Anda di halaman 1dari 9

RESUME

“STANDAR AUDITING AAOIFI DAN


KERANGKA AUDIT SYARIAH”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
1. Annisa Yunit Pudja A 175221082
2. Tanya Arisa S 175221116
3. Deny Saputra 175221148

AKUNTANSI SYARIAH 6B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
STANDAR AUDITING AAOIFI DAN KERANGKA AUDIT SYARIAH
A. Standar Auditing AAOIFI
Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institution
(AAOIFI) merupakan Lembaga internasional yang mengembangkan standar
akuntansi, audit, governance, dan etika terkait dengan kegiatan lembaga
keuangan syariah dengan memperhatikan kepatuhan terhadap prinsip syariah
dan merupakan salah asatu rujukan dalam menyusun standar akuntansi.
Standar auditing yang dikeluarkan oleh AAOIFI memiliki 4 standar yaitu,
Pertama adalah tentang tujuan dan prinsip-prinsip audit, Standar ini
berkaitan dengan audit laporan keuangan, dengan tujuan memungkinkan
auditor untuk menyatakan pendapatnya tentang apakah Compliance atau
tidak.
Kedua adalah tentang standar laporan auditor, dalam standar ini akan
menetapkan dan memberikan bimbingan pada bentuk dan isi dari laporan
auditor yang dikeluarkan sebagai hasil dari audit yang dilakukan oleh auditor
independen dari keuangan lembaga yang melakukan aktivitas operasional
bisnis sesuai dengan prinsip dan kaidah syariah.
Ketiga adalah tentang hal keterlibatan dan keterkaitan audit, dalam
standar ini terdapat beberapa poin utama menurut Auditing Standard for
Islamic Financial Institutions (ASIFI) yaitu, Menyetujui persyaratan
keterlibatan dengan lembaga keuangan syariah (client), respon auditor untuk
permintaan oleh klien untuk mengubah persyaratan dari satu keterlibatan yang
menyediakan jaminan tingkat yang lebih rendah, auditor dan klien harus
setuju pada hal keterlibatan dan Istilah setuju akan perlu disimpan di surat
perikatan audit atau lainnya sesuai bentuk kontrak. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam penyusunan surat keterlibatan yang berkaitan
dengan audit laporan keuangan lembaga keuangan Islam.
Keempat adalah tentang pengujian untuk sesuai dengan aturan syariah
dan prinsip-prinsip oleh auditor eksternal. Standar ini dimaksudkan untuk
menetapkan standar dan memberikan bimbingan pada subyek pengujian untuk
memenuhi aturan syariah dan prinsip- prinsip oleh auditor eksternal
sehubungan dengan audit laporan keuangan dari lembaga keuangan yang
melakukan bisnis sesuai dengan aturan syariah Islam.
Standar AAOIFI sebagai acuan kepatuhan terhadap prinsip
syariah.Tujuan dari AAOIFI salah satunya adalah untuk menyebarluaskan
standar akuntansi dan audit yang relevan dalam Lembaga keuangan Islam
yang penerapannya melalui pelatihan, seminar, penerbitan surat kabar berkala,
melaksanakan penelitian dan sarana lainnya. AAOIFI melaksanakan tujuan
tersebut untuk menyesuaikan dengan ajaran syariat Islam yang komprehensif
dalam semua aspek kehidupan dan sesuai dengan lingkungan dimana institusi
keuangan Islam berada.
Menurut AAOIFI, sebuah Dewan Pengawas Syari’ah (SSB)
merupakan badan hukum independensi yang khusus menilai dari segi fiqih
muamalah (hukum komersial islam). Tujuannya adalah untuk memastikan
apakah lembaga keuangan islam (IFI’s) sudah sesuai dengan prinsip syari’ah.
Misalnya saja dalam akad dan prakteknya harus sesuai agar terhindar
dariunsur-unsur yang dilarang seperti maisir, gharar dan riba dalam transaksi.
Sebuah audit syari’ah mestinya dilakukan ketika produk (bank
syari’ah, misalnya murabahah) dikeluarkan dan dijalankan. Karena audit
syari’ah melaporkan dari aspek sosial dan ekonomi dari suatu lembaga.
Sehingga, diperlukan kompetensi pemahaman syari’ah khususnya bagi para
pelaku di lembaga syari’ah.Dapat dikatakan bahwa tugas pertama Dewan
Pengawas Syari’ah (DPS) adalah memberikan bimbingan dalam arti tidak
hanya memberikan evaluasi/kritikan saja, melainkan juga adanya guide
(pengawasan).
Poin kedua yakni tanggung jawab terhadap lingkungan sosial (CSR),
untuk mengetahui apakah lembaga sudah membuat perencanaan kegiatan
sosial dan merealisasikannya dalam bentuk penyaluran kepada masyarakat
sekitar.Sehingga manfaat dari keberadaan lembaga dapat lebih dirasakan salah
satunya yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup.
Sementara pada poin yang ketiga yakni pengungkapan dan penyajian
laporan keuangan (Financial Syari’ah/FS). Tujuannya adalah untuk
memberikan informasi terkait dengan kepatuhan lembaga syari’ah (IFI’s)
dengan prinsip-prinsip syari’ah. Dari mana sumber kekayaan itu berasal dan
kemana hasil usahanya dikeluarkan.

B. Sebab-sebab LKS Perlu Audit Syariah


Tujuan utama dari audit syariah pada LKS adalah untuk memberikan
opini atas laporan keuangan dalam semua aspek material yang telah sesuai
dengan hukum dan prinsip syariah, AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions), dan standar akuntansi
nasional negara yang bersangkutan
Kedua,Bank syariah memiliki stakeholder seperti pemegang saham,
manajemen, karyawan dan masyarakat luas. Setiap mereka memiliki minat yang
kuat berkaitan dengan kelangsungan bank syari’ah untuk menegakkan prinsip-
prinsip dan nilai-nilai Syariah.Salah satu cara untuk melindungi kepentingan para
pemangku kepentingan adalah dengan memastikan operasi kepatuhan syariah
dan menawarkan layanan kepatuhan syari’ah. Untuk melakukannya, audit
syariah memastikan bahwa Perbankan Islam dapat menegakkan tata kelola syariah
dan pada saat yang sama juga dapat meningkatkan kepercayaan pemangku
kepentingan dalam sistemnya.
Ketiga,Audit syari’ah memiliki peranan yang penting karena
adanya kesadaran yang tumbuh di antara lembaga-lembaga Islam bahwa
setiap lembaga harus berkontribusi terhadap pencapaian tujuan dari hukum Islam -
yang berlandaskan Maq'asid Ash-Shariah. Konsep audit syariah harus diperluas
dengan suatu kegiatan yang saling berkaitan antara lain, sistem, produk, karyawan,
lingkungan dan masyarakat . Fungsi audit syariah dari perspektif Islam jauh lebih
penting dan halus karena memanifestasikan akuntabilitas auditor tidak hanya
kepada para pemangku kepentingan, tapi juga kepada Sang PenciptaAllah
swt, seorang Muslim percaya bahwa tindakan dan pikiran seseorang selalu diawasi
oleh Allah (konsep Muraqabah).

C. Implementasi Audit Syariah di LKS Syariah


Audit Syariah memiliki tujuan untuk memastikan bahwa seluruh
operasional lembaga keuangan syariah telah sesuai dengan prinsip dan aturan
syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam
mengoperasikan lembaga keuangan syariah tersebut. Pemeriksaan yang
dilakukan secara menyeluruh sesuai aktivitas yang ada pada LKS,
pemeriksaan dilakukan apakah telah sesuai dengan prinsip syariah baik
laporan keuangan, produk, penggunaan IT, proses operasi, pihak-pihak yang
terlibat dalam aktivitas bisnis LKS, dokumentasi dan kontrak, kemudian
kebijakan dan prosedur apakah telah sesuai dengan prinsip syariah atau
belum.
Dalam audit syariah kerangka kerja memiliki fungsi sebagai acuaan
dalam melaksanakan pemeriksaan pada perushaan yan dilakukan oleh auditor.
Kerangka kerja masih menggunakan kerangka kerja konvensional, sehingga
landasan utamanya adalah hukum-hukum yang berasal dari kasus pada
masyarakat. Seharunya audit Syariah memiliki landasan hukum tambahan
berupa aspek Syariah yaitu hukum dan prinsip Islam yang berasal dari Allah
SWT.
Sehingga dalam hal ini dapat diketahui bawasanya standar yang
digunakan pada audit syariah berbeda dengan audit konvensional. Kemudian
untuk kegaiatan audit pada LKS dapat dibagi menjadi tiga lapis yaitu :
1. Auditor internal melakukan pengujian pada laporan keuangan LKS
memastikan kesesuaian dengan standar akuntansi yang berlaku umum dan
tidak terjadi salah saji material.
2. Auditor eksternal melaksanakan pengujian atas hasil kinerja Auditor
internal tersebut.
3. Auditor internal yang memiliki sertifikasi auditor syariah melakukan
pemeriksaan untuk memastikan produk dan transaksi LKS apakah telah
sesuai dengan prinsip dan aturan syariah yang pada dengan laporan
keuangan.
Kemudian untuk praktinya audit syariah belum sepenuhnya terlaksana.
Kemudian kerangka kerja yang seharusnya dimiliki oleh Dewan Pengawas
Syariah realitanya hal itu belum ada. Mengenai wewenang dan tugas DPS
telah diatur pada UU No.21/2008 serta peraturan Bank Indonesia, namun hal
ini belum mampu untuk memberikan arahan dan prosedur yang jelas bagi
DPS, sehingga hal ini belum dapat dijadikan sebagai stadar.
Karena hal ini kemudian muncul masalah pemeriksaan yang adapa
pada DPS yang satu dengan yang lain akan berbeda. Adapun Kerangka kerja
DPS diatur dalam panduan surat edaran Bi No. 8/19/DPBS tanggal 24
Agustus 2006 perihal pedoman pengawasan syariah dan tata cara pelaporan
hasil pengawasan bagi DPS. Untuk Laporan hasil pengawasan Syariah dan
kertas kerja pengawasan yang disusun oleh DPS, harus sesuai dengan
peraturan ini, kemudian disampaikan kepada direksi, komisaris, DSN dan juga
Bi.
Kemudian pada surat edaran ini juga membahas mengenai masalah
laporan hasil pengawasan. Karena pada LKS belum memiliki kerangka kerja
audit namun telah memiliki panduan audit Syariah tersendiri sehingga dapat
mengadopsi prinsip dan hukum syariah untuk melaksanakan audit laporan
keuangan LKS berdasarkan PSAK Syariah yang dikeluarkan IAI (ikatan
akuntan indonesia). Walapun kerangka kerja yang dimiliki masih berupa
panduan dan bukan standar baku namun hal ini masih bisa dijadikan acuan.

D. Peran dan Tanggung Jawab Auditor di LKS


Peran auditor di lembaga keuangan syariah :
1. Auditor harus taat dengan aturan dan standar yang berasal dari kerangka
syariah yang mengatur transaksi ekonomi.
2. Auditor harus menyelidiki sejauh mana lembaga keuangan syariah telah
berkomitmen terhadap kontrak keuangan seperti pinjaman dengan akad
mudharabah, musyarakah dan leasing kontrak dibawah akad ijarah.
3. Auditor harus melihat berbagai pelaporan kontrak komitmen di lembaga
keuangan syariah terhadap pemasok, pelanggan, debitur, kreditur, dan
pemerintah.
4. Auditor harus menyelidiki proses uji kelayakan untuk restrukturisasi
pinjaman bank, pemulihan, mekanisme dan resolusi sengketa tanpa
prasangka.
5. Auditor juga diharapkan untuk melaporkan sejauh mana lembaga
keuangan syariah berpegang pada konsep Ihsan (seperti kegiatan amal dan
sosial budaya) di atas operasi utamanya.
Tanggung jawab auditor di lembaga keuangan syariah :
1. Auditor di Lembaga keuangan syariah adalah untuk melaporkan bahwa
zakat telah dihitung dengan benar dan dibayarkan ke dana zakat publik
atau telah disalurkan dengan benar dan tepat sasaran.
2. Independensi auditor dimana auditor tidak mudah dipengaruhi, bersifat
netral dalam melaksanakan pekerjaannya guna kepentingan umum.
3. Keyakinan memadai (reasonable assurance) dimana auditor bertanggung
jawab dalam merencanakan, melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji
secara material.
4. Materialitas dimana besarnya informasi akuntansi apabila terjadi salah saji
dilihat dari keadaan yang dapat mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Pertimbangan auditor
terkait materialitas adalah suatu hal yang profesional dan dipengaruhi oleh
persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan dan
meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Pendeteksian fraud dan error, dimana pendeteksian fraud yaitu
pendeteksian kecurangan yang dilakukan oleh auditee dan pendeteksian error
adalah salah saji atau hilangnya informasi yang diungkapkan dalam laporan
keuangan yang tidak disengaja.

E. Laporan dan Pendapat Auditor di LKS


Laporan auditor dapat didefinisikan sebagai laporan yang menyatakan
pendapat auditor yang independen mengenai kelayakan atau ketetapan
pernyataan klien bahwa laporan keuangannya disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum, yang diterapkan secara
konsisten dengan tahun sebelumnya. Lapporan audit merupakan bentuk
komunikasi yang baik antara auditor dengan pengguna atau pembaca.
Umumnya laporan akan berbeda, tetapi semua harus menginfokan para
pembaca mengenai tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah
ditetapkan. Syarat menjadi aditor syariah yang baik adalah harus memahami
kriteria yang digunakan dalam audit syariah, kompeten untuk mengetahui
jenis dan jumlah bukti yang menumpuk sebelum menyimpulkan audit dan
memiliki sikap mental yang independen.
DAFTAR PUSTAKA

Muhamad (2018). “Audit Dan Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah”.


Yogyakarta: UII Press.
Umiyati (2018), “CEPAT TANGGAP AUDIT SYARIAH”. Modul. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai