Anda di halaman 1dari 86

1. Apa itu fertilitas dan fekunditas , lalu definisinya ?

Adalah sama dengan kelahiran hidup ( live birth ), yaitu terlepasnya bayi dari

rahim seorang perempuan dengan ada tanda tanda kehidupan, misalnya berteriak,

bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya

Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah

penduduk disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan

kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gisi dan kecukupan

kalori, perawatan kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia

sekolah yang menuntut pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan.

Bayi perempuan akan tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur

yang akan menikah dan melahirkan bayi.

Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa

kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi

akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima

belas tahun kemudian bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur.

Prof. Ida Bagoes Mantra, Ph.D , 2003, Ed.2 Demografi Umum

www.datastatistik-indonesia.com

Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi untuk

menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup

Fekunditas ada juga fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan

anak lahir hidup.


2. apa indikator keberhasilan mengendalikan ferilitas yang tinggi ?

 penurunan angka kematian ibu dan anak

 penangulangan kesehatan reproduksi

 peningkatan mutu dan pelayanan KB

 peningkatan system dan kapasitas SDM

3. Bagaimana pengukuran fertilitas ?

Pengukuran fertilitas

Pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan :

pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua,

Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History).

a. Yearly Performance (current fertility)

Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai kelompok

penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly Performance terdiri dari:

 Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)

Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup

pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.

Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar

Pm : Penduduk pertengahan tahun

k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000

B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana, karena

hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan


jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari

perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan

penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun

keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar.

 Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)

Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang

berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai

berikut :

Dimana :

GFR : Tingkat Fertilitas Umum

B : Jumlah kelahiran

Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada

pertengahan

Tahun

Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat

daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun

atau sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan

GFR ini adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok

umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko

melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.


 Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility

Rate (ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok

penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula

dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-

kelompok penduduk yang lain. Diantara kelompok perempuan usia reproduksi

(15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung

tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific

Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya

kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu, dengan rumus

sebagai berikut:

Dimana:

ASFR : Age Specific Fertility Rate

Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun

k : Angka konstanta 1.000

Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih cermat dari

GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk ke dalam

berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis

perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik

wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut

kohor. ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan

reproduksi selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).

Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data yang terinci

yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan data tersebut


belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara yang sedang

berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR.

Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk

keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.

 Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)

Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-

laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa

reproduksinya dengan catatan:

 Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa

reproduksinya

 Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu

tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah

perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat

Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas

perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan,

dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan

rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari

Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut :

TFR = 5 (i = 1,2,…..)

Dimana:

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur.

i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.


Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk

seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran

menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63).

b. Reproductive History (cummulative fertility)

 Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita

selama reproduksinya; dan disebut juga paritas. Kebaikan dari perhitungan

CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan

tidak ada referensi waktu.

Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas menurut

kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan pelaporan umur

penduduk, terutama di negara sedang berkembang. Kemudian ada

kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah

anak yang dilahirkan. Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah

meninggal dianggap sama dengan yang masih hidup.

 Child Woman Ratio (CWR)

CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah 5

tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari

perhitungan CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak

usah membuat pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di

daerah kecil sebab di Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistic

kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil.

Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh kekurangan

pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara sedang berkembang.

Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun

secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar. Kedua,

dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak,

khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga
CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga,

tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.

Di mana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti PDRB

perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks Tingkat Pendidikan, Wanita

berumur 15-49 tahun yang menggunakan Alat Kontrasepsi dan Tingkat

Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.

PENGUKURAN FERTILITAS TAHUNAN

Baik pengukuran fertilitas maupun mortalitas tahunan hasilnya ber laku untuk

periode waktu tertentu

a. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)

Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup

pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.

Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut

b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate = GFR)

Kita mengetahui bahwa penduduk yang mempunyai resiko hamil adalah

perempuan dalam usia reproduksi (umur 15 - 49 tahun). Dengan alasan

tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu

membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan

usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai penyebut tidak menggunakan

jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi jumlah penduduk perempuan


pertengahan tahun umur 1549 tahun. Tingkat fertilitas penduduk yang

dihasilkan dari perhitungan ini disebut Tingkat Fertilitas Umum.

c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate = ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok

penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas pe nduduk ini dapat

pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan,

atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Di antara kelompok

perempuan usia reproduksi (15 -49) terdapat v a r i a s i k e m a m p u a n

m e l a h ir k a n, k ar e n a itu perlu d ih i t u n g t i n g ka t fertilitas

perempuan pada tiap-tiap kelompok umur (age specific fertility

rate). Perhitungan tersebut dapat dikerjakan dengan rumus sebagai

berikut:

d. Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran )Birth Order Specific

Fertility Rates)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk

mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan

seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kapada jumlah

anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin

menggunakan alai kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak

tertentu, dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas

menurut urutan kelahiran dapat ditulis dengan rumus:

PENGUKURAN FERTILITAS KUMULATIF

Dalam pengukuran fertilitas kumulatif, kita mengukur rata-rata jumlah anak

laki-laki dan perempuan yang dilahirkan oleh seorang perem puan pada waktu

perempuan itu memasuki usia subur hingga melampaui batas reproduksinya

(15-49 tahun).

a. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFRIP)

Tingkat Fertilitas Total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki

dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa

reproduksinya dengan catatan:

 tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa

reproduksinya;

 tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu

tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah

perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Hal i ni sesuai dengan


riwayat kematian dari tabel kematian penampang lintang (Cross sectional life

table). Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjum -

lahkan Tingkat Fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur terse -

but ber enjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas

menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok

umur lima tahunan, maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total atau TFR

adalah sebagai berikut:

b. Gross Reproduction Rates

Gross Reproduction Rates adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh

1.000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak

ada seorang perempuan yang meninggal sebelum m engakhiri masa

reproduksinya, seperti Tingkat Fertilitas Total. Perhitungan Gross

Reproduction Rates, sebagai di bawah ini.

c. Net Reproduction Rates (NnR)

Net Reproduction Rates ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah

kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan

meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa

reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi

perempuan, beberapa dari perempuan tersebut mempunyai kesempatan


melahirkan hingga urnur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga

umur 40, dan seterusnya clan hanya sebagian yang dapat melewati usia

50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung jumlah

perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu

dengan mengalikannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga

mencapai umur tersebut

Prof. Ida Bagoes Mantra, Ph.D , 2003, Ed.2 Demografi Umum

4. Apa saja factor yang mempengaruhi fertilitas stagnan tinggi ?

Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)

a. Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

b. Sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.

c. Pernikahan usia dini (usia muda).


d. Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika

dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum

memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.

e. Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang

belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.

• Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)

– Adanya program Keluarga Berencana (KB).

– Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.

– Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi

PNS.

– Adanya UU perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.

– Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.

– Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak.

5. Factor yang mempengaruhi fertilitas dari segi demogrami dan non demografi ?

Demografi

a. Struktur umur

b. Perkawinan

c. Umur kawin pertama

d. Paritas

e. Disrupsi perkawinan (perceraian)

f. Proporsi yang kawin


Non-demografi

g. Keadaan ekonomi

h. Tingkat pendidikan

i. Perbaikan status perempuan

j. Urbanisasi

k. Industrialisasi

Faktor yang mempengaruhi fertilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi

menjadi 2 yaitu faktor demografi dan faktor non demografi.

Faktor demografi di antaranya adalah : struktur umur, struktur perkawinan,

umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan dan proporsi yang kawin.

Faktor non demografi antara lain : keadaan social-ekonomi penduduk, factor

psikologi, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi,

industrialisasi.

Variabel-variabel diatas dapat berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas,

ada juga berpengaruh tidak langsung.

Davis dan Blake dalam tulisannya yang berjudul the social structure of fertility

: An Analitical framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial

mempengaruhi fertilitas melalui variable antara.

Factor Variable fertilitas


sosial antara

Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa proses

reproduksi seorang perempuan usia subur melalui 3 tahap yaitu : hubungan

kelamin, konsepsi, kehamilan dan kelahiran. Dalam menganalisa pengaruh sosial

budaya terhadap fertilitas, dapatlah ditinjau faktor2 yang yg mempunyai kaitan

langsung dengan ketiga proses di atas.


Demografi Umum. Prof. Ida Bagoes Mantra, Ph.D. Ed.2. Pustaka Pelajar

6. apa saja dampak fertilitas yang stagnan tinggi dengan pertumbuhan hidup ?

Pertumbuhan penduduk yang cepat akan mempengaruhi kehidupan bangsa

Indonesia, antara lain terhadap :

a) Pendidikan

Masalah pendidikan yang timbul antara lain : daya tampung sekolah tidak

sepadan dengan minat bersekolah, adanya ketidakseimbangan antara

perbandingan penduduk yang bersekolah dengan penduduk usia sekolah.

b) Pelayanan kesehatan

Kebutuhan akan pelayanan kesehatan akan meningkat, berarti juga

diperlukan tambahan dan peningkatan jumlah tenaga medis dan fasilitas

kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit dan tempat tidur bagi orang

sakit.

c) Masalah lapangan kerja

Pertambahan penduduk memerlukan tambahan lapangan kerja. Apabila

kesempatan kerja tidak dapat disediakan sesuai dengan angkatan kerja,

maka akan terjadilah pengangguran diantara anak-anak muda dengan segala

akibat negatifnya dalam masyarakat.

d) Kehidupan sosial ekonomi

Pertambahan penduduk yang cepat yang tidak seimbang dengan

peningkatan produksi akan mengakibatkan kegelisahan dan ketegangan

sosial ekonomi dengan segala akibatnya, antara lain :

- Keluarga kurang mampu membayar uang sekolah bagi anaknya

- Banyaknya anak akan menyulitkan penyediaan tempat tinggal yang layak

- Jumlah dana yang semula disediakan untuk membiayai pendidikan anak-

anak terpaksa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, akibatnya

anak-anak tidak memperoleh pendidikan yang memadai.


- Setiap pertambahan penduduk konsekuensinya menambah permintaan

kebutuhan hidup

- Masalah perumahan pada saat ini sangat mendesak, baik dalam hal mutu

maupun jumlah perumahan.

e) Lingkungan hidup

Pertambahan penduduk dan kepadatan penduduk dapat mengakibatkan

pencemaran lingkungan yang merupakan gangguan pula terhadap

keseimbangan alam seperti polusi udara, pencemaran tanah dan kebisingan,

hasil-hasil buangan, dan limbah yang tidak ditanggulangi. Sampah yang

bertimbun mempunyai dampak negative berupa pemandangan dan bau yang

tidak sedap dan membawa kuman penyakit.

(Prof.Dr.Rustam Mochtar.1998.Sinopsis Obstetri Jilid 2.Jakarta:EGC)

Dampak negatif :
a. Hubungan fertilitas dengan keadaan ekonomi penduduk

Fertilitas merupakan tingkat kesuburan usia produktif untuk menghasilkan

suatu keturunan (dalam hal ini adalah anak), tentunya hal ini nantinya akan

sangat berhubungan erat dengan hidup dan kehidupan manusia tentang apa dan

bagaimana mereka melakukan pemenuhan kebutuhan hidup (taraf kebutuhan

ekonomi) untuk melangsungkan jenisnya. Karena setiap keluarga telah memiliki

suatu tujuan tertentu untuk bereproduksi, serta telah memiliki suatu usaha dan

pandangan tentang pemikiran bahwa mereka akan mampu atau tidak untuk

memenuhi kebutuhan hidup dari segi ekonomi untuk kelangsungan hidup anggota

keluarganya.

b. Hubungan fertilitas dengan sosial budaya

Fertilitas merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

karena dalam kehidupan sehari-hari (dalam suatu komunitas sosial budaya

tertentu) apabila seseorang dikatakan mandul (infertil), orang yang

bersangkutan akan memiliki rasa beban dan tertekan dalam hidupnya, karena

merasa bahwa dirinya tidak bisa menghasilkan keturunan yang nantinya dengan

adanya keturunan itu, suatu keluarga akan melakukan suatu kegiatan atau

prosesi upacara kebudayaan sesuai dengan tata sosial budaya yang berlaku di

tempat mereka tinggal dan hidup.

c. Hubungan fertilitas dengan kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk dijaga pada masa-masa usia

produktif, hal ini dikarenakan alat reproduksi yang sehat sangat berhubungan

dengan tingkat fertilitas seseorang, walaupun dalam beberapa orang

diketemukan kasus infertil. Pada dasarnya reproduksi yang sehat akan

melahirkan generasi yang sehat pula, sehingga tingkat kesuburan (fertilitas)

seseorang sangat terpengaruh dengan hal ini, karena akan dapat menghasilkan

keturunan yang baik.


d. Hubungan fertilitas dengan pekerjaan

Tingkat kesuburan (fertilitas) juga sangat dipengaruhi oleh pekerjaan

seseorang, karena hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup

seseorang. Tentunya ada beberapa pekerjaan yang mendatangkan risiko-risiko

tertentu yang akan membuat seseorang tersebut menjadi mandul (infertil) atau

daya kesuburanya menurun. Dalam hal inilah seseorang akan mengalami suatu

kedaan yang sulit, karena di satu sisi manusia harus memenuhi kebutuhan hidup,

tetapi di satu sisi dalam menjalankan pekerjaan yang mereka lakukan, mereka

harus menanggung risiko yang bahkan mungkin sangat berat untuk sebagian

orang yaitu kemandulan (infertil), karena faktor-faktor dari pekerjaan yang dia

lakukan.

e. Hubungan fertilitas dengan kependidikan

Pendidikan adalah suatu upaya pengembangan daya pemikiran seseorang untuk

menghasilkan suatu generasi yang berkualitas. Tentunya dalam hal ini sangat

berkaitan dengan tingkat kesuburan manusia itu sendiri untuk menghasilkan

keturunan yang lebih baik dan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik pula.

Melalui pendidikan inilah manusia akan mengetahui pentingnya kesuburan, dan

kesehatan reproduksi untuk dapat menghasilkan keturunan, guna kelangsungan

hidup jenisnya untuk menghindari kepunahan.

f. Hubungan fertilitas dengan kependudukan

Masalah kependudukan merupakan masalah yang paling mendasar dalam suatu

negara, hal ini sangat berkaitan dengan angka fertilitas penduduk suatu negara

untuk menghasilkan keturunan, sehingga apabila laju pertumbuhan penduduk

disini tidak dikendalikan dengan baik, tentunya akan membawa dampak yang

buruk bagi suatu negara, karena dapat dimungkinkan terjadi peledakan

penduduk dimana perekonomian negara tidak akan sebanding dengan jumlah


penduduk yang semakin bertambah akibat pertumbuhan penduduk yang sangat

cepat, akan mengakibatkan bencana nasional, seperti : kelaparan, angka

penganguran yang tinggi, tindak kriminal yang tinggi, dan lain-lain.

g. Hubungan fertilitas dengan PUS (Pasangan Usia Subur)

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan (dalam hal ini terdiri dari laki-laki

dan perempuan) yang telah menginjak usia subur guna melangsungkan reproduksi

untuk memperoleh keturunan. Pada saat ini sangat penting mengetahui tingkat

kesuburan masing-masing pasangan untuk mendapatkan keturunan yang baik

demi kelangsungan hidupnya dikemudian hari. Tingkat kesuburan seseorang

sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti : kelengkapan organ-organ

reproduksi, pola konsumsi yang baik, serta aktifitas atau kegiatan hidup seharí-

hari, misalnya seperti bekerja. Untuk itulah pada Pasangan Usia Subur ini

tentunya memiliki masa tingkat kesuburan yang baik untuk menghasilkan

keturunan. Tetapi dalam hal ini pada beberapa negara menjadi permasalahan

yang Sangat berarti, karena di negara yang memiliki jumlah penduduk usia muda

yang berarti (tinggi) akan berdampak buruk, yaitu dengan terjadinya peledakan

penduduk, yang juga akan berdampak buruk pula pada segala aspek bidang

kependudukan dalam negara yang bersangkutan.

Physical Of Demografi

Lebih ringkasnya:

a. ekonomi

 semakin tinggi fertilitas maka kebutuhan ekonomi semakin tinggi

b. social

 semakin tinggi fertilitas maka semakin tinggi tingkat kriminalitas

c. budaya
semakin tinggi tingkat fertilitas maka semakin kecil tingkat kepunahan

budaya

semakin kecil tingkat fertilisasi maka akan terjadi perubahan budaya

d. kesehatan reproduksi

semakin tinggi fertilitas di suatu Negara mengindikasikan kesehatan

reproduksi yang tinggi di Negara itu

e. produktifitas PUS

semakin banyak jumlah PUS semakin meningkat angka fertilitas

semakin tinggi tingkat fertilitas semakin baik produktifitas

f. pekerjaan

semakin tinggi tingkat fertilitas, maka nantinya lapangan pekerjaan akan

semakin sempit

g. kependudukan

semakin tinggi angka fertilitas menyebabkan jumlah penduduk yang tinggi

dan menyebabkan kompleksnya masalah kependudukan

7. apa saja kendala dalam mengendalikan fertilitas ?

8. bagaimana upaya pemerintah dalam menurunkan fertilisasi ?

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (dahulu Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional), disingkat BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non

Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

Visi dan Misi

Visi : Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk

tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas

Misi :
 Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan

 Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

 Memfasilitasi Pembangunan Keluarga

 Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan,

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga

 Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten

FILOSOFI

Menggerakkan Peran Serta Masyarakat Dalam Keluarga Berencana

ARAH KEBIJAKAN

 Merevitalisasi Program Keluarga Berencana.

 Menyerasikan Kebijakan Kependudukan dengan Kebijakan Pembangunan lainnya.

Tugas Pokok

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana.

Fungsi

 Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana;

 Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian

penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

 Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendaliaan penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana;

 Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian

penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;


 Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana;

 Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana;

 Penyelenggaraan pelatihan, penelitian, dan pengembangan dibidang pengendalian

penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

 Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di lingkungan

BKKBN;

 Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BKKBN;

 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN; dan

 Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang pengendalian penduduk

dan penyelenggaraan keluarga berencana.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Kebijakan diambil pemerintah untuk menurunkan fertilitas :

 menunda perkawinan dan kehamilan sampai 20 tahun.

 Menjarangkan kelahiran dan dianjurkan menganut sistem keluarga, catur warga

(ayah-ibu-2 anak CUKUP)

 Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama dalam usia reproduksi sehat yaitu

umur ibu 20-30 tahun

 Mengakhiri usia kesuburan pada usia 30-35

Sinopsis Obsbtetri, Jilid 2

kebijakanpemerintah indonesia:

1. Pengendalian kelahiran yang dilakukan perlu mendapatkan dukungan komitmen

dari pemerintah daerah dimanapun, karena kalau kita terlambat dalam penanganan

masalah kependudukan ini kita akan menemukan dampak negative yang lebih besar yang

berkaitan dengan pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi, jangan – jangan sumber

alam yang melimpah akan hanya tinggal kenangan,


2. The window of opportunity yang akan memberikan peluang kesempatan untuk

mencapai kondisi ideal untuk meningkatkan produktivitas ini harus direbut oleh setiap

daerah dengan sebaik-baiknya bagi pemerintah, apabila ingin meningkatkan

kesejahteraan penduduk.

3. Penurunan fertilitas dan besarnya keluarga ideal akan memotivasi perempuan untuk

masuk pasar kerja. Dengan masa melahirkan dan merawat anak menjadi lebih pendek ,

maka perempuan mempunya waktu yang lebih banyak untuk melakukan hal-hal yang

bukan melahirkan dan merawat anak. Dan apabila perempuan ini dilahirkan dari

generasi yang sudah menganut keluarga kecil, maka mereka cenderung memiliki

keluarga kecil juga. Jadi perempuan akan semakin memilih untuk mempunyai anak lebih

sedikit dan masuk ke pasar kerja, serta dapat menyumbang pada peningkatan produksi

per kapita.

4. Ada accounting effects dan behavioral effects sebagai dampak pengaturan

kelahiran atau terhindarnya atau tercegahnya kelahiran memberikan perubahan pola

pikir masyarakat yang berkelanjutan kegenerasi mendatang.

5. Dengan gaya hidup yang sudah modern saat ini perempuan juga akan semakin terbuka

untuk menerima pembaharuan yaitu berpikir lebih memperhatikan kualitas dari pada

kuantitas anak. Sehingga ada kecenderungan mereka tidak segan-segan untuk

menginvestasikan pendapatannya untuk memperoleh pendidikan & kesehatan yang

lebih baik bagi anaknya.

6. Memang kita harus bersabar untuk melihat hasil program kependudukan seperti

yang telah kita lakukan atau punyai saat ini “ It’s like watching the grass grow’ seperti

memandangi rumput yang tumbuh di lapangan luas, tidak segera kelihatan hasilnya,

tetapi hasilnya dapat dilihat jangka panjang , sebagi penentu kebijakan dan pelaku
pembangunan harus arif melihatnya dan harus mau memandang lebih jauh kedepan,

jangan yang sesaat atau jangka pendek saja. Generasi yang dipersiapkanmelalui

perencanaan kehidupan berkeluarga adalah generasi mendatang yang penuh arti untuk

kehidupan yang lebih maju, lebih bermartabat, berdaya saing (bukan generasi loyo

tanpa mimpi dan harapan).

http://riau.bkkbn.go.id/rubrik/591/

PROGRAM GENRE-

 yaitu generasi berencana.

 merencanakan kapan akan menikah, kalau sudah menikah merencanakan kapan

siap melahirkan dan kapan akan berhenti melahirkan, dan berapa jarak antara

anak pertama dan kedua,”


PIK-KRR: Pusat Informasi & Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja

UPPKS: Kelompok Kegiatan Usaha Peningkatan pendapatan Keluarga Sejahtera

BKB: bina keluarga balita

BKR: bina keluarga remaja

BKL: bina keluarga lansia


9. apa itu bkkbn dan tujuan nya ?

Sesuai dengan arah pembangunan pemerintahan periode 2015-2019, Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung

pelaksanaan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawacita), terutama pada Agenda

Prioritas nomor 5 (lima) yaitu “Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia

Indonesia” melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Di

dalam Strategi Pembangunan Nasional (Dimensi Pembangunan), BKKBN berada

pada Dimensi Pembangunan Manusia, yang didalamnya berperan serta pada

upaya mensukseskan Dimensi Pembangunan Kesehatan serta Mental/Karakter

(Revolusi Mental).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka BKKBN

berkewajiban untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja sebagai wujud

pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.

Implementasi akuntabilitas kinerja diwujudkan oleh BKKBN melalui penerapan

sistem perencanaan dan penganggaran serta pengukuran kinerja yang

menyeluruh pada setiap tingkat unit kerja. Pelaksanaannya dimulai dengan

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-

2019, Rencana Strategis BKKBN Tahun 2015- 2019 dan Rencana Aksi Upaya

Pencapaian Target/Sasaran RPJMN yang telah dilengkapi dengan Renstra

Eselon I dan II, penandatanganan perjanjian kinerja, pengukuran dan

pengelolaan data kinerja melalui sistem aplikasi Quality Processes Result

(QPR) Metrics versi 15.1 serta melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Reformasi birokrasi telah menjadi kebijakan nasional sejak diterbitkan

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 15

Tahun 2008 tentang


Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Peraturan ini kemudian

disempurnakan dengan terbitnya peraturan perundang-undangan baru yaitu

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010–2025. Dengan masih banyaknya hambatan dan tantangan

yang dihadapi, Reformasi Birokrasi tahap ke-2 (dua) tetap berlanjut

dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map

Reformasi Birokrasi 2015-2019. Road Map tersebut menjadi acuan bagi

BKKBN untuk melaksanakan ataupun melanjutkan program-program

reformasi birokrasi.

Keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting

dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Hasil-hasil yang

telah diperoleh dari pelaksanaan reformasi birokrasi pada periode 2010–

2014 menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahapan

selanjutnya (2015–2019). Karena itu, pelaksanaan reformasi birokrasi

2015–2019 merupakan penguatan dari pelaksanaan reformasi birokrasi

BKKBN pada tahapan sebelumnya.

Strategi pembangunan nasional tahun 2015-2019 dapat digambarkan

dengan penguatan reformasi birokrasi dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Memelihara dan meningkatkan serta memperkuat pelaksanaan Reformasi

Birokrasi- BKKBN;

2. Melanjutkan upaya perubahan;

3. Mengidentifikasi masalah lain dan mencari solusi pemecahannya;

4. Memastikan internalisasi pelaksanaan reformasi birokrasi di seluruh

organisasi BKKBN secara terukur.


BKKBN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang

berbasis kinerja ditandai dengan beberapa hal, antara lain:

a. Pelaksanaan tugas, pokok, wewenang dan fungsi berorientasi pada

prinsip efektif, efisien, dan ekonomis;

b. Kinerja difokuskan pada upaya untuk mewujudkan outcome (hasil);

c. Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap kinerja

unit kerja terkecil, satuan unit kerja diatasnya, hingga pada

organisasi secara keseluruhan.


Setiap unit kerja, sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara terukur

juga memiliki kontribusi terhadap kinerja BKKBN secara keseluruhan.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dirumuskan sasaran reformasi

birokrasi BKKBN yaitu sebagai berikut:

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel;

2. Birokrasi yang efektif dan efisien;

3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.

Sasaran tersebut diimplementasikan dengan mengubah mind set dan cultural

set birokrat BKKBN ke arah budaya yang lebih profesional, produktif, dan

akuntabel, serta melakukan pembangunan karakter dengan menanamkan

tiga prinsip revolusi mental yaitu Integritas, Gotong Royong dan Etos Kerja

untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat menuju kondisi profil

birokrasi yang diharapkan pada tahun 2025.

Gambar 1.1

Skema Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025


Penyempurnaan kebijakan nasional dibidang aparatur akan mendorong

terciptanya kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi masing-masing K/L dan pemerintah daerah, manajemen

pemerintahan dan manajemen SDM aparatur yang efektif, serta sistem

pengawasan dan akuntabilitas yang mampu mewujudkan pemerintahan yang

berintegritas tinggi. Implementasi hal-hal tersebut


akan mendorong perubahan mind set dan culture set pada setiap birokrat ke

arah budaya yang lebih profesional, produktif dan akuntabel.

Tugas, Fungsi dan Wewenang

BKKBN merupakan LPNK (Lembaga Pemerintahan Non Kementerian) yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Berdasarkan

ketentuan pasal 56 ayat

(2) Undang-undang nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan ketentuan lampiran huruf

(n) Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

BKKBN mempunyai tugas:

“ Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan


penyelenggaraan keluarga berencana”
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BKKBN

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan nasional, pemaduan dan sinkronisasi kebijakan di

bidang KKB;

b. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang KKB;

c. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk

dan KB;

d. Penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi di bidang KKB;

e. Penetapan perkiraaan pengendalian penduduk secara nasional;

f. Penyusunan desain Program KKBPK;

g. Pengelolaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB);

h. Pengelolaan dan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk kebutuhan

Pasangan Usia Subur (PUS) nasional;

i. Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga;

j. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan

tingkat nasional dalam pengendalian pelayanan dan pembinaan

kesertaan ber-KB dan Kesehatan Reproduksi (KR);

k. Pengembangan desain program pembangunan keluarga melalui

pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

l. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan

tingkat nasional dalam pembangunan keluarga melalui ketahanan dan

kesejahteraan keluarga;

m. Standardisasi pelayanan KB dan sertifikasi tenaga penyuluh

KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB);

n. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian

penduduk dan keluarga berencana; dan


o. Pembinaan, pembimbingan dan fasilitas di bidang KKB.

Selain menyelenggarakan fungsi tersebut, BKKBN juga menyelenggarakan

fungsi:

a. Penyelenggaraan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang KKB;

b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di

lingkungan BKKBN;
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

BKKBN;

d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN; dan

e. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang KKB.

Penerima Manfaat BKKBN

Penerima manfaat BKKBN terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu 1)

Pemangku kepentingan yang terdiri dari jajaran pemerintah, pemerintah

daerah, DPR dan DPRD;

2) Mitra kerja terdiri dari berbagai unsur di luar pemerintahan baik

kelembagaan, kelompok maupun perorangan, yaitu organisasi profesi,

keagamaan, pendidikan, Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat

(LSOM), tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, swasta, dan

sebagainya.

Gambar 1.3

Penerima

manfaat BKKBN
Dengan masih banyaknya permasalahan yang menjadi hambatan

tercapainya sasaran strategis, BKKBN tidak akan mungkin bekerja sendiri

dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Peran pemangku

kepentingan dan mitra kerja akan senantiasa diperlukan untuk mendukung

keberhasilan program KKBPK. Dukungan dan komitmen dari pemangku

kepentingan maupun partisipasi dari mitra kerja sangat penting bagi

BKKBN untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat

khususnya keluarga pra sejahtera dan menunjang peranan BKKBN dalam

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana untuk mendukung

agenda prioritas pembangunan.


Gambar 1.4

Framework BKKBN

Tahun 2015-2019

Kedudukan dan

Fungsi
Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam Pasal 53 (ayat 2) BKKBN

merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di

bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Dalam Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011, sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 273/PER/B4/2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional, disebutkan bahwa BKKBN adalah Lembaga Pemerintah Non

Kementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden

melalui Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. BKKBN

bertugas melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan

keluarga berencana.

10. apa saja program RPJMN ?

Dokumen RPJMN 2010-2014 merupakan penjabaran dari Visi dan Misi

Presiden terpilih yang memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan

Umum, Prioritas Nasional, dan program serta kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan oleh K/L. Dokumen ini menjadi acuan bagi

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana

kerjanya.

Visi Pembangunan Indonesia 2014 adalah TERWUJUDNYA INDONESIA

YANG SEJAHTERA,DEMOKRATIS,DAN BERKEADILAN yang diuraikan

lebih jauh dalam Misi-misi Pembangungan.

Misi
Misi Pembangunan Indonesia 2010-2014 merupakan upaya Pemerintah untuk

mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta

meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis,

meliputi:

Pertama, melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera,

yang tercermin pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan,

pengurangan tingkat pengangguran melalui program perbaikan kualitas

sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan

terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.

Kedua, memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat

kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan

segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia,

serta kebebasan yang bertanggung jawab.

Ketiga, memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk

pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan

pembangunan antardaerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan gender.

Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat,

melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing,

kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa.

Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Selanjuntnya Visi dan Misi Pembangunan Nasional akan diwujudkan

melalui 5 (lima) agenda pembangunan yaitu:

Agenda I. Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat

Agenda II. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan

Agenda III. Penegakan Pilar Demokrasi;


Agenda IV. Penegakan Hukum

Agenda V. Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan.

Prioritas Pembangunan

Visi, Misi serta Agenda Utama Pembangunan dijabarkan ke

dalam 14 (empat belas) Prioritas Nasional lainnya yaitu:

Prioritas Nasional 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola dengan

pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik.

Prioritas Nasional 2: Pendidikan yang ditujukan terutama untuk peningkatan

akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien.

Prioritas Nasional 3: Kesehatan dengan penitikberatan pada pendekatan

preventif dan kuratif.

Prioritas Nasional 4: Penanggulangan Kemiskinan termasuk perbaikan

distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga

dan pemberdayaan masyarakat.

Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan serta lanjutan revitalisasi pertanian.

Prioritas Nasional 6: Infrastruktur yang memiliki daya dukung dan daya

gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial.

Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha melalui perbaikan

kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan

pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Prioritas Nasional 8: Energi yang diprioritaskan pada terjaminnya

kelangsungan pertumbuhan nasional dan optimalisasi pemanfaatan energi

alternatif seluasluasnya.

Prioritas Nasional 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana yang

dilaksanakan melalui konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup.

Prioritas Nasional 10: Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-

Konflik yang mengutamakan dan menjamin pertumbuhannya keberlangsungan

kehidupan damai di wilayah pascakonflik.


Prioritas Nasional 11: Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi yang

diarahkan pada pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya

seni, dan ilmu serta apresiasinya.

Prioritas Nasional 12: Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, khususnya

pelaksanaan koordinasi terhadap mekanisme prosedur

penanganan/penangkalan terorisme.

Prioritas Nasional 13: Bidang Perekonomian yang terkait dengan kebijakan

Industri Nasional dan peningkatan pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (TKI).

Prioritas Nasional 14: Bidang Kesejahteraan Rakyat diantaranya mencakup:

Peningkatan kerukunan umat beragama maupun peningkatan jumlah

wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara

EVALUASI PARUH WAKTU RPJMN 2010 -2014

http://www.nationalplanningcycles.org/sites/default/files/country_docs/In

donesia/buku-evaluasi-paruh-waktu-rpjmn_bappenas.pdf

A. Perencanaan Strategis

Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 56 ayat (2),

BKKBN memiliki 6 (enam) fungsi yang diantaranya adalah fungsi dalam

perumusan kebijakan nasional. Rencana Strategis (Renstra) BKKBN Tahun

2015-2019 merupakan kebijakan nasional yang ditetapkan melalui

Peraturan Kepala BKKBN Nomor 212/PER/B1/2015 tentang Rencana

Strategis BKKBN Tahun 2015-2019 sebagai dokumen perencanaan dan

acuan penganggaran Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK) periode 2015-2019.


Arah kebijakan dan Strategi Nasional

Arah kebijakan dan strategi nasional dalam Pembangunan Kependudukan

dan Keluarga Berencana yang tertera pada RPJMN 2015-2019 Buku I dan

yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan Program Kependudukan dan

Keluarga Berencana selama lima tahun ke depan adalah:

1. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi yang merata dan berkualitas;

2. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan

obat kontrasepsi yang memadai di setiap fasilitas kesehatan KB dan

jejaring pelayanan, serta pendayagunaan fasilitas kesehatan untuk

pelayanan KB;

3. Peningkatan pelayanan KB dengan menggunakan MKJP untuk mengurangi

resiko drop-out maupun penggunaan non MKJP dengan memberikan

informasi secara berkesinambungan untuk keberlangsungan kesertaan

ber-KB serta pemberian pelayanan KB lanjutan dengan

mempertimbangkan prinsip Rasional, Efektif dan Efisien (REE);


4. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB dan

tenaga kesehatan pelayanan KB, serta penguatan lembaga di tingkat

masyarakat untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB;

5. Advokasi program kependudukan, keluarga berencana, dan

pembangunan keluarga kepada para pembuat kebijakan, serta promosi

dan penggerakan kepada masyarakat dalam penggunaan alat dan obat

kontrasepsi KB;

6. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi bagi

remaja melalui pendidikan, sosialisasi mengenai pentingnya Wajib

Belajar 12 tahun dalam rangka pendewasaan usia perkawinan, dan

peningkatan intensitas layanan KB bagi pasangan usia muda guna

mencegah kelahiran di usia remaja;

7. Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga melalui kelompok

kegiatan bina keluarga dalam rangka melestarikan kesertaan ber-KB

dan memberikan pengaruh kepada keluarga calon akseptor untuk ber-

KB;

8. Penguatan tata kelola pembangunan kependudukan dan KB melalui

penguatan landasan hukum, kelembagaan, serta data dan informasi

kependudukan dan KB;

9. Penguatan Bidang KKB melalui penyediaan informasi dari hasil

penelitian/kajian Kependudukan, Keluarga Berencana dan Ketahanan

Keluarga serta peningkatan kerjasama penelitian dengan universitas

terkait pengembangan Program KKBPK.

Framework Renstra BKKBN

Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah (kabinat kerja) 2015-2019,

seluruh Kementerian/Lembaga diarahkan untuk turut serta mensukseskan


visi dan misi pembangunan 2015-2019. Visi dan misi pembangunan

tersebut didukung oleh 9 (sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan

(Nawa Cita). BKKBN diharapkan dapat berpartisipasi dalam mensukseskan

agenda prioritas pembangunan tersebut, terutama agenda prioritas

agenda prioritas ke 5 yaitu “Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia

Indonesia”.
Salah satu prioritas pembangunan nasional di dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 adalah mewujudkan

penduduk tumbuh seimbang. Untuk itu, BKKBN berkomitmen turut

mensukseskan prioritas pembangunan nasional di dalam RPJPN dan agenda

prioritas nomor 5 di dalam Nawa Cita, melalui:

Visi:
Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas.

Misi:
1. Mengarusutamakan pembangunan berwawasan kependudukan.
2. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi.
3. Memfasilitasi pembangunan keluarga.
4. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten.
5. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
Sasaran Strategis ini dimaksudkan agar BKKBN dapat menurunkan angka

kelahiran total (TFR). Jumlah penduduk Indonesia masih besar dengan

laju pertumbuhan dan jumlah pertambahan penduduk masih tinggi

walaupun cenderung menurun. Tantangan bagi BKKBN adalah

mengendalikan TFR yang merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi

laju pertumbuhan dan jumlah pertambahan penduduk di Indonesia.

Pencapaian SS 2 tahun 2015 sebesar 103,9%.

Sasaran strategis 2 diukur melalui indikator kinerja sasaran:

 IKU 2 – Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 Tahun)


IKU 2 – Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 Tahun)

Angka kelahiran total (TFR) adalah jumlah anak rata-rata yang akan

dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila

perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung.

TFR merupakan pengukuran sintetis yang menyatakan fertilitas pada

akhir masa reproduksi dari


gan suatu
interval kohor hipotetis
kelompok umur ( perempuan. TFR
dihitung dengan cara menjumlahkan angka kelahiran menurut umur

(ASFR) kemudian dikalikan den = 5 biasanya lima

tahun).

di mana:

ASFRi : angka kelahiran untuk perempuan pada kelompok umur i

i=1 : kelompok umur 20-24 tahun, ...., dan i=7 untuk kelompok

umur 45- 49 tahun.

Perhitungan TFR tahun 2015 dilakukan melalui Performance Monitoring

and Accountability 2020 (PMA2020) putaran pertama tahun 2015.

PMA2020 adalah
sebuah proyek inovasi menggunakan telepon genggam untuk mendukung

survey representatif nasional yang berbiaya rendah, dengan siklus

penyelesaian yang cepat untuk memonitor indikator-indikator kunci

keluarga berencana. Proyek ini dilaksanakan oleh universitas dan

organisasi penelitian lokal di sebelas negara, mengerahkan kader

enumerator residen wanita yang telah dilatih untuk mengumpulkan data

bantuan telepon genggam. PMA2020 di Indonesia dipimpin oleh Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerjasama

dengan tim implementasi lapangan di tiga universitas terdepan di

Indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin

(UNHAS) dan Universitas Sumatera Utara (USU). Sampel 372 area

terdiri dari 10.301 wanita berusia 15-49 tahun dan 936 fasilitas

kesehatan. Sebagai tambahan, provinsi Sulawesi Selatan dan Kota

Makasar disampel tambahan untuk mendapatkan perkiraan sub-nasional.

Arahan dan dukungan secara keseluruhan diberikan oleh The Bill &

Melinda Gates Institute for Population and Reproductive Health di The

Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dengan grant dari Bill

dan Melinda Gates Foundation.

Angka kelahiran total (TFR) berkurang dari 2.6 (SDKI 2012) menjadi 2.3

(PMA2020) anak per wanita di tingkat nasional dan merupakan penurunan

fertilitas yang pertama kali tercatat sejak tahun 2002-2015. Penurunan

TFR terjadi baik di pedesaan dan di perkotaan; meskipun penurunan

terjadi lebih besar di daerah pedesaan, di mana angka fertilitas

berkurang menjadi 2,4 per kelahiran.

Gambar 3.2

TFR berdasarkan tempat tinggal (kota/desa), PMA2020


Tabel 3.3

Capaian IKU 2 (Angka Kelahiran Total

(TFR) per WUS (15-49 Tahun)) Tahun

2015

IKU Target Realisasi Capaia

Tahun Tahun n

2015 201 Tahun


2015

2. Angka Kelahiran Total (TFR) per 2,37 2,2 103,9

WUS (15- 49 Tahun) 8

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa realisasi yang didapat

BKKBN untuk IKU 2 adalah 2,28. Jika dibandingkan dengan target

sebesar 2,37 maka capaian IKU adalah sebesar 103,9%. Keberhasilan

capaian ini didorong oleh:

1. Peningkatan partisipasi penggunaan kontrasepsi pada Pasangan Usia

Subur (PUS);

2. Peningkatan pengetahuan wanita tentang program KB;

3. Peningkatan usia kawin pertama. Usia kawin pertama perempuan

meningkat dari 20 tahun menjadi 21,3 tahun. Peningkatan median

umur saat pernikahan pertama ini lebih menonjol di daerah pedesaan

yaitu dari usia 19 menjadi 20,3 sedangkan di daerah perkotaan

meningkat dari 21,2 menjadi 22,1 di tahun 2015;

4. Peningkatan komitmen pemangku kepentingan baik di pusat maupun di

daerah, antara lain:

a. Penyelenggaraan pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Nasional


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 50
(JKN);

b. Telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014

tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan. Grand Design

Pembangunan (GDP) adalah arahan kebijakan yang dituangkan dalam

program lima tahunan Pembangunan Kependudukan Indonesia untuk

mewujudkan target pembangunan kependudukan. Untuk

mengendalikan kuantitas penduduk dan pencapaian penduduk

tumbuh seimbang, dan keluarga berkualitas, pemerintah dan

pemerintah daerah melakukan pengaturan fertilitas dan penurunan

mortalitas.

c. Peraturan-peraturan kepala daerah tentang penyelenggaraan

program KB daerah.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 51


Keberhasilan capaian IKU 2, memberikan proyeksi positif pada pencapaian

target tahun 2019. Jika dibandingkan dengan target 2019 dalam Rencana

Strategis BKKBN Tahun 2015-2019, realisasi tahun 2015 disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 3.4

Perbandingan Capaian IKU 2 (Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS

(15-49 tahun)) Tahun 2015 dengan Target 2019 dalam Renstra

2015-2019

Target Tahun Realisasi Persentase


201 201 201 201 201 2015
Tahun
IK Realisasi
5 6 7 8 9 dibandingkan
2015
2. Angka
U 2,3 2,3 2,3 2,31 2,2 2,28 100%
Target 2019
Kelahiran 7 6 3 8

Total

(TFR) per

WUS
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jika diproyeksikan dengan
(15- 49
target tahun 2019 sebesar 2.28, realisasi IKU 2 telah mencapai 100%
Tahun)
dari target. Proyeksi realisasi pada tahun 2019 sudah sangat baik, namun

BKKBN tetap perlu melakukan berbagai upaya yaitu:

 Kesertaan ber-KB pada kelompok umur tua (35 tahun ke atas) perlu

terus dilakukan pembinaan walaupun pada wanita kelompok umur 35

tahun ke atas secara alami kemampuan fertilitasnya telah mengalami

penurunan;

 Peningkatan penggarapan PUS belum ber-KB yang termasuk kelompok

resiko tinggi hamil dan melahirkan, yaitu di kalangan wanita PUS tidak

ber-KB umur kurang dari 20 tahun atau umur 35 tahun dan lebih;

khususnya pada wilayah provinsi dengan kesertaan KB rendah;

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 52


 Strategis penggarapan KIE dan pelayanan KB agar lebih memfokuskan

pada segmentasi sasaran pada kelompok umur lebih muda, yaitu 20-34

tahun. Kesertaan KB yang tinggi pada kelompok umur muda akan lebih

berpengaruh terhadap penurunan fertilitas.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 53


Sasaran Strategis 3 – Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR)

Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk

yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi,

penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda, dan

kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan. Upaya menekan angka

fertilitas masih harus dilanjutkan hingga dapat mencapai angka 2,28 di

tahun 2019 yang disertai dengan peningkatan CPR hingga 66%. Melalui

sasaran strategis ini, BKKBN harus dapat meningkatkan pemakaian

kontrasepsi (CPR), karena salah satu indikator penting dalam keberhasilan

Program KKBPK adalah prevalensi KB. Pencapaian SS 3 tahun 2015

sebesar 101,2%.

Sasaran strategis 3 diukur melalui indikator kinerja sasaran:

 IKU 3 – Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence

rate/CPR)

 IKU 4 – Persentase Peserta KB Aktif MKJP

 IKU 5 – Persentase penurunan angka ketidaklangsungan

pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi

IKU 3 – Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence

rate/CPR) Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan TFR adalah

peningkatan CPR. Angka pemakaian kontrasepsi/CPR adalah persentase

pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 54


CPR = Jumlah PUS berumur 15-49 tahun yang sedang berKB x 100
Jumlah PUS berumur 15-49 tahun

Berdasarkan PMA2020, angka prevalensi pemakaian kontrasepsi (CPR)

tahun 2015 adalah 60,9%. Jika dibandingkan dengan target 2015, maka

pencapaian IKU ini adalah sebesar 93,4%. Pencapaian yang baik ini dapat

terjadi karena BKKBN telah meningkatkan akses keluarga berencana baik

di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 55


Tabel 3.5

Capaian IKU 3 (Persentase

pemakaian kontrasepsi (CPR))

Tahun 2015

IKU Target Capai

201 Realis
201 an
2015
asi
5 Tahun 60,9
65,2 5 Tahu
93,4
3. Persentase pemakaian
(all Tahun
(all n
%
kontrasepsi (contraceptive

prevalence rate/CPR) meth meth


Tabel 3.6
od) od)
Persentase Pemakaian Kontrasepsi (CPR) seluruh

metode dan modern

Tahun 2015

Tabel 3.7

Perbandingan Prevalensi

Pemakaian

Kontrasepsi Tahun

2015
Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 56
Alat/Cara KB PMA
2015/Indone

MOW sia
3.8
MOP 0.1
IUD 4.8
Implant 4.4
Suntik 31.2
Pil 13.4
Kondom 1.7
MAL 0.0
Tradisional 1.6

Jika dibandingkan antara realisasi tahun 2015 dengan target tahun 2019,

realisasi IKU ini sudah mencapai 92,3%. Walaupun secara persentase

terlihat sudah baik (mendekati 100%), namun masih banyak hal-hal yang

perlu dilakukan untuk meningkatkan capaian IKU ini.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 57


Tabel 3.8

Perbandingan Capaian IKU 3 (Persentase pemakaian kontrasepsi (CPR)

all method) Tahun 2015 dengan Target 2019 dalam Renstra 2015-

2019

Target Tahun Realisasi Persentase


201 201 201 201 201 2015
Tahun
IK Realisasi
5 6 7 8 9 dibandingkan
2015
3. U 65, 65, 65, 65, 66, 60,9 92,3%
Target 2019
Persentas 2 4 6 8 0

pemakaian
Berdasarkan hasil ini, BKKBN akan melakukan upaya-upaya perbaikan di
kontraseps
periode mendatang, antara lain:
i
1. Meningkatkan kesertaan KB pasca persalinan dan pasca keguguran;
(contracep
2. Meningkatkan kompetensi petugas pelayanan KB dalam memberikan
tive
pelayanan KB yang berkualitas, melalui pelatihan medis pelayanan KB;
prevalence
3. Meningkatkan pembinaan kesertaan ber-KB melalui kelompok sasaran
rate/CPR)
dan fasilitas kesehatan;

4. Meningkatkan kesertaan ber-KB melalui penggerakan dalam pelayanan

KB;

5. Mensosialisasikan pembiayaan pelayanan KB melalui BPJS.

IKU 4 – Persentase Peserta KB Aktif MKJP

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam Program

KKBPK untuk pengendalian angka kelahiran dan menurunkan laju

pertumbuhan penduduk. Di dalam pelaksanaannya diupayakan agar semua

metode dan alat kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkan kepada


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 58
masyarakat memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek

samping maupun keluhan yang ditimbulkan.

Metode kontrasepsi menurut jangka waktu pemakaiannya dibagi atas dua

kelompok, yaitu metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan metode

kontrasepsi jangka pendek (Non-MKJP). Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif untuk

menurunkan angka kelahiran. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah

kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari 2

tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 59


menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan

pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metode yang

termasuk ke dalam MKJP adalah kontrasepsi mantap pria dan wanita

(tubektomi dan vasektomi), Implant dan IUD (Intra Uterine Device).

Pemantauan terhadap pelayanan kontrasepsi mutlak diperlukan terutama

capaian terhadap peserta KB aktif. Hal ini karena peserta KB aktif

memiliki kontribusi besar dalam upaya menekan laju pertumbuhan

penduduk. Penggunaan kontrasepsi jangka panjang secara langsung akan

berdampak pada penurunan angka kelahiran. Pemerintah melalui BKKBN

menekankan penggunaan MKJP bagi pasangan usia subur (PUS) untuk

mengatur kelahiran maupun menghentikan kehamilan.

Berdasarkan PMA2020, pencapaian Peserta KB Aktif MKJP di tahun 2015

adalah 21,3%. Jika dibandingkan dengan target 2015, maka pencapaian

IKU ini adalah sebesar 103,9%. Pencapaian yang baik ini juga didukung

oleh kebijakan pemerintah yang tetap mengarahkan kebijakan pada

penggunaan kontrasepsi MKJP yang lebih menyehatkan, diantaranya untuk

meminimalkan angka drop-out peserta KB. Kebijakan yang dikembangkan

pemerintah dalam rangka pemberian pelayanan KB MKJP mencakup aspek

pelayanan dan aspek penggerakan. Aspek pelayanan difokuskan pada

peningkatan kualitas pelayanan melalui penyediaan alat kontrasepsi MKJP,

penyediaan sarana pendukung pelayanan KB MKJP, peningkatan

kompetensi provider, monitoring dan evaluasi serta peningkatan kualitas

pencatatan dan pelaporan. Aspek penggerakan difokuskan pada

peningkatan KIE dan promosi KB MKJP, promosi tempat pelayanan dan

peningkatan partisipasi masyarakat.

Tabel 3.9
Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 60
Capaian IKU 4 (Persentase

Peserta KB Aktif MKJP) Tahun

2015

IKU Target Realisasi Capai

Tahun Tahun 201 201 an


2015

5
20,5 21,
5 Tahu
103,9
4. Persentase peserta KB Aktif
3 n
%
MKJP

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 61


Tabel 3.10

Perbandingan Capaian IKU 4 (Persentase Peserta KB Aktif MKJP)

Tahun 2015 dengan Target 2019 dalam Renstra 2015-2019

Target Tahun Realisasi Persentase


201 201 201 201 201 2015
Tahun
IK Realisasi
5 6 7 8 9 dibandingkan
2015
4. U 20, 21,1 21, 22, 23, 21,3 90,6%
Target 2019
Persenta 5 7 3 5

se

peserta
Jika dibandingkan antara realisasi tahun 2015 dengan target tahun 2019,
KB Aktif
realisasi IKU ini sudah mencapai 90,6%. Masih banyak hal-hal yang perlu
MKJP
dilakukan untuk meningkatkan capaian IKU ini. Hal ini dikarenakan

pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang menghadapi banyak kendala

yaitu:

 Akses bagi PUS untuk mendapat pelayanan kontrasepsi jangka panjang

sangat terbatas dikarenakan wilayah calon akseptor berada yang tidak

terjangkau oleh sarana pelayanan medis maupun dikarenakan sarana

yang tersedia tidak mendukung pelaksanaan MKJP;

 Masalah teknis seperti dokter dan bidan yang ditempatkan di daerah

belum memiliki keahlian dalam pemasangan alat kontrasepsi MKJP;

 Kurangnya pengetahuan PUS mengenai alat kontrasepsi sehingga

masyarakat enggan menggunakan MKJP. Mereka lebih memilih

menggunakan pil atau suntik KB karena dianggap lebih praktis.

Berdasarkan hasil ini, BKKBN akan melakukan upaya-upaya perbaikan di

periode mendatang, antara lain:

1. Meningkatkan akses pelayanan KB berkualitas, khususnya di daerah

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 62


Galciltas melalui Mobil Unit Pelayanan KB (MUYAN);

2. Memperkuat jejaring kemitraan dalam pelayanan KB berkualitas

dengan kesepakatan, penggerakan, pemberdayaan fasilitas pelayanan

yang ada di mitra, seperti TNI, POLRI, Perusahaan;

3. Meningkatkan kompetensi tenaga pelayanan KB melalui pelatihan teknis

medis;

4. Penguatan dukungan biaya pra pelayanan (penggerakan lapangan)

khusus untuk pelayanan MKJP;

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 63


5. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman PUS melalui konseling KB;

6. Meningkatkan kompetensi tenaga pelayanan KB melalui pelatihan KIP

konseling dengan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan

(ABPK).

IKU 5 – Persentase Penurunan Angka Ketidaklangsungan Pemakaian

(Tingkat Putus Pakai) Kontrasepsi

Angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi

(Contraceptive Discountinuation Rate) adalah proporsi pengguna alat/cara

KB yang tidak meneruskan suatu episode penggunaan alat/cara KB

tertentu setelah suatu periode terpapar (exposure) karena berbagai

alasan, seperti kegagalan atau mengalami efek samping. Keterpaparan

dimulai dengan bulan awal pemakaian dan berakhir dengan penghentian

atau bulan saat wawancara jika alat/cara KB masih digunakan pada saat

wawancara (LDUI, 2010). Angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat

putus pakai) kontrasepsi merupakan komplemen dari angka kelangsungan

kontrasepsi (Contraceptive Continuation Rate). Artinya, CDR = 1 – CR.

Pada tahun 2015, data realisasi angka ketidaklangsungan pemakaian

(tingkat putus pakai) kontrasepsi belum dapat diperoleh baik dari data

PMA2020 maupun pendataan keluarga 2015. Oleh karena itu, hasil

realisasi dihitung berdasarkan proyeksi realisasi merujuk pada Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 1991-2012, dan

didapatkan realisasi tingkat putus pakai kontrasepsi tahun 2015 adalah

24,5 sehingga pencapaian adalah 106,3%. Walaupun hasil ini sudah baik,

namun perlu dipahami bahwa penyebab tingkat putus pakai kontrasepsi

antara lain:

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 64


1. Belum optimalnya penyampaian KIE dan komunikasi

interpersonal/kelompok tentang metode kontrasepsi;

2. Belum optimalnya pelayanan KB yang berkualitas;

3. Masih tingginya pelayanan KB jangka pendek;

4. Akses dan pelayanan KB belum merata.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 65


Tabel 3.11

Capaian IKU 5 (Persentase penurunan angka ketidaklangsungan

pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi) Tahun 2015

IKU Target Capai

201 Realis
201 an
2015
asi
5 Tahun
26,0 5
24, Tahu
106,3
5. Persentase penurunan angka
Tahun
5 n
%
ketidaklangsungan
Tabel 3.12 pemakaian

(tingkat putus pakai) kontrasepsi


Perbandingan Capaian IKU 5 (Persentase penurunan angka

ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi) Tahun

2015 dengan Target 2019 dalam Renstra 2015-2019

Target Tahun Persentas


201 201 201 201 201 Realisa
e
5 6 7 8 9 si
IK Realisasi
26, 25, 25, 25, 24, Tahun
24,5 100,5%
5. Persentase
U 2015
0 7 3 0 6 2015
penurunan dibandingk
angka an Target
ketidakberla 2019
ngsungan
Berdasarkan hasil ini, BKKBN akan melakukan upaya-upaya perbaikan di
pemakaian
periode mendatang, antara lain:
(tingkat
1. Penggarapan segmentasi sasaran. Hal ini dikarenakan disparitas CPR
putus pakai)
antar provinsi masih tinggi;
kontrasepsi
2. Mobilisasi penggerakan lini lapangan;

3. Meningkatkan pemberian informasi tentang metode kontrasepsi

melalui komunikasi interpersonal/kelompok;

4. Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi melalui Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN);


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 66
5. Meningkatkan jangkauan pelayanan melalui Mobil Unit Pelayanan KB

(MUYAN);

6. Perluasan jejaring pelayanan KB yang berkualitas;

7. Meningkatkan pembinaan peserta KB aktif.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 67


Sasaran Strategis 4 – Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi
(unmet need)

Sasaran Strategis ini dimaksudkan agar BKKBN dapat memenuhi

kebutuhan ber-KB masyarakat baik itu MKJP maupun non MKJP.

Pencapaian SS 4 tahun 2015 sebesar 73,6%.

Sasaran strategis 4 diukur melalui indikator kinerja sasaran:

 IKU 6 – Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet

need)

IKU 6 – Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet

need)

Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) didefinisikan

sebagai persentase wanita kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau

ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara

kontrasepsi. Wanita yang memerlukan KB dengan tujuan untuk

menjarangkan kelahiran mencakup wanita hamil yang kehamilannya tidak

diinginkan waktu itu, wanita yang belum haid setelah melahirkan anak yang

tidak diinginkan waktu itu, dan wanita lain yang sedang tidak hamil atau

belum haid setelah melahirkan dan tidak memakai kontrasepsi tetapi ingin

menunggu dua tahun atau lebih sebelum kelahiran berikutnya. Wanita

yang belum memutuskan apakah ingin anak lagi atau ingin anak lagi tetapi

belum tahun kapan juga termasuk kelompok ini. Wanita yang memerlukan

KB untuk membatasi kelahiran mencakup wanita hamil yang kehamilannya

tidak diinginkan, wanita yang belum haid dan yang sudah haid setelah
Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 68
melahirkan anak yang diinginkan, yang tidak diinginkan, yang tidak

memakai kontrasepsi lagi.

Pengukuran IKU ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah

perempuan yang kebutuhan ber-KBnya tidak terpenuhi dengan Jumlah

Pasangan Usia Subur. Ukuran ini digunakan untuk menilai sejauh mana

Program KKBPK telah dapat memenuhi kebutuhan. Apabila Program KKBPK

telah berhasil mengatasi kelompok unmet need KB, antara lain dengan

pemberian layanan KIE dan layanan KB maka diharapkan pencapaian

kesertaan ber-KB akan meningkat dan unmet need akan menurun.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 69


Secara matematis, rumus perhitungan unmet need adalah sebagai berikut:

Unmet Need = Jumlah Perempuan yang kebutuhan ber-KBnya tidak terpenuhi x 100
Jumlah Pasangan Usia Subur

Berdasarkan PMA2020, realisasi unmet need tahun 2015 adalah 14.4

sehingga pencapaiannya adalah 73,6%. Apabila dibandingkan dengan

pencapaian tahun-tahun sebelumnya, maka capaian IKU ini cenderung

mengalami peningkatan.

Tabel 3.13

Capaian IKU 6 (Persentase kebutuhan ber-KB

yang tidak terpenuhi (unmet need) Tahun 2015

IKU Target Capaian Tahun


Tahun Tahun 201 201 201 201
Realisasi
2015
10,6 2015
14,4 5 4
73,6 66,2 3
71,4 2
62,9
6. Persentase

kebutuhan ber-KB % % % %

Tabel yang
3.14 tidak terpenuhi
(unmet need)
Persentase kebutuhan ber-KB yang

tidak terpenuhi (unmet need) Tahun

2015

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 60


Tabel 3.13 menunjukkan total persentase unmet need pada wanita

berstatus kawin umur 15-49 tahun di Indonesia adalah 14.4 persen; 7.9

persen untuk pembatasan kelahiran dan 6.5 persen untuk penundaan

kelahiran.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 61


Gambar

3.3 Unmet

Need,

PMA2020

Data menunjukkan beberapa hambatan pencapaian IKU 6 yaitu unmet need

meningkat seiring bertambahnya umur wanita karena wanita yang telah

mencapai jumlah anggota keluarga yang diinginkannya dan mendekati akhir

usia reproduksinya, dikarenakan mereka mengira bahwa mereka tidak lagi

memiliki resiko untuk hamil sehingga berhenti menggunakan kontrasepsi

atau tidak menggunakan kontrasepsi jangka panjang. Oleh karena itu,

unmet need untuk membatasi kelahiran dan resiko kehamilan yang tidak

diinginkan menjadi lebih besar pada wanita yang berusia lebih matang.

Masih tingginya angka unmet need disebabkan oleh masih rendahnya

pembentukan komitmen terhadap pemangku kepentingan tentang program

KKBPK di sebagian besar kabupaten dan kota, terbatasnya ketersediaan

alat dan obat kontrasepsi dan terbatasnya akses terhadap Pelayanan KB

yang berkualitas terutama di daerah galciltas.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 62


Jika dibandingkan dengan target BKKBN tahun 2019, capaian IKU 6

adalah 68,8%. Oleh karena diperlukan berbagai inisiatif strategi agar

unmet need dapat terus diturunkan melalui:

1. Peningkatan kualitas advokasi dan KIE pada pemangku kepentingan

terhadap program KKBPK;

2. Peningkatan peran mitra dalam rangka perluasan jangkauan dan

kualitas pelayanan KB;

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 63


3. Pemantapan keterpaduan penggarapan program KKBPK dengan lintas

sektor terkait melalui program Kampung KB;

4. Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi di lini lapangan

dengan metode kafetaria.

Tabel 3.15

Perbandingan Capaian IKU 6 (Persentase kebutuhan ber-KB yang

tidak terpenuhi (unmet need)) Tahun 2015 dengan Target 2019

dalam Renstra 2015-2019

Target Tahun Realisasi Persentase


201 201 201 201 201 2015
Tahun
IK Realisasi
5 6 7 8 9 dibandingkan
2015
6. U 10,6 10,4 10,2 10,1 9,9 14,4 68,8%
Target 2019
Persentas 8 6 4 1

kebutuhan
Sasaran
ber- Strategis
KB 5 – Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia 15-19
tahun (ASFR 15-19 tahun)
yang tidak

terpenuhi
Fertilitas remaja merupakan isu penting karena berhubungan dengan
(unmet
tingkat kesakitan serta kematian ibu dan anak. Terdapat hubungan yang
need)
kuat antara pola fertilitas ibu dengan kelangsungan hidup anak. Pada

umumnya, bayi dan anak-anak mempunyai probabilitas kematian yang lebih

tinggi jika mereka dilahirkan oleh ibu yang terlalu muda atau terlalu tua,

jika mereka dilahirkan setelah selang kelahiran yang terlalu pendek, atau

jika mereka dilahirkan pada urutan kelahiran yang tinggi. Hal ini lazim

disebut 4T. Wanita hamil pada usia terlalu muda yaitu pada usia kurang

dari 20 tahun mempunyai risiko tinggi karena secara fisik kondisi rahim

dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan

risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan, persalinan, nifas serta


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 64
bayinya. Secara mental, wanita hamil terlalu muda belum siap menghadapi

perubahan yang terjadi saat kehamilan, menjalankan peran seorang ibu

yang harus mengasuh anaknya serta menghadapi masalah rumah tangga.

Faktor fisik dan mental yang belum matang akan meningkatkan risiko

terjadinya persalinan yang sulit dengan komplikasi medis.

Selain berisiko pada kehamilan dan persalinan, melahirkan pada umur

muda juga mengurangi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan atau

mendapat pekerjaan.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 65


Apabila hal ini tidak teratasi, maka bonus demografi hanya akan menjadi

peluang yang tidak termanfaatkan. Oleh karena itu, SS ini dimaksudkan

agar BKKBN dapat menurunkan angka kelahiran pada remaja 15-19 tahun.

Pencapaian SS 5 tahun 2015 sebesar 95,8%.

Sasaran strategis 5 diukur melalui indikator kinerja sasaran:

 IKU 7 – Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun (ASFR 15-19

tahun)

IKU 7 – Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun (ASFR 15-19

tahun)

IKU ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya kelahiran dari perempuan

pada kelompok umur 15–19 tahun. Pengukuran IKU dilakukan dengan cara

membandingkan jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur 15-19

tahun pada tahun tertentu


sama.dengan
Rumusjumlah
untuk penduduk
menghitungwanita
A pada kelompok

umur 15-19 tahun pada

pertengahan tahun SFR adalah

yang berikut: sebagai

di mana:

b15-19 : jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur 15-19

tahun pada tahun tertentu.

P15-19 : jumlah penduduk wanita pada kelompok umur 15-19


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 66
tahun pada pertengahan tahun yang sama.

k : bilangan konstanta, biasanya 1.000

Berdasarkan data PMA2020, ASFR 15-19 tahun pada tahun 2015 adalah

48 per 1000 kelahiran. Jika dibandingkan dengan target 2015 di mana

ASFR 15-19 tahun adalah 46 per 1000 kelahiran, maka pencapaian pada

tahun 2015 adalah 95,8%. Walaupun belum mencapai target yang

ditetapkan namun pencapaian IKU ini menunjukkan peningkatan setiap

tahunnya. Berdasarkan data PMA2020, ASFR di daerah pedesaan lebih

tinggi daripada di daerah perkotaan.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 67


Tabel 3.16

Capaian IKU 7 (Angka kelahiran pada remaja usia

15-19 tahun (ASFR 15-19 tahun)) Tahun 2015

IKU Target Capaian Tahun


Tahun Tahun 201 2014 201
Realisasi
7. Angka kelahiran 462015
per 482015
per 5
95,8 83,5% 3
75,0

pada remaja usia 1000 1000 % %

15-19 tahun (ASFR kelahir kelahir


Gamb
15-19 tahun) an an
ar

3.4

ASFR

Beberapa upaya yang telah dilakukan guna meningkatkan pencapaian IKU

adalah:

1. Pengembangan kebijakan, strategi, pedoman dan grand design Generasi

Berencana (GenRe);

2. Pengembangan kualitas program GenRe bersama mitra kerja dan


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 68
pemangku kepentingan;

3. Pengembangan dan pembinaan kelompok PIK R/M jalur pendidikan dan

masyarakat dengan mitra kerja dan pemangku kepentingan;

4. Pembinaan peningkatan kualitas Bina Ketahanan Remaja (BKR);

5. Pengembangan dan Pembinaan PUS anggota kelompok BKR dengan mitra

kerja dan pemangku kepentingan;

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 69


Tabel 3.17

Perbandingan Capaian IKU 7 (Angka kelahiran pada remaja usia 15-

19 tahun (ASFR 15-19 tahun)) Tahun 2015 dengan Target 2019

dalam Renstra 2015-2019

Target Tahun Persent


2015 2016 2017 2018 2019 Realis
ase
asi
IK 46 44 42 40 38 48 Realisas
79,2%
7. Tah
U i 2015
Angka per per per per per per
un
1000 1000 1000 1000 1000 1000 dibandin
kelahi
tahun 20
(ASFR
19
ran perem perem perem perem perem perem gkan
Tantangan 15 pada Remaja
yang dihadapi berkaitan dengan Angka Kelahiran
15- Target
tahun
pada puan puan puan puan puan puan
usia 15-19 tahun (ASFR 15-19 tahun) adalah peningkatan pemahaman dan
2019
)remaj 15-19 15-19 15-19 15-19 15-19 15-19
kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi, pendewasaan usia
a usia tahun tahun tahun tahun tahun tahun
perkawinan, menghindari seks pranikah dan narkoba dalam rangka
15-
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, sehingga BKKBN akan
19
melakukan upaya sebagai berikut:

1. Peningkatan sosialisasi program Generasi Berencana (GenRe) kepada

remaja melalui berbagai saluran komunikasi, seperti media massa baik

cetak maupun elektronik, media sosial, dan komunitas;

2. Substansi program GenRe akan difokuskan pada kualitas pengetahuan

tentang pendewasaan usia perkawinan, menghindari seks pranikah dan

narkoba;

3. Peningkatan sosialisasi dan KIE GenRe kepada remaja terutama

tentang perencanaan usia menikah yang matang, yaitu dari aspek

kesehatan, kejiwaan, sosial, ekonomi melalui berbagai media dan

forum di masyarakat.

4. Sasaran kegiatan ditujukan pada remaja usia 10 sampai 24 tahun dan

belum menikah melalui Pusat Informasi dan Konseling


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 70
Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) serta keluarga yang memiliki remaja

melalui Bina Ketahanan Remaja (BKR);

5. Khusus pada PUS muda usia resiko tinggi hamil dan melahirkan, perlu

pemberian KIE dan pelayanan KB, agar mereka mau ber-KB untuk

tujuan penundaan mempunyai anak pertama hingga mereka memasuki

usia reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 71


Sasaran Strategis 6 – Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS
15-49 tahun

Kehamilan yang tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh

seorang wanita yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak

menginginkan hamil. Kehamilan yang tidak diiinginkan dari WUS 15-49

tahun adalah suatu kondisi pasangan yang tidak menghendaki adanya

kehamilan yang merupakan akibat dari suatu perilaku seksual baik secara

sengaja maupun tidak disengaja. Keluarga Berencana merupakan salah

satu dari empat pilar dalam upaya Safe Motherhood. Melalui SS ini,

BKKBN berupaya mencegah kehamilan yang tidak diinginkan untuk

menurunkan risiko kematian ibu dan anak. Pencapaian SS 6 tahun 2015

sebesar 58,7%.

Sasaran strategis 6 diukur melalui indikator kinerja sasaran:

IKU 8 – Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49

tahun)

IKU 8 – Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49

tahun) Definisi kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang tidak

diinginkan sama sekali dan atau kehamilan yang tidak diinginkan pada saat

itu namun dikehendaki kemudian. Bagi BKKBN, data tentang kehamilan

yang tidak dihendaki sangat penting karena dapat digunakan untuk

mengukur pengaruh dari upaya pencegahan kelahiran yang tidak diinginkan

terhadap fertilitas. Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan

meningkatnya risiko kematian ibu dan anak.


Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 72
Berdasarkan PMA2020, realisasi IKU 8 adalah 12,1 dari target 7,1

sehingga pencapaiannya adalah 58,7%. Pengukuran IKU dilakukan melalui

survei. Responden wanita ditanyakan serangkaian pertanyaan untuk setiap

anak yang dilahirkan serta riwayat kehamilan untuk menentukan apakah

kehamilan tersebut diinginkan pada saat itu, tidak diinginkan pada saat itu

namun dikehendaki kemudian atau sama sekali tidak diinginkan.

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 73


Tabel 3.18

Capaian IKU 8 (Persentase kehamilan yang tidak

diinginkan dari WUS (15-49 tahun ) Tahun 2015

IKU Target Capai

201 Realis
201 an
2015
asi
5 Tahun
7.1 12,1
5 Tahu
58,7
8. Persentase kehamilan yang
Tahun n
%
tidak diinginkan dari WUS

(15-49 tahun)
Belum optimalnya penurunan kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS 15-49

tahun dikarenakan beberapa kendala yaitu:

1. Masih adanya kesenjangan pemahaman dan perilaku tentang Kesehatan

Reproduksi;

2. Kurangnya pengetahuan tentang efektifitas alat dan obat kontrasepsi;

3. Tidak adanya perencanaan tentang jumlah anak yang diinginkan;

4. Kurangnya konseling kontrasepsi;

5. Keterbatasan akses terhadap pelayanan KB;

6. Terbatasnya alat dan obat kontrasepsi.

Tabel 3.19

Perbandingan Capaian IKU 8 (Persentase kehamilan yang tidak

diinginkan dari WUS (15-49 tahun) Tahun 2015 dengan Target 2019

dalam Renstra 2015-2019

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 74


Target Tahun Persent
201 2016 2017 201 201 Reali Realisas
ase
5 8 9 sasi i

8. Persentase 7,1 7,0 6,9 6,8 6,6 12,1


Tahu 2015
54,5%
IK
kehamilan n dibandin
U
yang tidak 2015 gkan

diinginkan Target

dari WUS 2019

(15-49 tahun)

Jika dibandingkan dengan target BKKBN tahun 2019, capaian IKU 8 adalah

54,5%. Berdasarkan hal ini, BKKBN akan melakukan:

1. Peningkatan KIE tentang Kesehatan Reproduksi;

2. Peningkatan KIE tentang efektifitas alat dan obat kontrasepsi;

3. Peningkatan promosi 2 anak cukup;

4. Peningkatan konseling kontrasepsi melalui komunikasi interpersonal;

5. Pemenuhan kebutuhan pelayanan KB serta alat dan obat kontrasepsi.

11. apa saja peran dan tujuan dari SKDI ?

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang

ketujuh mengenai kondisi demografi dan kesehatan di Indonesia. Survei pertama

adalah Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia yang dilakukan pada tahun 1987,

kedua sampai kelima adalah SDKI 1991, SDKI1994, SDKI 1997, SDKI 2002-2003,

dan SDKI2007. SDKI12 adalah suatu survei yang dirancang untuk menyajikan

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 75


informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan.

SDKI memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

 Menyediakan data mengenai perilaku fertilitas, keluarga berencana,

kesehatan ibu dan anak, kematian ibu, dan pengetahuan tentang AIDS dan

PMS yang dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan,

dan peneliti dalam menilai dan meyempurnakan program yang ada.

 Mengukur perubahan - perubahan yang terjadi pada angka kelahiran dan

pemakaian KB, serta mempelajari faktor - faktor yang mempengaruhinya,

seperti pola dan status perkawinan, daerah tempat tinggal, pendidikan,

kebiasaan menyusui, dan pengetahuan, penggunaan, serta penyediaan alat -

alat kontrasepsi.

 Mengukur pencapaian sasaran dari program kesehatan nasional, khususnya

yang berkaitan dengan program pembangunan kesehatan ibu dan anak.

 Menilai partisipasi dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh pria bagi seluruh

keluarganya.

 Menyediakan data dasar yang secara internasional dapat dibandingkan dengan

negara - negara lain dan dapat digunakan oleh para pengelola program,

pengambil kebijakan, dan peneliti dalam bidang fertilitas, KB, dan kesehatan.

Jadual SDKI 2012

No. Kegiatan Perkiraan Waktu

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 76


1. Pengumpulan data 7 Mei – 31 Juli 2012

2. Pengolahan data 1 Juni - Sept 2012

3. Seminar laporan akhir SDKI Agustus 2013

4. Seminar laporan akhir modul remaja Agustus 2013

http://www.bps.go.id/aboutus.php?info=70

Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 77

Anda mungkin juga menyukai