Anda di halaman 1dari 14

Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur Berbasis Mikrokontroller ATMega16 (Evrita Lusiana Utari dkk)

SIMULASI ALAT ELEKTROSTIMULATOR AKUPUNTUR


BERBASIS MIKROKONTROLER ATMega16

Evrita Lusiana Utari1, Irawadi Buyung2, I Made Gde Gosali Putra3

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Respati Yogyakarta1,2,3)
Jl. Laksda Adisucipto Km 6,3 Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
E-mail: evrita_lusiana@yahoo.com

ABSTRACT

Elektrostimulator combined in acupunture therapy to provide the stimulation of electric energy at


the point of the meridians of the body. Granting the power to create a balance of energy (chi) in the
body. In administering the energy must pay attention to the voltage waveform, intensity, frequency and
timing of stimuli. The purpose of this research is to change the system tools from analog into digital by
changing the settings of the timer and frequency using the keypad that is controlled using the
Microcontroller ATMega16. Specifications of the simulation tool elektrostimulator acupunture
designed include the frequency setting of 5-100Hz, setting the intensity of a voltage 0 timer setting
until 25Vac 60 minutes and has a spike waveform mode continou and electrodes used floating types.
The test result show that simulated acupunture elektrostimulator tool result obtained in accordance
with the compliance with the specifications but there is little the percentage error of frequency
deviation i.e. 0.47% deviation of the timer of 0.29%, intensity of the voltage deviation of 0.073 % and
waveform was nearing the same against his theory.

Keywords : Acupunture, Ttherapeutic Elektrostimulator, Microcontroller ATMega16, Electrode.

1. PENDAHULUAN sehingga tidak akan menimbulkan rasa sakit


Terapi akupuntur terkini memanfaatkan bagi pengguna. Pengaturan frekuensi
alat elektrostimulator untuk membantu nantinya akan berhubungan dengan tujuan
memberi stimulasi energi pada titik - titik dari penggunaan elektrostimulator, yakni
meridian pada tubuh. Elektrostimulator untuk memberikan efek peningkatan energi
adalah instrumen penunjang yang (tonifikasi) dengan frekuensi rendah dan
menghasilkan gelombang listrik dengan efek melemahkan (sedasi) dengan frekuensi
bentuk gelombang, intensitas tegangan dan tinggi.
frekuensi rangsang tertentu. Pengaturan intensitas tegangan pada
Elektrostimulator banyak diterapkan untuk elektrostimulator terkait dengan besar
mengetahui respon sel saraf dan otot tegangan yang mampu dihasilkan. Tubuh
terhadap rangsang listrik tertentu. tiap individu memiliki resistansi dan
Elektrostimulator dipadukan dalam terapi impedansi tertentu dan berbeda. Sehingga
akupuntur untuk memberi stimulasi energi pemberian tegangan akan menimbulkan
listrik pada titik meridian tubuh. Pemberian aliran arus listrik sebanding dengan tegangan
energi listrik tersebut untuk menciptakan dan berbanding terbalik dengan resistansi
keseimbangan energi (chi) dalam tubuh. tubuh.
Dalam pemberian energi tersebut harus Penerapan akupuntur sebagai
memperhatikan bentuk gelombang, pengobatan alternatif dan komplementer
intensitas tegangan, frekuensi dan waktu berdasarkan konsep yang menyatakan bahwa
rangsangan. penyakit terjadi karena gangguan aliran qi
Bentuk gelombang elektrostimulator akibat tidak seimbangannya energi yin dan
merupakan gambaran kurva tegangan yang. Qi merupakan penkombinasian
terhadap waktu. Pada umumnya gelombang kekuatan energi yin dan yang yang ada di
yang dipergunakan elektrostimulator dalam tubuh. Energi yin mewakili aspek
akupuntur memiliki lebar pulsa relatif kecil dingin, lambat atau pasif pada manusia,

29
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 29-42

Gambar 1. Titik - titik Akupuntur.

sedangkan energi yang mewakili aspek gelombang, intensitas tegangan, frekuensi


panas, semangat atau aktif. Menurut ilmu dan waktu rangsangan.
pengobatan tradisional cina, kesehatan akan Bentuk gelombang elektrostimulator
bisa didapat ketidak seimbangan kedua merupakan gambaran kurva tegangan
energi itu terjaga. terhadap waktu. Pada umumnya gelombang
Sel saraf atau neuron terdiri dari badan yang dipergunakan elektrostimulator
sel dan dua set tonjolan yang bertanggung akupuntur memiliki lebar pulsa relatif kecil
jawab untuk tranmisi impuls saraf, termasuk sehingga tidak akan menimbulkan rasa sakit
impuls nyeri. Tonjolan pendek bercabang bagi pasien. Sehingga bentuk gelombangnya
atau dendrit yang menerima rangsangan adalah spike wave, lebar pulsa kecil juga
sensorik dari lingkungan luar sel dan akan memudahkan analisis respon sel karena
mentranmisikan menuju badan sel. Tonjolan artefak yang dihasilkan relatif tipis.
ini disebut neuron atau saraf aferen
(sensorik), yaitu serat saraf yang memantau 2. TINJAUAN PUSTAKA
masukan sensorik dan membawa informasi Berdasarkan Penelitian Ferry (2004)
ini dari perifer ke Susunan Saraf Pusat yang berjudul “Pengukuran impuls tegangan
(SSP), dan merupakan reseptor untuk semua pada saraf sensorik manusia dengan
stimuli termasuk impuls yang tidak memberikan rangsangan listrik serta
menyenangkan (nyeri). pemodelannya dalam rangkaian impedansi”
Elektrostimulator Akupuntur adalah diketahui bahwa Penelitian ini bertujuan
peralatan terapi menggunakan listrik untuk mengukur amplitudo impuls tegangan
frekuensi rendah untuk meregenerasi saraf dari saraf sensorik manusia, sebagai akibat
yang mengalami kerusakan agar menjadi dari pemberian stimulasi pulsa tegangan DC
normal kembali. Elektrostimulator yang bervariasi. Kemudian untuk
dipadukan dalam terapi akupuntur untuk mengetahui kecepatan saraf menghantarkan
memberi stimulasi energi listrik pada titik impuls, serta untuk membuktikan adanya
meridian tubuh. Pemberian energi listrik perbedaan kecepatan saraf bila diberi pulsa
tersebut untuk menciptakan keseimbangan tegangan DC yang bervariasi sebagai
energi (chi) dalam tubuh. Dalam pemberian penstimulasi. Untuk mencapai tujuan diatas
energi tersebut harus memperhatikan bentuk maka digunakan suatu perangkat alat yang

30
Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur Berbasis Mikrokontroller ATMega16 (Evrita Lusiana Utari dkk)

terdiri dari: Stimulator, Penguat impuls optimal dari elektro akupuntur untuk
(AVB-8), Elektrode, Oscilloscope, mengobati nyeri punggung bawah. Penelitian
Addscope, Isolator dan satu perangkat ini merupakan eksperimen acak dengan
komputer dan beberapa peralatan diatas pembutaan ganda. Sebanyak 40 subyek
terlebih dahulu dikalibrasi sebelum penelitian dipilih dengan teknik acak dari 60
digunakan. Tegangan berbentuk pulsa yang pasien yang dating pada klinik akupuntur
dapat diatur baik amplitudo, lebar pulsa puskesmas Sragen Kota sejak September
maupun frekuensi detaknya digunakan hingga Desember 2007. Subyek penelitian
sebagai perangsang. Saat pengukuran, dibagi kedalam 10 subyek control
elektrode ditempatkan pada saraf sensorik di (parasetamol), 10 subyek elektro akupuntur
tangan kemudian dikaki. Pulsa tegangan frekuensi rendah (2Hz), 10 subyek frekuensi
stimulasi dinaikkan secara bertahap, mulai kombinasi (20/50Hz), dan 10 subyek
dari 2 V - 30 V ditangan dan 3 V - 31 V frekuensi tinggi (100Hz). Elektrostimulator
dikaki. Pengukuran kecepatan saraf diberikan sebanyak 7 kali. Pengukuran nyeri
dilakukan ditangan pada jarak 20 cm dan 40 menggunakan McGill Pain Questionnaire.
cm terhadap sumber tegangan stimulasi. Nyeri diukur dua kali, sebelum dan sesudah
Untuk tampilan dan perekaman digunakan perlakuan. Data dianalisis dengan uji F
komputer dengan menggunakan program- (ANOVA) dan Post Hoc Test, dengan
program Matlab Ver.6.5.1 Rel.13 untuk menggunakan program SPSSv.15. Hasil
penerima dan pengolah sinyal. Kemudian penelitian menghasilkan perbedaan yang
ACDS Ver.6, Adobe Photoshop Ver.8 untuk secara statistik signifikan penurunan nyeri
pengolah gambar sinyal. Hasil penelitian sebelum dan sesudah perlakuan
menunjukkan bahwa kecepatan saraf 66,67 elektrostimulator pada berbagai kelompok
m/d pada tegangan stimulasi 6 V dan penelitian (F = 6,60 ; p = 0,001). Terdapat
kecepatan saraf menjadi lebih tinggi jika perbedaan penurunan nyeri yang secara
tegangan stimulasinya semakin tinggi. statistic signifikan antara control dan
Demikian pula dengan tanggapan impuls frekuensi rendah (beda skor - 10.4 ; p =
saraf dalam (mV), amplitudonya menjadi 0,032), kontrol dan kombinasi (beda skor -
lebih tinggi. Untuk perancangan alat 12.1; p = 0,015), maupun kontrol dan
pendiagnosa ataupun terapi saraf dapat frekuensi tinggi (beda skor - 16.1 ; p =
digunakan tegangan - tegangan 6 V – 7 V 0.004). Perbedaan penurunan nyeri secara
atau 20 V – 28 V, dimana pada tegangan- statistik tidak signifikan antara frekuensi
tegangan ini tanggapan impulsnya relatif rendah dan frekuensi kombinasi (beda skor
stabil. nyeri - 1.7 ; p = 0.999), antara frekuensi
Berdasarkan penelitian Djaya (2011) kombinasi dan frekuensi tinggi (beda skor -
yang berjudul “Transcutaneous Electrical 4.0 ; p = 0.928). serta antara frekuensi
Nerve Stimulation” merupakan salah satu rendah dan frekuensi tinggi (beda skor - 5.7 ;
alat terapi yang menggunakan arus listrik p = 0.726).
untuk merangsang saraf dengan tujuan Berdasarkan Penelitian Sumardi (2014)
mengurangi rasa sakit seperti nyeri pada yang berjudul “Perencanaan dan Pembuatan
punggung bawah. Diketahui bahwa Nyeri Alat Transcutaneous Electrical Nerve
punggung bawah merupakan masalah Stimulation (TENS) Berbasis Mikrocontroler
kesehatan yang menduduki peringkat kedua Atmega 8”, berisi tentang Transcutaneous
setelah infeksi saluran pernafasan pada orang Electrical Nerve Stimulation (TENS)
dewasa. WHO telah merekomendasikan merupakan alat fisioterapi yang berfungsi
penggunaan akupuntur untuk terapi nyeri. untuk menghilangkan rasa nyeri punggung
Tetapi belum banyak bukti penelitian yang bawah dengan mempergunakan tegangan
menunjukkan frekuensi yang paling optimal rendah yang dapat memerangi
untuk mengobati nyeri. Penelitian ini ketidaknyamanan terhadap rasa nyeri
bertujuan mengetahui frekuensi yang paling tersebut. Alat ini bekerja dengan merangsang

31
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 29-42

saraf ketika jaringan tubuh mengalami Akupuntur bermula dari penemuan


kerusakan, serabut saraf nyeri pada daerah bahwa stimulasi area tertentu (titik
itu secara otomatis akan terstimulasi dan akupuntur) pada bagian kulit mempengaruhi
mengirim sinyal selain nyeri ke otak. fungsi organ tertentu. Titik akupuntur adalah
Berdasarkan penelitian Yulifah, 2009, merupakan lokasi spesifik dimana meridian
yang mengambil judul “Penggunaan Stimuli berada dekat dipermukaan kulit dan mudah
Transcutaneus Electrical Nerve Sttimulation dijangkau dengan menusukan jarum ketitik
(Tens) dapat menurunkan Intensitas Nyeri tersebut untuk menjaga keseimbangan aliran
dan Tingkat Kecemasan pada Persalinan”. qi pada masing - masing sisi tubuh.
Kontraksi rahim dapat mengakibatkan nyeri Keberhasilan ini disebabkan oleh kekuatan
dan ketidaknyamanan pada persalinan. akupuntur untuk membangkitkan respon
Dengan stimulasi TENS efektif dapat penyembuhan diri yang merupakan efek
menurunkan intensitas nyeri pada ibu pengobatan yang terkuat untuk
melahirkan. menyembuhkan penyakit atau
mempertahankan kesehatan tubuh. (Surya,
3. METODELOGI PENELITIAN 2014).
a. Persiapan Alat dan Bahan.
b. Perancangan Alat. 2. Meridian
c. Pengujian Alat. Meridian adalah terjemahan dari kata
d. Analisa Hasil Pengujian. Cing Luo, Cing berarti membujur dan Luo
berarti jala atau jaringan dan mempunyai
3.1. Dasar Teori pengertian melintang. Yang dimaksudkan
1. Akupuntur dengan Cing Luo adalah sebuah sistem
Akupuntur berasal dari kata acus yang saluran yang terdiri dari saluran membujur
artinya jarum dan punktura yang artinya dan melintang yang tersebar diseluruh tubuh
penusukan. Akupuntur adalah suatu metode bagaikan membentuk sebuah jala yang
terapi dengan penusukan dibagian titik-titik teratur. Elektrostimulator Akupuntur adalah
dipermukaan tubuh untuk mengobati peralatan terapi menggunakan listrik
penyakit maupun kondisi kesehatan lainnya. frekuensi rendah untuk meregenerasi saraf
Akupuntur merupakan pemberian sebuah yang mengalami kerusakan agar menjadi
stimulasi pada titik anatomis tertentu pada normal kembali. Elektrostimulator
bagian tubuh dengan berbagai macam teknik dipadukan dalam terapi akupuntur untuk
melalui penyisipan jarum besi yang tipis memberi stimulasi energi listrik pada titik
menembus kulit menggunakan tangan atau meridian tubuh. Pemberian energi listrik
dengan stimulasi listrik. tersebut untuk menciptakan keseimbangan
Penerapan akupuntur sebagai energi (chi) dalam tubuh. Dalam pemberian
pengobatan alternatif dan komplementer energi tersebut harus memperhatikan bentuk
berdasarkan konsep yang menyatakan bahwa gelombang, intensitas tegangan, frekuensi
penyakit terjadi karena gangguan aliran qi dan waktu rangsangan. Pada gambar 2.
akibat tidak seimbangannya energi yin dan menunjukan bentuk fisik dari alat
yang. Qi merupakan penkombinasian Elektrostimulator. Bentuk gelombang
kekuatan energi yin dan yang yang ada di elektrostimulator merupakan gambaran
dalam tubuh. Energi yin mewakili aspek kurva tegangan terhadap waktu. Pada
dingin, lambat atau pasif pada manusia, umumnya gelombang yang dipergunakan
sedangkan energi yang mewakili aspek elektrostimulator akupuntur memiliki lebar
panas, semangat atau aktif. Menurut,ilmu pulsa relatif kecil sehingga tidak akan
pengobatan tradisional cina, kesehatan akan menimbulkan rasa sakit bagi pasien.
bisa didapat ketidak seimbangan kedua
energi itu terjaga.

32
Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur Berbasis Mikrokontroller ATMega16 (Evrita Lusiana Utari dkk)

Gambar 2. Bentuk Gelombang Spike Wave.

Sehingga bentuk gelombangnya adalah resistansi dan impedansi tertentu dan


spike wave, lebar pulsa kecil juga akan berbeda. Sehingga pemberian tegangan akan
memudahkan analisis respon sel karena menimbulkan aliran arus lisrik sebanding
artefak yang dihasilkan relatif tipis. Gambar dengan tegangan dan berbanding terbalik
2 menunjukkan bentuk gelombang yang dengan resistansi tubuh.
digunakan.
Selain itu, karena mekanisme 3. Elektroda
pembangkitan potensial aksi bersifat all or Elektroda untuk memindahkan tranmisi
none, dimana jika level energi yang ion ke penyalur elektron. Bahan yang
diberikan dibawah energi ambang, maka digunakan sebagai elektroda yaitu perak dan
tidak akan terjadi potensial aksi, maka perlu tembaga. Apabila sebuah elektroda tembaga
disesuaikan kecil ukuran lebar pulsanya. dan elektroda perak dicelupkan kedalam
Selanjutnya untuk frekuensi output larutan misalnya larutan elektrolit seimbang
elektrostimulator adalah jumlah siklus yang cairan tubuh maka akan terjadi perbedaan
diberikan tiap satuan waktu. Pengaturan potensial antara potensial kontak tersebut,
frekuensi nantinya akan berhubungan hal ini disebut potensial offset elektroda.
dengan tujuan dari penggunaan Elektroda yang sering digunakan pada
elektrostimulator, yakni untuk memberikan alat elektrostimulator menggunakan bentuk
efek peningkatan energi (tonifikasi) dengan floating. Prinsip dari elektroda ini dibuat
frekuensi rendah dan efek melemahkan untuk mencegah kontak langsung antara
(sedasi) dengan frekuensi tinggi. logam dan kulit dan sebagai. Dalam
Kemudian intensitas elektrostimulator pemakaiannya masih menggunakan elektrolit
terkait dengan besar tegangan yang mampu pasta atau jelly.
dihasilkan. Tubuh tiap individu memiliki

Gambar 3. Elektroda Jenis Floating.

33
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 29-42

Gambar 4. Liquid Crystal Display (LCD).

4. Liquid Crystal Display (LCD) seorang programmer. Program akan


Liquid Crystal Display (LCD) adalah memberikan instruksi kekomputer untuk
sebuah display yang dirancang dengan melakukan jalinan yang panjang dari aksi-
teknologi CMOS logic yang beroperasi aksi sederhana untuk melakukan tugas yang
dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi lebih kompleks.
namun memantulkan cahaya yang ada di Konfigurasi pin ATMega16 dengan
sekelilingnya terhadap front - lit atau pembagian 40 pin DIP (Dual In - line
mentransmisikan cahaya dari back - lit. Package) dan Fungsi dari masing - masing
Fungsi dari LCD adalah sebagai penampil pin pada ATMega16 dapat dijelaskan
data baik dalam bentuk karakter, angka, sebagai berikut :
huruf maupun grafik. Secara garis besar
komponen penyusun LCD terdiri dari kristal  Vcc merupakan pin yang berfungsi
cair (Liquid Crystal) yang diapit oleh 2 buah sebagai masukan catu daya.
elektroda transparan dan 2 buah filter  GND merupakan pin Ground.
polarisasi (polarizing filter).  Port A (PA0…7) merupakan pin input /
LCD ini mempunyai tampilan yang output dua arah dan pin masukan ADC.
sangat sederhana sehingga cocok digunakan  Port B (PB0…7) merupakan pin input /
untuk perancangan alat. LCD ini adalah output dua arah dan pin dengan fungsi
LCD matrik dengan konfigurasi 16 karakter khusus seperti SPI, MISO, MOSI, SS,
dan 2 baris dengan setiap karakternya AIN1/OC0, AIN0/INT2, T1, T0 T1/XCK.
dibentuk dengan 8 baris pixel dan 5 kolom  Port C (PC0…7) merupakan pin input /
pixel. Bentuk fisik LCD dapat dilihat pada output dua arah dan pin dengan fungsi
gambar 4 diatas. khusus, seperti TOSC2, TOSC1, TDI,
TD0, TMS, TCK, SDA, SCL.
5. Mikrokontroler ATMega 16  Port D (PD0…7) merupakan pin input /
Mikrokontroler merupakan bagian dasar output dua arah dan pin dengan fungsi
dari suatu sistem komputer. Meskipun khusus, seperti RXD, TXD, INT0, INT1,
mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari OC1B, OC1A, ICP1.
suatu komputer pribadi, mikrokontroler
 RESET merupakan pin yang digunakan
dibangun dari elemen - elemen dasar yang untuk mereset mikrokontroler.
sama. Secara sederhana, komputer akan
 XTAL 1 dan XTAL 2 merupakan pin
menghasilkan output spesifik berdasarkan
masukan clock eksternal.
input yang diterima dan program yang
 AVCC merupakan pin masukan tegangan
dikerjakan. Seperti komputer pada
untuk ADC.
umumnya, mikrokontroler adalah alat yang
mengerjakan instruksi - instruksi yang  AREF merupakan pin masukan tegangan
diterimanya. Artinya, bagian terpenting dan referensi ADC.
utama dari suatu sistem terkomputerisasi
adalah program itu sendiri yang dibuat oleh

34
Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur Berbasis Mikrokontroller ATMega16 (Evrita Lusiana Utari dkk)

R30 R25 R26


10k 10k 10k

ANA 1 ANA 2 ANA 3

C1
10u C2 C3
10u 10u

R29 R28 R27


10k 10k 10k

ANA 4 ANA 5 ANA 6

C6 C5 C4
10u 10u 10u

Gambar 5. Rangkaian Keypad.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2. Perancangan Rangkaian Potensio


4.1. Perancangan Rangkaian Keypad Pada perancangan simulasi alat
Pada perancangan simulasi alat elektrostimulator akupuntur ini
elektrostimulator akupuntur menggunakan menggunakan rangkaian potensio yang
rangkaian keypad yang berfungsi untuk memiliki fungsi untuk mengatur besar
mengontrol besar kecilnya frekuensi yang intensitas tegangan yang akan digunakan
digunakan dan mengatur lama waktu yang saat terapi.
akan digunakan dengan menekan tombol UP Nilai intensitas tegangannya akan diatur
dan DOWN, berisikan juga tombol START secara manual dari nilai nol sampai
untuk mengoprasikan alat dan tombol STOP mendapatkan nilai yang dibutuhkan dengan
/ RESET untuk menghentikan alat saat ingin cara memutar potensi pada alat. Gambar
dihentikan secara langsung. Adapun bentuk rangkaian potensio dapat dilihat pada
rangkaian pada gambar 5. gambar 6. Rangkaian potensio ini memiliki
Rangkaian keypad akan dihubungkan ke keluaran dari tegangan ini masuk ke
bagian konektor A[1...6] sebagai inputan dan rangkaian mikrokontroler.
kontrol pada mikrokontroler.

RV1
ANA 0

50K

Gambar 6. Rangkaian Potensio.

35
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 29-42

4.3. Perancangan Rangkaian Digital To Rangkaian DAC dapat membagi


Analog Converter (DAC) tegangan untuk dapat menghasilkan
Rangkaian Digital to Analog Converter tegangan yang bervariasi agar bisa
(DAC) adalah suatu rangkaian elektronik membentuk sinyal listrik dan sebagai
yang memiliki fungsi untuk merubah sinyal rangkain penguat membalik.
digital yang didapat dari output
mikrokontroler menjadi sinyal analog.
Rangkaian DAC disusun atas beberapa
resistor dan satu buah Op-Amp yang
dihubungkan ke konektor B[0...7] dan
D[0...3] yang terhubung dengan
mikrokontroler sebagai pemberi inputan
seperti pada gambar 7.
B[0...7] D[0...3]

D0

D1

D2

D3
B0

B1

B2

B3

B4

B5

B6

B7

R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24
20k 20k 20k 20k 20k 20k 20k 20k 20k 20k 20k 20k

U1

7
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12
3
10K 10K 10K 10K 10K 10K 10K 10K 10K 10K 10K 10K 6
2

4
1
5
741

Gambar 7. Rangkaian DAC.

4.4. Perancangan Rangkaian Pada mikrokontroler biasanya


Mikrokontroler dibutuhkan sumber detak (clock) agar dapat
Rangkaian mikrokontroler memiliki mengeksekusi instruksikan yang ada di
fungsi sebagai pengontrol dari perancangan memori. Meskipun pada umumnya
simulasi alat elektrostimulator akupuntur mikrokontroler sudah memiliki clock yang
yang dapat dilihat pada Gambar 8. sudah ada didalamnya, namun agar
Mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler dapat mengeksekusi program
ATMega16 yang memiliki kelebihan yang dengan lebih cepat maka dibutuhkan clock
cukup banyak. Untuk mengaktifkan external dengan cara memasangkan
Mikrokontroler ATmega16 diperlukan komponen yaitu kristal pada mikrokontroler
tegangan catu daya +5 Volt pada pin 10 dan tersebut. Semakin tinggi nilai frekuensi
pemberian tegangan nol (ground) pada pin kristal yang dipasangkan pada
11. Sebagai pin masukan detak dari luar mikrokontroler, maka semakin cepat
(clock external) digunakan XTAL 1 dan mikrokontroler dalam mengeksekusi
XTAL 2. program yang telah dimasukkan ke
dalamnya. Selain itu mikrokontroler juga
digunakan pembangkit frekuensi yang
memiliki besaran maksimal adalah 50 Hz.

36
Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur Berbasis Mikrokontroller ATMega16 (Evrita Lusiana Utari dkk)

C9 R31
20k
10u

U2 C[0...7]
9 22
C7 RESET PC0/SCL
23
PC1/SDA
13 24
XTAL1 PC2/TCK
12 25
XTAL2 PC3/TMS
22p 26
PC4/TDO
X1 ANA 0
40
PA0/ADC0 PC5/TDI
27
39 28
ANA 1 PA1/ADC1 PC6/TOSC1
CRYSTAL 38 29
ANA 2 PA2/ADC2 PC7/TOSC2
37
C8 ANA 3 PA3/ADC3 D[0...3]
36 14
ANA 4 PA4/ADC4 PD0/RXD
35 15
ANA 5 PA5/ADC5 PD1/TXD
34 16
ANA 6 PA6/ADC6 PD2/INT0
22p 33 17
PA7/ADC7 PD3/INT1
18
PD4/OC1B D4
1 19
B[0...7] PB0/T0/XCK PD5/OC1A
2 20
PB1/T1 PD6/ICP1
3 21
PB2/AIN0/INT2 PD7/OC2
4
PB3/AIN1/OC0 D[6...7]
5
PB4/SS
6
PB5/MOSI
7 32
PB6/MISO AREF
8 30
PB7/SCK AVCC
ATMEGA16

Gambar 8. Rangkaian Mikrokontroler.

Untuk mengoperasikan sebuah j=i&0b00001000;


rancangan alat secara otomatis atau secara if ((j==0b00001000)&(k==2)) goto wr_key;
digital dibutuhkan komponen pengendali else if (j==0) k=2;
secara terpusat, maka dibutuhkan komponen
berupa mikrokontroler. Mikrokontroler tidak switch(k)
akan bisa memerintah atau mengatur jika {case 1:
tidak dimasukkan program kedalamnya, if (menu==1)
maka dari itu dibutuhkan program untuk {if (freq!=100)
memerintah pengoperasian alat. Berikut freq+=5;
adalah program untuk mikrokontroler pada goto s_freq;}
simulasi alat elektrostimulator akupuntur. break;
case 2:
inisilisasi k=0;
DDRA=0b00000000; PORTA=0x00; }
DDRB=0b11111111; PORTB=0x00; ADC
DDRC=0b11111111; PORTC=0x00; ADMUX=0;
DDRD=0b11101111; PORTD=0x00; r=0;
for (c=0;c<10;c++)
init_LCD(); {ADCSRA=(1<<ADEN)|(1<<ADSC
)|(5<<ADPS0);
wr_LCD(0x80,1,16,16); while ((ADCSRA & 0x10) == 0);
wr_LCD(0xC0,0,16,16); {ADCSRA=(1<<ADIF);
r+=ADC;}
TIMSK=1<<OCIE1A; }
TCCR1B=1<<WGM12; A=r/10;

sei(); 4.5. Perancangan Rangkaian LCD


deteksi tombol Dalam perancangan simulasi alat
i=PINA&0b11111100; elektrostimulator akupuntur ini
j=i&0b00000100; menggunakan sebuah komponen LCD yang
if ((j==0b00000100)&(k==1)) goto wr_key; berfungsi sebagai penampil. Adapun bentuk
else if (j==0) k=1; rangkaian LCD yang akan digunakan dapat
dilihat pada gambar 9. LCD yang digunakan

37
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 29-42

LCD1
LM016L

VDD
VSS

VEE

RW
RS

D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
E
1
2
3

D6 4
5
D7 6

C0 7
C1 8
C2 9
C310
C411
C512
C613
C714
C[0...7]

RV1

D[6...7]
10K

Gambar 9. Rangkaian LCD.

adalah 16 x 2 untuk menampil berapa 4.6. Perancangan Perangkat Lunak


frekuensi yang dipilih dan menampilkan (Software)
berapa lama waktu yang akan dipergunakan. Didalam perancangan perangkat lunak,
pada rangkaiannya ditambahkan sebuah akan dirancang dengan menggunakan
resistor variabel 10k yang bertujuan untuk Bahasa C yang ditulis pada editor Advance
mengatur kecerahan cahaya pada lcd. pin- Versatile RIS (AVR) Studio 4. Pada diagram
pinnya akan dihubungkan ke mikrokontroler alur (flowchart) akan menampilkan bagian
pada bagian konektor c[0...7] dan d[6...7]. perancangan perangkat lunak sebagai
berikut.

Gambar 10. Flowchart Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur.

38
Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur Berbasis Mikrokontroller ATMega16 (Evrita Lusiana Utari dkk)

Tabel 1. Pengujian Tegangan pada Potensio dan Elektroda


Tegangan Terukur Tegangan Keluar
Tegangan Tegangan Keluaran
Pada Potensio yang Terukur
Masukan Pada Alat
dengan Osiloscope dengan Osiloscope
(Volt) (Volt)
(1 Volt / Div) (5 Volt / Div)
0 0 0 0
0,5 0,5 2,5 2,5
1 1,1 5 5,1
1,5 1,5 7,5 7,5
2 2,1 10 10,1
2,5 2,5 12,5 12,5
3 3,1 15 15
3,5 3,5 17,5 17,6
4 4,1 20 20,1
4,5 4,5 22,5 22,5
5 5,1 25 25,5
Selisih rata-rata 0,045% Selisih rata-rata 0,073%

Tabel 2. Pengujian Bentuk Gelombang

Bentuk Gelombang Keterangan

Volt / Div = 2,5 Volt


Time / Div = 5 s
Frekuensi = 100Hz

Volt / Div =12,5 Volt


Time / Div = 5 s
Frekuensi = 100Hz

Volt / Div = 25,5 Volt


Time / Div = 5 s
Frekuensi = 100Hz

39
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 29-42

Gambar 11. Pengujian Tegangan Pada Elektroda.

4.1. Pengujian Hasil Perancangan diukur dalam keadaan bergerak dan


Pengujian perancangan elektrosim ketepatan perhitungan strip - strip pada
dilakukan dengan menggunakan osiloscope osiloscope tidak bisa dilihat dengan cukup
sebagai pengukur tegangan dengan jelas.
mengamati perubahan bentuk gelombang
saat diaturnya potensio secara bertahap. 4.2. Pengujian Bentuk Gelombang
Proses pengukuran tegangan yang keluar Pada pengujian ini akan dilalukan
dari elektroda dapat dilihat pada gambar 11. sebuah pengujian bentuk gelombang yang
Setelah melakukan pengjian pada dihasilkan oleh simulasi alat
tegangan keluaran pada elektroda dengan elektrostimulator akupuntur . pengujian akan
berbarengan mengukur tegangan pada dilakukan dengan osiloscope sebagai
potensio hasilnya dapat dilihat pada tabel 1 penampil gelombang. Untuk pengaturan
Pengujian tegangan pada elektroda memiliki tegangannya akan dirubah - rubah untuk
selisi rata - rata sebesar 0,073%. Untuk melihat perubahan bentuk gelombang, untuk
faktor selisih disebabkan karena ketelitian T/Div digunakan 5s dan frekuensi tetap
untuk mengukur dengan melihat tinggi menggunakan 100Hz. Hasil pengujian
rendahnya amplitudo pada osiloscope belum bentuk gelombang dapat dilihat pada tabel 2.
sepenuhnya sempurna sebab amplitudo yang

40
Simulasi Alat Elektrostimulator Akupuntur Berbasis Mikrokontroller ATMega16 (Evrita Lusiana Utari dkk)

4.3. Realisasi Alat Simulator

Gambar 12. Realisasi Alat.

Ucapan Terima Kasih beberapa komponen yang mengakibatkan


Penulis mengucapkan terima kasih kepada berkurangnya tegangan yang keluar.
Universitas Respati Yogyakarta yang telah 4. Hasil pengukuran bentuk gelombang
memberi dukungan finansial terhadap dengan menggunakan osiloscope,
penelitian ini. Terima kasih kami sampaikan disimpulkan bahwa alat ini sudah
pula kepada Dr. Yeny Sulistyowati, SKM, menampilkan bentuk gelombang spike
M.Si.Med selaku kepala P3M, Sri Hasta wave dengan mode continous, sesuai
Mulyani, S.Kom, M.Kom selaku Dekan dengan gelombang yang dibutuhkan
Fakultas Sains & Teknologi, dan segenap untuk terapi yang ada dalam teori.
rekan sejawat di Universitas Respati
Yogyakarta yang telah membantu dalam 5.2. SARAN
proses penyelesaian penelitian ini. 1. Untuk pengembangan alat dapat
dikembangkan dengan rangkaian kontrol
5. KESIMPULAN & SARAN dengan menggunakan sistem layar
5.1. Kesimpulan sentuh dan penambahan energi dapat
1. Dari hasil perbadingan antara frekuensi dibuat dengan menambahkan catu daya
dari alat dengan frekuensi meter, dapat dari dari baterai agar dapat digunakan
disimpulkan bahwa nilai selisih secara mobile.
pengukuran rata - rata sebesar 0,47%. 2. Untuk penggunaan komponen perlu
2. Untuk hasil perbandingan antara timer digunakan yang lebih bagus agar
pada alat dengan stopwatch memiliki tegangan yang dikeluarkan saat proses
selisih nilai rata - rata sebesar 0,29%. terapi jadi lebih stabil.
3. Untuk keluaran tegangan pada elektroda
yang diukur menggunakan osiloscope
memiliki selisih tegangan rata - rata
sebesar 0,073% dikarenakan tegangan
mengalami ketidak stabilan sebab
tegangan masuk mengalami penurunan
tegangan dan adanya nilai hambatan pada

41
Teknoin Vol. 23 No. 1 Maret 2017 : 29-42

DAFTAR PUSTAKA

Djaya, Hadjah Putra, 2011, Transcutaneous


Electrical Nerve Stimulantion,
Fakultas Teknik, Universitas
Hasanuddin.
Ferry, 2004, Pengukuran Impuls Tegangan
pada Saraf Sensorik Manusia
dengan Memberikan Rangsangan
Listrik Serta Pemodelannya dalam
Rangkaian Impedansi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Indria, Desak Putri, 2014, Perancangan Alat
Pilse Oximetry dengan Sistem
Alarm Prioritas sebagai Vital
Monitoring Terhadap Pasien,
Universitas Respati Yogyakarta,
Yogyakarta.
Jajang, 2007, Rancang Bangun Stimulator
Refleksi, Politeknik Kesehatan
Jakarta II, Jakarta.
Jodha, mohamad, Erwanto,Rizky, dan
Natalia Retnaningsih, Listyana,
2012, Rangkuman Sederhana
Belajar Anatomi Fisiologi, Gosyen
Publising, Yogyakarta.
Sumardi Jaya, I Nyoman Gede, 2014,
Perencanaan Dan Pembuatan Alat
Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) Berbasis
Mikrocontroler Atmega , Akademi
Teknik Elektro Medik Semarang,
Semarang.
Yulifah, Rita, 2009, Penggunaan Stimuli
Transcutaneus Electrical Nerve
Sttimulation (Tens) dapat
menurunkan Intensitas Nyeri dan
Tingkat Kecemasan pada
Persalinan, The Indonesian Jurnal
of Public Health.

42

Anda mungkin juga menyukai