Dosen pengampu :
KELAS : G
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah daripada mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah
kami yang berjudul Tinjauan Umum Ekonomi Syariah .
Teriring ucapan terima kasih kepada Bapak Muhamad Masrur, SHI,MEI. selaku
pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah, juga kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca
adalah sangat berharga bagi kami.
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah
diwaktu yang akan datang. Aamiin yaa robbal ‘alamin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam dalam tataran praktis maupun akademis sangat pesat.
Hal ini dapat dilihat dari data statistik perbankan syari’ah yang dikeluarkan tiap bulannya
oleh bank Indonesia, juga penelitian di bidang perbankan syari’ah, mulai dari soal faktor-
faktor yang memengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syari’ah,
bidang investasi syari’ah, hingga soal model pemberdayaan dana zakat di Indonesia.
Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian
tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam, Ekonomi
Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan
(way of life), dimana Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap
bagai kehidupan manusia termasuk dalam bidang Ekonomi. Setiap manusia bertujuan
mencapai kesejahteraan dalam hidupnya, namun manusia memiliki pengertian yang berbeda-
beda tentang kesejahteraan. Dalam berbagai literatur Ilmu Ekonomi konvensional dapat
disimpulkan bahwa tujuan manusia memenuhi kebutuhannya atas barang dan jasa adalah
untuk mencapai kesejahteraan (well being). Manusia menginginkan kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam hidupnya, dan untuk inilah ia berjuang dengan segala cara untuk
mencapainya.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan kita bahas pada makalah ini yaitu :
1
3. untuk mengetahui sumber-sumber ekonomi islam
4. Untuk mengetahui karakteristik ekonomi islam
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ekonomi islam
6. Untuk mengetahui perbedaan ekonomi islam dengan system ekonomi kapitalis dan sosialis
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara epistemologi, ekonomi berasal dari bahasa Greek atau Yunani “oikonomia” yang
terdiri dari dua kata yaitu oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan.
Jadi, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengaturrumah tangga, yang dalam bahasa inggris
disebut “economies”. 1
Secara terminologi pengertian ekonomi telah banyak diberikan/dijelaskan oleh para pakar
ekonomi. Disini dikemukakan pengertian ekonomi islam yaitu yang ditulis Yusuf Halim al-
Alim yang mengemukakan bahwa ilmu ekonomi islam adalahilmu tentang hukum-hukum
syarat aplikatif yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci terkait dengan mencari,
membelanjakan, dan tata cara membelanjakan harta.2
Menurut M. Akram Khan yang dimaksud dengan ekonomi syariah adalah “Islamic
economic aims the study of human falah (well be ing) achieved by organizing the resource of
the eaerth on the basicof cooperation and participation”(Ilmu ekonomi Islam bertujuan
untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia (human falah) yang dicapai
dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar gotong royong dan partisipan).
Menurut definisi ini, M. Akram Khan tampaknya mengarahkan secara tegas tujuan kegiatan
ekonomi manusia menurut Islam, yakni human falah (kebahagiaan manusia) yang tentunya
dengan mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Definisi ini juga
bermaksud memberikan muatan normatif dalam tujuan-tujuan aktifitas ekonomi yakni
kebahagiaan atau kesuksesan hidup manusia yang tidak saja di dunia ini tetapi juga akhirat
kelak. Selanjutnya, definisi ini secara implisit menjelaskan tentang cara yang harus ditempuh
untuk mencapai tujuan itu, yakni kerja sama (ta’awun) dan partisipasi aktif dalam mencapai
tujuan yang baik.3
1
Manan Abdul ,Hukum Ekonomi Syariah,Jakarta,KENCANA PRENAMEDIA GROUP,2014,hlm 26.
2
Ibid,hlm 27.
3
Ibid,hlm 28.
3
that branch of knowledge wich helps realize human well-being through an allocation and
distribution of scarce resources that is in conformity with Islamics teachings without unduly
curbing individual freedom or creating continued macro economic an ecological
imbalances” (Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan yang membantu
upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang
terbatas dan berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan
kebebasan individu (leissez faire) atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan).4
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi syariah adalah ilmu
yang mempelajari aktivitas atau perilaku manusia secara aktual dan empirikal, baik dalam
produksi, distribusi, maupun konsumsi berdasarkan syariat Islam yang bersumber Al-Qur’an
dan As-Sunah serta ijma’ para ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Ekonomi syariah bukan sekedar etika dan nilai yang bersifat normatif, tetapi juga
bersifat positif sebab ia mengkaji aktivitas aktual manusia, problem-problem ekonomi
masyarakat dalam perspektif Islam. Dalam Ekonomi Islam, baik konsumen maupun produsen
bukanlah raja. Perilaku keduanya harus dituntun oleh kesejahteraan umum, individual, dan
sosial sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.6
Ekonomi syariah mencakup bidang ekonomi yang cukup luas sebagaimana juga yang
dibicarakan dalam ekonomi modern. Ekonomi syariah tidak hanya membahas tentang aspek
4
Ibid,hlm 29.
5
Ibid.
6
Ibid,hlm 30.
4
perilaku manusia yang berhubungan dengan cara mendapatkan uang dan membelanjakan nya,
tetapi juga membahas segala aspek ekonomi yang membawa kepada kesejahteraan umat. 7
Ekonomi syariah bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh individu atau komunitas Muslim yang ada, namun juga merupakan perwujudan perilaku
yang didasarkan pada ajaran Islam. Ia mencakup cara memandang permasalahan ekonomi,
menganalisis dan mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi.
Ekonomi syariah merupakan konsekuensi logis dari implementasi Islam secara kaffah dalam
aspek ekonomi.
Ekonomi Islam memelajari perilaku individu yang dituntun oleh ajaran Islam, mulai
dari penentuan tujuan hidup, cara mamandang dan menganalisis masalah ekonomi, serta
prinsip-prinsip dan nilai yang harus dipegang untuk mencapai tujuan tersebut. Ekonomi Islam
menekankan pada perilaku individu dan masyarakat yang konsisten terhadap orientasi
maslahah.9
1. Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah sumber pertama dan utama bagi Ekonomi Islam, di dalamnya dapat kita
temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan juga terdapat hukum-hukum dan
undang-undang diharamkannya riba, dan diperbolehkannya jual beli yang tertera pada surat
7
Ibid.
8
Abdul Ghofar, PENGANTAR EKONOMI SYARIAH, (Depok: RAJAWALI PERS,2017), hlm. 26.
9
Abdul Ghofar, PENGANTAR EKONOMI SYARIAH, (Depok: RAJAWALI PERS,2017), hlm. 27.
5
Al-Baqarah ayat 275: "...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan),
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."10
Contoh lain seperti perintah mencatat atau pembukuan yang baik dalam masalah utang-
piutang, Allah ungkapkan surat Al-Baqarah ayat 282: "Wahai orang yang beriman, apabila
kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu,
menuliskannya..."
Dan contoh terakhir adalah perintah menepati dan menghormati janji pada surat Al-Maidah
ayat 1: "Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu..."
2. As-Sunah An-Nabawiyah
As-Sunah adalah sumber kedua dalam perundang-undangan Islam. Di dalamnya dapat kita
jumpai khazanah aturan perekonomian Islam. Di antaranya seperti sebuah hadis yang isinya
memerintahkan untuk menjaga dan melindungi harta, baik milik pribadi maupun umum serta
tidak boleh mengambil yang bukan miliknya, "Sesungguhnya (menumpahkan) darah kalian,
(mengambil) harta kalian, (mengganggu) kehormatan kalian haram sebagaimana haramnya
hari kalian saat ini, dibulan ini, dinegeri ini,..." (HR Bukhari).11
Contoh lain misalnya As-Sunah juga menjelaskan jenis-jenis harta yang harus menjadi milik
umum dan untuk kepentingan umum, tertera pada hadis: "Aku ikur berperang bersama
Rasullah, ada tiga hal yang aku dengar dari Rasulullah: Orang-orang Msulim bersyariat
(sama-sama memiliki) tempat menggembala, air, dan api." (HR. Abi Dawud)
Contoh terakhir adalah hadis yang menerangkan larangan menipu "Barang siapa yang menipu
kami, maka tidak termasuk golongan kami." (HR. Muslim).
Kitab-kitab ini menjelaskan ibadah dan muamalah, di dalamnya terdapat pula bahasan
tentang ekonomi yang kemudian dikenal dengan istilah Al-Muamalah Al-Maliyah, isinya
10
Ahmad izzan, Syahri Tanjung, Referensi EKONOMI SYARIAH, (Bandung: ROSDA, 2006), hlm. 32.
11
Ahmad izzan, Syahri Tanjung, Referensi EKONOMI SYARIAH, (Bandung: ROSDA, 2006), hlm. 31.
6
merupakan hasil-hasil ijtihad Ulama terutama dalam mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-
dalil Al-Qur'an maupun hadis yang sahih.12
Adapun bahasan-bahasan yang langsung berkaitan dengan ekonomi Islam adalah zakat,
sedekah sunah, fidyah, zakat fitrah, jual beli, riba dan jual beli uang dan lain-ain.
Kitab-kitab ini yang secara khusus membahas masalah yang berkaitan dengan uang, harta
lainnya, dan ekonomi.
12
Ibid.
13
Syarifah Gustiawati Mukri, Reaktualisasi Prinsip dan Praktik Ekonomi syariah Volume 2 Nomor 5c, (Bogor:
UIKA, 2018), hlm. 45.
7
dianut, di samping adanya tuntutan ideologi, politik, ekonomi, dan budaya (Hejazziey, 2013:
1).
Akan halnya Inovasi kelembagaan termasuk peraturan implementasi menjadi penting
untuk menyesuaikan praktik ekonomi syariah dengan kebutuhan masyarakat, sehingga tidak
semata-mata berhenti pada labelisasi. Filter nilai yang lebih ketat juga vital agar ekonomi
syariah tidak terlampau meliberalkan inovasi lembaga keuangan, sehingga nantinya bisa
terjebak kepada kesalahan yang sama dengan sistem kapitalisme. Kecenderungan praktik
pengatasnamaan syariah yang saat ini marak dilakukan oleh banyak pihak di Indonesia,
termasuk pemerintah. Beberapa praktik yang dilabelkan syariah tidak jarang justru
bertentangan dengan hakikat normatif yang digariskan dalam norma agama, seperti
kesejahteraan bersama, kemakmuran dan keadilan. Bank bagi hasil adalah contoh inovasi
kelembagaan yang bisa menjadi terobosan baik dalam mengatasi maraknya spekulasi dan
keserakahan. Filter nilai pada inovasi tersebut harus lebih ketat, agar dalam penerapannya
tidak hanya sekedar akad saja namun pada esensi. Oleh karenanya, tantangan bagi para
akademisi dan praktisi ekonomi syariah yaitu membuat suatu teori, rekomendasi kebijakan,
dan lembaga ekonomi Islam yang dapat diterapkan dalam perekonomian, terutama dalam
situasi yang masih bercampur antara praktik syariah dan non syariah.14
14
Syarifah Gustiawati Mukri, Reaktualisasi Prinsip dan Praktik Ekonomi syariah Volume 2 Nomor 5c, (Bogor:
UIKA, 2018), hlm. 46.
8
kepentingan masyarakat miskin, serta mengefektifkan belanja pemerintah untuk kepentingan
masyarakat miskin (World Bank, 2006: xxi).15
Ketiga, Peningkatan Kesadaran akan pentingnya Sistem Ekonomi Syariah.
Pengembangan produk lembaga keuangan syariah semakin bervariasi, siapa pun boleh
menjadi nasabah lembaga keuangan syariah. Produk yang dihasilkan pun tidak terbatas,
beragam dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat, seperti tabungan, deposito, asuransi,
pembiayaan, hingga KPR berprinsip syariah. Untuk urusan keuntungan, lembaga keuangan
syariah bukan mengenal konsep bunga, melainkan bagi hasil. Dengan demikian, perbankan
syariah dapat bersaing, dan terbuka bagi masyarakat umum, bukan hanya sekedar bagi umat
muslim saja. Di era globalisasi saat ini, tantangan dalam menerapkan ekonomi syariah yang
paling utama adalah kesadaran umat sendiri, sekaligus SDM dan lembaga keuangan yang
juga harus terus berinovasi, terutama kesadaran tiap individu harus lebih ditingkatkan.16
Yusuf al-Karadhawi menyatakan bahwa ekonomi islam itu adalah ekonomi yang
berasaskan ketuhanan, berwawasan kemanusiaan, berakhlak, dan ekonomi pertengahan.
“Dari pegertian yang dirumuskan al-Qaradhawi ini muncul empat nilai-nilai utama yang
terdapat dalam ekonomi islam sehingga menjadi karakteristik ekonomi islam yaitu:17
Ekonomi islam adalah ekonomi ilahiyyah karena titik awalnya berangkat dari Allah
dan tujuannya untuk mendapat ridha Allah. Karena itu seoramg muslim dalam aktivitas
ekonominya, misalnya ketika membeli atau menjual dan sebagainya berarti menjalankan
ibadah kepada Allah.
Hal yang membedakan antara system ekonomi islam dengan sistem ekonomi lain
adalah dalam sistem ekonomi islam antara ekonomi dengan akhlak tidak pernah terpisah
15 15
Syarifah Gustiawati Mukri, Reaktualisasi Prinsip dan Praktik Ekonomi syariah Volume 2 Nomor 5c, (Bogor:
UIKA, 2018), hlm. 46.
16
Ibid.
17
Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 10.
9
sama sekali, seperti tidak pernah terpisahnya antara ilmu dengan akhlak, antara siyasah
dengan akhlak karena akhlak adalah urat nadi kehidupan islam.18
Ekonomi islam bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik dengan memberi
kehidupamn bagi manusiauntuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, manusia perlu
hidup dengan pola kehidupan rabbanisekaligus manusiawi sehingga ia bisa melaksanakan
kewajibannya kepada tuhan, kepada dirinya, keluarga, dan kepada manusia lain secara
umum.
Karakteristik islam adalah sikap pertengahan, seimbang (tawazun) antara dua kutub
(aspek duniawi dan ukhrawi) yang berlawanan dan bertentangan. Arti tawazun (seimbang)
diantara dua kutub ini adalah memberikan kepada setiap kutub itu haknya masing-masing
secara adil atau timbangan yang lurus tanpa mengurangi atau melebihkannya seperti aspek
keakhiratan atau keduniawian.19
Nilai-nilai filosofis yang ada dalam ekonomi Islam merupakan fondasi dari munculnya
prinsip-prinsip ekonomi Islam yang menjadi acuan dalam seluruh aktivitas ekonomi dalam
Islam. Berikut ini prinsip-prinsip ekonomi Islam yaitu:
1) Tauhid
Akidah mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Ia
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara berpikir dan bertindak seseorang.
Begitu kuatnya peran akidah sehingga dapat mengendalikan manusia agar tunduk dan
mengikuti ajaran yang dibawanya. Prinsip tauhid ini dikembangkan dari adanya
keyakinan, bahwa seluruh sumber daya yang ada di bumi adalah ciptaan dan milik
Allah Swt., sedangkan manusia hanya diberi amanah untuk memiliki, menegelola, dan
memanfaatkannya untuk sementara. Prinsip ini juga dikembangkan dari keyakinan,
bahwa seluruhaktivitas manusia termasuk aktivitas ekonominya diawasi oleh Allah
Swt, dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat kelak.
18
Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 10.
19
Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 11.
10
2) Akhlak
Prinsip ini merupakan bentuk dari pengamalan sifat-sifat utama yang dimiliki
olehnabi dan rasul-Nya dalam seluruh kegiatan ekonomi, yaitu shidiq (benar), tabligh
(menyampaikan kebenaran), amanah (dapat dipercaya) dan fathanah (intelek). Semua
sifat ini dipopulerkan dengan istilah STAF. 20
Berikut ini akan dijelaskan urgensi dari masing-masing sifat nabi dan rasul ini dalam
kegiatan ekonomi.
a) Shidiq (benar)
Sifat benar dan jujur harus menjadi visi kehidupan seorang muslim. Dari sifat
jujur dan benar ini akan memunculkan efektivitas dan efisiensi kerja seseorang.
Seorang muslim akan berusaha mencapai target dari setiap pekerjaannya dengan
baik dan tepat. Disamping itu, dalam melakukan setiap kegiatannya dengan benar
yakni menggunakan teknik dan metode yang efektif.
b) Tabligh (menyampaikan kebenaran)
Dalam kehidupan, setiap muslim mengemban tanggung jawab menyeru dan
menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Dalam kegiatan ekonomi sifat tabligh
ini juga dapat diimplementasikan dalam bentuk transparansi, iklim keterbukaan,
dan saling menasehati dengan kebenaran.
c) Amanah (dapat dipercaya)
Amanah merupakan sifat yang harus menjadi misi kehidupan seorang muslim.
Sifat ini akan membentuk kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung
jawab pada setiap individu muslim. Sifat amanah memainkan peranan yang
fundamental dalam kegiatan ekonomi dan bisnis sehingga kehidupan ekonomi
dapat berjalan dengan baik. Apabila setiap pelaku ekonomi mengemban amanah
yang diserahkan kepadanya dengan baik, maka korupsi, penipuan, spekulasi dan
penyakit ekonomi lainnya tidak akan terjadi.
d) Fathanah (intelek)
Fathanah, cerdik, bijaksana dan intelek harus dimiliki oleh setiap muslim. Setiap
muslim,dalam melakukan setiap aktivitas kehidupannya harus dengan ilmu. Agar
setiap pekerjaan yang dilakukan efektif, dan efisien, serta terhindar dari penipuan
20
Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 18.
11
makan ia harus mengoptimalkan potensi akal yang dianugerahkan Allah
kepadanya.21
3) Keseimbangan
Allah telah menyediakan apa yang ada di langit dan di bumi untuk
kebahagiaan hidup manusia dengan batas-batas tertentu, seperti tidak boleh
melakukan perbuatan yang membahayakan keselamatan lahir, dan batin, diri
sendiri, ataupun orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan merupakan
nilai dasar yang memengaruhi berbagai aspek tingkah laku ekonomi seorang
muslim.
Prinsip keseimbangan ini tidak hanya diarahkan untuk dunia dan akhirat saja,
tetapi juga berkaitan dengan kepentingan perorangan dan kepentingan umum serta
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Selanjutnya, azas ini juga berhubungan
erat dengan pengaturan hak milik individu, hak milik kelompok yang di dalamnya
terdapat keseimbangan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan individu.
Apabila keseimbangan mulai bergeser yang menyebabkan terjadinya
ketimpangan-ketimpangan sosial ekonomi dalam masyarakat, maka harus ada
tindakan untuk mengembalikan keseimbangan tersebut baik dilakukan oleh
individu ataupun pihak penguasa.
4) Kebebasan Individu
Kebebasan ekonomi adalah tiang utama dalam struktur ekonomi Islam, karena
kebebasan ekonomi bagi setiap individu akan menciptakan mekanisme pasar
dalam perekonomian yang bersendikan keadilan. Kebebasan dalam ekonomi
merupakan implikasi dari prinsip tanggung jawab individu terhadap aktivitas
kehidupannya termasuk aktivitas ekonomi. Karena tanpa adanya kebebasan
tersebut seorang muslim tidak dapat melakukan hak dan kewajiban dalam
kehidupan.
5) Keadilan
Kata-kata keadilan sering diulang dalam Al-Qur’an setelah kata Allah dan al-
ma’rifah (ilmu pengetahuan) lebih kurang seribu kali. Kenyataan ini
menunjukkan, bahwa keadilan mempunya makna yang dalam dan urgen dalam
Islam serta menyangkut seluruh aspek kehidupan. Karena itu, keadilan merupakan
dasar, sekaligus tujuan semua tindakan manusia dalam kehidupan. Salah satu
21
Ibid,hlm 19.
12
sumbangan terbesar Islam kepada umat manusia adalah prinsip keadilan dan
pelaksanaannya dalam setiap aspek kehidupan. Islam mendidik umat manusia
bertanggung jawab kepa keluarga, kepada fakir miskin, negara, bahkan seluruh
makhluk di muka bumi. Islam memberikan suatu solusi yang praktis terhadap
masalah perekonomian modern. Memperbaikinya dengan jalan perbaikan
akhlaksemaksimal mungkin, dengan campur tangan pemerintah, serta kekuatan
undang-undang. 22
F. Perbedaan dengan system ekonomi kapitalis dan sosialis
System ekonomi yang berlaku di dunia dewasa ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu system
ekonomi Islam, kapitalis, dan sosialis/komunis. Pada bagian ini akan diuraikan perbandingan
antara ketiga sistem ini.
22
Ibid,hlm 20.
23
Ibid, hlm 23.
13
merugikan kepentingan masyarakat umum. Prinsip utama dalam Islam
adalah memberikan kepada individu hak-hak mendasar dengan suatu
cara yang tidak merusak keseimbangan dalam distribusi kekayaan.
Pada satu sisi, Islam memberikan kepada individu hak kepemilikan
perorangan dan hak untuk menikmati kekayaannya. Di sisi lain, Islam
mengikat hak-hak tersebut dengan ikatan moral dan perundang-
undangan supaya kekayaan tidak menumpuk pada satu kelompok saja
(kelompok kaya), tetapi beredar pada semua orang, sehingga masing-
masing mendapat bagian yang sah dan pantas. Misalnya kewajiban
mengeluarkan zakat terhadap orang-orang kaya yang diberikan kepada
orang-orang yang tidak mampu. Berdasarkan prinsip ini sistem
ekonomi Islam berbeda dengan prinsip sistem ekonomi kapitalis yang
memberikan kebebasan secara mutlak kepada individu untuk memiliki
dan memanfaatkan kekayaannya dan sistem ekonomi sosialis yang
menafikan hak kepemilikan individu.
c. Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi diantara orang
perorangan dalam batas batas yang wajar adil dan tidak berlebihan.
Adanya orang kaya dan miskin dalam kehidupan merupakan
sunatullah. Namun, perbedaan itu tidak dibiarkan tumbuh secara luas
dan dalam. Orang kaya mempunyai kewajiban menyerahkan sebagian
hartanya kepada orang miskin dalam bentuk zakat ataupun sedekah.24
d. Kesamaan sosial
Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi, tetapi ia
mendukung dan menggalakkan kesamaan sosial sehingga sampai
tahap, bahwa kekayaan negara yang tidak dimiliki hanya dinikmati
oleh sekelompok tertentu saja. Setiap individu dalam negara Islam
mempunyai peluang yang sama untuk berusaha mendapatkan
pekerjaan atau menjalankan berbagai aktivitas ekonomi. Dalam Islam
seseorang yang memiliki modal yang banyak dilarang menumpuk
kekayaannya, tetapi disyariatkan untuk menginvestasikan dalam
bentuk mudharabah ataupun musyarakah dengan cara menyerahkan
24
Ibid,hlm 24.
14
modal kepada orang yang tidak atau kekurangan modaldalam berusaha
berdasarkan prinsip bagi hasil. Sehingga tidak ada satupun faktor-
faktor produksi uang menganggur, baik dari segi modal maupun tenaga
kerja. Semua pihak mempunyai kesempatan yang sama dalam
memperoleh pekerjaan dan penghasilan. Prinsip ini sangat bertolak
belakang dengan sistem ekonomi kapitalisyang membebaskan kepada
setiap individu untuk menguasai alat-alat produksi sebanyak-
banyaknya tanpa ada kewajiban apa pun.
e. Jaminan sosial
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam negara
Islam, setiap warga negara dijamin untuk memperoleh kebutuhan
pokoknya masing-masing. Menjadi tugas dan tanggung jawab negara
Islam untuk menjamin setiap warga negara dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan prinsip hak untuk hidup.
f. Distribusi kekayaan secara meluas
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta
kekayaan secara berlebihan dan mencegah penumpukan kekayaan pada
kelompok tertentu saja. Ia menganjurkan distribusi kekayaan kepada
semua lapisan masyarakat. Misalnya, kewajiban mengeluarkan zakat
terhadap orang-orang kaya yang diberikan kepada orang-orang yang
tidak mampu. Ini merupakan bentuk pendistribusian kekayaan yang
seimbang dan dapat mencegah terjadinya penumpukan kekayaan pada
sekelompok orang kaya saja.25
g. Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial
masyarakat yang saling melengkapi satu dengan lainnya bukan saling
bersaing dan bertentangan di antara mereka. Islam meredakan konflik
dan mewujudkan kemanfaatan bersama. Prinsip ini didasari pada teori
ekonomi Islam yang memandang antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan masyarakat punya ikatan yang erat karena fitrah manusia
adalah saling membutuhkan dengan sesama dalam memenuhi
25
Ibid,hlm 25.
15
kebutuhan hidup. Seorang individu dibebaskan menikmati
kekayaannya tanpa menyampingkan kepentingan masyarakat.
2. Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem ekonomi yang didirikan di atas landasan teori yang bebas atau liberal
dikenal dengan sistem kapitalis yang dicetuskan oleh Adam Smith sejak tahun
1776. Sistem Ekonomi Kapitalis ini mempunyai prinsip dasar yaitu:
26
Ibid,hlm 26.
16
1). Kebebasan ekonomi yang dianut dalam ekonomi Kapitalis akan
meningkatkan produktivitas masyarakat. Kondisi ini akan
berpengaruh pada pendistribusian kekayaan yang rasional dalam
masyarakat secara tidak langsung akan berimplikasi pada
peningkatan kekayaan negara.
2). Persaingan bebas di antara individu-individu akan mewujudkan
tahap produksi dan tingkat harga pada tingkat yang wajar dan akan
membantu mempertahankan penyesuaian yang rasional di antara
kedua variable tersebut. Persaingan bebas akan mempertahankan
tahap keuntungan dan upah pada tingkat yang sederhana dan
rasional. Penganut sistem ini menegaskan bahwa persaingan bebas
akan menghalangi sikap egoisme individu dan melampaui batas
dalam perekonomian liberal. Individu-individulah yang menegakkan
keseimbangan dan keadilan di antara mereka. Itu alamiah, jika
dalam pasar bebas terdapat beberapa banyak orang yang
memproduksi satu jenis barang dan banyak pedagang yang
membelinya pasti akan tercipta harga yang pantas sehingga
keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing individu akan
seimbang, tidak lebih dan tidak kurang.
3). Motivasi untuk mendapatkan keuntungan merupakan tujuan yang
terbaik, sebanding dengan tujuan dalam memaksimumkan produksi.
Kalau motivasi itu dipertahankan akan memberi peluang yang besar
pada setiap individu untuk bekerja keras dengan tenaga yang
maksimum. Dengan cara tersebut kuantitas dan kualitas produksi
akan diperbaiki.27
27
Ibid,hlm 27.
17
oleh beberapa individu. Ini mengakibatkan distribusi kekayaan yang
tidak seimbang dalam masyarakat dan menyebabkan kerusakan
sistem ekonomi. Persaingan bebas mengakibatkan munculnya
semangat persaingan diantara individu-individu. Namun
menimbulkan ketidakselaran dalam masyarakat. Kekayaan hanya
dimiliki oleh sebagian kecil individu, mereka akan menggunakannya
untuk kepentingan diri sendiri dan akan mengorbankan kepentingan
masyarakat semata-mata untuk memenuhi kepentingan individu.28
28
Ibid,hlm 28.
29
Ibid,hlm 29.
18
b. Kesamaan Ekonomi
Sistem ekonomis sosialis menyatakan , bahwa hak-hak individu
dalam suatu bidang eknomi ditentukan oleh prinsip kesamaan. Setiap
individudisediakan kebutuhan hidup menurut keperluan masing-
masing. Untuk mencapai tujuan kesamaan ekonomi, seluruh urusan
negara diletakkan di bawah peraturan kaum buruh yang mengambil alih
semua aturan produksi dan distribusi. Sebaliknya, kebebasan ekonomi
serta hak pemilikan harta secara perorangan dihapuskan.
Sistem ini diakui memiliki beberapa kelebihan, yakni semua
pekerjaan dalam bidang produksi dan penggunaannya dilaksanakan
berdasarkan perencanaan yang sempurna sehingga inefisiensi produksi
tidak ditemukan seperti yang terjadi dalam ekonomi kapitalis. Semua
bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh negara. Semua keuntungan
yang diperoleh akan digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Disamping itu secara teori dalam sistem ini setiap warga negara
disediakan kebutuhan pokoknya seperti makanan,pakaian, temoat
tinggal, fasilitas kesehatan, dan lain-lain. Setiap individu mendapat
pekerjaan dan orang yang lemah serta orang cacat berada dalam
pengawasan negara. Namun, ternyata sistem ini justru menyengsarakan
rakyat di atas slogan Demi Kesejahteraan Bersama. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya:
2). Sistem ini secara tidak langsung terikat kepada sistem ekonomi
diktator. Buruh dijadikan budak masyaraka dan memaksanya
bekerja seperti mesin.
3). Dalam sistem ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan
ekonomi, sementara pendidikan moral individu diabaikan.
Akibatnya masyarakat akan terbagi pada beberapa kelompok (buruh
dan majikan). Seluruh kekuasaan akan berada ditangan buruh
(proletariat) yang kurang berpendidikan.
19
4). Sistem ekonomi sosialis mencoba untuk mencapai tujuan melalui
lerangan-lerangan eksternal dan menyampingkan pendidikan moral.
Dibalik upaya memupuk semangat persaudaraan dan kerja sama
yang baik antara majikan dengan buruh, sistem sosialis
menimbulkan rasa permusuhan dan dendam (lebih berbahaya dari
sistem kapitalis).30
30
Ibid,hlm 30.
20
diberikan Islam kepada
setiap individu bukanlah
kebebasan mutlak, tetapi
kebebasan yang diiringi
dengan nilai-nilai syariat.
Hak terhadap harta Hak terhadap harta Pemilikan harta oleh
negara
Islam mengakui hak individu Setiap individu dapat Individu secara
untuk memiliki harta. Islam memiliki harta secara perorangan tidak
memberikan kepada individu perorangan, membeli, mempunyai hak untuk
hak kepemilikan perorangan dan menjual hartanya memiliki dan
dan hak untuk menikmati menurut yang memanfaatkan
kekayaannya. Islam dikehendakinya tanpa sumber-sumber
mengikat hak-hak tersebut batas. Individu produksi. Di dalam
dengan ikatan moral supaya mempunyai kuasa penuh sistem ini tidak ada
kekayaan tidak menumpuk terhadap hartanya dan yang namanya hak
pada satu kelompok (kaya). bebas menggunakan milik perorangan. Hak
Misalnya kewajiban sumber-sumber ekonomi individu untuk
mengeluarkan zakat menurut cara yang memiliki harta atau
dikehendaki. memanfaatkan hasil
produksi tidak
diperbolehkan.31
Ketidaksamaan ekonomi Ketimpangan sosial Kesamaan ekonomi
dalam batas yang wajar
31
Ibid,hlm 31.
21
Orang kaya mempunyai masyarakat. Kekayaan
kewajiban menyerahkan hanya dimiliki oleh
sebagian hartanya kepada sebagian kecil individu,
orang miskin dalam bentuk mereka akan
zakat. menggunakannya untuk
kepentingan diri sendiri
dan akan mengorbankan
kepentingan masyarakat
semata-mata untuk
memenuhi kepentingan
individu.
Jaminan Sosial - Jaminan Sosial
22
kekayaan kepada semua modal yang besar. keseluruhan.
lapisan masyarakat.
Misalnya, kewajiban
mengeluarkan zakat
Kesejahteraan individu Persaingan bebas Perencanaan
dan masyarakat kegiatan ekonomi
oleh pemerintah
Islam mengakui Persaingan bebas di Semua pekerjaan
kesejahteraan individu dan antara individu-individu dalam bidang
kesejahteraan sosial akan mewujudkan tahap produksi dan
masyarakat yang saling produksi dan tingkat penggunaannya
melengkapi satu dengan harga pada tingkat yang dilaksanakan
lainnya bukan saling wajar. Persaingan bebas berdasarkan
bersaing dan bertentangan di akan mempertahankan perencanaan yang
antara mereka. Islam tahap keuntungan dan sempurna.32
meredakan konflik dan upah pada tingkat yang
mewujudkan kemaslahatan sederhana dan rasional.
bersama.
32
Ibid,hlm 32.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi syariah merupakan ilmu yang mempelajari aktivitas atau perilaku
manusia secara aktual dan empirikal, baik dalam produksi, distribusi, maupun
konsumsi berdasarkan syariat Islam yang bersumber Al-Qur’an dan As-Sunah serta
ijma’ para ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ekonomi syariah bukan sekedar etika dan nilai yang bersifat normatif, tetapi juga
bersifat positif sebab ia mengkaji aktivitas aktual manusia, problem-problem ekonomi
masyarakat dalam perspektif Islam.
B. Saran
Dengan pembaca mengetahui beberapa ilmu mengenai ekonomi syariah
diharapkan pembaca dapat mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari
yakni menerapkan ekonomi yang sesuai dengan tuntunan islam yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Al-Hadist.
24
Daftar Pustaka
Ghofar Abdul, 2017, PENGANTAR EKONOMI SYARIAH, Depok: RAJAWALI PERS
Manan Abdul, 2014,Hukum Ekonomi Syariah,Jakarta,KENCANA PRENAMEDIA GROUP
Izzan Ahmad, 2006,Syahri Tanjung, Referensi EKONOMI SYARIAH, Bandung: ROSDA
Rozalinda, 2016, Ekonomi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Syarifah Gustiawati Mukri, 2018, Reaktualisasi Prinsip dan Praktik Ekonomi syariah Volume 2 Nomor
5c, Bogor: UIKA
25