PENDAHULUAN
berpatokan IPA seperti yang tertuang dalam KTSP bahwa tujuan IPA di SMP/
gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
Melalui ilmu dasar teknologi dan alam, maka diperlukan pemahaman yang
mendalam terhadap konsep fisika, salah satunya yaitu dengan pembelajaran yang
efektif yang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan masalah dan
sekolah.
SMP/MTs dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa
agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip IPA serta memiliki
1
2
hari.
berlangsung melalui proses tersebut adanya pengaruh dari luar baik secara positif
maupun negatif akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Salah satu indikator
tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil
Pada suatu kegiatan belajar mengajar saat ini, aktivitas siswa banyak
mengungkapkan bahwa abad ke-21 menuntut pola berpikir dan bersikap terhadap
berbagai informasi dan tantangan yang harus dipersiapkan siswa untuk memahami
hakikat sains sebagai proses, produk dan sikap, agar mereka memiliki bekal
tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran. Jika nilai kognitif sudah tercukupi,
secara tidak langsung manfaat adanya pembelajaran lebih terasa dan dapat
oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada pelajaran fisika.
IPA bahwa siswa mengalami kesulitan memahami materi khususnya materi fisika.
Selain itu, hasil observasi dan wawancara mengenai kesulitan materi yang
materi fisika khususnya materi besaran dan satuan, wujud zat dan perubahannya
dan kalor. Ketika mempelajari suatu konsep dan analisis matematis, siswa merasa
Oleh sebab itu, saat dilakukan perubahan bentuk soal dari matematis ke soal
kognitif siswa.
Setelah peneliti melakukan tes hasil belajar kognitif materi besaran dan
satuan, wujud zat dan perubahannya dan kalor didapatkan hasil rata-rata pada
materi wujud zat dan perubahannya sebesar 52. Sedangkan pada materi kalor
sebesar 65 dan materi besaran dan satuan sebesar 68. Data yang diperoleh dapat
Tabel 1.1.
Data Hasil Observasi Mengenai Hasil Belajar Kognitif Siswa
Nilai Rata-rata hasil belajar Skor
Materi maksimal
kognitif siswa
Besaran dan Satuan 68
Wujud zat dan perubahannya 52 100
Kalor 65
(Sumber: hasil survei dengan cara memberikan soal kepada siswa)
4
Berdasarkan Tabel 1.1. bahwa hasil belajar kognitif siswa pada materi
wujud zat dan perubahannya lebih kecil dibandingkan dengan materi kalor dan
materi besaran dan satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif
siswa pada materi wujud zat dan perubahannya sangat rendah. Sehubungan
memahami konsep. Hal ini diharapkan pula meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa.
tertentu. Model pembelajaran dalam proses pembelajaran fisika yang tepat sangat
diperlukan, terutama model pembelajaran dengan tahapan yang jelas untuk dapat
permasalahan yang telah diperoleh ini, maka peneliti merasa perlu untuk mencoba
yang bersifat memacu keaktifan (aktivitas) siswa dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa serta mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, yakni model
memperbaiki hal tersebut salah satunya adalah model pembelajaran Think Talk
Write (TTW).
5
TTW juga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hasil
persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya
dalam situasi baru sehingga bisa meningkatkan nilai hasil belajar kognitif siswa.
hierarki yang kumulatif; yang artinya, penguasaan setiap kategori yang lebih
akhirnya melalui forum diskusi tersebut siswa dapat menuliskan kembali hasil
pemikirannya. Aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis adalah salah satu bentuk
kemampuan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan secara tepat, terutama
saat menyampaikan ide (Elida, 2012: 181). Sehingga bisa meningkatkan minat
6
siswa untuk belajar karena dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa
baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi
telah dilakukan diantaranya oleh Elida (2012: 184) yang menyimpulkan bahwa
strategi Think Talk Write (TTW) yang dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa. Penelitian lain dilakukan oleh Yanuarta (2013: 76) terdapatnya
tipe Think, Talk, Write (TTW) dengan teknik talking stick. Kemudian (Ningsih
pembelajaran TTW. Selain itu diperkuat dengan penelitian lain yang dilakukan
7
oleh Sandria (2013: 6) yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-
kalor. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2012: 5) yaitu model
konteks tri kaya parisudha meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa kelas vii
pada mata pelajaran tik di smp negeri 6 singaraja. Menurut penelitian dilakukan
oleh Ikin (2011: 9), bahwa model pembelajaran TTW dapat memberikan peranan
Dari seluruh materi yang disajikan dalam fisika, dalam penelitian ini dipilih
materi wujud zat dan perubahannya karena dianggap sulit oleh siswa. Dari hasil
studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran ipa dan hasil
uji coba soal, bahwa siswa memiliki kesulitan pada materi wujud zat dan
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Wujud Zat dan
Perubahannya”.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Batasan Masalah
Think-Talk-Write (TTW).
menjawab soal hasil belajar kognitif yang terdiri dari 12 soal pilihan
ganda.
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
berikut:
F. Definisi Operasional
kooperatif yang pada dasarnya dibangun melalui tiga tahapan penting yaitu
siswa berpikir (Think), siswa berbicara (Talk), dan siswa menulis (Write)
dari empat, yaitu sebagai berikut: (a) Guru membagi teks bacaan berupa
pertanyaan, (b) siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil
perwakilan kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain (Talk) dan guru
observer, dengan cara mengisi lembar observasi aktivitas siswa yang di isi
oleh observer dan guru sedangkan lembar obsevasi aktivitas guru di isi
2. Hasil belajar kognitif adalah nilai yang diperoleh siswa setelah proses
instrumen tes hasil belajar pada tes awal dan tes akhir. Diukur
yang dilakukan saat pretest dan posttest. Tes pilihan ganda pretest dan
11
yang ada dalam penelitian. Materi ini terdapat pada Kurikulum 2013 yang
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Wujud zat dan
karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat
campuran).
G. Kerangka Pemikiran
hasil belajar kognitif siswa materi wujud zat dan perubahannya rata-ratanya
adalah 52 dengan skor maksimal yaitu 100, hal ini lebih kecil dibandingkan
dengan materi kalor dan materi besaran dan satuan. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar kognitif siswa pada materi wujud zat dan perubahannya
sangat kurang. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan inti dalam pembelajaran
dikelas masih berpusat pada guru (teacher centre), siswa hanya memperhatikan
dan mendengarkan penjelasan guru, membaca buku paket yang di sediakan oleh
sekolah, kemudian bila tidak ada pertanyaan atau kesulitan memahami bacaan
Salah satu ciri kelas efektif adalah adanya interaksi positif antara guru dan
siswa serta di antara sesama siswa. Peran guru di kelas yang interaktif adalah
sebagai moderator (Yosal & Usep, 2013:76). Berhasil atau tidaknya tujuan
pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Guru harus
berupaya agar siswa dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai apa yang
untuk mempelajari wujud zat dan perubahannya yang dianggap sulit. Pengajaran
pembelajaran, tetapi dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti
bagi siswa. Kemp (1995) menjelaskan bahwa model pembelajaran ialah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Sanjaya, 2006: 126).
pembelajaran harus dianggap sebagai kerangka kerja struktural yang juga dapat
belajar yang kondusif (Huda, 2013: 143). Model pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau
tertentu.
13
nilai hasil belajar kognitif dan komunikasi diantara siswa. Strategi pembelajaran
ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur
tahap penting yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran yaitu sebagai
berikut:
kemudian akan berfikir dan menuliskan hal-hal penting dan jawaban dari
(mengingat) yang dilakukan oleh guru dan siswa, siswa dapat mengingat
dan menjawab pertanyaan dengan baik. Hal ini sesuai dengan proses-
mengingat.
siswa. Pada tahap ini juga guru memberi siswa beberapa materi penguatan.
belajar mengajar yang terjadi di kelas. Ketika berencana memasukan salah satu
penilaian untuk melihat hasil akademik yang telah diperoleh siswa (Huda, 2013:
kemampuan penguasaan konsep dan komunikasi siswa dalam belajar fisika adalah
adalah model pembelajaran yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan
pemahaman bahwa belajar adalah sebuah prilaku sosial. Model pembelajaran ini
Anderson (2010: 100), kemampuan kognitif siswa terdiri dari beberapa aspek,
diantaranya:
menjelaskan.
mengimplementasikan.
yang dianalisis dititik beratkan pada cara menjelaskan konsep wujud zat dan
partikelnya. Pada wujud zat juga dibahas mengenai partikel dari sebuah zat,
Gambar 1.1
16
Pretest
H. Hipotesis
tolak dari hipotesis bahwa “Model pembelajaran TTW berpengaruh positif dan
signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi wujud zat dan
perubahannya”.
model pembelajaran TTW pada materi wujud zat dan perubahannya pada
I. Metode Penelitian
Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan data kualitatif. Secara keseluruhan, data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah:
model TTW.
18
pembelajaran TTW dan skor tes hasil belajar kognitif siswa sebelum
2. Lokasi penelitian
Karena berdasarkan hasil studi pendahuluan hasil belajar kognitif kritis siswa di
MTs Muslimin Panjalu pada materi wujud zat dan perubahannya masih rendah.
Selain itu, MTs Muslimin Panjalu juga belum pernah menerapkan proses
Populasi yang dipilih yaitu seluruh siswa kelas VII MTs Muslimin Panjalu
Ciamis pada tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri atas empat kelas dengan jumlah
92 siswa. Populasi terdiri atas kelompok-kelompok individu yang terdiri dari tiga
kelas yang homogen, maka teknik penarikan sampelnya diambil satu kelas secara
acak menggunakan simple random sampling dan yang akan dijadikan sampel
adalah satu kelas yaitu kelas VII A tahun ajaran 2014/2015 di sekolah tersebut
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest
dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberi
19
perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest). Desain one group
Tabel 1.2
Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Keterangan:
T1 = tes awal (pretest)
X = perlakuan (treatment), yaitu pembelajaran dengan metode TTW
T2 = tes akhir (posttest)
(Sugiono, 2010: 110)
5. Prosedur penelitian
tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
a. Tahap perencanaan
disertasi
5) Observasi awal
b. Tahap pelaksanaan
1) Melakukan pretest
observer
4) Melaksanakan posttest.
c. Tahap akhir
6. Instrumen penelitian
siswa.
21
a. Lembar observasi
yang melakukan observasi ini yaitu peneliti itu sendiri dan observer yang
yaitu format observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Format observasi
tes hasil belajar kognitif siswa, yaitu pretest dan posttest. Tes yang
diberikan berbentuk tes objektif jenis tes pilihan ganda sebanyak 12 soal.
Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pretest)
dan posttest merupakan soal yang sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak
7. Analisis Instrumen
dilaksanakan penelitian.
ahli ini meliputi konstruksi, bahasa dan materi terkait. Selanjutnya yaitu
merevisi lembar tes hasil belajar kognitif berdasarkan hasil koreksi dari
penelaah. Bila dirasa cukup secara kualitatif maka diuji coba hasil belajar
sebagai berikut:
1) Uji validitas
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
X = skor tiap soal
Y = skor total
N = banyaknya siswa
Tabel 1.3
Kriteria Validitas Instrumen Tes
Koefisien korelasi Interpretasi
0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 <rxy ≤ 0,40 Rendah
0,40 <rxy ≤ 0,60 Cukup
0,60 <rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,80 <rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2009: 75)
Setelah diuji coba dan dianalisis maka hasil uji coba dari 12 soal
tipe A terdapat lima soal terkategori rendah, lima soal terkategori cukup,
dan dua soal kategori tinggi. Soal tipe B terdiri dari 12 soal, hasil
analisisnya dua soal terkategori sangat rendah, dua soal terkategori rendah,
2) Uji reliabilitas
( )
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes
= menggunakan rumus korelasi product moment
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
X = skor tiap soal
Y = skor total
N = banyaknya siswa
Untuk menginterpretasikan nilai reliabilitas tes yang diperoleh
Tabel 1.4
Interpretasi Reliabilitas Tes
Koefisien reliabilitas (r11) Kriteria interpretasi
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Cukup
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2009: 75)
Setelah diuji coba dan dianalisis hasil uji coba soal didapatkan
realibilitas sebesar 0,75 dengan kategori tinggi untuk soal tipe A dan
persamaan:
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
25
Tabel 1.5
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Indeks kesukaran Interpretasi
0,10 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009: 210)
Setelah diuji coba dan dianalisis hasil uji coba soal didapatkan
untuk soal tipe A, satu soal dengan kategori mudah, dan sebelas soal
dengan kategori sedang. Hasil uji coba untuk soal tipe B, sebelas soal
4) Daya pembeda
rumus:
Keterangan:
D = daya pembeda
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan salah
JA = banyaknya subjek atas
JB = banyaknya subjek bawah
Tabel 1.6
Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Indeks diskriminasi Interpretasi
0,00 < D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
26
Setelah di uji coba soal dan dianalisis hasil uji coba soal dari 12
soal tipe A terdapat tiga soal dengan daya pembeda cukup dan sembilan
soal dengan daya pembeda baik. Hasil uji coba soal dari 12 soal tipe B
terdapat satu soal dengan daya pembeda jelek, tiga soal dengan daya
pembeda cukup, enam soal dengan daya pembeda baik dan dua soal
Dari hasil uji coba soal tipe A dan soal tipe B sebanyak 24 soal
instrumen penelitian dengan rincian nomor soal satu, dua dan tiga diambil
dari tipe B, nomor soal empat, lima dan enam dari tipe A, nomor soal
tujuh, delapan, sembilan, dan sepuluh dari tipe B, nomor soal 11 dan 12
dari tipe A.
silang (X) pada kolom “Ya” dan tanda checklist pada kolom “Tidak”
pilihan nilai, yaitu jika yang dipilih poin (a) maka nilainya 3, jika
27
poin (b) maka 2, dan jika poin (c) maka nilainya 1. Sedangkan untuk
Tabel 1.7:
Tabel 1.7
Persentase Aktivitas Guru dan Siswa
Persentase Keberhasilan Kategori
0 – 19% Sangat Kurang
20% - 39% Kurang
40% - 59% Cukup
60% - 79% Baik
80% atau lebih Sangat Baik
(Sudjana, 2007: 27)
data dari skor pretest dan posttest siswa. Adapun teknis analisisnya
dilihat dari hasil analisis tes hasil belajar kognitif siswa, dengan
sk or postest sk or pretest
NG
skor max skor pretest (Herlanti, 2006: 71)
Tabel 1.8
Kategori Tafsiran NG
Nilai g Kriteria
No
g < 0,30 Rendah
1
0,70 ≤ g ≤ 0,30 Sedang
2
g > 0,70 Tinggi
3
(Hake, 1991: 1)
∑
Sugiyono (2013:107)
Keterangan:
2
: chi kuadrat
fo : frekuensi yang diobservasi
fh : frekuensi yang diharapkan
Langkah-langkah yang diperlukan adalah:
(i) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian
2
dinyatakan normal dan jika hitung > 2 tabel, maka
berikut:
Keterangan:
Md = rata-rata dari gain antara tes akhir dan tes awal
d = gain (selisih) skor tes akhir dan tes awal setiap
subjek
n = jumlah subjek
secara signifikan.
T T
Z
T
Keterangan:
T = jumlah jenjang/rangking yang terendah
T n (n 1)
4
T n(n 1)(2n 1)
24
dengan demikian
n(n 1)
T
T T 4
Z
T n(n 1)(2n 1)
24
Sugiyono (2013: 136)
Kriteria:
Zhitung > Ztabel maka Ho ditolak, Ha diterima
32
penulisan berikut:
Studi pendahuluan
Merumuskan masalah
Pretest
(Tes hasil belajar kognitif siswa)
Penerapan Model
Pembelajaran TTW
Posttest
(Tes hasil belajar kognitif siswa
Hasil penelitian
Kesimpulan