1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: farah.hutami@yahoo.com
534
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
535
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
536
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
sampel 10% dari total sampel minimal menjadi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis
86 sampel. Pengambilan sampel menggunakan univariat dilakukan untuk mengetahui
teknik proportional random sampling pada tiga gambaran distribusi frekuensi karakteristik
unit yaitu 64 perawat rawat inap, 14 perawat responden seperti usia, jenis kelamin, indeks
rawat jalan, dan 8 perawat IGD. massa tubuh dan distribusi variabel keluhan low
Sumber data primer dalam penelitian ini back pain yang hasilnya berupa jumlah dan
menggunakan kuisioner yang disebar kepada presentase. Sedangkan analisis bivariat
responden. Sedangkan sumber data sekunder dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
dalam penelitian ini adalah berkas-berkas milik perbedaan rata-rata skor keluhan low back pain
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempeka Putih, pada perawat rawat inap, rawat jalan, dan IGD
buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
penelitian. Instrumen yang digunakan dalam Sebelum dilakukan analisis bivariat
penelitian ini adalah kuisioner, kamera atau dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu
handphone untuk mendokumentasikan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Setelah
penelitian, alat tulis untuk mengisi kuisioner data diketahui tidak terdistribusi dengan normal
dan laptop untuk menganalisis data yang maka dilakukan uji alternatif dari uji One Way
didapatkan. Annova yaitu non parametric test Kruskal-Wallis
Tahapan penelitian yang dilakukan karena data yang digunakan pada penelitian ini
terdapat tiga tahapan secara umum: (1) merupakan data kategorik dan numerik.
Tahapan pra-penelitian yaitu membuat proposal Untuk menguji hipotesa pada tingkat
penelitian, meminta izin melakukan penelitian kemaknaan 95% (ρ - Value < 0,05), setelah diuji
ke instansi, melakukan studi pendahuluan dan apabila hasil memenuhi syarat dan ditarik suatu
kemudian dianalisis hasil studi pendahuluan kesimpulan, dimana nilai ρ – Value lebih kecil
guna menentukan latar belakang masalah yang dari nilai α (0,05), maka sesuai dengan hipotesis
ada di institusi. (2) Tahapan penelitian yaitu awal bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor
melakukan koordinasi dengan instansi bahwa antara variabel terikat di masing-masing unit.
akan dilakukan penelitian dan selanjutnya
dilakukan penyebaran kuisioner kepada HASIL DAN PEMBAHASAN
responden sebanyak yang diperlukan. (3)
Tahapan pasca-penelitian yaitu dilakukan Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
analisis data untuk mendapatkan hasil dari Islam Jakarta Cempaka Putih yang merupakan
proses pengambilan data yang telah dilakukan salah satu rumah sakit swasta tipe B dan
untuk melengkapi data pendukung yang terakreditasi paripurna. Rumah Sakit Islam
sekiranya masih dibutuhkan dalam penyusunan Jakarta Cempaka Putih beralamat di Jl.
Skripsi dan kemudian menentukan saran yang Cempaka Putih Tengah I No.1, RT.11/RW.5,
bisa diberikan kepada perusahaan terkait Cempaka Putih Tim., Kec. Cempaka Putih,
dengan data dan permasalahan. Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil Jakarta.
penelitian ini diolah secara manual dengan Metode bekerjanya adalah dengan
mengelompokkan hasil dari lembar kuesioner melakukan handover atau serah terima tugas
yang dibagikan dan selanjutnya dilakukan dari satu shift ke shift selanjutnya. Handover
analisis menggunakan uji statistik. Tahap-tahap dilakukan di nurse station, kegiatannya adalah
tersebut yaitu editing, coding, entry data, cleaning, menjelaskan kepada shift selanjutnya apa yang
tabulating dan kemudian analyzing menggunakan sudah dilakukan dan apa yang harus dilakukan,
software komputer. kemudian melakukan bed side hand over atau
Analisis data pada penelitian ini berkeliling ke setiap ruangan yang gunanya
menggunakan bantuan software komputer yaitu untuk monitoring pasien dan juga
SPSS 21. Analisis yang dilakukan adalah bersilaturahmi antara perawat dan pasien.
537
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
538
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot terkena degenerasi tulang karena mobilitas
menjadi berkurang. Pada usia tersebut terjadi tulang belakang akan menurun dengan adanya
penyempitan rongga diskus yang dapat peningkatan berat badan. Berdasarkan salah
menurunkan kemampuannya untuk melindungi satu hasil penelitian terdahulu membuktikan
tulang belakang (Arwinno, 2018). Seiring bahwa terdapat hubungan yang bermakna
bertambahnya usia saraf-saraf punggung bawah antara indeks massa tubuh dengan tingkat nyeri
juga akan mengalami proses degeneratif dan punggung bawah. Kelebihan berat badan dapat
otot mulai mengalami penurunan elastisitas mengganggu fungsional tulang belakang yang
yang menyebabkan kekakuan otot berujung berpengaruh pada kelemahan dan kekakuan
pada penghimpitan saraf dan akhirnya otot lumbal, yang dapat menyebabkan LBP. Hal
menimbulkan nyeri punggung bawah tersebut dapat terjadi karena adanya fleksibilitas
(Nggohele, 2019). rendah dari tulang belakang dan meningkatnya
Ketika memasuki usia 40 tahun baik pria kekakuan pada bagian punggung (Maulana,
atau wanita dapat mengalami nyeri atau 2016).
gangguan otot akibat dari kelelahan yang Dapat diketahui distribusi sebagian besar
berlebihan dan dipengaruhi juga oleh kerja responden sudah bekerja selama lebih dari 10
syaraf. Kekuatan otot berpengaruh terhadap tahun yaitu sebanyak 58 responden (74,4%).
rentang lingkup gerak sendi yang dapat dicapai Masa kerja juga dapat mempengaruhi seseorang
oleh sesorang (Astuti, 2016). mengalami low back pain dikarenakan pekerja
Dapat diketahui sebagian besar melakukan aktivitas secara terus menerus, setiap
responden berjenis kelamin perempuan yaitu hari dan dalam jangka waktu bertahu-tahun
sebanyak 64 responden (82,1%). Hal ini yang tentunya dapat mengakibatkan gangguan
disebabkan karena jumlah perawat di Rumah pada tubuh salah satunya adalah low back pain
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih mayoritas (Rohmawan, 2017).
adalah perempuan. Lamanya seseorang bekerja dalam sehari
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan juga mempengaruhi terjadinya low back pain dan
bahwa perempuan memiliki angka kejadian low biasanya mengakibatkan kecenderungan angka
back pain lebih besar pada semua kelompok absensi karena sakit meningkat dan dapat
umur dibanding laki-laki. Hormon seks mengakibatkan penurunan produktivitas kerja
perempuan merupakan peran yang penting (Goni, 2016).
dalam etiologi dan patofisiologi dari macam- Diketahui juga sebagian besar responden
macam penyakit muskuloskeletal degeneratif. pernah merasakan low back pain karena bekerja
Estrogen dapat mengurangi risiko yaitu sebanyak 68 responden (12,8%). Hal ini
arteriosclerosis yang merupakan faktor risiko berhubungan dengan faktor-faktor risiko yang
low back pain (Wáng, 2016). terkait dengan low back pain seperti faktor
Menurut Wijnhoven (2006) proses individu (usia, jenis kelamin, kebiasaan
kehamilan, penggunaan kontrasepsi, dan merokok, dan pengetahuan) faktor pekerjaan
menopause yang terjadi pada perempuan (masa kerja, beban kerja, lama kerja, dan sikap
mempengaruhi peningkatan dan penurunan kerja), dan faktor lingkungan (ergonomi,
kadar estrogen. Peningkatan estrogen pada kepuasan kerja, dan stres kerja).
proses kehamilan dan penggunaan kontrasepsi Penelitian sebelumnya juga menunjukkan
menyebabkan terjadinya peningkatan hormon perawat di RSUD Luwuk Banggai dari 100
relaxin. Meningkatnya hormon relaxin dapat perawat sebagian besar perawat terdiagnosa
menyebabkan terjadinya kelemahan pada sendi nyeri punggung bawah, yaitu sebesar 58%
dan ligamen khususnya daerah pinggang sendangkan 42% diantaranya tidak terdiagnosa
(Nurdianti, 2015). nyeri punggung bawah. Hal ini dikarenakan
Perawat yang memiliki kelebihan berat sebagian besar perawat sering mengangkat
badan tingkat berat (IMT > 27) lebih berisiko pasien, memindahkan pasien, jarang beristirahat
539
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
sehabis melakukan tindakan, berolahraga berat Tabel 2. Analisis Univariat Keluhan Low Back
diluar jam dinas dan jarang beritirahat Pain
(Nggohele, 2019). Derajat Std.
No. f % Mean
Dapat diketahui responden yang Nyeri Deviasi
merasakan low back pain hanya pada saat bekerja 1. 0 10 12,8
yaitu sebanyak 41 responden (60,3% ) dan 27 2. 2 6 7,7
responden (39,7%) juga merasakan low back pain 3. 3 6 7,7
saat tidak sedang bekerja. Hal ini dikarenakan 4. 4 15 19,2
berbedanya derajat nyeri yang dirasakan 5. 5 12 15,4 4,64 2,584
perawat dan faktor risiko yang mempengaruhi 6. 6 8 10,3
yaitu faktor individu seperti usia dan indeks 7. 7 6 7,7
massa tubuh masing-masing setiap 8. 8 13 16,7
respondennya. 9. 9 2 2,6
Berdasarkan observasi dan wawancara Total 78 100,0
perawat yang sudah memeriksakan
keluhannnya kepada dokter, memakai korset Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
untuk tulang belakang untuk menyangga tulang bahwa dari 78 responden terbanyak merasakan
dan mengurangi nyeri yang dirasakan. Selain nyeri derajat 4 yaitu 21 responden (26,9%) yang
itu, responden tidak beristirahat pada saat nyeri termasuk dalam kategori nyeri sedang dan yang
timbul adalah karena tidak adanya waktu paling sedikit adalah nyeri derajat 1 dan 10 yaitu
istirahat yang pasti, sehingga perawat dituntut 0 responden (0%). Diketahui nilai rata-rata
untuk terus bekerja dan siaga pada waktu sebesar 4,64 dengan standar deviasi ±2,584 dan
bekerja. nilai yang paling sering muncul yang adalah 4.
Dapat diketahui sebagian besar Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, maka
responden merasakan low back pain yang keluhan low back pain perawat rawat inap,
mengganggu pekerjaannya yaitu sebanyak 58 rawat jalan, dan IGD pada kategori nyeri
responden (85,3%). Tingginya derajat nyeri sedang.
yang responden rasakan sehingga mengganggu Dalam sebuah rumah sakit terdapat suatu
dan membuat tidak nyaman pada saat bekerja. sistem pembagian unit pelayanan kesehatan
Dapat diketahui responden beristirahat secara umumnya adalah pelayanan rawat inap,
pada saat low back pain timbul yaitu sebanyak 42 rawat jalan, dan gawat darurat yang dalam hal
responden (61,8% ) dan 26 responden (38,2%) ini adalah IGD. Pekerjaan perawat dalam setiap
tetap bekerja. Perawat yang tetap melakukan unit dapat menimbulkan banyak penyakit akibat
pekerjaannya, mereka sudah terbiasa dan dapat kerja apabila pada saat bekerja kurang
menahan nyerinya. Dapat diketahui sebagian memperhatikan keselamatan dan kesehatan
besar merasakan keluhan low back pain-nya kerja, salah satunya adalah terjadinya low back
hilang setelah beristirahat yaitu sebanyak 63 pain pada perawat.
responden (92,6% ). Berdasarkan hasil uji analisis diketahui
Lama bekerja yang menyebabkan beban nilai rata-rata total LBP pada perawat rawat
statik yang terus menerus tanpa memperhatikan inap, rawat jalan, dan IGD di Rumah Sakit
faktor-faktor ergonomi akan lebih mudah Islam Jakarta adalah 4,64 yang berarti rata-rata
menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah. perawat mengeluhkan nyeri kategori sedang.
Dianjurkan pada para pekerja untuk Apabila dirinci nilai rata-rata keluhan LBP pada
merelaksasikan badan diantara jam kerja, jika perawat rawat inap adalah 42,30, rawat jalan
merasakan keluhan nyeri. dibiasakan untuk adalah 18,32, dan IGD adalah 51,40. Dari hasil
istirahat selama 5-15 menit setelah 2 jam untuk tersebut perawat IGD memiliki nilai yang lebih
menjaga kesehatan tubuh dan menaati prosedur paling tinggi dibanding perawat rawat inap dan
kerja yang telah ditetapkan (Rohmawan, 2017). rawat jalan. Hal ini berarti rata-rata kejadian
540
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
LBP tertinggi adalah pada perawat IGD. minimal 7 menit dalam keadaan membungkuk
Faktor risiko yang menyebabkan kejadian untuk satu pekerjaan. Apabila terdapat minimal
low back pain pada responden adalah aktivitas 4 pekerjaan dengan postur membungkuk, yaitu
kerja dan sikap kerja yang kurang ergonomis. saat pengambilan darah pasien, saat penusukan
Perawat dalam melakukan pekerjaannya jarum ke vena, dan saat menjahit luka minimal
tersebut banyak menggunakan gerakan perawat membungkuk selama 21 menit setiap
membungkuk dan memutar tubuh, khususnya harinya.
di sekitar tulang punggung bawah, mengangkat Sikap kerja statis dalam jangka yang
benda berat, dan mentransfer pasien merupakan lama, tubuh hanya bisa mentolerir tetap dengan
faktor risiko terbesar terkena low back pain satu posisi hanya selama 20 menit. Jika lebih
(Ningsih, 2017). dari batas tersebut, perlahan-lahan elastisitas
Berdasarkan observasi diketahui baik jaringan akan berkurang dan akhirnya tekanan
perawat rawat inap, rawat jalan, dan IGD saat otot meningkat dan timbul rasa tidak nyaman
bekerja banyak melakukan sikap atau posisi pada daerah punggung (Kusuma, 2014).
kerja yang tidak ergonomis. Pada perawat rawat Hal ini juga sejalan dengan penelitian
inap seperti memandikan pasien, memberikan yang dilakukan oleh Lanny (2009) perawat yang
obat injeksi, mengangkat dan memindahkan melakukan pekerjaan dengan membungkuk
pasien. Pada perawat rawat jalan posisi duduk dengan sudut lengkung punggung >45°
dan menatap komputer merupakan posisi kerja mempunyai risiko 4,5 kali untuk terjadinya LBP
yang berisiko dikerjakan dengan tidak dibandingkan dengan perawat yang
ergonomis. membungkuk dengan sudut lengkung punggung
Pada perawat IGD memasang infus <45° (Widiyanti, 2009).
merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh Hasil penelitian ini akan dianalisis
perawat setiap harinya, dikarenakan adanya dengan uji one way anova untuk mengetahui
pasien baru setiap harinya. Dan diketahui ada tidaknya perbedaan keluhan low back pain
perawat pada saat memasang infus pada perawat rawat inap, rawat jalan dan IGD
membungkuk lebih dari 45 derajat dan rata-rata dengan syarat data terdistribusi normal dan
dalam waktu lebih dari 1 menit. Perbedaan varian data homogen. Jika syarat one way
aktivitas pekerjaan di masing-masing unit ini anova tidak terpenuhi, maka uji one way anova
tentunya akan mempengaruhi ada tidaknya akan digantikan dengan uji kruskal-wallis. Oleh
keluhan low back pain atau tinggi rendahnya karena itu, sebelum melakukan uji lebih lanjut
derajat nyeri yang dirasakan. untuk mengetahui perbedaan keluhan low back
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan pain maka terlebih dahulu dilakukan uji
oleh Oktaviana (2017) pada perawat IGD normalitas pada data.
memiliki basic risk 100 termasuk dalam kategori Sebelum dilakukan uji beda One Way
risiko tinggi salah satu bahaya yang dapat Annova atau uji alternatifnya uji Kruskal-Wallis
mengakibatkan low back pain adalah bahaya karena data penelitian menggunakan data
ergonomi yaitu membungkuk saat pengambilan ketegorik dan numerik. Tujuannya untuk
darah pasien, membungkuk saat penusukan
jarum ke vena, membungkuk pada saat Tabel 3. Uji Normalitas Data
menjahit luka yang berdampak nyeri yang Kolmogorov- Shapiro-
berdampak nyeri otot atau low back pain (Putri, Unit Kerja Smirnov Wilk
2017). df Sig. df Sig.
Berdasarkan data rekam medis Rumah Rawat
11 0,139 11 0,142
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih diketahui Jalan
Keluhan
rata-rata kunjungan pasien selama Bulan Rawat
LBP 62 0,005 62 0,002
Januari – Maret 2019 adalah 2.631 pasien, atau Inap
88 pasien setiap harinya. Perawat mengalami IGD 5 0,161 5 0,453
541
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
mengetahui perbedaan rata-rata keluhan low Tabel 4. Analisis Bivariat Perbedaan Keluhan
back pain pada perawat rawat inap, rawat jalan, Low Back Pain
dan IGD diharuskan melakukan uji normalitas Mean P
Unit Kerja N
data menggunakan uji kolmogorov-smirnov setiap Rank Value
variabelnya. Unit Rawat 11 18,32
Jalan
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan 0,002
Unit Rawat Inap 62 42,30
terhadap unit kerja dan keluhan low back pain Unit IGD 5 51,40
didapatkan hasil pada tabel 4.3. Maka sesuai Total 78
dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji
normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa data antara kejadian low back pain pada perawat
berdistribusi tidak normal (Sig.<0,05). Sehingga rawat inap, rawat jalan, dan IGD di Rumah
selanjutnya untuk uji perbedaan digunakan uji Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
kruskal-wallis. Berdasarkan hasil wawancara, faktor
Berdasarkan tabel 4 diketahui rata-rata risiko yang menyebabkan kejadian low back
skor skala keluhan LBP pada perawat di ruang pain pada responden adalah aktivitas kerja dan
rawat inap 42,30, pada perawat di ruang rawat sikap kerja yang kurang ergonomis. Karena
jalan 18,32 dan pada perawat di IGD rata-rata setiap unit kerja memiliki tugas pokok, fungsi,
skor skala keluhan LBP sebesar 51,40 yang dan jumlah pasien yang berbeda, hal ini
berarti keluhan low back pain tertinggi terdapat menyebabkan adanya selisih kejadian dan
perawat IGD. Hasil uji statistik diperoleh p- berbedanya tingkatan derajat nyeri yang
value sebesar 0,002 maka H0 ditolak atau Ha dirasakan oleh responden di setiap unitnya.
diterima yang menunjukan terdapat perbedaan Berdasarkan hasil observasi diketahui
yang bermakna rata-rata skor keluhan LBP aktivitas pekerjaan perawat IGD lebih tinggi
berdasarkan unit kerja (0,002<0,05). dibanding dengan perawat rawat inap dan
Berdasarkan hasil observasi diketahui perawat rawat jalan. Dikarenakan pada pasien
aktivitas pekerjaan perawat IGD lebih tinggi IGD diperlukan penanganan yang cepat dan
dibanding dengan perawat rawat inap dan frekuensi keluar-masuknya pasien baru tinggi
perawat rawat jalan. Dikarenakan pada pasien dibandingkan penanganan pasien pada unit
IGD diperlukan penanganan yang cepat dan rawat inap yang hanya jam dan situasi tertentu,
frekuensi keluar-masuknya pasien baru tinggi seperti pemberian obat rutin, memandikan
dibandingkan penanganan pasien pada unit pasien, atau ketika ada kondisi gawat yang
rawat inap yang hanya jam dan situasi tertentu, jarang terjadi di unit rawat inap.
seperti pemberian obat rutin, memandikan Hasil penelitian ini mendukung penelitian
pasien, atau ketika ada kondisi gawat yang L. Meily (2014) yang menunjukkan adanya
jarang terjadi di unit rawat inap. perbedaan prevalensi LBP antara perawat rawat
Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar inap dan perawat UGD. Hal ini merupakan
0,002 maka H0 ditolak atau Ha diterima yang pengaruh dari aktivitas fisik terutama postur
menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna membungkuk dan angkat-angkut pasien serta
rata-rata skor keluhan low back pain berdasarkan sarana kerja setiap unit kerjanya, terlebih untuk
unit kerja (0,002<0,05). Maka dapat unit layanan kesehatan 24 jam yaitu rawat inap
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan dan UGD (Kurniawidjaja, 2013).
antara kejadian low back pain pada perawat Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
rawat inap, rawat jalan, dan IGD di Rumah masa kerja berhubungan dengan terjadinya low
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. back pain, meskipun pengalaman kerja yang
Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal- sudah banyak, perawat di sebuah Rumah Sakit
Wallis diperoleh nilai p value sebesar 0,002 di Malang justru lebih banyak melakukan unsafe
(0,002<0,05). Maka dapat disimpulkan terdapat action seperti aktivitas tidak ergonomis. Karena
perbedaan yang signifikan sudah terbiasa perawat merasa lebih nyaman
542
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
dan menghemat waktu dan perilaku ini RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan
cenderung berulang (Maria, 2015). Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing),
4(3): 131–139.
Goni, N. T. S. 2016. Karateristik Perawat di Irina F
PENUTUP
RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou Manado
yang Mengalami Keluhan Nyeri Punggung
Bersarkan hasil penelitian menunjukkan Bawah. Jurnal E-Clinic (eCl), 4(1).
bahwa terdapat perbedaan rata-rata keluhan low Kementerian Kesehatan Indonesia. 2018. Peraturan
back pain pada perawat rawat inap, rawat jalan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47
dan IGD Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Tahun 2018 tentang Pelayanan
Putih (p value=0,002). Nilai rata-rata keluhan Kegawatdaruratan. Jakarta: Indonesia.
masing-masing unit adalah pada rawat inap Kurniawidjaja, L. M. 2013. Pengendalian Risiko
sebesar 42,30, rawat jalan adalah 18,32, dan Ergonomi Kasus Low Back Pain pada
Perawat di Rumah Sakit. MKB, 46(4): 225–
IGD 51,40. Dan dapat diketahui rata-rata
233.
keluhan tertinggi terdapat pada perawat IGD
Kusuma, I. F. 2014. Pengaruh Posisi Kerja Terhadap
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Kejadian Low Back Pain pada Pekerja di
dengan rata-rata skor keluhan low back pain Kampung Sepatu, Kelurahan Miji,
51,40. Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.
Kelemahan penelitian ini belum Jurnal Ikesma, 10(1): 59–66.
dilakukan pemeriksaan secara medis pada Maria, S. 2015. Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat
responden mengenai keluhan low back pain yang Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal
Care, 3(2): 9–17.
dirasakan. Saran untuk peneliti selanjutnya
Maulana, R. S. 2016. Hubungan Indeks Massa
sebaiknya pengambilan data responden dibantu
Tubuh (IMT) dengan Tingkat Nyeri pada
pemeriksaan medis untuk mengetahui apakah
Penderita Low Back Pain (LBP) di Poliklinik
responden benar-benar merasakan keluhan low Saraf RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
back pain atau tidak, sehingga keluhan tidak Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis,
bersifat subjektif dan peneliti melakukan 1(4): 1–6.
pengembangan penelitian menggunakan selain Nggohele, I. V. 2019. Hubungan Antara Aktivitas
desain cross sectional, seperti melakukan Fisik dengan Nyeri Punggung Bawah pada
penelitian dengan desain pre and post controlled Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah
group design atau case control untuk meyakini Luwuk Banggai. E-Journal Keperawatan (E-Kp),
7(1): 1–7.
keberhasilan intervensi.
Ningsih, K. W. 2017. Keluhan Low Back Pain pada
Perawat Rawat Inap RSUD Selasih
DAFTAR PUSTAKA Pangkalan Kerinci. Jurnal Ipteks Terapan,
11(1): 75–88.
Allegri, M. 2016. Mechanisms of Low Back Pain : A Nurdianti, W. 2015. Pengaruh Latihan Peregangan
Guide for Diagnosis and Therapy [ Version 2 ; Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
Referees : 3 Approved ]. F1000Research 2016, Perawat yang Menderita Low Back Pain
(5): 1–11. (LBP). JOM. 2(1): 600–605.
Arwinno, L. D. 2018. Keluhan Nyeri Punggung Patrianingrum, M. 2015. Prevalensi dan Faktor
Bawah pada Penjahit Garmen. HIGEIA Risiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan
(Journal of Public Health Resesarch and Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan
Development), 2(3): 406–416. Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif,
Astuti, S. J. 2016. Pengaruh Strecthing terhadap 3(1): 47–56.
Nyeri Punggung Bawah dan Lingkup Gerak Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik
Sendi pada Penyadap Getah Karet PT Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kendal. Keperawatan. Jakarta: Indonesia.
Unnes Journal of Public Health, 5(1): 1–9. Putri, O. Z. 2017. Analisis Risiko Keselamatan dan
Fathoni, H. 2009. Hubungan Sikap dan Posisi Kerja Kesehatan Kerja pada Petugas Kesehatan
dengan Low Back Pain pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
543
Farah, H, N. / Perbedaan Keluhan Low/ HIGEIA 3 (4) (2019)
Akademik UGM. Jurnal Kesehatan, 10(1): 1– Wáng, Y. X. J. 2016. Increased Low Back Pain
12. Prevalence in Females Than in Males After
Rohmawan, E. A. 2017. Masa Kerja, Sikap Kerja dan Menopause Age : Evidences Based on
Keluhan Low Back Pain (LBP) pada Pekerja Synthetic Literature Review. Evidence-Based
Bagian Produksi PT Surya Besindo Sakti Serang. Medicine, 6(2): 199–206.
Prosiding Seminar Nasional IKAKESMADA Widiyanti, E. C. L. 2009. Hubungan Sikap Tubuh
“Peran Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Saat Mengangkatdan Memindahkan Pasien
SDGs” Yogyakarta. 26 Januari. pada Perawat Perempuan denganNyeri
Triwibowo, C. 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Punggung Bawah. Majalah Kedokteran
Sakit, Sebuah Kajian Hukum Kesehatan. Indonesia, 59(3): 107–112.
Yogyakarta: Nuha Medika.
544