PENDAHULUAN
2
2.2 Anatomi Paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung dalam rongga dada dan
dilindungi secara melingkar oleh rongga yang dibentuk oleh rangka iga. Pada
anak-anak, paru berwarna merah muda tetapi dengan bertambahnya usia paru
menjadi gelap dan berbintik-bintik.6
Pulmo kanan sedikit lebih besar dari pulmo kiri. Pulmo kanan dibagi
oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis pulmonal kanan menjadi tiga lobus
yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Pulmo kiri dibagi oleh
fissura obliqua dengan cara yang sama menjadi dua lobus, lobur superior dan
lobus inferior. Pada pulmo kiri tidak ada fissura horizontalis.6
Bronkus, jaringan ikat paru, dan pleura viseralis menerima darah dari
arteri bronkialis yang merupakan cabang aorta desendens. Vena bronkialis
(yang berhubungan dengan vena pulmonalis) mengalirkan darahnya ke vena
azygos dan vena hemiazygos.5,6
3
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien. Gagal jantung kongestif adalah
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung
tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.8
2.4 Epidemiologi
Di Indonesia, data mengenai penyakit jantung, termasuk gagal
jantung memang belum banyak diketahui. Departemen Kesehatan
melaporkan bahwa jumlah kasus gagal jantung di rumah sakit di Indonesia
mencapai 13.396 kasus yang dirawat di rumah sakit dan 16.431 pasien
yang dirawat jalan. Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di
seluruh dunia.9
2.5 Klasifikasi
Gagal jantung (heart failure) adalah kumpulan sindroma klinis
yang kompleks yang diakibatkan oleh gangguan struktur ataupun fungsi
dan menyebabkan gangguan pengisian ventrikel atau pemompaan
jantung.10
2.5.1 Berdasarkan tingkat keparahannya
1. Gagal jantung akut (acute heart failure)
Gagal jantung akut (acute heart failure) adalah serangan cepat
dari gejala-gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang
abnormal. Gagal jantung akut dapat berupa acute de novo (serangan
baru dari gagal jantung akut tanpa ada kelainan jantung sebelumnya)
atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronik. Disfungsi yang
terjadi pada gagal jantung dapat berupa disfungsi sistolik atau
disfungsi diastolik.10
2. Gagal jantung kronis (chronic heart failure)
Gagal jantung kronis (chronic heart failure) juga didefinisikan
sebagai sindroma klinik yang komplek disertai keluhan gagal jantung
berupa sesak, fatik baik dalam keadaan istirahat maupun
beraktifitas.10
4
2.5.2 Berdasarkan lokasi terjadinya
1. Gagal jantung kiri
Gagal jantung kiri adalah suatu keadaan dimana ventrikel kiri
jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh
menyebabkan tubuh kekurangan darah yang mengandung oksigen.
Ventrikel kiri secara mekanis mengalami kelebihan beban/melemah,
mengalami dispnea dan ortopnea akibat dari kongesti paru.10
Manifestasi klinis yang terjadi yaitu dispnea, batuk, mudah
lelah, Kegelisahan dan kecemasan.
2. Gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan adalah suatu keaadan yang terjadi Jika
abnormalitas yang mendasari mengenai ventrikel kanan. Hal ini
terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi
semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. 10
Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan yang tampak
meliputi :
a) Kongestif jaringan perifer dan viseral.
b) Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema
pitting, penambahan berat badan.
c) Hepatomegali
d) Anorexia dan mual.
e) Nokturia.
Tabel 1. Klasifikasi Gagal Jantung11
5
2.6 Etiologi Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh:
6
2.7 Patofisiologi
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem
tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai
dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu
keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik
yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung
atau preload. Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi
yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan
pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan
aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam
oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.
Penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump function)
dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada beberapa keadaan
ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa
terdapat depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot
jantung intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena
beban jantung yang ringan. Pada awal gagal jantung akibat CO yang rendah, di dalam
tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin
aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah arteri yang
efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi
dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangkan
peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung melalui hukum Starling.
Apabila keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan
hipertrofi dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal
jantung yang tidak terkompensasi.
Dilatasi ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik (penurunan fraksi ejeksi) dan
retensi cairan meningkatkan volume ventrikel (dilatasi). Jantung yang berdilatasi tidak
efisien secara mekanis (hukum Laplace). Jika persediaan energi terbatas (misal pada
penyakit koroner) selanjutnya bisa menyebabkan gangguan kontraktilitas. Selain itu
kekakuan ventrikel akan menyebabkan terjadinya disfungsi ventrikel. Pada gagal
jantung kongestif terjadi stagnasi aliran darah, embolisasi sistemik dari trombus mural,
7
dan disritmia ventrikel refrakter.
Disamping itu keadaan penyakit jantung koroner sebagai salah satu etiologi CHF
akan menurunkan aliran darah ke miokard yang akan menyebabkan iskemik miokard
dengan komplikasi gangguan irama dan sistem konduksi kelistrikan jantung. Beberapa
data menyebutkan bradiaritmia dan penurunan aktivitas listrik menunjukan peningkatan
presentase kematian jantung mendadak, karena frekuensi takikardi ventrikel dan fibrilasi
ventrikel menurun. WHO menyebutkan kematian jantung mendadak bisa terjadi akibat
penurunan fungsi mekanis jantung, seperti penurunan aktivitas listrik, ataupun keadaan
seperti emboli sistemik (emboli pulmo, jantung) dan keadaan yang telah disebutkan
diatas.
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO= HR X SV
dimana curah jantung adalah fungsi frekuensi jantung X volume sekuncup.
Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung, bila mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga faktor yaitu:
1. Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang mengisi
jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung.
2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium.
3. Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh
tekanan arteriole.
8
Gambar 3. Patofisiologi Gagal Jantung
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
9
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni
sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai contoh,
hipertensi sitemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan melemah. Hipertensi paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel
kanan mengalami hipertofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan
menentukan sisi jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.
atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah bahwa
gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya,
penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa
secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem
vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam sirkulasi
Gagal jantung adalah diagnosis klinis namun supaya diagnosis lebih tepat
klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda- tanda klinis pada tahap awal
yang digunakan untuk diagnosis suatu gagal jantung, kita juga perlu mengetahui
kompleks dalam gambaran foto rontgen dada, salah satunya adalah gagal jantung.
10
2.8 Gejala dan Tanda
11
BAB III
RADIOPATOLOGIS
Kardiomegali
Dua fitur utama dari radiografi dada berguna dalam evaluasi pasien
12
Gambar 4. Kardiomegali all chamber.
pembentukan edema interstitial terutama pada daerah basal paru. Hal ini
lobus atas. Pengalihan pada lobus atas dapat didiagnosis dengan radiografi
b) Perihilar kabur
13
Gambar 5. Cardiomegali dengan perihilar yang terlihat kabur.
c) Peribronchial cuffing
dinding bronkus.
d) Garis Kerley A
Berupa gambaran garis yang agak panjang (2-6 cm) yang tampak
Garis ini jarang dibanding garis Kerley B, dan tidak akan tampak
14
Gambar 7. Garis kerley A, Garis Kerley B, dan Kerley C.29
e) Garis Kerley B
perifer. Garis ini dapat terlihat ketika cairan mengisi dan mendistensi
satu dengan lainnya pada sudut kanan bawah dari pleura. Garis ini
bisa tampak pada semua daerah paru, tapi lebih sering pada paru
f) Garis Kerley C
Garis ini jarang terlihat dibanding garis yang lain. Bentuk garis ini
g) Efusi pleura
15
Gambar 8. Efusi pleura tampak pada foto torak PA29
h) Bat’s Wings
dan menyebabkan edema paru. Hal ini dapat terlihat sebagai densitas
dapat juga terlihat densitas ruang udara bilateral yang difus dan
vena lobus atas (tanda panah), garis septum (garis Kerley B) terlihat baik
16
Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya gagal jantung juga
seperti pada kelainan jantung didapat dan pada kelainan jantung bawaan.
adalah tanda adanya cairan pada interstisial paru yang sederhana dan non
berjumlah multipel, karena fakta bahwa udara dan air adalah 2 unsur
17
dengan kontras antara struktur yang terisi udara (air-filled) dan yang kaya
Gambar 10. USG paru menunjukkan garis B multiple pada kasus edema
paru kardiogenik. Jika pola seperti ini ditemukan pada banyak
lokasi di anterior dan lateral dada, hal ini merupakan
diagnosis sindrom interstitial.
Pada paru normal yang teraerasi, hanya ada sedikit garis B yang
terdeteksi secara sonografi. Ketika kadar air meningkat dan kadar udara
pemeriksaan dada anterior dan lateral dengan scan 4 interkostal pada tiap
18
sisi, sesuai dengan area atas dan bawah secara anterior, dan area atas dan
19
Deteksi sederhana garis B tidak memungkinkan diferensiasi penyakit
yang melibatkan interstisial paru, namun tanda-tanda USG organ lainnya dapat
yang akan terdeteksi sekitar 50% pada kasus gagal jantung akut terkompensasi.
Mengenai USG paru, tanda lain selain garis B mungkin dievaluasi untuk
reliabilitas dari tanda-tanda ini dalam membedakan edema paru kardiogenik dari
darurat sangat penting untuk diagnosis banding gagal napas kardiogenik dan non
20
Gambar 12. CT-Scan CHF
Subtle ground glass opacity in the dependent part of the lungs (HU
bawaan dan penyakit penilaian katup jantung; itu juga digunakan pada
21
Gambar 13. MRI CHF
dan anteroseptal pada LAD. Karena bekas luka yang meluas di daerah vaskular,
prosedur revaskularisasi seperti bypass arteri coronaria tidak akan berhasil. (B)
22
BAB IV
KESIMPULAN
Gagal jantung kongestif adalah kegagalan ventrikel kiri dan kanan dari jantung
yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk memberikan cardiac output yang cukup
gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan
sisi kanan.
Etiologi gagal jantung pada usia lanjut adalah penyakit jantung iskemik sebagai
valvular, penyakit jantung rhematik, penyakit jantung pulmonik dan penyakit jantung
kongenital. Pada usia dewasa didapatkan bahwa penyakit jantung iskemik juga menjadi
jantung rhematik, penyakit jantung kongenital, penyakit jantung hipertensif dan yang
Salah satu penegakan diagnosis adanya gagal jantung adalah pemeriksaan foto
rontgen torak, USG, CT-Scan, serta MRI yang dapat menggambarkan ukuran dan bentuk
jantung serta kondisi kedua paru. Pada pemeriksaan foto rontgen thoraks didapatkan
gambaran CTR >50%, efusi pleura, garis kerley A B dan C, bat’s wings, serta
peribronchial cuffing.
penebalan septa dan ground-glass opacities. MRI jarang digunakan dalam pemeriksaan
23
pasien dengan gagal jantung kongestif. Kegunaan utamanya melibatkan deliniasi kelainan
jantung bawaan dan penyakit penilaian katup jantung. Pada USG dikenal sebagai B-Line,
Prognosis CHF sendiri dubia at bonam dengan penatalaksaan yang tepat dan teratur
dan Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti: diet
rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis,
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Tambuwun Cf, Panda Al, Rampengan Sh. Gambaran Pasien Gagal Jantung
Dengan Penyakit Hipertensi Yang Menjalani Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr.
Rd Kandou Manado Periode September–November 2016. E- Clinic.
2016;4(2).
4. Damanik Aa, Imawati S. Hubungan Kejadian Efusi Pleura Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif Berdasarkan Foto Thoraks Di Rsup Dr Kariadi Tahun
2015. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2016;5(4):393-402.
5. Guyton AC, Hall JE dkk. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta:
EGC. 2008.
9. Djaya Kh, Nasution Sa, Antono D. Gambaran Lama Rawat Dan Profil Pasien
Gagal Jantung Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Indonesian Journal Of
Chest. 2015 Oct;2(4):141-50.
25