Anda di halaman 1dari 14

JURNAL PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

SPEKTROFOTOMETRI UV - VIS

Disusun oleh :
Listyowati
KA 2017
17030234005

PROGAM STUDI KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna
pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dengan detektor fototube (Underwood, 1986).
Spektrofotometer UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometer sinar
tampak (Visible) digunakan untuk menentukan konsentrasi, panjang gelombang
serapan maksimum(𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠) dan nilai absorbansi atau transmitansi sinar pada
mengukur intensitas sampel larutan. Hasil pengukuran menggunakan
spektrofotometer merupakan fungsi absorbansi atau transmitansi terhadap
panjang gelombang sinar (Basset, 1994).
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis, yaitu spektrofotometer UV
dan Visible atau yang biasa disebut sebagai spektrofotometer sinar tampak.
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak.
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya
oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang sekitar 400 nm (ungu) sampai
750 nm (merah) (Day & Underwood, 2002).
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri ini adalah
bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan
kuantitas zat yang sangat kecil. Komponen – komponen spektrofotometer UV
– Vis terdiri dari sumber radiasi yang stabil dan berkelanjutan (kontinyu);
sistem lensa, cermin dan celah untuk membatasi, membuat paralel dan
memfokuskan berkas sinar; monokromator untuk menyeleksi sinar menjadi
lamda tertentu (sinar monokromatis); kontainer atau tempat sampel yang
transparan biasa disebut dengan sel atau kuvet; detektor yang dirangkaikan
dengan readout atau piranti baca untuk menangkap sinyal dari sinar yang
masuk sesuai dengan intensitas cahayanya dan ditampilkan pada layar readout.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan pergeseran panjang gelombang untuk
penambahan asam, basa, dan netral?
2. Bagaimana menentukan panjang gelombang optimum dengan larutan
konsentrasi terendah
3. Bagaimana menentukan absorbansi standar?
4. Bagaimana menentukan konsentrasi sampel?
4.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:
1. Dapat menentukan pergeseran panjang gelombang untuk penambahan
asam, basa, dan netral.
2. Dapat menentukan panjang gelombang optimum dengan larutan
konsentrasi terendah.
3. Dapat menentukan absorbansi standar.
4. Dapat menentukan konsentrasi sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spectrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan Panjang gelombang tertentu sedangkan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relative jika
energi ditransmisikan. Dalam spektrofotometer, terdapat sumber cahaya
berupa lampu (Tungsten, Deutrium atau Wolfram), kolimator untuk memotong
sinar yang menyebar, prisma berfungsi untuk menyeleksi spektrum cahaya atau
dapat juga menggunakan grating atau kisi, cuvet untuk wadah sampel
sedangkan blanko sebagai pembanding dan detektor cahaya (fotometer) untuk
menangkap cahaya yang ditransmisikan oleh sampel. Cahaya yang diseleksi
oleh prisma atau grating dilewatkan pada sampel dan blangko atau sel
pembanding kemudian ditangkap oleh fotometer berupa intensitas cahaya.
Perbandingan intensitas cahaya yang melewati sampel dan blanko disebut
sebagai transmitansi cahaya yang disebutkan pada hukum Lambert-Beer
(Khopkar, 2010). Hukum Lamber-Beer dapat menyatakan hubungan antara
serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Persamaan Lamber-Beer
adalah sebagai berikut :
A = - log T = ε b c

Dengan: A = absorbansi,
T = transmitan,
ε = absortivitas molar (Lcm-1.mol-1),
b = panjang sel (cm),
c = konsentrasi zat (mol/L).
Pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang
digunakan disebut spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan metode
analisis kuantitatif berdasarkan pengabsorbansi energi cahaya oleh analit.
Menurut Underwood (1986), spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa
yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Prinsip dasar dari spektrofotometri yaitu larutan sampel menyerap radiasi
elekromagnetik berupa energi foton dan jumlah intensitas radiasi yang diserap
oleh larutan sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit dalam larutan
sampel. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar
yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
2.2 Spektrofotometer UV – Vis
Spektrofotometer UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometer sinar
tampak (Visible) digunakan untuk menentukan konsentrasi, panjang gelombang
serapan maksimum (𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠) dan nilai absorbansi atau transmitansi sinar pada
mengukur intensitas sampel larutan. Hasil pengukuran menggunakan
spektrofotometer merupakan fungsi absorbansi atau transmitansi terhadap
panjang gelombang sinar (Basset, 1994). Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis
adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground
state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar
ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan
eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat
dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul (Sumar
hendayana. 1994).
Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm
sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Panjang
gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan
frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ).
Bilangan gelombang (v) adalah satu satuan per panjang gelombang. Amplitudo
gelombang adalah disturban maksimum dari garis horizontal (Dachriyanus,
2004).
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri ini adalah
bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan
kuantitas zat yang sangat kecil. Spektrofotometri menyiratkan pengukuran
jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu
fungsi dari panjang gelombang radiasi. Analisis spektrofotometri digunakan
suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu.
Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar
pita kurang dari 1 nm (Sastrohamidjojo,1999).
2.3 Komponen Spektrofotometri UV Vis
Komponen – komponen spektrofotometer UV – Vis terdiri dari sumber
radiasi yang stabil dan berkelanjutan (kontinyu); sistem lensa, cermin dan celah
untuk membatasi, membuat paralel dan memfokuskan berkas sinar;
monokromator untuk menyeleksi sinar menjadi lamda tertentu (sinar
monokromatis); kontainer atau tempat sampel yang transparan biasa disebut
dengan sel atau kuvet; detektor yang dirangkaikan dengan readout atau piranti
baca untuk menangkap sinyal dari sinar yang masuk sesuai dengan intensitas
cahayanya dan ditampilkan pada layar readout. Berikut adalah gambar dari
komponen spektrofotometri UV – Vis :

Gambar. 1 komponen Spektrofotometri UV – Vis


(Sitorus, 2009).
Komponen-komponen peralatan spektrofotometer UV-Vis dijelaskan
secara garis besar sebagai berikut:
1. Sumber Cahaya
Sebagai sumber radiasi UV digunakan lampu Hidrogen (H) atau
lampu Deutirium (D). Sedangkan sumber radiasi tampak yang juga
menghasilkan sinar Infra Merah (IR) dekat menggunakan lampu
filament tungsten yang dapat menghasilkan tenaga radiasi 350-3500
nm. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.
Untuk sepktrofotometer.
2. Monokromator
Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar
polikromatis (banyak panjang gelombang). Monokromator berfungsi
untuk mengurai sinar tersebut menjadi monokromatis sesuai yang
diinginkan. Monokromator terbuat dari bahan optic yang berbentuk
prisma.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi
spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna
sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang
dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang
digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan. Dengan adanya
pendispersi hanya ada satu jenis cahaya atau cahaya dengan Panjang
gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Berikut adalah proses
disperse atau penyebaran cahaya :

Gambar. 2 Proses disperse (penyebaran cahaya)


()
3. Tempat Sampel
Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal
dengan istilah kuvet. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas,
namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang
lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat
menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer
sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan
lebar 1 cm. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak
menyerap sinar yang dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak
bereaksi dengan sampel dan pelarut.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus
listrik atau peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan
pencatat (printer). Tenaga cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik
akan mencatat secara kuantitatif tenaga cahaya tersebut. Syarat – syarat
sebuah detector adalah sebagai berikut :
 Mempunyai kepekaan yang tinggi
 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai Panjang gelombang
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga
radiasi
(Sitorus, 2009).
5. Read out merupakan suatu system baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detector.
2.4 Jenis jenis Spektrofotometri UV Vis
Adapun jenis-jenis spektrofotometri, yaitu :
1. Spektrofotometri Infra Merah
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang
berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada
Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
2. Spektrofotometri Raman
Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM) .Apabila media transparan
tersebut mengandung hanya partikel dengan ukuran dimensi atom
(permukaan 0,01 A2) maka akan terjadi percikan radiasi dengan
intensitas yang sangat lemah. Radiasi hamburan tersebut dikenal dengan
hamburan Rayleigh.
3. Spektrofotometri Fluorescensi dan Fosforescensi
Suatu zat yang berinteraksi dengan radiasi, setelah mengabsorpsi radiasi
tersebut, bisa mengemisikan radiasi dengan panjang gelombang yang
umumnya lebih besar daripada panjang gelombang radiasi yang diserap.
Fenomena tersebut disebut fotoluminensi yang mencakup dua jenis
yaitu fluoresensi dan fosforesensi. Fluoresensi terjadi dalam selang
waktu lebih pedek daripada fosforesensi.
4. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti
Metode baru sebagai anggota baru teknik soektroskopi yang diberi
nama “Nuclear Magnetic Resonance (NMR)”. Para ilmuwan di
Indonesia mempopulerkan metode ini dengan nama spektrofotometer
Resonansi Magnet Inti (RMI). Spektrofotometri RMI sangat penting
artinya dalam analisis kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur
molekul zat organik.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis
spektrofotometri UV-VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan senyawa spektrofotometri visibel
karena senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa yang berwarna
pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut
(Ibnu Ghalib, 2012). Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus
diperhatikan:
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah
menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil.
c. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.
Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan
berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan
berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan
hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (X).
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T
adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik) (Gandjar & Rohman,
2007).
2.5 Metil Merah dan Warna Komplementer
Metil merah merupakan salah satu zat warna azo yang digunakan dalam
pewarnaan kain. Metil merah ini memiliki gugus azo, yang merupakan zat
warna sintesis dan paling reaktif dalam proses pencelupan bahan tekstil. Metil
merah mempunyasi sistem kromofor gugus azo (-N=N-) yang berikatan dengan
gugus aromatik. Metil merah jika dilarutkan dalam air akan menjadi zwitter ion.
Jika berada dalam suasana asam, senyawa ini berupa HMR akan berwarna
merah dan memiliki 2 bentuk resonansi. Dalam suasana basa, ion akan hilang
dan menjadi anion MRyang berwarna kuning (Basset, 1994). Metil Merah
(Methyl Red) adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2,
senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam basa. Indikator ini
berwarna merah pada pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning diatas 6,2. Warna
transisinya menghasilkan warna jingga (Hendayana, 1994). Berikut ini adalah
struktur dari metal merah :

Gambar 2. Struktur Metil merah


Warna komplementer merupakan gelombang yang diteruskan ke mata,
panjang gelombang itulah yang akan menentukan warna medium. Suatu warna
dikatakan sebagai warna komplementer apabila cahaya yang diserap dapat
dilihat oleh mata, karena cahaya yang diteruskan dan diabsorbsi menyusun
warna putih aslinya. Serupa pula objek berwarna yang kedap cahaya menyerap
beberapa panjang gelombang dan memantulkan panjang- panjang gelombang
yang lain, bila dikenai cahaya putih (Day & Underwood, 2002). Beberapa
warna komplementernya terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel. 1 Tabel warna komplementer dari Panjang gelombang
Panjang Warna Warna Komplementer
Gelombang(nm)
400 – 435 Ungu Kuning kehijauan
435 – 480 Biru Kuning
480 - 490 Hijau kebiruan Orange
490 – 500 Biru kehijauan Merah
500 - 560 Hijau Merah ungu
560 - 580 Kuning kehijauan Ungu
580 - 595 Kuning Biru
595- 610 Orang Hijau kebiruan
610 - 750 Merah Biru kehijauan
(Aeni, 2010)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat
1. Spektofotomrter UV-vis Simadzu 1 buah
2. Labu ukur 10 mL Iwaki Pyrex 1 buah
3. Labu ukur 50 mL Iwaki 1 buah
4. Gelas ukur 10 mL Herma 1 buah
5. Gelas kimia Pyrex 3 buah
6. Botol semprot tidak bermerk 1 buah
7. Pipet tetes tidak bermerk 4 buah
8. Tabung reaksi Iwaki 5 buah
3.2 Bahan
1. Metil merah 50ppm 10 ml
2. NaOH 2 ml
3. HCl 2 ml
4. Aquades secukupnya

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Penentuan pergeseran panjamg gelombang untuk penambahan asam,
basa, dan netral
a. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar 50
mL, encerkan dengan aquades sampai tanda batas. Ukur
absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan
blangko aquades.
b. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar 50
mL, tambahkan 2 mL HCl 0,4 M, encerkan dengan aquades sampai
tanda batas. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600
nm dengan blangko akuades.
c. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar 50
mL, tambahkan 2 mL NaOH 0,4 M, encerkan dengan aquades
sampai tanda batas. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang
300-600 nm dengan blangko akuades.
d. Tentukan panjang gelombang optimum metil merah dalam suasana
asam, basa dan netral
3.3.2 Penyiapan larutan blanko
Buatlah larutan baku metil merah dengan konsentrasi 50 ppm.
Dari larutan baku tersebut untuk membuat larutan standar 1,3,5,7,10
ppm dengan menggunakan pengenceran bertingkat dan aquades sebagai
plearut sampai tanda batas.
3.3.3 Penentuan Panjang gelombang maksimum
Masukkan larutan standar dengan konsentrasi terendah ke dalam
kuvet. Ukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 300- 600 nm.
Buatlah kurva serapan (A vs 𝜆). Tentukan panjang gelombang optimum
larutan.
3.3.4 Penentuan kurva standar
Masukkan larutan standar dimulai dengan konsentrasi
terendah ke dalam kuvet. Lakukan pengukuran absorbansi
menggunakan panjang gelombang optimum. Lakukan langkah (1) dan
(2) untuk setiap konsentrasi larutan standar. Buatalah kurva serapan
(A vs C) Tentukan persamaan kurvanya
3.3.5 Penentuan konsentrasi sampel
Masukkan larutan sampel metil merah dengan konsentrasi
tertentu ke dalam kuvet. Lakukan pengukuran absorbansi menggunakan
panjang gelombang optimum. Catat absorbansinya. Hitung konsentrasi
larutan metil merah menggunakan persamaan kurva kalibrasi.
Daftar Pustaka

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.


Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Cetakan I. Padang: Andalas University Press.
Day, R. A., & Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Gandjar, Gholib, I., & Rohman, A. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ghalib, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai