Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor


dalam perkembangan bisnis yang dapat mempengaruhi kegiatan perdagangan.
Salah satu inovasi teknologi informasi dalam dunia bisnis ialah hadirnya inovasi
Financial Technology (Fintech) dalam lembaga keuangan non bank. Kehadiran
inovasi teknologi informasi tersebut ialah sebagai salah satu upaya untuk mencapai
tujuan negara kita yaitu mensejahterakan masyarakat Indonesia. Tujuan yang
termaktub dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) bahwa salah satu tujuan negara
Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum. Tujuan tersebut merupakan perwujudan dari nilai-nilai dalam
pancasila, salah satunya yaitu nilai keadilan yang bertujuan agar tercapai
kesejahteraan sosial yang mengarah ke bentuk welfare state.1 Welfare state
merupakan suatu konsep yang mengacu kepada peran aktif negara dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang sosial dan ekonomi agar
dapat tercapainya pemerataan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat.

Lembaga keuangan merupakan suatu badan usaha yang menjalankan


usahanya di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha
produktif maupun konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan.2 Lembaga
keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam perekonomian modern
yang menggunakan jasa keuangan dalam melayani masyarakat. Berkaitan dengan
tujuan negara Indonesia, maka sistem keuangan selalu dikaji agar dapat
menghasilkan suatu sistem keuangan yang stabil yang dapat memberi manfaat
kepada masyarakat. Maka dari itu peran lembaga keuangan dalam rangka
mendorong pertumbuhan perekonomian negara sangat dibutuhkan.

1
Tukino, “Kajian Kesejahteraan Rakyat dan Kesejahteraan Negara Di Indonesia”, Jurnal
Humaniora, Vol. 3, No. 1, April 2012, hlm. 195.
2
Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, h.
Fintech sendiri berasal dari perpaduan kata Financial Technology, yang
mana perpaduan tersebut menunjukkan adanya penggabungan antara finansial
dengan teknologi. Maka dapat disimpulkan bahwasanya Fintech3 merupakan suatu
inovasi melalui sarana teknologi informasi berhasil mentransformasikan suatu
sistem atau pasar yang eksisting (layanan keuangan), dengan memperkenalkan
kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan, dan biaya yang ekonomis. Inovasi
Fintech di Indonesia salah satunya yaitu Fintech Peer to Peer Lending (P2P
Lending) yang merupakan bagian dari keuangan inklusif4 karena masyarakat dapat
mengakses dengan mudah terhadap jasa keuangan yaitu melalui lembaga keuangan
non bank. Keuangan inklusif merupakan strategi nasional yang dibentuk oleh
pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan
pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.5 Strategi
tersebut didasarkan pada enam pilar kerangka kerja umum keuangan inklusif,
dimana pilar keduanya ialah fasilitas keuangan publik yang mengacu pada
kemampuan dan peran pemerintah dalam penyediaan pembiayaan keuangan publik
baik secara langsung maupun bersyarat guna mendorong pemberdayaan ekonomi
masyarakat.6

Fintech P2P Lending merupakan jenis Fintech yang bergerak dibidang


peminjaman uang. Fintech P2P Lending adalah layanan jasa keuangan dalam
bidang peminjaman uang berbasis teknologi yang mempertemukan pemberi
pinjaman dengan penerima pinjaman dalam perjanjian pinjam meminjam melalui
sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.7 Regulasi hukum yang
mengatur mengenai Fintech P2P Lending saat ini ialah Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) Nomor 77/POJK.01/2016, tentang Layanan Pinjam Meminjam

3
Muliaman D. Hadad, Financial Technology (FinTech) di Indonesia, Kuliah Umum tentang FinTech
– IBS, (Jakarta, 2017), hal. 4. Dikenal juga dengan istilah Inovasi Disruptif (Disruptive Innovation)
yang diperkenalkan pertama kali oleh Clayton M. Christensen dan Joseph Bower di tahun 1995 lalu
dalam "Disruptive Technologies: Catching the Wave", Harvard Business Review (1995).
4
Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia, Booklet Keuangan
Inklusif , (Jakarta, 2014), hlm. 4. Disini dijelaskan bahwa Keuangan inklusif (financial inclusion)
adalah seluruh upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga
maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan.
5
Ibid.
6
Ibid. hal. 12
7
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi (LN No. 111 Tahun 2011, TLN No. 5253), Ps. 1 angka 3.
Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI). Peraturan tersebut mengatur
mengenai hal-hal yang harus ditaati oleh penyelenggara Fintech P2P Lending yang
ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertujuan untuk melindungi
kepentingan konsumen terkait keamanan dana dan data, serta kepentingan nasional
terkait pencegahan pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta stabilitas sistem
keuangan.8 Fintech P2P Lending sendiri pada faktanya sudah ada sejak tahun 2015
sebelum dibentuknya peraturan tersebut. Hal tersebut ditandai dengan adanya
platform pinjaman online pertama kali yaitu uangteman.com.9

Kehadiran Fintech P2P Lending di Indonesia merupakan sebuah peluang


bagi orang-orang non bank untuk mendapatkan pinjaman. Karena pada faktanya, di
Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang masih belum tersentuh atau tidak
menggunakan jasa layanan keuangan bank. OJK mencacat bahwa terdapat 40%
masyarakat Indonesia belum mempunyai rekening. Faktor lain yang menjadikan
Fintech P2P Lending sebagai pilihan alternatif untuk melakukan pinjaman ialah,
sulitnya mekanisme Pinjaman formal yang dilakukan melalui perbankan seperti
membutuhkan jaminan, ada prosedur tertentu, dan membutuhkan waktu yang lama.
Oleh sebab itu, Fintech P2P Lending mempunyai peluang yang tinggi dalam
perkembangannya di Indonesia. Selain itu, tingginya peluang untuk perkembangan
industri Fintech P2P Lending di Indonesia juga didasarkan pada kondisi
masyarakat Indonesia yang mengakses internet. Menurut hasil survey Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, terdapat sekitar
143,26 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia 262 juta jiwa merupakan
pengguna internet. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Indonesia memiliki modal
besar untuk mendukung perkembangan fintech dengan jumlah masyarakat kelas
menengah yang mencapai 45 juta orang. Maka dari itu, perkembangan industri
Fintech menjadi peluang besar dalam mendorong perekonomian nasional.

8
Eduardo Simorangkir, OJK Keluarkan Aturan Fintech, Ini Isinya, dalam https://finance.detik.com
Selasa 10 Januari 2017 17:31 WIB, diakses pada tanggal 26 Mei 2019 Pukul 03.16.
9
Ratna Hartanto dan Juliyani Purnama Ramli, “Hubungan Hukum Para Pihak dalam peer to peer
lending”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, VOL. 25, NO. 2, MEI 2018, hal. 321.
Gambar 1 Faktor Pendukung Fintech di Indonesia

sumber : OJK

Anda mungkin juga menyukai