Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling


sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang.
Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA,
104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus
dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600
kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari semua
jenis kanker.
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi
kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization,
2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal
menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana.
Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain
jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan teknologi dan juga adanya
pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan
bisa dicegah. Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun.
Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki – laki
memiliki insidensi terbanyak mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan
rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian
juga angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih
banyak pada orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Karsinoma sekum merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
Kanker usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel kanker
pada usus, anal dan usus buntu. Kanker ini adalah salah satu dari bentuk kanker
yang paling umum dan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kanker di
dunia Barat. Kanker usus besar menyebabkan 655.000 kematian di seluruh dunia
setiap tahun. Banyak kanker usus besar yang diketahui berasal dari polip adenoma
pada usus dan penumpukan tinja akibat konstipasi yang terlalu lama.
Perkembangan polip tersebut kadang-kadang berkembang menjadi kanker. Terapi
untuk kanker ini biasanya melalui operasi, yang biasanya diikuti dengan
kemoterapi. Sekitar 75-95% kasus kanker usus menyerang orang dengan resiko
genetika tingkat rendah atau tidak sama sekali.2
Selama periode sepuluh tahun penelitian retrospektif ini, 66 dari 1.451
pasien dengan kanker kolon dan rektum memiliki karsinoma sekum. Gejala yang
paling sering adalah spesifik dan disebabkan oleh anemia yang, dalam beberapa
kasus, diperlakukan tanpa penyelidikan yang memadai. Pengobatan standar dan
paling tepat untuk karsinoma sekum adalah hemicolectomy tepat dengan
ileotranversostomy dan, bila perlu dan layak, en bloc reseksi bagian yang terlibat
dari dinding perut. Dengan tidak adanya penyakit nodal atau metastasis jauh,
perluasan ke dinding perut tidak berpengaruh buruk prognosis. Dokter bedah
harus tetap sadar akan kemungkinan karsinoma hidup bersama dari sekum dan
usus buntu. Setiap pasien dengan massa atau pengeringan sinus persisten setelah
operasi usus buntu atau drainase abses appendical harus dicurigai memiliki
karsinoma sekum. Tingkat kelangsungan hidup selama lima tahun-dalam seri ini
adalah 33%, dan jika reseksi kuratif saja dianggap, itu adalah 44%, dengan angka
kematian operatif dari 3%. Bukti terbaru menunjukkan bahwa telah terjadi

2
pemendekan keterlambatan dalam pengobatan, dan kami percaya studi masa
depan akan menunjukkan peningkatan angka-angka ini.3

2.2 Epidemiologi
Di dunia, lebih dari 1 juta orang menderita kanker usus setiap tahunnya,
yang mengakibatkan kematian sekitar setengah juta orang.2
Di Indonesia, rata-rata angka penderita kanker usus mencapai 19,1 per
100.000 populasi laki-laki di Indonesia, dan 15,6 per 100.000 populasi perempuan
di Indonesia.2
Di (Amerika Serikat), berdasarkan data tahun 2007-2009 4,96% pria dan
wanita yang lahir sekarang didiagnosa akan menderita kanker usus di masa depan
mereka.2
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi
kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization,
2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal
menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana.

2.3 Anatomi dan Histologi


Usus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascendens, kolon
transversum, kolon descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus.
Mukosa usus besar terdiri dari epitel selapis silindris dengan sel goblet dan
kelenjar dengan banyak sel goblet, pada lapisan submukosa tidak mempunyai
kelenjar. Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar longitudinal yang
terkumpul pada tiga tempat membentuk taenia koli. Lapisan serosa membentuk
tonjolan tonjolan kecil yang sering terisi lemak yang disebut appendices
epiploicae. Didalam mukosa dan submukosa banyak terdapat kelenjar limfa,
terdapat lipatan-lipatan yaitu plica semilunaris dimana kecuali lapisan mukosa dan
lapisan submukosa ikut pula lapisan otot sirkuler. Diantara dua plica semilunares
terdapat saku yang disebut haustra coli, yang mungkin disebabkan oleh adanya
taenia coli atau kontraksi otot sirkuler. Letak haustra in vivo dapat berpindah
pindah atau menghilang.

3
Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra coli, yang
mungkin disebabkan oleh adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler. Letak
haustra in vivo dapat berpindah pindah atau menghilang.
Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri mesenterica
superior dan arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri seperti
periarcaden, yang memberi cabang-cabang vasa recta pada dinding usus. Yang
membentuk marginal arteri adalah arteri ileocolica, arteri colica dextra, arteri
colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae. Hanya arteri ciloca
sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
inferior, sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior. Pada umumnya
pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali arteri colica media dan arteri
sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon transversum dan mesosigmoid.
Seringkali arteri colica dextra membentuk pangkal yang sama dengan arteri colica
media atau dengan arteri ileocolica. Pembuluh darah vena mengikuti pembuluh
darah arteri untuk menuju ke vena mesenterica superior dan arteri mesenterica
inferior yang bermuara ke dalam vena porta. Aliran limfe mengalir menuju ke nn.
ileocolica, nn. colica dextra, nn. colica media, nn. colica sinistra dan nn.
mesenterica inferior. Kemudian mengikuti pembuluh darah menuju truncus
intestinalis.

4
Caecum adalah bagian pertama intestinum crassumdan beralih menjadi
colon ascendens. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6cm dan 7,5 cm.
Caecum terletak pada fossa iliaca kanan di atas setengah bagian lateralis
ligamentum inguinale.

Gambar 1. Arteri Mesenterica Superior

5
Arterialisasi didapat dari cabang- cabang arteri sigmoidae dan arteri
haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang
terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior
dengan vena haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang
bermuara kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena
haemorrhoidalis superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi
terdapat hubungan antara vena parietal (vena iliaca interna) dan vena visceral
(vena porta) yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran vena porta
misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah portal.
Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan ujungnya
letaknya terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra
menjadi cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus
intersigmoideus.

6
1. VASKULARISASI
ARTERI :
Cabang A. Mesenterika superior :
A. ileokolika sekum, kolon asenden

A. Kollika dextra kolon transversum kanan

A. Kolika media

VENA

Pembuluh vena berjalan paralel dengan arterinya

V.Mesenterika Superior kolon asendens, sekum

kolon transversum

PEMBULUH LIMFE
Aliran pembuluh limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini
penting diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingan
dalam reseksi keganasan kolon.
Sumber aliran limfe terdapat pada muskularis mukosa. Jadi selama suatu
keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa, kemungkinan besar
belum ada metastasis.
Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan di kelenjar regional mesenterium
dan retroperitoneal pada a.koliaka sinistra, sedangkan dari anus ditemukan di
kelenjar regional di regio inguinalis.
Fungsi dari kolon ialah menyerap air, vitamin dan elektrolit, eksresi mukus
(lendir) serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya ke luar. Absorpsi
terhadap air dan elektrolit terutama dilakukan di kolon sebelah kanan yaitu di
caecum dan kolon ascenden dan sebagian kecil dibagikan kolon lainnya.
Fungsi sekum Pada titik persatuan ileum dan sekum, terdapat katup atau
otot sfingter yang membuka dan mendorong makanan dari ileum ke dalam
perluasan sekum. Sekum dari usus besar menerima makanan yang dicerna dari

7
usus kecil dan mendorong ke arah kolon asendens. Serat makanan tidak tercerna
diterima dari makanan yang dikonsumsi, air, vitamin, mineral dan garam.

2.4 Fisiologi
Pertukaran air dan elektrolit
Kolon ialah tempat utama bagi absorpsi air dan pertukaran elektrolit.
Sebnyak 90 % kandungan air diserap di kolon yaitu sekitar 1-2 L per hari.
Natrium diabsorpsi secara aktif melalui NA-K-ATPase. Kolon dapat
mengabsorpsi sebanyak 400 mEq perhari. Air diserap secara pasif mengikuti
dengan natrium melalui perbedaan osmotik. Kalium secara aktif disekresikan ke
dalam lumen usus dan diabsorpsi secara pasif. Klorida diabsoprsi secara aktif
melalui pertukaran klorida-bikarbonat.5
Degradasi bakteri dari protein dan urea menghasilkan amonia. Amonia
adalah substansi yang diabsorpsi dan ditransportasikan ke hati. Absorpsi amonia
ini tergantung daro pH intraluminal. Penggunaan antibiotik akan menyebabkan
penurunan bakteri usus dan penuran pH intraluminal yang akan menyebabkan
penurunan absorpsi amonia.5
Asam lemak rantai pendek
Asam lemak rantai pendek seperti asetat, butirat dan propionat diproduksi
oleh fermentasi bakterial yang berasal dari karbohidrat. Asam lemak rantai pendek
ini berguna sebagai sumber energi bagi mukosa kolon dan metabolisme usus
seperti transportasi natrium. Kekuranga nsumber penghasil Asam lemak rantai
pendek atau kolostomi, ileostomi akan menyebabkan atrofi mukosa.5
Mikroflora kolon dan gas intestinal
Sebanyak kurang lebih 30% dari berat feses terdiri dari bakteri.
Mikroorganisme yang terbanyak ialah anaerob dan spesies terbanyak ialah
Bacteroides. Escherichia coli merupakan bakteri aerob terbanyak. Mikroflora
endogen ini penting dalam pemecahan karbohodrat dan protein di kolon dan
berpartisipasi dalam metabolisne bilirubin, asam empedu, estrogen dan kolesterol.
Bakteri ini juga di[perlukan dalam produksi vitamin K dan menghambat

8
pertunbuhan bakteri patogen seperti Clostridium difficle. Tetapi tingginya jumlah
bakteri pada colon dapat menyebabkan sepsis, abses dan infeksi.
Gas intestinal dihasilkan dari air yang tertelan, difusi dari darah dan
produksi intraluminal. Komponen utama dari gas ini ialah nitrogen, oksigen,
karbon dioksida, hidrogen dan methan. Nitrogen dan oksigen dihasilkan dari
udara yang tertelan. Karbon dioksida diproduksi dengan reaksi bikarbonat dan ion
hidrogen dan perubahan trigliserid menjadi asam lemak. Hidrogen dan methane
diproduksi oleh bakteri kolon. Gas yang diproduksi sekitar 100-200 mL dan
dikeluarkan melalui flatus.
Motilitas
Tidak seperti usus halus, usus besar tidak menampilkan karaktersistik dari
kompleks migrasi motorik. Usus besar memperlihatkan kontraksi intermiten.
Amplitudo rendah, kontraksi durasi pendek akan meningkatkan waktu transit di
kolon, dan meningkatkan absorpsi air dan perubahan elektrolit. Secara umum,
aktivasi kolinergik meningktkan motilitas kolon.5
Secara umum, aktivitas fisik seperti postur, cara berjalan berperan penting
dalam stimulus pergerakan isi kolon. Selain itu juga dipengaruhi oleh keadaan
emosi. Waktu transit di kolon dipercepat oleh makan makanan yang mengandung
serat. Serat ialah matrix sel tumbuhan yang tidak larut dan terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lilgnin. Pergerakan kolon normal lambat, kompleks dan
bervariasi. Pada kebanyakan, makanan mencapai sekum dalam 4 jam dan 24 pada
rektosigmoid. Kolon transversum merupakan tempat penyimpanan feses.5
Pola motilitas kolon dapat mencampur dan mengeliminasi isi usus. Faktor yang
mempengaruhi motilitas ialah keadaan emosional, jumlah kegiatan dan tidur,
jumlah distensi kolon dan variasi hormonal.
Jenis- jenis gerakan :
- Gerakan retrograde. Terutama pada kolon kanan dan gerakan ini
memperpanjang lamanya kontak isi lumen dengan mukosa dan
meningkatkan absorpsi air dan elektrolit
- Kontraksi segmental. Dilakukan secara simultan oleh otot longitudinal dan
sirkular.

9
- Gerakan massa. Terjadi 3-4 kali sehari dan dikarakteristikkan dengan
kontraksi antegrade dan propulsif.5

Defekasi
Defekasi ialah mekanisme yang kompleks dan terkoordinasi melibatkan
pergerakan massa kolon, peningkatan tekanan intra abdominal dan rektal serta
relaksasi lantai pelvis. Rasa ingin defekasi terbentuk ketika feses memasuki
rektum dan menstimulasi reseptor di dinding rektum atau otot levator.5 Distensi
dari rektum menyebabkan relaksasi dari sfingter ani yang menyebabkan kontak
dengan kanal anal. Refleks ini menyebabkan epitel memisahkan feses padat dari
gas dan cair.5

2.5 Etiologi
Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab kanker usus besar,
diantaranya adalah :6
1. Faktor usia, bukan berarti usialah yang menyebabkan tumbuhnya kanker
usus besar, hanya saja saat usia 50 tahun, dengan perbandingan 1 dari 4
orang ada yang memiliki polip, dan polip ini memicu adanya peningkatan
kanker.
2. Selain itu faktor konsumsi alkohol, karena alkohol dapat memicu
tumbuhnya kanker kolorektal.
3. Faktor penyakit deabetes juga dapat berpengaruh, karena biasanya orang
yang mengidap penyakit diabetes akan bergantung pada insulin, sehingga
40% yang mengidap penyakit diabetes memiliki resiko terkena kanker usus
besar, dibanding yang tidak mengidap penyakit diabetes. Jadi apabila sudah
mengalami gejala kanker usus besar, anda harus periksakan pada dokter.
4. Faktor makanan yang mengandung lemak tinggi, kolesterol, dan makanan
rendah serat juga dapat mempengaruhi resiko kanker usus besar.
5. Kaitan genetik juga dapat menyebabkan terjadinya kanker usus besar sekitar
25%, contohnya yang umum dari kanker ini termasuk ke dalam mutasi yang

10
menuju Familial Adenomatosa Poliposis (FAP) dan kanker kolorektal non-
poliposis herediter.
6. Penyakit peradangan usus yang ditandai dengan ulcerative colitis dan
penyakit Chorn dapat meningkatkan dan mengembangkan resiko kanker
kolorektal.
7. Olahraga yang kurang juga termasuk penyebab yang dapat mengembangkan
potensi tumbuhnya kanker pada usus besar.
8. Lingkungan juga berperan besar dimana yang mempengaruhi tempat
tinggal, orang-orang sekitar, pekerjaan dan segala kegiatan yang anda
lakukan juga dapat mempengaruhi hal tersebut.

2.6 Insiden dan Faktor Resiko


Kanker yang ditemukan pada kolon 16 % di antaranya menyerang sekum
terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada
wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kebiasaan diet rendah serat.
2. Polyposis familial
3. Ulcerasi colitis
4. Deversi colitis

2.7 Patofisiologi
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi
dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan
sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain
adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker.

Tumor-tumor pada sekum merupakan lesi yang pada umumnya berkembang


dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan
jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik
atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.

11
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma sekum dibagi atas 3 fase. Fase
pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama
sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum
menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga.
Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena
keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering,
penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga
penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

2.8 Gejala Klinis


Gejala kanker sekum bisa sulit untuk dideteksi. Gejala yang paling umum
dari kanker kolorektal meliputi perasaan kenyang atau tekanan pada rektum,
pendarahan anus dan dorongan untuk buang air besar sering. Kemungkinannya
adalah, Anda tidak akan mengalami gejala-tanda kanker sekum. Radang di sekum,
tidak seperti rektum atau kolon sigmoid, tidak akan membuat Anda merasakan
dorongan untuk buang air besar atau menyebabkan penyimpangan kebiasaan
buang air besar, karena tinja melewati sekum yang cair dan dapat dengan mudah
memotong massa di bagian usus.7
Sayangnya, sebagian besar gejala kanker sekum terlambat - yang berarti
penyakit ini sudah sangat maju pada saat Anda merasa gejala-gejala ini yang
mungkin termasuk:7
- Gas dan kembung
- Kelelahan-menjadi mudah lelah
- Nyeri perut
- Penurunan berat badan
- Mual dan muntah (tumor besar di sisi kanan usus dapat menyebabkan
makanan tertimbun)
- Anemia

2.9 Metastase

12
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada
saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.
Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,
ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik
dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum
lebih sering muncul pertama kali di paru-paru.

2.10 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai gangguan
kebiasaan BAB (diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi selama
beberapa hari). Nyeri pada saat BAB, tenesmus, dan pada kasus yang lebih lanjut
ileus obstruksi.
2. Pemeriksaan Fisik
Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba tumor berbenjol,
rapuh, tukak, mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat dicapai
dengan baik, bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak dapat diraba. Dari
pemeriksaan colok dubur ditetapkan mobilitasnya untuk mengetahi prospek
pembedahan. bila dapat digerakkan u berarti masih terbatas pada mukosa rektum
saja. Bila sudah terfiksasi, biasanya sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur
ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau
dinding anterior uterus.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Proktosigmoidoskopi
Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus
besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma
kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada
daerah rektosigmoid.
b. Koloskopi

13
Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi tumor.
c. Sistoskopi
Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
d. Barium colon in loop
Dengan menggunakan kontras akan tampak gambaran apple core
appearance
e. Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis
yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.
Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,
adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.

Tidak adanya atau kehadiran tumor sisa setelah reseksi ditunjuk oleh huruf
R sesuai dengan faktor prognosis AJCC, seperti yang ditunjukkan di bawah ini,
dan jika mungkin harus ditunjukkan dalam laporan operasi:8
 Reseksi tumor R0-lengkap dengan semua margin histologis negatif
 Reseksi tumor R1-lengkap dengan mikroskopis keterlibatan marjin reseksi
bedah (margin terlalu tidak terlibat)
 Reseksi R2-lengkap tumor dengan tumor residu kotor yang tidak direseksi
(tumor primer, kelenjar regional, keterlibatan marjin makroskopik)

TNM klasifikasi dan AJCC 7 edisi Staging Kanker Colon


Klasifikasi tumor primer (T)
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor menginvasi submukosa
T2 Tumor menginvasi muskularis propria
T3 Tumor menginvasi melalui propria
muskularis ke jaringan pericolonic
T4a Tumor menembus ke permukaan
peritoneum visceral (serosa)
T4b Menginvasi tumor dan / atau patuh

14
terhadap organ atau struktur lainnya
Kelenjar getah bening regional (N)
N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah
bening daerah
N1a Metastasis di kelenjar getah bening
daerah 1
N1b Metastasis pada 2-3 kelenjar getah
bening regional
N1c Deposito tumor di subserosa,
mesenterium, atau perikolik
nonperitonealized atau jaringan
perirectal tanpa metastasis nodal daerah
N2a Metastasis pada 4-6 kelenjar getah
bening regional
N2b Metastasis pada 7 atau lebih kelenjar
getah bening regional
Jauh metastasis (M)
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1a Metastasis terbatas pada 1 organ atau
situs
M1b Metastasis di lebih dari 1 organ / situs
atau peritoneum

2.11 Diagnosis Banding


Diagnosis banding untuk karsinoma rectum antara lain: polip, proktitis,
fisura anus, hemmoroid, dan karsinoma anus.

2.12 Terapi
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:
- sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
- ada metastasis ke kelenjar limfe regional
- masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada
metastasis jauh.

1. PEMBEDAHAN

15
- Hemikolektomi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan mengangkat sebagian dari kolon
beserta pembuluh darah dan saluran limfe.
b. Ruang lingkup
- Keganasan pada sekum, kolon asenden, fleksura hepatika dan kolon
tranversum kanan
- Keganasan pada kolon transversum kiri, fleksura lienalis, kolon
desenden.
- Poliposis kolon
- Trauma kolon.
Hemikolektomi kanan dilakukan untuk mengangkat suatu tumor atau
penyakit pada kolon kanan . Dilakukan pada kasus tumor bersifat kuratif
dengan melakukan reseksi pada kasus karsinoma sekum, kolon asenden .
Pembuluh darah ileokolika, kolika kanan dan cabang kanan pembuluh darah
kolika media diligasi dan dipotong. Sepanjang 10 cm ileum terminal juga
harus direseksi, yang selanjutnya dibuat anastomosis antara ileum dan kolon
transversum.

2. Obat sitostatika.

16
Diberikan bila :
a. Inoperabel
b. Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah
menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian
residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan
total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus
operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif.
Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada
stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

2.13 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau lengkap,
perforasi, perdarahan, dan penyebaran keorgan lain.

2.14 Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai
berikut :
 Stadium I - 72%
 Stadium II - 54%
 Stadium III - 39%
 Stadium IV - 7%

50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa


kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering
terjadi. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama
setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya rekurensi

17
termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemapuan untuk
memperoleh batas - batas negatif tumor.

Tumor poorly differentiated mempunyai prognosis lebih buruk


dibandingkan dengan well differentiated. Bila dijumpai gambaran agresif berupa
”signet ring cell” dan karsinoma musinus prognosis juga buruk.

Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan mencapai 3-32%


penderita. Beberapa faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus, keterlibatan
kelenjar limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga
sebagai faktor yang mempengaruhi rekurensi lokal.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan


anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-
53.
2. Wikipedia. 2007. Cancer colorectal. Available from URL :
http://www.id.wikipedia.org/wiki/kanker_usus_besar
3. AR., Gennaro. Carcinoma of the caecum. Available from URL :
www.ncbi.nih.gov/pubmed/847603
4. Anatomi dan Fisiologi Usus Besar. Available from URL :
www.sridianti.com/anatomi-dan-fisiologi-usus-besar.html
5. Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta : EGC
6. Penyebab munculnya gejala kanker usus besar. 2014. Available from URL :
www.sehatcenter.com/penyebab-munculnya-gejala-kanker-usus-besar/
7. Wilkinson., J., BSN., RN. Cecum Cancer. A Type of Colon Cancer.
Available from URL :
www.coloncancer.about.com/od/coloncancerbasics/a/cecum-cancer.htm.
8. Chang., J., George. M.D., etc. Practice Parameters for the Management of
Colon Cancer. 2012. P834.

19

Anda mungkin juga menyukai