi juga program-program pengembangan yang
harus mampu mengembangkan dan sesuai, serta bagaimana meningkatkan motivasi
mengaplikasikan teknik motivasi yang sesuai melalui program tersebut untuk meningkatkan
dengan kondisi jenis pekerjaan dan ruang lingkup Kualitas, misalnya dengan memperhatikan
pekerjaan itu sendiri. Misalnya untuk tenaga indikator relevansi sosial di mana program-
pendidik, mereka lebih bisa dimotivasi dalam hal program yang berhubungan dengan kegiatan
keterkaitan dengan organisasi dan pertumbuhan sosial, Company Social Responsibility, serta
dalam kesempatan untuk mengembangkan diri pentingnya image positif organisasi di mata
dan diberi kebebasan untuk berinisiatif. Mereka masyarakat dan stakeholders, di mana cara ini
juga lebih termotivasi karena pekerjaan itu dinilai mampu meningkatkan Kualitas
sendiri (work itself) yang mereka geluti sebagai Kehidupan Kerja karyawan.
seorang tenaga pendidik.
Benedicta Djarwati M, dkk. - Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja ….. | 145

DAFTAR PUSTAKA Eskildsen, Jacob K. & Kai Kristensen. 2003. “Work


Motivation and Job Satisfaction in the Nordic
Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2003. “Mengelola
Countries”. Journal of Emerald Employee
Perubahan Organisasional: Isu Peran
Relations Vol. 26, No.2, 2003, pp. 122-136
Kepemimpinan Transformasional dan Organisasi
Pembelajaran dalam Konteks Perubahan”. Gallie, Duncan (Ed.). 2007. Employment Regimes
Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 2, No. 8, Desember and the Quality of Work. New York: Oxford
2003, hal. 155 - 176 University Press Inc.
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Mult
Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan
Cipta Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
Asnawi, Sahlan. 2007. Teori Motivasi. Jakarta: Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber
StudiaPress Daya Manusia Jakarta: Bumi Aksara
As’ad, Moh. 2000. Seri Ilmu Manajemen Sumber Huse, Edgar F. & Thomas G. Cummings. 1985.
Daya Manusia: Psikologi Industri. Edisi Organization Development and Change. Third
Keempat. Yogyakarta: Penerbit Liberty Edition. Minnesota: West Publishing Company.
Bass, Bernard M. 1990. Bass & Stogdill’s Handbook Ivancevich, John M., Robert Konopaske & Michael T.
of Leadership: Theory, Research, and Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen
Managerial Applications. Third Edition. London: Organisasi. Jilid 1. Edisi Ketujuh. Alih Bahasa:
Collier Macmillan Publishers & Ronald E. Gina Gania. Jakarta: Penerbit Erlangga
Riggio. 2006. Transformational Leadership. Kaaro, Hermenindito. 2004. “Theory of Job
Second Edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Satisfaction and Job Performance: Time for a
Publishers Second Look”. Jurnal Manajemen dan Bisnis.
Brizendine, Louann. 2006. The Female Brain. Alih Universitas Surabaya. Vol. 3 No. 1 Maret 2004,
Bahasa: Meda Satrio. Jakarta: Ufuk Press dengan hal. 56 - 69
Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Kaihatu, Thomas Stefanus & Wahju Astjarjo Rini.
Universitas Diponegoro 2007. “Kepemimpinan Transformasional dan
Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H, Pengaruhnya Terhadap Kepuasan atas Kualitas
Donnely, Jr. 1996. Organisasi:Prilaku,Struktur Kehidupan Kerja, Komitmen Organisasi, dan
dan Proses. Alih Bahasa: Nunuk Ardiani. Jilid 1. Perilaku Ekstra Peran: Studi pada Guru-Guru
Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Binarupa SMU di Kota Surabaya”. Jurnal Manajemen dan
Aksara Kewirausahaan. Vol. 98 No. 1, Maret 2007,
Universitas Kristen Petra, hal. 49 – 61.
Gujarati, Damodar N. 1991. Basic Econometric. New
York: McGraw Hill, Inc. Kusumawati, Andriani. 2007. “Kepemimpinan Dalam
Perspektif Gender: Adakah Perbedaan?” Profit.
Cahayani, Ati & Benedicta D. Muljani. 2008. “The
Jurnal Administrasi Bisnis. Fakultas Ilmu
Uniqueness of Female Leadership”. Woman in
Administrasi. Universitas Brawijaya, Vol. 1,
Public Sector (Perempuan di Sektor Publik), hal.
No. 1 Tahun 2007, hal. 33 - 44
539-548. Editor oleh Siti Hariti Sastriyani.
Yogyakarta: Tiara Wacana. Latham, Gary P. 2007. Work Motivation: History,
Theory, Research, and Practice. California: Sage
Davis, Keith & John W. Newstrom. 1996. Perilaku
Publications, Inc.
Dalam Organisasi. Edisi Ketujuh. Alih Bahasa:
Agus Dharma. Jakarta: Penerbit Erlangga Lewis, David, Kevin Brazil, Paul Krueger, Lynne
Lohfeld & Erin Tjam. 2001. “Extrinsic and
Djasmoredjo, Bene D.M. 2004. “Persepsi Karyawan
Intrinsic Determinant of Quality of Work Life”.
Laki-laki Terhadap Pemimpin Perempuan:
Journal of Leadership in Health Services. Vol. 14
Apakah Pemimpin Perempuan Lebih Bersifat
No. 2, 2001,pp. ix-xv
Asuh daripada Pemimpin Laki-Laki?”. Jurnal
Widya Manajemen & Akuntansi. Vol. 4 No. 3 Li, Jessica & Roland K. Yeo. 2011. “Quality of Work
Desember 2004, hal. 316 – 333 Life and Career Development: Perceptions of
Part-time MBA Students”. Journal of Employee
Drafke, Michael W & Kossen, Stan. 1998. The Human
Relations, Emerald Group Publishing Limited.
Side of Organizations. United States: Addison
Vol. 33 No. 3, 2011, pp. 201 - 220
Longman, Inc.
Luthans, Fred. 2005. Perilaku Organisasi. Edisi
Eagly, Alice H. 2007. “Female Leadership
Sepuluh. Alih bahasa: Vivin Andhika Yuwono,
Advantage and Disadvantage: Resolving the
Shekar Purwanti, Th. Arie Prabawati &
Contradiction”. Psychology of Women
Winong Rosari. Yogyakarta: Penerbit Andi
Quarterly. Vol. 3, 2007, pp. 1 -12
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Manajemen
146 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 6 N o . 2

Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Kepuasan Kerja Pegawai Badan Koordinasi
Remaja Rosdakarya Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara
Manullang, M & Marihot Manullang. 1998. Enim”. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Universitas Sriwijaya. Vol. 3 No. 6 Desember
Pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE 2005, hal. 1 – 25

Masi, Ralph & Robert A. Cooke. 2000. “Effects of Pritchard, Robert D. & Elissa L. Ashwood. 2008.
Transformational Leadership on Subordinate Managing Motivation: A Manager’s Guide to
Motivation, Empowering Norms, and Diagnosing and Improving Motivation. New
Organizational Productivity”. The International York: Routledge Taylor & Francis Group, LLC
Journal of Organizational Analysis. Vol. 8 No. Rafli, Achmad Ichsan. 2003. Analisis Pengaruh
1, 2000, pp. 16 - 47 Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Mathis, Robert L. & John H. Jackson. 2009. Karyawan di Bank Kesejahteraan Jakarta. Tesis.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Program Studi Magister Manajemen Program
Kesepuluh. Alih Bahasa: Diana Angelica. Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
Jakarta: Penerbit Salemba Empat Rethinam, Guna Seelan & Maimunah Ismail.
Md-Sidin, Samsinar, Murali Sambasivan & Izhairi 2008.”Construct of Quality of Work Life: A
Ismail. 2010. “Relationship between Work- Perspective of Information and Technology
family Conflict and Quality of Life (An Professionals”. European Journal of Social
Investigation into the Role of Social Support)”. Science. Vol. 7 No. 1, 2008, pp. 58 - 70
Journal of Managerial Psychology. Vol. 25 No. Retnowati, Indra. 2003. Pengaruh Quality of Work
1, 2010, pp. 58 - 81 Life Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru
Minett, Dean, H. Ruhi Yaman, Basak Denizci. 2009. SD Negeri di Kabupaten Kendal. Tesis. Program
“Leadership Styles and Ethical Decision Making Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana
in Hospitality Management”. International Universitas Diponegoro Semarang
Journal of Hospitality Management Vol. 28 Riduwan & Engko Achmad Kuncoro. 2011. Cara
(2009), pp. 486–493 Menggunakan dan Memaknai Path Analysis
Mir, Ali Mohammad. 2010. “Leadership in Islam”. (Analisis Jalur). Cetakan Ketiga. Bandung:
Journal of Leadership Studies. Vol. 4 No. 3, Penerbit Alfabeta
2010, pp. 69 -72 Risambessy, Agusthina. 2010. Pengaruh Gaya
Muljani, Benedicta Djarwati. 2004. “Kepemimpinan Kepemimpinan Transformasional, Motivasi,
Transformasional Manager Perempuan”. Jurnal Burnout Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja
Administrasi dan Bisnis. Universitas Katolik Karyawan (Studi Terhadap Paramedis
Indonesia Atma Jaya Jakarta. Vol. 4 No. 9/10/11, Keperawatan Pada RSU Se-Malang Raya).
Agustur 2004 – Januari 2005, hal. 35 – 46 Disertasi. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang
Nelwan, Olivia S. 2008. “Pengaruh Karakteristik
Pekerjaan, Kepemimpinan Transformasional dan Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Alih
Peluang Promosi terhadap Kepuasan Kerja, Bahasa: Tim Indeks. Edisi Ke-9. Jilid 1 dan 2.
Komitmen Organisasi dan Turnover Intentions”. Jakarta: Penerbit Indeks
Analisis. Vol. 5, No. 3, hal. 139 - 150 Sastriyani, Siti Hariti (Ed.). 2008. Woman in Public
Polychroniou, Panagiotis V. 2008. “Transformational Sector [Perempuan di Sektor Publik].
Leadership and Work Motivation in Modern Yogyakarta: Tiara Wacana
Organizations”. Journal of Advances in Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk
Management. Vol. 1 No. 3, 2008, pp. 9 - 12 Bisnis. Alih Bahasa: Kwan Men Yon. Jakarta:
Pounder, James S. 2003. “Employing Salemba Empat
Transformational Leadership to Enhance the Singarimbun, Masri & Sofyan Effendi. 1995.
Quality of Management Development Metodologi Penelitian Survei. Edisi Revisi.
Instruction”. Journal of Management Jakarta: LP3ES
Development. Vol. 22 No. 1, 2003, pp. 6-13
Soejono, Trimo MLS. 1995. Analisis Kepemimpinan.
-------------- & Marianne Coleman. 2002. “Women – Bandung: Angkasa
Better Leaders Than Men? In General and
Solimun. 2008. Memahami Metode Kuantitatif
Educational Management It Still “All Depends”.
Mutakhir: Struktural Equation Modelling &
Emerald Leadership and Organization
Partial Least Square. Program Studi Statistika
Development Journal Vol. 23, No. 3, 2002, pp.
FMIPA. Universitas Brawijaya Malang
122-133
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis:
Prabu, Anwar. 2005. “Pengaruh Motivasi Terhadap
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D.
Benedicta Djarwati M, dkk. - Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja ….. | 147

Edisi Kelimabelas. Bandung: Alfabeta “Regulatory Focus, Transformational Leadership,


Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Uncertainty towards Organizational Change, and
Intepretasi. Edisi Pertama, Jakarta: Penerbit Job Satisfaction: In a Taiwan’s Cultural Setting”.
Rineka Cipta Asia Pasific Management Review, Vol. 14, No.
2, 2009, pp. 215 – 235
Susetyo, Budi. 2010. Statistika untuk Analisis Data
Penelitian. Bandung: Refika Aditama Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 2011.
Laporan Tahuan RektorUniversitas Katolik
Stames, Paul, & D. Min. 2010. “A Leadership Credo Widya Mandala Surabaya Pada Dies Natalis Ke-
for Times of Uncertainty and Change”. 51 UKWMS. Surabaya
Leadership, Inc. Journal of Psychological Issues
in Organizational Culture, Vol. 1, No. 2, 2010, Valentine, Sean & Lynn Godkin. 2000. “Supervisor
pp.71-79 Gender, Leadership Style and Perceived Job
Design. Woman in Management Review. London:
Stringer, Carolyn, Jeni Didham & Paul MCB University Press Vol. 15, No. 3, 2000, pp.
Theivananthampillai. 2011. “Motivation, Pay 117-129
Satisfaction and Job Satisfaction of Front-Line
Employees”. Journal of Qualitative Research in Werther, William B. (Jr.) and Keith Davis. 1996.
Accounting & Management. Vol. 8, No. 2, 2011, Human Resources and Personnel Management.
pp. 161 – 179 Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-Teori Motivasi. Winarsunu, Tulus. 2009. Statistik Dalam Penelitian
Tersedia di Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press
http://alumnifatek.forumotion.com/t595-teori- Yeagley, Emily E., Linda M. Subich, David M. Tokar.
motivasi diakses pada 24 Maret 2011, pukul 2010. “Modeling College Women's Perceptions
20:17 of Elite Leadership Positions with Social
Swasto, Bambang. 2011. Manajemen Sumber Daya Cognitive Career Theory”. Journal of Vocational
Manusia. Malang: Universitas Brawijaya Press. Behavior. Vol. 77, 2010, pp. 30 - 38

“Sejarah Singkat Berdirinya Universitas Katolik Yuliasti, Yenni. 2010. Pengaruh Locus of Control dan
Widya Mandala Surabaya” tersedia di Transformational Leadership Terhadap Motivasi
http://www.wima.ac.id/index.php?r=university/se Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan
j arah diakses pada 25 Juli 2012, pukul 09:45 (Studi pada Karyawan Perusahaan Agribisnis
Pengolahan Karet di Sumatra Selatan. Disertasi.
“Sepak Terjang Perempuan-Perempuan Pengendali Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Bisnis”. Artikel pada Majalah Prospektif, Brawijaya Malang
Edisim10, Vol. 5, 3 – 9 Februari 2003
Yulk, Gary A. 1989. Leadershp in Organizations.
Taslim, Benni dan Agatha Septianna SR. 2011. Second Edition. Englewood Cliffs, New Jersey:
“Pengaruh Knowledge Management terhadap Prentice-Hall, Inc
Kreativitas Tenaga Pendidik SMA Methodist
2mPalembang”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Zagorsek, Hugo, Marko Jaklic & Stanley J. Stough.
2004. “Comparing Leadership Practices Between
Akuntansi (Jenius). Vol. 1. No. 2, Mei 2011, hal. 131 the United States, Nigeria, and Slobenia: Does
– 142 Culture Matter?”. Journal of Cross Cultural
Tella, Adeyinka. 2007. “Work Motivation, Job Management. Vol. 11 No. 3, 2004, pp. 16 – 34
Satisfaction, and Organisational Commitment”. Zin, Razali Mat. 2004. “Perception of Professional
Journal of Library Philosophy and Practice Engineers Toward Quality of Work Life and
Nigeria (April) Vol. 7 No. 1, pp. 1-16 Organizational Commitment”. Gadjah Mada
Thoha, Miftah. 1995. Kepemimpinan Dalam International Journal of Business. Vol. 6 No. 3,
Manajemen: Suatu Pendekatan Prilaku. Jakarta: September 2004, pp. 323 - 334
PT Raja Grafindo Persada Referensi Online
Tjiptono, Fandy & Akhmad S. 1999. “Kepemimpinan Bolduc, Richard R. 2001. An Analysis of the
Transformasional”. Usahawan. XXVIII Relationship Between Quality of Work Life and
September 1999 Motivation for Correctional Services Officers in
Trautmann, Kristy, Jill K. Maher, Darlene G. Motley. Montreal Area. Thesis. Department of
2007. “Learning Strategies as Predictors of Educational and Councelling Psychology. McGill
Transformational Leadership: the Case of University Montreal Canada tersedia di
Nonprofit Managers”. Leadership & http://digitool.library.mcgill.ca/R/?func=dbin-
Organization Development Journal. Vol. 28 No. jump-
3, 2007, pp. 269-287 full&object_id=38155&local_base=GEN01-
MCG02 diakses pada 3 Oktober 2011, pukul
Tseng, Hsing-Chau & Long-Min Kang. 2009. 18:19
148 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 6 N o . 2

Palomarez, Javier. 2010. Multicultural Leadership. Rosener, J. 1990. Ways Women Lead. Harvard
Articles base Business Review, 68 November (6), pp. 119-125.
http://www.articlesbase.com/leadership- Tersedia di
articles/multicultural-leadership-1489683.html http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10107957
diakses pada 23 Juni 2010, pukul 03:15 diakses pada 7 November 2011, pukul. 18:11

Anda mungkin juga menyukai