PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Tukino, “Kajian Kesejahteraan Rakyat dan Kesejahteraan Negara Di Indonesia”, Jurnal
Humaniora, Vol. 3, No. 1, April 2012, hlm. 195.
2
Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, h.
Fintech sendiri berasal dari perpaduan kata Financial Technology, yang
mana perpaduan tersebut menunjukkan adanya penggabungan antara finansial
dengan teknologi. Maka dapat disimpulkan bahwasanya Fintech3 merupakan suatu
inovasi melalui sarana teknologi informasi berhasil mentransformasikan suatu
sistem atau pasar yang eksisting (layanan keuangan), dengan memperkenalkan
kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan, dan biaya yang ekonomis. Inovasi
Fintech di Indonesia salah satunya yaitu Fintech Peer to Peer Lending (P2P
Lending) yang merupakan bagian dari keuangan inklusif4 karena masyarakat dapat
mengakses dengan mudah terhadap jasa keuangan yaitu melalui lembaga keuangan
non bank. Keuangan inklusif merupakan strategi nasional yang dibentuk oleh
pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan
pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.5 Strategi
tersebut didasarkan pada enam pilar kerangka kerja umum keuangan inklusif,
dimana pilar keduanya ialah fasilitas keuangan publik yang mengacu pada
kemampuan dan peran pemerintah dalam penyediaan pembiayaan keuangan publik
baik secara langsung maupun bersyarat guna mendorong pemberdayaan ekonomi
masyarakat.6
3
Muliaman D. Hadad, Financial Technology (FinTech) di Indonesia, Kuliah Umum tentang FinTech
– IBS, (Jakarta, 2017), hal. 4. Dikenal juga dengan istilah Inovasi Disruptif (Disruptive Innovation)
yang diperkenalkan pertama kali oleh Clayton M. Christensen dan Joseph Bower di tahun 1995 lalu
dalam "Disruptive Technologies: Catching the Wave", Harvard Business Review (1995).
4
Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia, Booklet Keuangan
Inklusif , (Jakarta, 2014), hlm. 4. Disini dijelaskan bahwa Keuangan inklusif (financial inclusion)
adalah seluruh upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga
maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan.
5
Ibid.
6
Ibid. hal. 12
7
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi (LN No. 111 Tahun 2011, TLN No. 5253), Ps. 1 angka 3.
Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI). Peraturan tersebut mengatur
mengenai hal-hal yang harus ditaati oleh penyelenggara Fintech P2P Lending yang
ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertujuan untuk melindungi
kepentingan konsumen terkait keamanan dana dan data, serta kepentingan nasional
terkait pencegahan pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta stabilitas sistem
keuangan.8 Fintech P2P Lending sendiri pada faktanya sudah ada sejak tahun 2015
sebelum dibentuknya peraturan tersebut. Hal tersebut ditandai dengan adanya
platform pinjaman online pertama kali yaitu uangteman.com.9
8
Eduardo Simorangkir, OJK Keluarkan Aturan Fintech, Ini Isinya, dalam https://finance.detik.com
Selasa 10 Januari 2017 17:31 WIB, diakses pada tanggal 26 Mei 2019 Pukul 03.16.
9
Ratna Hartanto dan Juliyani Purnama Ramli, “Hubungan Hukum Para Pihak dalam peer to peer
lending”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, VOL. 25, NO. 2, MEI 2018, hal. 321.
Gambar 1 Faktor Pendukung Fintech di Indonesia
sumber : OJK