Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rahmad Aden Sadewo

Kelas :C

NIM : 19410080

Sejarah Perkembangan Filsafat Manusia pada Masa Klasik Yunani

Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu

sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata

yaitu philos dan shopia. Philos berarti senang, gemar, atau cinta, sedangkan sophia dapat

diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu, filsafat dapat diartikan sebagai suatu

kecintaan kepada kebijaksanaan.1

Dalam sejarah filsafat pada era Yunani klasik, banyak sekali tokoh-tokoh yang muncul.

Namun, terdapat masa yang dimana yang merupakan masa-masa filsafat berjaya yang

disebut “Masa Keemasan”. Hal ini dikarenakan lahirnya tokoh pertama dari tiga generasi

filsuf besar Yunani, yaitu Socrates. Dua generasi selanjutnya yaitu Plato, dan Aristoteles.

Berikut adalah pemikiran-pemikiran mereka mengenai manusia dalam kajian filsafat :

1) Socrates (470 – 399 SM)

Socrates lahir di Athena sekitar 470 – 399 SM. Ia merupakan generasi pertama

dari tiga generasi ahli filsafat besar Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates

juga dikenal sebagai salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting yang

mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. 2 Dari sudut sejarah

filsafat, Socrates dapat dinilai sebagai filsuf Yunani pertama yang begitu serius dan

intensif menjadikan manusia sebagai salah satu tema sentral dalam pemikiran.

1. Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (PT. Refika Aditama, Bandung, 2004), hlm 1
2. Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), hlm 47
Oleh karena itu, ia sering juga dianggap sebagai tokoh yang telah berhasil

menurunkan filsafat dari langit ke bumi.3 Socrates dengan pemikiran filsafatnya selalu

berusaha untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai

nilai-nilai jasmaniah dan ruhaniah. Menurutnya kedua hal itu tidak dapat dipisahkan

dan karena keterkaitan kedua hal itulah banyak nilai dihasilkan. 4 Socrates percaya

bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan manusia pada dasarnya adalah

jujur, dan kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan dalam

membebani kondisi seseorang.5 Baginya, yang pertama harus diselesaikan adalah

kenalilah dirimu, siapa saya? Mengenal dengan baik siapa dirimu dapat mengantar

pada pengenalan terhadap di luar saya yang lebih asasi dan menjadi penentu

segalanya.6

2) Plato (427 – 347 SM)

Plato lahir di Athena tahun 427 SM. Ia adalah murid sekaligus sahabat diskusi

Socrates. Selain dikenal sebagai murid Socrates dan gurunya Aristoteles, Plato dikenal

sebagai salah seorang filsuf Yunani yang sangat berpengaruh. Karyanya yang paling

terkenal Republic (dalam bahasa Yunani : Politeia, “negeri”). Dalam bukunya ini dia

menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”. 7 Plato

menyumbangkan menyumbangkan ajaran tentang “idea”. Menurut Plato, hanya

idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya

(idea) yang kekal.8

3. Juraid Abdul Latief, Manusia, Filsafat, dan Sejarah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara), hlm 15
4. Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), hlm 48
5. Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), hlm 50
6. Setyani Alfinuha, “Manusia; Pemikiran Socrates dan Aristoteles”, dikutip dari
https://www.kompasiana.com/amp/setyanialfinuha/manusia-pemikiran-socrates-dan-
aristoteles_54f760f8a3331113368b4650, (diakses pada 9 Februari 2020, pukul 10.25))
7. Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), hlm 4
8. Dedi Yulianto, “Filsafat Zaman Yunani Kuno”, dikutip dari
https://slideshare.net/mobile/dediyulianto370/filsafat-zaman-yunani-kuno, (diakses 9 Februari 2020, pukul
9.29)
Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang

selalu berubah-ubah dan warna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea.

Sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli yakni idea. Karenanya,

dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab hanyalah

merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia

pengalaman.10 Melihat Idea Plato dalam bukunya Republic membuat orang

berkepastian bahwa andaikata Plato bertemu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

wasallam, maka Plato akan menjadi umat Islam yang sholeh, karena Nabi

menyeimbangkan logika, etika, estetika bahkan ayat-ayat logika dan etika

diseimbangkan dalam Islam.11

3) Aristoteles (384 – 322 SM)

Aristoteles adalah murid dari Plato. Ia lahir di Stagyra, Yunani Utara pada

tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia Amyntas. Ia mewarisi

pengetahuan empiris dari ayahnya.12 Menurut Aristoteles, filsafat ilmu adalah sebab

dan asas segala benda. Filsafat sebagai refleksi dari pemikiran sistematis manusia

atas realitas dan sekitarnya, tidak berdiri sendiri dan tidak tumbuh di tempat atau

rumah yang kosong. Oleh karenanya, dalam sejarah pemikiran manusia terdapat

tokoh pemikir ataupun filsuf yang selalu muncul dari zaman ke zaman dengan tema

yang berbeda-beda. Aristoteles membagi filsafat menjadi beberapa bagian, yaitu

logika, filosofia teoritika, filosofia praktika, dan filosofia aktiva. Hasil pemikiran

Aristoteles yang lainnya yaitu Hule dan Morfe, Aktus dan Potensia, dan Abstraksi.

Dalam bukunya Ethics, Aristoteles menekankan bahwa tujuan alamiah

manusia adalah kebahagiaan.


10. Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), hlm 53
11. Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung : PT. Refika Aditama), hlm 6
12. Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), hlm 67
Dia menyimpulkan bahwa kebahagiaan adalah aktivitas jiwa agar sesuai

dengan kebijakan yang sempurna. Kebaikan sejati hanya bisa dicapai dengan

mengupayakan kehidupan moral dan dan kebaikan intelektual. 13 Dia berpendapat,

bahwa nyaris setiap orang mendambakan kebahagiaan sebagai tujuan akhir. Baginya,

kebahagiaan yang dimaksud lebih merupakan nilai keutamaan dari kehidupan kita

yang dihidupi hingga saat ini, yang mana kebahagiaan itu merupakan ukuran

seberapa jauh kita telah mengoptimalkan potensi kita sebagai umat manusia. 14

Nampak dalam pemikiran Aristoteles, bahwa fungsi khas manusia adalah

kemampuannya untuk bernalar, yang mana dengan penalaran kita dapat mencapai

tujuan-tujuan kita, memecahkan masalah, dan mendapatkan kehidupan yang secara

kualitatif sama sekali berbeda dari hewan dan tumbuhan.15

13. Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), hlm 53


14. Sandy Hardian Susanto Herho, Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bandung : PSIK ITB), hlm 68
15. Sandy Hardian Susanto Herho, Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bandung : PSIK ITB), hlm 69

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latief, Juraid. (2006). Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Dedi Yulianto. (2013, 12 Des). Filsafat Zaman Yunani Kuno. Dikutip dari

https://slideshare.net/mobile/dediyulianto370/filsafat-zaman-yunani-kuno, (diakses 9

Februari 2020, pukul 9.29)

Maksum, Ali. (2017). Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Setyani Alfinuha. (2004, 9 Mei). Manusia; Pemikiran Socrates dan Aristoteles. Dikutip dari

https://www.kompasiana.com/amp/setyanialfinuha/manusia-pemikiran-socrates-dan-

aristoteles_54f760f8a3331113368b4650, (diakses pada 9 Februari 2020, pukul 10.25)


Susanto Herho, Sandy Hardian. (2016). Pijar Filsafat Yunani Klasik. Bandung : Perkumpulan

Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB (PSIK ITB).

Syafiie, Inu Kencana. (2004). Pengantar Filsafat. Bandung : PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai