Anda di halaman 1dari 19

RPP

METODE PEMELAJARAN TARIKH ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Khusus PAI


Dosen pengampu: Dr. Hj. Rahmawati Baharuddin, MA

Oleh:

1. Eka Nur Farida (17110062)


2. Muis Romansah (17110108)
3. Aidar Syahmahasadika (17110160)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 3.1)

Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri


Kelas/Semester : XII/1
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Topik : Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia
Alokasi Waktu : 1 x 45menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
3.6. Mendeskripsikan sejarah masuknya Islam di Indonesia
3.7. Memahami jalur masuknya Islam di Indonesia
3.8. Menganalisis strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia.
4.1 Menceritakan pendekatan dakwah yang dilakukan oleh saudagar-saudagar Arab
ketika pertama kali masuk wilayah Indonesia.
C. Indikator
3.6.1 Menjelaskan sejarah masuknya Islam di Indonesia.
3.7.1 Menjelaskan jalur masuknya Islam di Indonesia (Menurut Teori Gujarat, Teori
Arab, Teori Persia dan Teori China).
3.8.1 Menjelaskan strategi dakwah Islam di Indonesia melalui jalur perdagangan,
perkawinan, pendidikan, Tasawuf, kesenian dan budaya.
3.8.2 Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia pada masa kesultanan, penjajahan,
pergerakan dan organisasi Islam.
3.8.3 Menjelaskan perkembangan Islam di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Papua, dan Nusa Tenggara).
4.1.1 Menjelaskan pendekatan dakwah yang dilakukan oleh saudagar-saudagar Arab
ketika pertama kali masuk wilayah Indonesia.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan sejarah masuknya Islam di Indonesia.
2. Siswa mampu mengklasifikasi jalur masuknya Islam di Indonesia.
3. Siswa mampu mengklasifikasi cara masuknya Islam di Indonesia.
4. Siswa mampu menganalisis latar belakang proses dan keberhasilan masuknya Islam
di Indonesia.
5. Siswa mampu menganalisis hikmah dan pengaruh masuknya Islam di Indonesia.

E. Materi AJar
1. Jalur masuknya islam di Indoesia.
2. Strategi dakwah dan perkembangan islam di Indonesia.
F. Metode Pembelajaran
1) Pendekatan : Scientific
2) Model : Discovery Learning
3) Metode : Diskusi, Tanya Jawab, Presentasi, Penugasan, Concept Map, Active
Knowledge Sharing.
G. KegiatanPembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Orientasi
Mengucapkan salam, berdo’a, mengabsen dan
mengkondisikan kelas serta ice breaking.
Apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang hal-
hal yang berkaitan dengan materi sejarah masuknya islam di
Indonesia yang diketahui peserta didik.
Pendahuluan Motivasi
10 menit
Peserta didik diberi penjelasan tentang manfaat mempelajari
sejarah masuknya islam di Indonesia bagi kehidupan yang
akan dipelajari
PemberianAcuan
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok
 Peserta didik menyimak mekanisme pelaksanaan
pembelajaran
Mengamati
 Peserta didik memperhatikan dan merenungkan gambar
yang berkaitan tentang sejarah masuknya islam di
Indonesia.
 Peserta didik mendengarkan dan menyimak penjelasan guru
mengenai sejarah masuknya islam di Indonesia.
Mempertanyakan
30 menit
 Peserta didik bertanya jawab tentang sejarah masuknya
islam di Indonesia yang belum dipahami.
 Peserta didik berdiskusi tentang sejarah masuknya islam di
Indonesia.
Inti Mengeksplorasi
 Peserta didik mengidentifikasi dan berdiskusi secara
berkelompok tentang makna gambar yang diamati dan
sejarah masuknya islam di Indonesia.
Mengasosiasikan
 Peserta didik menyimpulkan dan memaparkan kembali
materi tentang sejarah masuknya islam di Indonesia.
 Peserta didik menganalisis hasil yang telah ditemukan.
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mempresentasikan mata pelajaran yang telah
di pelajari dengan concept map.
 Guru membuat simpulan tentang materi ajar.
 Guru mengadakan evaluasi.
 Guru menugaskan peserta didik menjawab soal-soal pilihan
5
Penutup ganda dan essay pada buku.
menit
 Guru menyebutkan materi yang akan dipelajari selanjutnya
 Bersama -sama menutup pembelajaran dengan do’a dan
salam.

G. Alat dan Sumber Belajar


1. Media:
 Papan tulis
 Kertas
 Power Point (Ppt)
 Leptop, LCD Proyektor
2. Sumber:
 Buku Paket Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII Kemenag RI 2016
 Buku Buku Paket Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII Kemenag RI 2016

H. Penilaian
1) Jenis/teknik penilaian
 Kompetensi Sikap : Observasi
 Kompetensi Pengetahuan : Tes Tulis dan Lisan
 Kompetensi Keterampilan : Unjuk Kerja (Performance)
2) Bentuk dan Instrumen Penilaian :
a. Kompetensi Sikap:
Lembar Pengamatan Sikap

Religius Jujur Tanggung jawab Santun


No Nama B M M M B M M M B M M M B M M M
T T B K T T B K T T B K T T B K
1
2
3
Dst

Keterangan:
 BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha yang sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas, skor 1.
 MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah usaha ada yang sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten, skor 2.
 MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha yang sungguhsungguh dalam
menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten, skor 3.
 MK( membudaya) jika menunjukkkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas secara terus menerus dan ajeg/konsisten, skor 4.

Nilai = Jumlah Nilai Skor Yang diperoleh x100


Jumlah Skor maksimal

b. Kompetensi Pengetahuan:

Soal Tes Lisan :Uraian/ Essay


1. Jelaskan bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia?
2. Mengapa diperlukan penyebaran Islam melalui perdagangan, perkawinan,
pendidikan dan asimilasi budaya melalui kesenian?
3. Bagaimana tanggapanmu berdakwah melalui kesenian seperti yang dilakukan oleh
wali Sanga?
4. Mengapa pesantren dinilai telah sejak awal memiliki peran penting dalam
pendidikan bangsa?
5. Bagaimana pendapatmu tentang menjalankan dakwah dengan peperangan yang
tidak pernah diajarkan oleh para pendahulu kita?
o Rubrik penilaian :

No.
skor perolehan Skor
Nilai   100 Soal
skor maksimal
1 4
2 4
3 4
4 4
5 4
dst 4

c. Kompetensi Keterampilan:
o Format penilaian“ Penasaran“.
Aspek yang dinilai
No Nama Siswa Nilai
a b c
1
2
dst

Aspek dan rubric penilaian:


a. Frekuensi dalam bertanya
1) Jika peserta didik bertanya 3 kali atau lebih, skor 30.
2) Jika peserta didik bertanya 2 kali, skor 20.
3) Jika peserta didik bertanya 1 kali, skor 10.
b.Keterkaitan pertanyaan dengan materi.
1) Jika pertanyaan sesuai dengan materi, skor 30.
2) Jika pertanyaan kurang sesuai dengan materi, skor 20.
3) Jika pertanyaan tidak sesuai dengan materi, skor 10.
c. kejelasan/ bahasa yang digunakan saat bertanya
1) Jika bahasa jelas, lugas, dan mudah dipahami, skor 30.
2). Jika bahasa kurang jelas, kurang lugas, dan kurang mudah dipahami, skor 20.
3) Jika bahasa tidak jelas,tidak lugas,dan sulit dipahami, skor 10.
Nilai : a + b + c

o Format penilaian kegiatan diskusi“ Kembangkan Wawasanmu! “.


 Kegiatan1 :
1) Penilain kelompok yang maju/presentasi
Kelompok 1
Aspek yang TindakLa
SkorM Ketuntasan
No Nama Siswa dinilai Nilai njut
aks
a b c T BT R P
1
2
3
Ds
t

Keterangan:
T : Tuntas mencapai nilai KKM
BT : BelumTuntas jika nilai yang diperoleh kurang dari nilai KKM
R : Remedial
P : Pengayaan

Aspek dan rubrik penilaian kelompok:


No Indikator Penilaian Skor
1 Kedalaman Memberikan kejelasan dan kedalaman informasi
30
informasi. lengkap dan sempurna
Memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
20
lengkap dan kurang sempurna
Memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
10
kurang lengkap
2 Keaktifan Berperan sangat aktif dalam diskusi 30
dalam Berperan aktif dalam diskusi 20
diskusi/tugas Kurang aktif dalam diskusi 10
Kejelasan dan Mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi 40
3 kerapian Mempresentasikan dengan jelas dan rapi, 30
presentasi/ Mempresentasikan dengan sangat jelas dan
20
jawaban kurang rapi
Mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak
10
rapi

Pedoman Pen-Skoran :

Nilai = Jumlah Nilai Skor Yang diperoleh x100


Jumlah Skor maksimal

2) Penilaian sikap individu saat berdiskusi


Aktifitas Tingkat
Jumlah
Penguan Keterangan
No Nama Siswa Keaktifan Kerjasama Disiplin Skor
nilai
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
Dst

Rubrik :
Tingkat penguasan nilai Deskripsi Skor
BT (belum tampak) Jika belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang
1
dinyatakan dalam indicator
MT (mulai tampak) Jika sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indicator tetapi belum 2
konsisten
MB (mulai berkembang) Jika sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang
3
dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten
MK ( membudaya) Jika terus menerus konsisten memperlihatkan perilaku yang
4
dinyatakan dalam indicator

Nilai = Jumlah Nilai Skor Yang diperoleh x100


Jumlah Skor maksimal
MATERI

1. Jalur Masuknya Islam di Indonesia


a. Teori Gujarat
Teori ini dipopulerkan oleh seorang orientalis yang meneliti tentang Islam
Indonesia dia adalah Snouck Hurgronje. Ia menyatakan bahwa agama Islam baru
masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari
Kambay, Gujarat, India. Memang sebagian besar sejarawan asal Belanda, memegang
teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak Benua India. Salah seorang ilmuwan
barat tersebut adalah Pijnappel yang mengemukakan teori ini, dia mengkaitkan asal
mula Islam di Indonesia dengan daerah Gujarat dan Malabar. Menurutnya, orang-
orang Arab bermadzhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India yang
kemudian membawa Islam ke Nusantara. Kemudian Snouck Hurgronje
mengembangkan teori ini, dia berpendapat bahwa ketika Islam tiba di beberapa kota
pelabuhan Anak Benua India, banyak di antara mereka beragama Islam yang tinggal di
sana sebagai pedagang perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara.
Penjelasan ini didasarkan pada seringnya kedua wilayah India dan Nusantara
ini disebut dalam sejarah Nusantara klasik. Dalam penjelasan lebih lanjut, Pijnapel
menyampaikan logika terbalik, yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap
sebagai hasil kegiatan orang-orang Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari
Arab, melainkan dari India, terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika
logika ini dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara berasal
dari India, sesungguhnya ia dibawa oleh orang-orang Arab juga. Selain Snouck
Hurgronje dan Pijnappel masih ada beberapa sejarawan Belanda yang sepakat bahwa
Islam di Nusantara datang dari Gujarat dengan alasan bahwa batu nisan makam Raja
Malik al-Saleh yang merupakan raja kerajaan Samudera Pasai, Aceh, batu nisan ini
bertuliskan angka tahun 686H/1297M menggunakan nisan yang berasal dari Gujarat,
India. Selain itu batu nisan yang terdapat di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik,
Jawa Timur juga menunjukkan hal yang sama. Kedua batu nisan tersebut memiliki
persamaan bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat, India yang
sering digunakan oleh pemeluk agama Hindu Gujarat untuk membangun kuil-kuil
mereka. Dengan beberapa alasan tersebut mereka meyimpulkan bahwa Islam di
Nusantara berasal dari India.
Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan
bukti tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik, Jawa Timur. Fatimah
binti Maimun bin Hibatullah adalah seorang perempuan beragama Islam yang wafat
pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M). Batu nisannya ditulis
dalam bahasa Arab dengan huruf kaligrafi bergaya Kufi, serta merupakan nisan kubur
Islam tertua yang ditemukan di Nusantara. Makam tersebut berlokasi di desa Leran,
Kecamatan Manyar, sekitar 5 km arah utara kota Gresik, Jawa Timur. Batu nisan
tersebut memiliki perbedaan dengan batu nisan yang berada di Pasai maupun di makan
Maulana Malik Ibrahim. Dalam keterangan di batu nisan yang terdapat di Pasai dan
makam Maulana Malik Ibrahim pun memiliki keterangan waktu abad ke 13 M,
sementara makam Fatimah binti Maimun sudah sangat jelas menunjukkan waktu abad
ke-10 M. Artinya Islam telah masuk ke bumi Indonesia sebelum abad ke-10 M.
Keterangan yang bisa kita gali dari makam Fatimah binti maimun juga menunjukkan
bahwa beliau bukanlah dari India melainkan dari tanah Arab. Informasi inilah yang
kemudian menguatkan teori berikutnya yaitu teori Arab.

b. Teori Arab
Teori Arab dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia mengatakan bahwa
Islam datang ke Indonesia secara langsung dari Arab tidak melalui perantara bangsa lain
dahulu. Beberapa bukti sejarah dikemukakan untuk menguatkan teori ini. Teori ini
mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah (Arab) sebagai
pusat agama Islam sejak abad ke-7.
Salah satu sejarawan yang mendukung teori ini ialah Prof. Hamka. Dia
menyatakan bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriah (abad
ke 7-8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur perdagangan yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulai melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di
Cina (Asia timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai-nilai
ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam
pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung
jauh sebelum tarikh masehi.
Hamka berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok yang
dicatat oleh Pendeta Budha I-Tsing yang melakukan perjalanan dari Canton menuju
India. Perjalanan teresbut menggunakan kapal Posse dan pada tahun 674M ia singgah di
Bhoga (yang sekarang dikenal dengan Palembang, Sumatera Selatan) di Bhoga ia
menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera
(Barus) tersebut. Sebagian orang-orang Arab ini diceritakan melakukan perkawinan
dengan wanita lokal. Komunitas Arab ini disebutnya sebagai komunitas Ta-Shih dan
Posse. Mereka adalah para pedagang yang telah lama menjalin hubungan perdagangan
dengan kerajaan Sriwijaya. Karena demi hubungan perdagangan itulah kemudian
kerajaan Sriwijaya memberikan daerah khusus untuk mereka. Menurut T.W. Arnold,
disamping melakukan perdagangan, anggota komunitas Muslim ini juga melakukan
kegiatan-kegiatan penyebaran dakwah Islam. Bukti berikutnya adalah kesamaan
madzhab yang dianut penduduk muslim samudra Pasai (Syafi'i), dengan madzhab
Syafi'I yang dianut oleh muslim Mekkah.
Selain Hamka, Thomas W Arnold juga berpandangan bahwa, para pedagang
Arab telah menyebarkan Islam ketika mereka menjadi pemain dominan dalam
perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8
Masehi. Meskipun tidak terdapat catatan-catatan sejarah tentang kegiatan mereka dalam
penyebaran Islam, namun ia berasumsi bahwa mereka juga terlibat dalam penyebaran
Islam kepada penduduk lokal di Indonesia. Selain kedua tokoh tersebut, beberapa tokoh
sejarawan juga mendukung teori ini, antara lain Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi,
Azyumardi Azra dan lain-lain. Selain informasi tersebut, Azyumardi Azra
menambahkan, bahwa ditemukannya adaptasi-adaptasi lain yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia atas pengaruh bangsa Arab ini. Misalnya saja dari segi bahasa dan tradisi,
misalnya pada kata dan tradisi bersila yang sering dilakukan oleh bangsa Indoensia
adalah tradisi yang dilakukan oleh tradisi bangsa Arab atau Persia yang egaliter.
Sedangkan, Sayyed Naquib Al Attas dalam bukunya “Islam dan Sejarah
Kebudayaan Melayu” menyatakan bahwa sebelum abad XVII seluruh literatur Islam
yang relevan tidak mencatat satupun penulis dari India. Pengarang-pengarang yang
dianggap oleh Barat sebagai India ternyata berasal dari Arab atau Persia, bahkan apa
yang disebut berasal dari Persia ternyata berasal dari Arab, baik dari aspek etnis maupun
budaya. Nama-nama dan gelar pembawa Islam pertama ke Nusantara menunjukkan
bahwa mereka orang Arab atau Arab-Persia. Diakui, bahwa setengah mereka datang
melalui India, tetapi setengahnya langsung datang dari Arab, Persia, Cina, Asia Kecil,
dan Magrib (Maroko). Meski demikian, yang penting bahwa faham keagamaan mereka
adalah faham yang berkembang di Timur Tengah kala itu, bukan India. Sebagai contoh
adalah corak huruf, nama gelaran, hari-hari mingguan, cara pelafalan Al-Quran yang
keseluruhannya menyatakan ciri tegas Arab.

Disamping pendapat di atas, makam Fatimah Binti Maimun di Leran Jawa


Timur semakin menguatkan teori ini. Fatimah binti Maimun bin Hibatullah adalah
seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah
(2 Desember 1082 M). Inskripsi nisan terdiri dari tujuh baris, berikut ini adalah bacaan
Jean Piere Moquette yang diterjemahkan oleh Muh. Yamin, sebagai berikut;

 Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah
 Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu adalah bersifat fana
 Tetapi wajah Tuhan-mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap kekal adanya
 Inilah kuburan wanita yang menjadi kurban syahid bernama Fatimah binti Maimun
 Putera Hibatu'llah yang berpulang pada hari Jumiyad ketika tujuh
 Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495
 Yang menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi
 Bersama pula Rasulnya Mulia

Selain argumen di atas, Azyumardi berpendapat tentang masuknya Islam ke


Nusantara. Menurut Azyumardi bahwa Islam datang di Nusantara pada abad ke-7 M,
namun baru dianut oleh para pedagang-pedagang Arab yang berdagang di Nusantara
saja dan baru mulai tersebar dan dianut oleh masyarakat Nusantara pada abad ke-12,
yang disebarkan oleh para sufi pengembara yang berasal dari Arab. Alasan ini
dikuatkan oleh corak Islam awal yang di anut oleh masyarakat Nusantara ialah Islam
sufistik, karena pada masa al-Gazali (Dinasti Abbasiyah) muncul sufi-sufi pengembara
yang bertujuan untuk menyebarkan Islam tanpa pamrih, maka sufi-sufi inilah yang
disinyalir datang dan menyebarkan Islam di Nusantara.
c. Teori Persia
Pembangun teori Persia ini adalah Hoesein Djajaningrat. Teori Persia lebih
menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat
Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia di antaranya,
1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
2) Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
3) Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-
tanda bunyi Harakat.
4) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5) Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Djajaningrat juga dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang
mempertahankan disertasi di Universitas Leiden, Belanda, pada 1913. Disertasinya
tersebut berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (Pandangan Kritis
mengenai Sejarah Banten).
d. Teori China
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
(khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Menurut teori ini, dicetuskan
orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal
di Indonesia seperti Slamet Mulayana dan Sumanto Al Qurtuby. Pada masa Hindu-
Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama
melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M,
masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus
Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik (sumber luar negeri) pada masa Dinasti
Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian
selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Teori Cina didasarkan pada sumber luar negeri (kronik) maupun lokal
(babad dan hikayat). Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja
Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan
Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk
Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-
raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek
Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti
“Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah
wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-
masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di
berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa.
Pelabuhan penting pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-
catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina. Diperkuat
pula oleh pendapat dari KH. Abdurrahman Wahid yang menyatakan bahwa Terdapat
tiga gelombang kedatangan Islam di Nusantara. Gelombang pertama berasal dari
perwira-perwira atau tokoh-tokoh Islam di Cina. Gelombang kedua berasal dari
Bangladesh yang membawa pengaruh Mazhab Syafi’i. Gelombang ketiga berasal dari
para pedagang Gujarat.
Daerah yang mula-mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau
Sumatera. Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa
tempat penyebarannya adalah :
o Pesisir Sumatera bagian Utara di Aceh
o Pariaman di Sumatera Barat
o Gresik dan Tuban di Jawa Timur
o Demak di Jawa Tengah
o Banten di Jawa Barat
o Palembang di Sumatera Selatan
o Banjar di Kalimantan Selatan
o Makassar di Sulawesi Selatan
o Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
o Sorong di Irian Jaya
Namun, yang perlu kita ketahui adalah bahwa Islam disebarkan di negeri
tercinta Indonesia tidak dengan kekerasan. Berbangga hatilah karena kita dikaruniai
negara sebagai penduduk dengan mayoritas muslim terbesar di dunia dan prestasi ini
diperoleh dengan tanpa kekerasan. Berdakwahlah dengan hikmah, nasehat, dan karya
nyata yang bermanfaat untuk orang banyak.

2. Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia


Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa Islam datang ke Indonesia secara
berangsur-angsur dan tidak sekaligus. Pada uraian ini akan dijelaskan mengenai strategi
dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia. Yang pasti Islam masuk ke Indonesia,
bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di
Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena
memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 “laa ikraha fi
al-diin”: Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256). Paling tidak terdapat
beberapa cara yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia, seperti
perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian atau budaya dan tasawuf.
a. Perdagangan
Sejak awal Masehi, kawasan Asia Tenggara telah berfungsi sebagai jalur lintas
perdagangan yang menghubungkan wilayah Asia Timur dan Asia Selatan. Dari
kawasan Asia Selatan, hubungan pelayaran antarbenua terus berlanjut ke barat hingga
mencapai Eropa. Prof Dr Hasan Muarif Ambary mengungkapkan bahwa sejak abad
ke-5 M, kawasan Asia Tenggara menjadi lebih ramai dengan hadirnya pedagang dan
pelaut dari berbagai negara yang biasa berlayar melalui wilayah itu. Globalisasi
perdagangan itu juga menjadi saluran bagi masuknya berbagai pengaruh tradisi besar
di kawasan Asia Tenggara. Salah satunya adalah ajaran Islam.
Berdasarkan data sejarah bahwa perdagangan merupakan media dakwah yang
paling banyak dilakukan oleh para pnenyebar agama Islam di Indonesia. Hal ini dapat
kita lihat dari adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 M hingga ke
16 M. Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak
dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari berdagang
mereka juga mencari menyiarkan agama Islam. Fakta sejarah ini dapat diketahui
berdasarkan data dan informasi yang dicatat oleh Tome’Pires bahwa seorang musafir
Portugis menceritakan tentang penyebaran Islam antara tahun 1512 sampai tahun 1515
Masehi, yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan Maluku. Ia juga
menyatakan bahwa pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir Pulau Jawa
yang ketika itu masih penganut Hindu dan Budha maupun animisme dan dinamisme.
Para penyebar agama Islam berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan
para ahli agama dari luar sehingga jumlah mereka semakin bertambah banyak.
Di beberapa tempat para bupati yang ditugaskan di daerah pesisir oleh kerajaan
Majapahit banyak yang kemudian memeluk Islam. Para bupati tersebut memeluk
Islam bukan hanya karena faktor politik yang sedang tidak stabil di kekuasaan
Majapahit, namun juga karena faktor hubungan ekonomi yang baik dengan para
pedagang muslim. Hubungan dagang yang baik akhirnya memberikan kekuatan secara
ekonomi bagi para saudagar muslim dan mengukuhkan kebaradaan mereka sebagai
mitra para bupati dan penduduk setempat. Kekuatan ini memberikan pengaruh secara
sosial maupun psikologis yang dengan sendirinya memudahkan agama Islam dapat
diterima oleh para bupati dan penduduk setempat. Karena pada saat itu, hampir semua
jalur-jalur strategis perdagangan internasional dikuasai oleh para pedagang muslim,
maka mau tidak mau jika para bupati ingin memajukan daerahnya dari segi
pembangunan ekonomi maka ia harus bekerjasama dengan para pedagang muslim.
b. Perkawinan
Proses penyebaran Islam di Indonesia juga banyak dilakukan melalui pernikahan
antara para pedagang muslim dengan wanita Indonesia. Jalur perdagangan
internasional yang dikuasai oleh para pedagang muslim menjadikan para pedagang
Islam memiliki kelebiahn secara ekonomi. Para pedagang muslim yang tertarik dengan
wanita-wanita Indonesia yang ingin menikah mensyaratkan agar para wanita tersebut
haruslah memeluk Islam sebagai prasayarat dalam sebuah pernikahan. Karena di
dalam Islam tidak diperbolehkan pernikahan dengan perbedaan agama. Dan para
penduduk lokal tidak keberatan dengan prasayarat tersebut. Dari pernikahan ini bukan
hanya menjadikan penganut agama Islam semakin banyak, namun juga semakin
mengukuhkan generasi-generasi Islam di Indonesia buah dari pernikahan mereka.
Apalagi jika yang terjadi adalah pernikahan antara keluarga bangsawan dengan
keluarga parasaudagar muslim. Tentu akan semakin menguatkan posisi tawar mereka
di masyarakat. Dari pernikahan ini kemdian terbentuklah komunitas-komunitas
muslim di Indonesia. Sebagai contoh yang dapat dikemukakan adalah pernikahan
antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila dan antara Sunan
Gunung Jati dengan Puri Kawunganten, Raja Brawijaya dengan Putri Campa dan lain-
lain.
c. Pendidikan
Proses masuknya Islam juga dilakukan melalui proses pendidikan. Para ulama
banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam. Di lembaga pendidikan inilah
para ulama semakin menguatkan posisi agama Islam dengan pengajaran-pengajaran
ajaran agama Islam. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjadi ciri awal
penyebaran Islam adalah pesantren. Istilah pesantren untuk menunjukkan sebuah
lembaga pendidikan banyak digunakan oleh ulama jawa dan madura sementara di
Aceh dikenal dengan “dayah” dan di Minangkabau dikenal dengan nama “Surau”.
Awalnya pesantren atau dayah atau surau adalah bentuk kegiatan keagamaan yang
kemudian berubah menjadi suatu lembaga kegiatan kependidikan. Bahkan dalam
catatan Howard M. Federspiel-salah seorang pengkaji keIslaman di Indonesia,
menjelang abad ke-12 pusat-pusat pendidikan di Aceh, Palembang (Sumatera), Jawa
Timur dan di Gowa (Sulawesi) pesantren atau dayah telah menghasilkan tulisan-
tulisan penting dan menarik santri untuk belajar.
Dalam literatur sejarah, pesantren banyak diasosiasikan mendapat pengaruh dari
kegiatan pendidikan Hindu dan Budha. Kata “santri” juga menunjukkan seseorang
yang sedang menuntut ilmu agama Budha secara mendalam di kuil-kuil Budha untuk
kemudian dijadikan calon-calon pemuka agama atau bhiksu. Kata santri Pertama,
berasal dari bahasa sansekerta, yaitu "sastri", yang berarti orang yang melek huruf.
Kedua, berasal dari bahasa jawa, yaitu "cantrik", yang berarti seseorang yang
mengikuti pemuka agama (bhiksu) di mana pun ia pergi dan menetap untuk menguasai
suatu keahlian tersendiri.
Begitu pula pesantren, namun yang membedakannya adalah, di dalam agama
Islam tidak dikenal perbedaan status sosial antara yang satu dengan yang lainnya,
sehingga semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Hal
ini berbeda dengan di agama Hindu dan Budha kala itu, mereka memiliki strata sosial
yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya dalam bentuk penggolongan
kasta-kasta. Hal ini menjadikan tidak semua orang diperbolehkan baik secara sosial
maupun agama oleh mereka untuk mendapatkan akses pendidikan. Hal ini lah yang
menjadi kelebihan pesantren atau dayah atau surau yang dikembangkan oleh umat
Islam yaitu dapat diakses oleh siapapun, karena di dalam Islam menuntut ilmu adalah
suatu kewajiban baik itu bagi laki-laki maupun perempuan, dan para penganut agama
Hindu dan Budha yang merasa tidak mendapat akomodasi dalam hal pendidikan di
komunitas agamanya akan memilih memeluk Islam. Dengan semakin banyaknya
penganut agama Hindu dan Budha belajar di pesantren, dayah atau surau semakin
meningkatkan jumlah masyarakat yang memeluk Islam. Dari situ kita juga memahami
bahwa peran pesantren atau dayah atau surau sudah sejak awal Islam masuk ke
Indonesia telah memerankan peran yang penting didalam proses mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Di antara lembaga pendidikan pesantren yang tumbuh pada masa awal Islam
adalah Pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta. Pesantren Giri
yang didirikan oleh Sunan Giri yang popularitasnya melampaui batas pulau Jawa
hingga ke Maluku. Bahkan menurut catatan sejarah Sunan Giri dan para ulama lainnya
pernah diundang ke Maluku untuk memberikan pelajaran agama Islam. Banyak dari
mereka yang menjadi guru, khatib (pengkhutbah), hakim (qadli) bahkan muadzin di
Maluku dengan imbalan berupa cengkeh.
Dengan cara-cara pendidikan tersebut agama Islam terus meluas ke seluruh penjuru
nusantara.

d. Tasawuf
Para penganut tasawuf atau sufi umumnya adalah pengembara. Mereka dengan
sukarela mengajar penduduk lokal berbagai hal. Mereka sangat memahami para
penduduk lokal dari berbagai sisi. Para sufi memiliki sifat dan berbudi pekerti yang
baik sehingga memudahkan mereka bergaul dan memahami masayarakat setempat.
Mereka memahami kemiskinan dan keterbelakangan sekaligus juga memahami
kesehatan spiritual masyarakat. Mereka juga memahami hal magis yang menjadi satu
bidang yang digandrungi masyarakat yang menganut paham animisme dan dinamisme
kala itu, hal menjadikan para sufi ini mampu melihat celah yang dapat dimasuki
ajaran-ajaran Islam. Dengan tasawuf bentuk ajaran Islam yang disampaikan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka. Di antara para
sufu yang memberikan ajaran Islam kepada masyarakat adalah Hamzah Fansury dari
Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung dari Jawa. Bahkan pengikutnya
masih banyak hingga kini.
e. Kesenian dan Budaya
Para tokoh Muslim ini mengajarkan agama Islam menurut bahasa dan adat
istiadat setempat. Mereka inilah yang memiliki peran besar dalam menyebarkan dan
mengembangkan Islam di Indonesia. Sebagian besar nama-nama mereka telah
melegenda, seperti WaliSanga. Penyebaran Islam melalui kesenian atau budaya
sepertinya yang paling banyak mempengaruhi masyarakat. Penyebaran Islam melalui
kesenian berupa wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur
kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti WaliSanga untuk menarik
perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik
kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik karena media
kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah
meminta bayaran pertunjukkan seni, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian cerita wayang masih dipetik
dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan
nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan media islamisasi,
seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni arsitektur seperi terlihat pada
masjid-masjid peninggalan para ulama wali Sanga, dan seni ukir yang terdapat pada
kediaman atau pada masjid-masjid peninggalan para wali.

Anda mungkin juga menyukai