Anda di halaman 1dari 59

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASI EN REMATIK OSTEOARTRI TIS


DENGAN NYERI AKUT MENGGUNAKAN INTERVENSI MANAJEMEN
NYERI KOMPRES HANGAT DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNG PAKUKOTA SOLOK
TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang


Sebagai Persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma DIII Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

OLEH :

ASRA HUSNI
NIM: 173210314

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOLOK


POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
TAHUN 2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rematik Osteoartritis Dengan Nyeri Akut


Menggunakan Intervensi Manajemen Nyeri Kompres Hangat Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
Tahun 2020

Oleh :
ASRA HUSNI
NIM: 173210314

Proposal Penelitian ini telah diperiksa, disetujui oleh Pembimbing KTI Program Studi D.III
Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan telah siap untuk
dipertahankan dihadapan Tim Penguji KTI Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang

Solok, Januari 2020

Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. DEHARNITA, S.ST,S.Kep,M.kes ABD. GAFAR, S.Kep, MPH


NIP.19622051989032001 NIP.196412311986031033

Ketua Program Studi D. III Keperawatan Solok


Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang

Ns. DEHARNITA, S.ST, S.Kep, M.Kes


NIP. 1962205 1989032001
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan Proposal Penelitian ini yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Rematik Osteoartritis Dengan Nyeri Akut

Menggunakan Intervensi Manajemen Nyeri Kompres Hangat Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2020”

Penulisan Proposal Penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan, pada Program Studi

Keperawatan Solok Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Kedua Orang

Tua dan Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan secara moril dan

materil. Selanjutnya kepada Ibu Ns. Deharnita, S.ST.S.Kep.M.Kes selaku dosen

pembimbing I dan Bapak Abd Gafar, S.Kep, MPH selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan pengarahan, masukan dan bimbingan , sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Padang.

2. Ibu Hj Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

iii
3. Ibu Ns. Deharnita, S.ST. Kep, M.Kes selaku Kepala Program Studi D

III Keperawatan Solok.

4. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Keperawatan Solok yang telah

memberikan Ilmu selama mengikuti pendidikan di Keperawatan Solok.

5. Rekan rekan yang telah memberikan dukungan serta saran- Semua

pihak yang telah membantu yang tidak mungkin penulis sebutkan satu

persatu.

Dalam penyusunan Proposal Penelitian ini penulis telah berusaha sebaik-

baiknya, namun penulis menyadari atas segala kekurangan dan oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penyusunan Proposal Penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari

semua pihak yang terlibat dalam Proposal Penelitian ini. Mudah-mudahan

Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Solok, Januari 2020

ASRA HUSNI

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................i

PERNYATAAN PENGESAHAN.........................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9

A. Konsep Lansia..............................................................................................9
1. Pengertian lanjut usia………………………………………………….9
2. Batasan-batasan lanjut usia…………………………………………..10
3. Perubahan fisik pada lanjut usia……………………………………...10
B. Konsep Osteoartritis...................................................................................12
1. Pengertian…………………………………………………………….12
2. Etiologi penyakit osteoarthritis……………………………………....13
3. Patofisiologi………………………………………………………….15
4. Bagan WOC………………………………………………………….17
5. Gejala-gejala osteoarthritis…………………………………………...18
6. Faktor-faktor osteoarthritis…………………………………………...19
7. Penatalaksanaan……………………………………………………...20
8. Pencegahan…………………………………………………………...21
C. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................23
1. Penkajian……………………………………………………………..23
2. Pemeriksaan fisik…………………………………………………….24
3. Diagnose keperawatan……………………………………………….26
4. Intervensi……………………………………………………………..26
5. Implementasi…………………………………………………………29
6. Evaluasi………………………………………………………………29
D. Konsep Nyeri.............................................................................................30
1. Pengertian nyeri……………………………………………………...30
2. Klasifikasi nyeri……………………………………………………...30
3. Penilaian respon nyeri………………………………………………..32
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri…………………………….34

v
E. Konsep Kompres Hangat...........................................................................36
1. Pengertian…………………………………………………………….36
2. Jenis Kompres……………………………………………...……...…36
3. Tujuan Kompres Hangat………………………………………..……36
4. Terapi Hangat………………………………………………………...37

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................40

A. Desain Penelitian........................................................................................40
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................40
C. Subjek Studi Kasus....................................................................................40
D. Fokus Studi.................................................................................................41
E. Defenisi Operasional Fokus Studi..............................................................41
F. Metode Pengumpulan Data........................................................................43
G. Analisa Data...............................................................................................47
H. Etika Penelitian..........................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu kelompok

penyakit yang membari beben kesehatan masyarakat tersendiri, tersebar

diseluruh dunia, menjadi penyebab utama kematian, dan cukup sulit untuk

dikendalikan. Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin

meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada

masyarakat (Bustan, 2015:1).


Kondisi kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan tergolong

sebagai indikator kesehatan negatif. Semangkin tinggi anka kesakitan,

menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang buruk. Dengan

bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses

penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia

( Ekasari, dkk, 2018:14).


Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Pada

lanjut usia akan terjadi proses penuaan, seiring terjadi bertambahnya umur

lansia yang akan menimbulkan permasalahan berdasarkan aspek

kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan

penurunan pada daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit.

Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansiayakni penurunan sisten

tubuh seperti sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan

pasca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa,

1
2

serta penurunan kemampuan motorik seperti kekuatan dan kecepatan.

Berbagai penurunan ini berpengaruh terhadap kemampuan lansia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari dan terhadap status kesehatannya ( Festi,

2018:1).
Menurut Riskesdas 2013 penyakit terbanyak pada lanjut usia

adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) diantaranya: hipertensi, stroke,

penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes mellitus (DM), penyakit

sendi/osteoartritis (Utomo, 2019:11).


Osteoartritis dikenal sebagai penyakit degeneratif sendi atau OA

adalah gangguan sendi yang paling sering menyebabkan ketidakmampuan.

Osteoartritis dicirikan dengan hilangnya kartilago sendi secara progresif.

Selain usia, faktor risiko untuk osteoartritis mencakup gangguan

kongenital dan gangguan perkembanngan di pinggul, obesitas, kerusakan

sendi sebelumnya, penggunaan berulang (okupasional dan rekreasional),

deformitas anatomik, dan kerentanan genetik (suddarth & brunner,

2016:387).
Menurut world health organization (WHO) tahun 2007, diketahui

bahwa osteoartritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan

mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Prevelensi osteoartritis

di indonesia berjumlah 5% pada usia < 40 tahun , 30% pada usia 40-60

tahun dan 65% pad usia > 61 tahun (Bactiar, 2010


Dalam jurnal Anggraeni, 2019).
Osteoartritis adalah golongan rematik sebagai penyebab kecacatan

yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan

meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46

tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor
3

umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi

( Purwanto, 2016:94).
Pada penderita osteoartritis tulang rawan sendi telah mengalami

penipisan atau aus. Hal ini mengakibatkan permukaan rawan sendi

menjadi tidak rata dan bergelombang. Selain menyebabkan sakit akibat

peredam getaran berkurang, gerakan sendi menjadi tidak lancar dan

kadang-kadang berbunyi gemeretak. Bagian tulang memiliki saraf,

maka kondisi ini akan menimbulkan nyeri. saat dipakai berjalan, lutut

akan terasa sakit dan ngilu ( Prieharti & Mumpuni, 2017:30)


Menurut buku SDKI kondisi klinis yang termasuk didalam nyeri

kronis adalah kondisi kronis (PPNI, 2016:174). Osteoartritis

merupakan penyakit kronis yang menyebabkan rusaknya kondrosit,

terutama pada panggul dan lutut ( Joan & Lyndon, 2014:320).


Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu

emosional disertai kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial

atau kerusakan jaringan secara menyeluruh. Nyeri adalah suatu

mekanisme protektif bagi tubuh,nyeri timbul bila mana jaringan

sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rangsang nyeri tersebut (Hariyanto& sulistyowati,

2015).
Nyeri pada sendi membuat penderita rematik mengalami gangguan

aktivitas sehari-hari sehingga dapat menurunkan produktivitas. Proses

penyakit rematik mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan

dan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan

aktivitas sehari-hari (Smeltzel & bare, 2010 dalam jurnal afnuhazi,

2018)
4

Nyeri merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh

penderita rematik osteoartritis. Diperlukan penanganan baik secara

farmakologi maupun non farmakologi untuk menurunkan nyeri salah

satunya kompres hangat (Dinartika, 2018).


Menurut buku SIKI (PPNI, 2018:201) Diagnosa nyeri kronis

termasuk ke dalam salah satu intervensi manajemen nyeri yaitu dengan

kompres hangat.
Salah satu managemen nyeri yang dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan adalah dengan menggunakan terapi panas. Terapi panas

yang dilakukan dapat digunakan dengan menggunakan kompres

hangat. Kompres tersebut dapat memberikan efek fisiologis dengan

meningkatkan relaksasi otot pergerakan sendi (Rifham, 2010 dalam

jurnal Ani, dkk, 2014).


Kompres hangat adalah salah satu stimulasikutaneus yang dapat

memberikan efek penurunan nyeri yang efektif. Kompres hangat

merupakan pemberian sensasi hangat dengan suhu46ºC dengan tujuan

untuk memberikan relaksasi pada otot, mengurangi rasa sakit yang

dilakukan selama 10-20 menit. Manfaat dari kompres hangat

diantaranya untuk memperlancar sirkulasi darah ( vasolidatasi ),

memperlancar pengeluaran eksudat, meningkatkan pemberian leukosit

dan antibiotik ke area luka serta memberikan relaksasi otot dan

mengurangi nyeri dari spasme dan kekakuan (Nurwahidah, 2019).


Berdasarkan data diatas pentingnya pemberian intervensi

manajemen nyeri kompres hangat untuk mengurangi nyeri pada pasien

osteoartritis, maka peneliti tertarik untuk melakukan “ Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Osteoartritis Dengan Masalah Nyeri


5

Menggunakan Intervensi Manajemen Nyeri Kompres Hangat Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok”.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari data yang didapat dari dinas kesehatan kota

solok, berdasarkan data penyakit sendi dari bulan Januari-Desember, di

puskesmas Nan Balimo terdapat penyakit Rematik Astritis berjumlah 225

orang, di puskesmas KTK terdapat penyakit Rematik Astritis berjumlah

345 orang, di puskesmas Tanah Garam tidak ada, di puskesman Tanjung

Paku terdapat penyakit osteoartritis berjumlah 525 orang. Berdasarkan

data tersebut maka penyakit osteoartritis terdapat di puskesmas Tanjung

Paku Kota Solok.


Osteoartritis dikenal sebagai penyakit degeneratif sendi atau OA

adalah gangguan sendi yang paling sering menyebabkan ketidakmampuan.

Osteoartritis dicirikan dengan hilangnya kartilago sendi secara progresif

(suddarth & brunner, 2016:387).


Menurut buku SIKI (PPNI, 2018:201) Diagnosa nyeri kronis

termasuk ke dalam salah satu intervensi manajemen nyeri yaitu dengan

kompres hangat.
Kompres hangat adalah salah satu stimulasikutaneus yang dapat

memberikan efek penurunan nyeri yang efektif. Kompres hangat

merupakan pemberian sensasi hangat dengan suhu46ºC dengan tujuan

untuk memberikan relaksasi pada otot, mengurangi rasa sakit yang

dilakukan selama 10-20 menit (Nurwahidah, 2019).


Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumuskan

masalah dalam study kasus ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Rematik Oesteoartrhitis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut


6

Menggunakan Intervensi Manajemen Nyeri Kompres Hangat Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2020.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum

Mampu mendeskripsian asuhan keperawatan pada pasien rematik

osteoarthritis dengan masalah keperawatan nyeri menggunakan intervensi

manajemen nyeri dengan kompres hangat

2. Tujuan khusus
1. Mampu mendeskripsian hasil pengkajian pasien rematik

osteoartritis dengan masalah keperawatan nyeri akut

menggunakan intervensi manajemen nyeri kompres hangat di

wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2020.


2. Mampu mendeskripsian rumusan diagnosa keperawatan pasien

rematik osteoartritis dengan masalah keperawatan nyeri akut di

wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2020.


3. Mampu mendeskripsian rencana keperawatan pasien rematik

osteoartritis dengan masalah keperawatan nyeri akut

menggungan intervensi manajemen nyeri kompres hangat di

wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2020.


4. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien rematik

osteoartritis dengan masalah keperawatan nyeri akut

menggunakan intervensi manajemen nyeri kompres hangat di

wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2020.


5. Mampu mengevaluasi pasien rematik osteoartritis dengan

masalah keperawatan nyeri akut menggunakan intervensi

manajemen neyri di wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku

Kota Solok tahun 2020.


7

D. Manfaat penelitian
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menanbah wawasan dan pemngetahuan

dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien rematik

osteoartritis dengan masalah keperawatan nyeri akut

menggunakan intervensi manajemen nyeri kompres hangat.


b. Bagi pasien dan keluarga
Hasil penelitian ini dapat dijadikn salah satu solusi yang dapat

digunakan dalam mengatasi rematik osteoartritis yang dialami

dengan menggunakan manajemen nyeri kompres hangat


c. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai

pembelajaran di prodi keperawatan dalam penerapan asuhan

keperawatan pada pasien rematik osteoartritis dengan masalah

keperawatan nyeri akut menggunakan intervensi manajemen nyeri


Kompres hangat.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan

memberikan sumbangan pikiran dalam penerapan asuhan

keperawatan pada pasien rematik steoartritis dengan masalah

keperawatan nyeri akut menggunakan intervensi kompres hangat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian lanjut usia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke

atas. Pad lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankanfungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

terjadi (Sunaryo, dkk, 2015:55).


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di

dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semangkin memburuk, gerakan lambat,penciuman mulai berkurang,

nafsu makan menurun , mudah terserang penyakit ( Padila, 2013:49)


Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 Tahun 1998

menyebutkan bahwa 60 tahun merupakan usia permulaan tua. Menua

bukanlah suatu penyakit,tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses

penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Sunaryo, dkk. 2015:9).

9
10

2. Batasan-batasan lanjut usia


Menurut WHO, lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59

tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun. ( Sunaryo, dkk.

2015:56)
3. Perubahan fisik pada lansia
1. Sistem kardiovaskuler
1) Elastis dinding aorta menurun
2) Lemak sub endoicard menurun : fibrosis, menebal, sclerosis
3) Katup-katup jantung mudah fibrosis dan klasifikasi (kaku)
4) Peningkatan jaringan ikat pada Sa Node
5) Penurunan denyut jantung maksimal pada latihan
6) Jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang
7) Penurunan elastis pda dinding vena
2. Sistem gastrointestinal
1) Terjadi artropi mukosa
2) Artropi dari sel kelenjar, sel pariental dan sel chief akan

menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor

intrinsic berkurang.
3) Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga

daya tampung makanan menjadi lebih berkurang.


4) Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu.

Karena sekresi asam lambung berkurang dan rasa lapar juga

berkurang ( Padila, 2013:50).


3. Sistem integument
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering dan kurang keelastisannya karena menurunnya

cairan dan hilangnya jaringan adipose.


3) Kelenjar-kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik,

sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan

temperatur yang tinggi.


11

4) Kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat

menurunnya aliran darah dan menurunnya sel-sel yang

memptoduksi pigmen.
4. Sistem musculoskeletal
1) Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan

massa otot (atropi otot).


2) Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih

banyak terjadi pada ekstremitas bawah.


3) Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak.
4) Kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot

menurun dengan bertambahnya usia.


5) Kukuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40%

antara usia 30 sampai 80 tahun ( Padila, 2013:51).

B. KONSEP OSTEOARTRITIS
1. Pengertian
Osteoartritis dikenal sebagai penyakit degeneratif sendi atau OA

adalah gangguan sendi yang paling sering menyebabkan

ketidakmampuan. Osteoartritis dicirikan dengan hilangnya kartilago

sendi secara progresif. Selain usia, faktor risiko untuk osteoartritis

mencakup gangguan kongenital dan gangguan perkembanngan di

pinggul, obesitas, kerusakan sendi sebelumnya, penggunaan berulang

(okupasional dan rekreasional), deformitas anatomik, dan kerentanan

genetik (suddarth & brunner, 2016:387).


Osteoartritis adalah golongan rematik sebagai penyebab kecacatan

yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan

meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46

tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor

umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi

( Purwanto, 2016:94).
12

Osteoartritis merupakan jenis sendi akibat proses degeneratif

sekaligus peradangan (inflamasi) pada tulang rawan sendi. Penyakit

sendi degeneratif adalah kemunduran (perubahan menjadi sesuatu yang

rusak) bertahap kartilago artikular pada sendi, disertai dengan

perubahan jaringan lunak disekitar sendi. Gejalanya merupakan nyeri,

kekakuan, dan kehilangan funsi. Hal ini dapat terjadi akibat dari

trauma sebelumnya atau sebagai akibat dari penggunaan sendi yang

terllu sering. Kartilago antikular adalah jaringan yang meliputi ujung

tulang dan memungkinkan distribusi beban tekanan terhadap

penampang tulang, menyediakan permukaan gesekan, dan penahan

gesekan untuk gerakan sendi ( Prieharti & mampuni, 2017:29).


Tulang rawan merupakan tulang yang melapisi bagian ujung

tulang. Tulang rawan berfungsi sebagai peredam geteran dan

membantu pergerakan sendi. Tulang rawan bagi manusai ibarat shock

absorber bgi mobil. Fungsinya sebagai bantalan peredam tekanan saat

tulang bergerak (contohnya saat berjalan) maupun saat kita diam

(misalnya ketika kita berdiri). Dalam keadaan normal, tulang rawan ini

permukaannya rata, halus seperti kaca, sehingga ketika sendi

digunakan, gerakannya mulus (Prieharti & mampuni, 2017:30).


Osteoartritis dapat mempengaruhi semua sendi pada tubuh, tetapi

kebanyakan terjadi pada persendian pinggul, lutut, tangan, kaki, dan

tulang belakang. Bahu, siku, dan pergelangan kaki cenderung tidak

terkena OA, kecuali pada kondisi traumatik atau kejadian yang

berhubungan dengan tuntutan pekerjaan (seperti keharusan


13

mengangkat benda barat atau harus sering membungkuk). (Prieharti &

mampuni, 2017:31)

2. Etiologi penyakit osteoartritis


Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan

bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan

kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna

kuning.
2. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi

penopang berat badan,sebaliknya nyeri akut yang disebabkan

oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif

dan dapat menambah kegemukan.


3. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah

trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur

dan biomekanik sendi tersebut.


4. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang

biasnya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena

osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang

tuanya yang terkena.


5. Akibat penyakit redang sendi lain
Infeksi (artritis rematord: infeksi akut, infeksi kronis)

menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim

perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel

radang.
6. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam

proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong


14

sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen,

tendo,sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan

menyebabkan produksi proteaglikan menurun.


7. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit wilson, akronotis, kalsium

pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer,

asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam

rawan sendi ( Purwanto, 2016:95).

3. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit

kronik, tidak meradang, dam progresif lambat, yang seakan-akan

merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran

dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada

bagian tepi sendi.


Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan

kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan

tersebut diduga diawali oleh stress biomeknik tertentu. Pengeluaran

enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang

membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga

mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering

terkena adalah sendi yng harus menanggung berat badan, seperti

panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal

dan proksimasi ( Purwanto, 2016:95).


Osreoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan

terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adnya rasa nyeri yang

dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang

digunakannya sendi tersebut.


15

Perubahan-peubahan degeneratif yang mengakibatkan

karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi

sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya

akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik

dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau

adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya

mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran,

tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang

menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi

atau nodulus ( Purwanto, 2016:96).

4. Bagan WOC

Proses penuaan

Pemecahan Perubahan komponen


kondrosit sendi

- kolagen

- proteogtikasi

- Jaringn sub kondrial


16

Proses penyakit
Pengeluaran enzim
degeneratif yang
lisosom
panjang

Perubahan fungsi sendi

Kerusakan matrik
- Kurang kartilago
kemampuan Deformitas
mengingat sendi
- Kesalahan Penebalan tulang Kontraktur
interprestasi sendi
MK: kerusakan
Penyempitan rongga mobilitytas fisik
MK: Kurang MK: Gangguan Hipertrofi
sendi
pengetahuan citra tubuh
- Penurunan Defisit cairan
kekuatan MK: Nyeri Akut
- Kurang
MK: Nyeri
perawatan diri
5. Gejala-gejala osteoartritis
a) Rasa nyeri pada sendi.
Gejala ini merupakan gambaran utama osteoartritis. Nyeri akan

bertambah apabila pasien melakukan suatu kegiatan fisik.


b) Kekakuan dan keterbatasan gerak.
Gejala ini biasanya berlansung sekitar 15-30 menit dan muncul

setelah istirahat atau ketika akan memulai kegiatan fisik.


c) Peradangan.
Sinovitis sekunder, penurunan jaringan, dan defosit cairan

dalam ruang sendi dapat menimbulkan peradangan dan

peregangan sampai sendi. Kondisi ini dapat akan menimbulkan

rasa nyeri hebat.


d) Pembengkakan sendi.
Kondisi ini merupakan reaksi peradangan akibat pengumpulan

cairan dalam ruang sendi. Umumnya area yang mengalami


17

pembengkakan akan terasa panas ketika diraba, tanpa adanya

pemerahan.
e) Deformitas.
Kondisi ini disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
f) Gangguan fungsi.
Kondisi ini muncul akibat tulang-tulang pembentuk sendi

menjadi tidak serasi.

6. Faktor Risiko Osteoartritis


Faktor risiko merupakan istilah medis untuk menggambarkan

kemungkinan penyebab penyakit. Seseoarang yang memiliki faktor

risiko Osteoartritis berarti orang tersebut kemungkinan lebih besar

terkena Osteoartritis dibandingkan orang yang tidak memiliki faktor

risiko terhadap Osteoartritis.


1. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
a. Jenis kelamin
Kaum wanita memiliki risiko lebih besar menderita OA

dibandingkan laki-laki. Penyebab pastinya belum diketahui

dengan jelas, tetapi kuat dugaan karena faktor hormon estrogen

yang memegang peranan penting bagi tubuh wanita.


b. Faktor genetik (memiliki riwayat keluarga menderita OA)
c. Memiliki sendi abnormal sejk kecil.
d. Sendi pernah dioperasi.
2. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dapat dimodifikasi
a. Penggunaan sendi berlebihan
Orang yang cenderung menggunakan sendi berlebihan biasanya

para atlet. Kelompok orang yang harus melakukan latihan berat

dan berulang-ulang contohnya adalah para atlet olahraga angkat

berat/angkat besi atau pelari jarak pendek/sprint.


b. Penyakit diabetes.
c. Penggunaan obat asma.
d. Merokok ( Prieharti & mampuni, 2017:36).
7. Penatalaksanaan Osteoartritis
1) Tindakan preventif:
a. Penurunan berat badan.
18

b. Pencegahan cedera.
2) Skrining sendi paha.
3) Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stress akibat kerja.
4) Farmakologi.
5) Terapi konservatif. Misalnya, kompres hangat, mengistirahatkan

sendi, pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang

mengalami inflamasi.
6) Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi).
7) Pembedahan artroplasti.
8) Operasi. Dipertimbangkan bagi pasien osteoartritis dengan

kerusakan sendi yang nyata dengn nyeri menetap dan kelemahan

fungsi.
9) Fisioterapi. Pemakaian panas dan dingin serta program latihan

yang tepat.
10) Dukungan psikologis. Pasien osteoartritis membutuhkan dukungan

psikososial sebab sifat gangguan yang menahun dan

ketidakmampuan yang ditimbulkannya ( Istianah, 2002:111).

8. Pencegahan Osteoartritis
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah

Osteoartritis yaitu:
a) Mempertahankan berat badan ideal.
Berat badan akan senantiasa terpelihara dalam kisaran ideal

apabila apa yang kita makan dengan yang kit gunakan untuk

berktivitas senantiasa berimbang. Berat badan akan bertambah

berat bila dari hari ke hari makanan yang kita konsumsi

melebihi kebutuhan beraktivitas. Ada dua cara melakukan berat

badan kita termasuk kategori obesitas atau tidak. Pertama,

dengan mengukur lingkar pinggang. Lingkat pinggang menjadi

tolok ukur karena seseorang yang mengalami kegemukan psti

diikuti dengan penimbunan lemak di sekitar pinggang. Kedua,


19

dengan melakukan penilaian IMT atau indeks massa

tubuh/BMI (body mass index).


b) Olahraga secara teratur serta senantiasa melakukan pemanasan

dan peregangan sebelum berolahraga.


Pemanasan atau warming up adalah cara untuk

mempersiapkan tubuh sebelum melakukan olahraga untuk

mengurangi potensi cedera dan mengurangi rasa sakit setelah

berolahraga. Manfaat melakukan pemanasan di antaranya

meningkatkan temperatur otot. Otot yang hangat akan

berkontraksi lebih cepat dan relaks lebih cepat pula. Dengan

pemanasan, darah pembuluh darah akan menjadi lebih lebar

sehingga membuat beban jantung tidak terlalu berat dan

mengurangi hambatan aliran darah. Pemanasan juga membantu

mempersiapkan peregangan otot-otot saat melakukan olahraga

inti.
c) Konsumsi suplemen yang mengandung glukosami dan

kondroitin
Selain digunakan dalam pengobatan, glukosamin dan

kondroitin merupakan suplemen yang terbukti mningkatkan

produksi kolagen yang berfungsi menjaga kondisi persendian.


d) Minimalkan konsumsi teh dan kopi.
Kandungan kafien dalam teh dan kopi dapat mempercepat

proses terjadinya Osteoartritis.


e) Memkai alas kaki yang nyaman.
Apabila akan berjalan-jalan atau berolahraga, kenakan

septu atau alas kaki yang sesuai dengan kebutuhan.


20

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah poses pengumpulan data secara sistematis untuk

menentukan status kesehatan dan fungsional kerja serta respon klien

pada saai ini dan sebelumnya ( Induniasih & Hendrasih, 2017: 51).
Pengakajian Osteoartritis :
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/

bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, status, alamat.


b. Indentitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, pekerjaan,

hubungan dengan pasien


c. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan penderita osteortritis adalah:
1) Keluhan utama
Penderita biasnya mengeluh nyeri sendi ( hilang pada saat

beristirahat dan meningkat saat aktivitas lama-lama saat istirahat),

kekakuan otot, merasakan sendi menebal,kaku, sendi menebal

karena hypertrofi, kemerahan pada sendi.


2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasnya usia dan jenis kelamin, riwayat obesitas, riwayat trauma,

riwayat keluarga yang terkait artritis.


3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada saat dilkukan pengakajian pasien masih mengeluh

sakit di bagian lutut, pinggul,leher, sendi kecil pada tangan,

punggung bawah.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya penyakit Osteoartritis ini adalah gangguan sendi yang

paling sering menyebabkan ketidakmampuan.


2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / istirahat
21

Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan yang

memburuk dengan stress dengan sendi,kekakuan pada pagi hari,

biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.


Tanda : maliase, keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit

kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.


b. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena raynaud dari tangan/kaki, misalnya pucat

litermiten, sinosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna

kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : faktor-faktor stress akut atau kronis, misalnya finansial

pekerjaan, krtidakmampuan, faktor-faktor hubungan, kepuasan dan

ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh,

identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.


d. Makanan/cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi

makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.


Tanda : penurunan berat badan, dan kekeringan pada membran

mukosa.
e. Kebersihan
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas

perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.


f. Neurosensori
Gejala : kesemutan pada tangan dan kaki
Tanda : pembengkakan sendi
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut nyeri ( disertai/tidak disertai pembengkakan

jaringan lunak pada sendi), rasa nyeri kronis dan kekakuan

terutama pad pagi hari.


h. Keamanan
Gejala : kulit mengilat, tegang, nodus subkutaneus.lesi kulit, ulkus

kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah


22

tangga, demam ringan menetap,kekeringan pada mata dan

membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : gangguan interaksi dengan keluarga /orang lain, perubahan

peran, isolasi.
j. Pemeriksaan Diagnostik
Reaksi aglutinasi: positif
LED meningkat pesat
Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
SDP: meningkat pada proses inflamasi
JDL: Menunjukkan ancaman sedang
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat mengenai masalah kesehatan actual

dan potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,

perawat dapat mengidentifikasi dan membarikan intervensi secara pasti

untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah

status kesehatan ( Wijaya & Putri, 2015:20).


Beberapa diagnosis keperawatan dengan osteoartrits menurut PPNI

(2018) adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi,distruksi sendi.
4. Intervensi keperawatan
Perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara

mendalam dengan tahapan yang sistematis dari proses keperawatan,

meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.

Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan

hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa yang merupakan

petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk

mencegah, menurunkan atau mengiliminasi masalah kesehtan klien

( Wijaya & Putri, 2015:21).


23

Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Manajemen Nyeri Kompres Hangat
SDKI,SIKI, SLKI

Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan

Nyeri Akut 1.Tingkat nyeri (L.08066) 1.Manajemen nyeri


Kriteria Hasil: kompres hangat
1) Kemampuan Observasi
menuntaskan aktivitas 1) Indentifikasi lokasi,
menurun. karakteristik, durasi,
2) Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
3) Gelisah menurun intensitas nyeri.
4) Frekuensi nadi 2) Identifikasi skala
membaik nyeri
5) Fungsi berkemih 3) Identifikasi respons
membaik nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
5) Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6) Indentifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7) Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8) Monitor
keberhasilan terapi
komplementar yang
sudah diberikan
9) Monitor efek
samping
punggunaan
analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengrikurangi rasa
24

nyeri
2) Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat
dan tidur
4) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
spesifik
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang lebih baik dan menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan. Fase implementasi ini dimulai ketika perawat

menempatkan intervensi tertentu ke dalam tindakan dan

mengumpulkan umpan balik mengenai efeknya ( Wijaya, 2015:22).


6. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membangdingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
25

yang di buat pada tahap perencanaaan ( Rohman & Walid, 2012:105).

Evaluasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan

metode SOAP untuk mengetahui pengurangan skala nyeri yang

dialami oleh pasien.

D. KONSEP NYERI
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh,nyeri timbul

bila mana jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut

bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut.nyeri adalah

perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang

mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan

tersebut (Hariyanto& sulistyowati, 2015).

International Association for the Study of Pain ( 1979) mendefenisikan

nyeri sebagai “ pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan

yang berhubungan dengan kerusakan jaringan baik actual maupun

potensial, atau dilukiskan dengan perihal yang berkenaan dengan

kerusakan tersebut. McCaffrey dan Beebe ( 1994) menyatakan bahwa “

nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya , dan ada

bila yang mengalaninya mengatakan bahwa anak rasa itu ada ( Cecily

Lynn Betz, 2004 : 801).


26

2. Klasifiksi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan

berdasarkan waktu lama serangan, berat ringannya nyeri, tempat dan

sifatnya(Asmadi, 2008)
1) Nyeri berdasarkan tempatnya
a. Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan

tubuh misalnya pada kulit,mukosa.


b. Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaaan tubuh

yang lebih dalam atau organ-organ lebih visceral.


c. Pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang distramisikan ke bagian di

daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.


d. Centrl pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan

pada sistem saraf pusat,spinal cord, batang otak, thalamus.


2) Nyeri berdasarkan sifatnya
a. Incidental pain yaitu nyeri timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.
b. Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta

dirasakan dalam waktu yang lama.


c. Paroxysmal pain, yaitu nyeri dirasakan berintensitas tinggi

dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang

lebih 10-15 menit, lalu menghilang kemudian timbul

kembali.
3) Nyeri berdasarkan berat ringanya
a. Nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah
b. Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
c. Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas tinggi
4) Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
a. Nyeri akut
Nyeri yang terjadi setelah terjadi cedera akut,penyakit,atau

intervensi bedah,nyeri akut memiliki awitan yang cepat dengan

intensitas yang bervariatif.nyeri akut berdurasi singkat kurang


27

dari enam bulan memiliki onset yang tiba-tiba dan

terlokalisasi(Hariyanto& sulistyowati, 2015).


b. Nyeri kronik
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung terus-

menerus selama 6 bualn atau lebih. Nyeri ini berlangsung di

luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak

dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik.


Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan

menunjukkan masalah baru. Pada syndrome nyeri kronis dapat

disebabkan oleh faktor penyakit ataupun proses patologi yang

persisten. Nyeri kronis ini sering mempengaruhi semua aspek

kehidupan penderitanya, menimbulkan distress, kegalauan

emosi, dan mengganggu fungsi titik dan sosial (Potter & Perry,

2005).
3. Penilaian Respon Nyeri
Potter & Perry (2005) menyatakan terdapat beberapa skala untuk

pengakajian keparahan nyeri yaitu:


a. Numeric rating scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi.

Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur

dengan mengobyektifkan pendapat subjektif nyeri. skala

numerik dari 0-10, di bawah ini nol(0) merupakan kaadaan

tanpa atau bebas dari, sedangkan 1-3 adalah nyeri ringan, 4-6

adalah nyeri sedang, 7-9 adalah nyeri berat terkontrol, dan 10

nyeri berat tidak terkontrol (Potter & Perry, 2005).


28

Gambar skala 2.1 numeric rating scale (NRS)

b. Visual analog scale (VAS)


Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka.

Bisa bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak

sakit, ke arah kanan sakit tak tertahankan, dan tengah kira-kira

nyeri yang sedang (Potter & Perry, 2005).

Gambar skala 2.2 visual analog scale (VAS)

c. Deskriptif
Skala deskriftif merupakan alat pengukuran tingkat

keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsian

verbal yang disebut verbal descriptor scale (VDS) yaitu sebuah

garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Dari

“tidak terasa nyeri” sampai nyeri yang tidak tertahankan.

Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien

untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang dirasakan pasien.

Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling

tidak menyakitkan. Skala ini digambarkan sebagai berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
29

Tidak nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri


Nyeri yang tidak
Tertahankan
Gambar skala 2.3 deskriptif

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


a. Usia
Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami karena

mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus

dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau

meninggal, jika nyeri di paksakan ( Potter & Perry, 2006).


b. Jenis kelamin
Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda

secara bermakna dalam merespon terhadap nyeri ( Gill,1990

dikutip dari Potter & Perry, 2005).


c. Kebudayaan
Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh pada bagaimana

seseorang berespon terhadap nyeri, bagaimana nyeri diuraikan

dan atau seseorang berperilaku dalam berespon terhadap nyeri.

Namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri

( Zatzick & Dimsdale,1990 dalam brunnner & sudart, 2006).


d. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi juga seringkali

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom

adalah sama dalam nyeri dan ansietas ( Gill, 1990 dalam Potter

& Perry, 2005).


e. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. rasa keletihan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan


30

kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada

setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka waktu

yang lama ( Potter & Perry, 2006).

E. KONSEP KOMPRES HANGAT


1. Pengertian
Kompres hangat adalah tindakan untuk

memberikanbkebutuhan rasa nyaman nyeri, mengurangi atau

membahaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme

otot, dan memberikan rasa hangat (Uliyah & Hidayat, 2008).


Untuk mendapatkan hasil yang terbaik terapi kompres

hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali pemberian dan

pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke selama

tindakan (yuni kusmiati,2009).terapi hangat berfungsi untuk

melebarkan pembuluh darahh, menstimulasi sirkulasi darah dan

mengurangi kekakuan,selain itu terapi hangat juga berfungsi

menghilagkan sensasi rasa sakit.terapi panas dapat dilakukan

dengan air panas bisa dengan handuk atau kantong panas yang

diteppelkan pada sendi yang meradang atau dapat juga dengan

mandi atau merendam dalam air yang panas (pramardika

&fitriana , 2019).

2. Jenis kompres
a. Kompres panas
31

b. Kompres dingin
3. Tujuan kompres hangat
1) Memperlancar sirkulasi darah
2) Mengurangi rasa sakit
3) Memberi rasa hangat ,nyaman dan tenang pada klien
4) Memperlancar pengeluaran eksudat
5) Merangsang peristaltik usus
6) Mengurangi nyeri dengan meningkatkan relaksasi otot,

meningkatkan sirkulasi.
4. Terapi hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada

daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat

yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan .kompres hangat dengan suhu 45-50,50C dapat

dillakukan dengan menempelkan kantung karet yang diisi air

hangat ke daerah tubuh yang nyeri.


Manfaat dari kompres hangat diantaranya untuk

memperlancar sirkulasi darah (vasodilatasi), mengurangi rasa sakit,

memberi rasa hangat, nyaman dan tenang, memperlancar

pengeluaran eksudat, merangsang peristaltik usus, meningkatkan

pengiriman leukosit dan antibiotik ke area luka serta memberikan

relaksasi otot dan mengurangi nyeri dari spasme dan kekakuan

(Nurwahidah, 2019).
Adapun cara melakukan kompres hangat sebagai berikut:
a. Persiapan alat dan bahan
1. Buli-buli berisi air hangat dengan suhu 45-50,50C
2. Kain pembungkus
3. Alat pengukur suhu (thermometer air)
b. Cara kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilakukan
3. Mengukur skala nyeri sebelum dilakukan kompres hangat
4. Atur posisi yang nyaman
5. Ukur suhu air dengan mengggunakan thermometer
32

6. Isi kantong karet dengat air hangat sekitar dua pertigaa isi

kantong dengan suhu 46-51,5oC


7. Tutup kantong karet yang telah diisi air hangat kemudian

dikeringkan kantong dan pegang pada posisi terbali unntuk

memeriksa kebocoran
8. Masukkan kantong karet ke dalam kain
9. Tempatkan kantung karet pada daerah nyeri
10. Angkat kantong karet tersebut setelah 20 menit
11. Cuci tangan
12. Mengukur skala nyeru sesudah dilakukan komrpres hangat
c. Sikap
1. Ramah dan hati-hati
2. Menghagai privasi dan sopan kepada pasien
3. Komunikatif (Uliyah &Hidayat, 2008)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dengan adalah deskriftif dengan bentuk studi

kasus Metode penelitian deskriftif dengan menggunakan pendekatan studi

kasus berupa kasus tunggal, peneliti memperoleh pemahaman yang utuh

dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan dimensi dari

kasus-kasus yang diteliti. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah

melihat asuhan keperawatan pasien dengan kasus osteoartritis ( Afiyanti,

2014:88).

B. Tempat dan Waktu penelitian.


Penelitian akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Paku Kota Solok. Waktu penelitian akan dilakukan mulai dari bulan April

tahun 2020 sampai bulan Mei tahun 2020.

C. Subjek Studi Kasus


Subjek dalam penelitian ini adalah dua partisipan dengan diagnosa

medis osteoartritis yang diberi asuhan keperawatan manajemen nyeri

kompres hangat untuk mengurangi nyeri sendi.


Kriteria inklusi subjek :
1. Bersedia menjadi responden
2. Partisipan dengan keadaan kooperatif
3. Mampu mambaca dan menulis

39
40

Kriteria eksklusi subjek :

1. Penderita osteoartritis yang mengalami komplikasi lain (DM,

Stroke ) yang menyebabkan proses penelitian terganggu.

D. Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengurangan

nyeri sendi pada pasien hipertensi sesudah intervensi keperawatan dengan

manajemen nyeri kompres hangat dilakukan.


E. Defenisi Operasional Fokus Studi
Defenisi operasional

fokus studi Defenisi operasional


1. Osteoartritis dikenal sebagai penyakit degeneratif

sendi atau OA adalah gangguan

sendi yang paling sering

menyebabkan ketidakmampuan.

2. Klien dengan nyeri kronis perasaan yang tidak menyenangkan

yang dialami oleh pasien yang

menderita penyakit osteoartritis yang

dapat diungkapkan dengan metode

skala penilaian numerik.


3. Kompres hangat Tindakan memberikan rasa hangat

untuk memenuhi kebutuhan rasa

nyaman, mengurangi atau

membebaskan nyeri, mengurangi

atau mencegah spasme otot dan

memberikan rasa hangat pada daerah

tertentu.
41

F. Metode Pengumpulan Data


1. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan penulis pad penelitian

ini adalah berupa lembar ceklis untuk observasi skala nyeri kepada

pesien osteoartritis setelah dilakukan intervensi asuhan keperawatan

dengan kompres hangat, Standar Operasional Prosedur (SOP) kompres

hangat.

1) Pengkajian
Menggunakan format pengkajian (format terlampir) yang berisi identitas

pasien, riwayat kesehatan, dan pola kesehatan.


2) Pemeriksaan fisik
Alat yang digunakan yaitu tensimeter, reflek hummer, fenlight,

thermometer, stetoskop.

3) Diagnosa keperawatan
a. Analisa data
Analisa data pada kedua partisipan mencakup data pasien, masalah

dan penyebabnya.
b. Diagnosa keperawatan
Format diagnosis keperawatan berisi problem, etiologi, dan

symptom, tanggal ditemukan masalah serta tanggal dipecahkan

masalah.
c. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan terdiri dari beberapa komponen

diantaranya diagnosis keperawatan, tujuan, kriteria hasil, serta

perencanaan keperawatan.
d. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari hari/tanggal dilakukan

asuhan keperawatan, diagnosis keperawatan, tindakan


42

keperawatan, berdasarkan intervensi keperawatan, serta tanda

tangan yang melakukan implementasi keperawatan.


e. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari nama pasien, hari/tanggal, evaluasi berupa

SOAP, serta tanda tangan yang membuat evaluasi keperawatan.


2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian mengumpulkan data penelitiannya melalui banyak

sumber, yaitu melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,

pengukuran, dokumentasi ( Afiyanti, yati, 2014:88).

a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan

cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini

memberikan hasil secara langsung. Metode pengumpulan data

dengan cara mewawancarai langsung partisipan yang diteliti.

Wawancara pasien osteoartritis dengan nyeri akut adalah keluhan

utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,

riwayat kesehatan keluarga.


b. Observasi
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yang

digunakan adalah observasi langsung terhadap pasien dengan

penyakit osteoartritis, sebelum dan sesudah pemberian manajemen

nyeri kompres hangat.


c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan indra

pengl;ihatan, pendengaran, sentuhan, dan penciuman dan

mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.


d. Pengukuran
Pengukuran adalah pengumpulan data dengan mengukur

objek menggunakan alat ukur tertentu, misalnya stetoskop,


43

thermometer, penlight, dan pengukuran tanda-tanda vital seperti

tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan.

e. Studi dokumentasi
Penelitian menggunakan pengumpulan data dengan metode

studi dokumen karena dokumen dapat memberikan informasi

tentang situasi yang tidak dapat diperoleh langsung melalui

observasi dan wawancara.


Dokumen asli berupa gambar, tabel, dan daftar pustaka.

Data dari rekam medik berupa penatalaksanaan program

pengobatan.

3. Langkah-langkah Pengumpulan Data


Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

adalah:
a. Peneliti mengurus surat pengantar dari kampus untuk melakukan

penelitian.
b. Penelitian melakukan pengurusan ke Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Solok untuk mengantarkan

surat pengantar dari kampus.


c. Penelitian melakukan pengurusan izin kepada Dinas Kesehatan

Kota Solok untuk melaksanakan penelitian di Puskesmas Tanjung

Paku Kota Solok.


d. Kemudian peneliti pergi ke Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

untuk pengambilan data awal.

Prosedur intervensi yang dilakukan peneliti :


44

a. Peneliti meminta izin kepada pihak Puskesmas Tnjung Paku Kota

Solok untuk melakukan penelitian di Puskesmas Tanjung Paku

Kota Solok.
b. Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian kepada Kepala

Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok atau perawat penanggung

jawab di tempat penelitian dan meminta persetujuan untuk

melibatkan subjek dalam penelitian.


c. Setelah mendapatkan izin, peneliti mendatangi responden serta

menjelaskan tentang tujuan penelitian dan memberikan informed

consent kepada responden untuk ditanda tangani dan berkesediaan

menjadi partisipan.
d. Peneliti meminta waktu untuk melakukan pengkajian dengan

menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan dan

melakukan pemeriksaan fisik


e. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul dan

membuat perencanaan
f. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada

pasien.
g. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
h. Peneliti mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan

pada pasien.
i. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang

telah diberikan pada pasien mulai dari melakukan pengkajian

sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

G. Analisa Data
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis

semua temuan pada tahapan proses keperwatan dengan menggunakan

konsep dan teori keperawatan pasien dengan osteoartritis. Data yang telah

didapatkan dari hasil melakukan asuhan keperawatan melai dari


45

pengkajian, penegakan diagnosis, merncanakan tindakan, melakukan

tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan

dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus osteoartritis.

Analisi yang dilakukan untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara

teori yang ada dengan kondisi pasien.

H. Etika Penelitian
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data

dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip

menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2008:114-

115).

a. Prinsip manfaat
1) Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan

tindakan khusus.
2) Bebas dari eksplotasi
Partisipan subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak mengantungkan. Subjek harus

diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau

informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan

dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apa pun.
3) Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada

setiap tindakan.

b. Prinsip menghargai hak asasi manusia ( respect human dugnity)


1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden
46

Subjek harus diperlukan secara manusiawi. Subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sengsi

apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika

mereka seorang klien.


2) Hak untuk mendapatkan jaminan dan perlakuan yang

diberikan.
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara

rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang

terjadi pada subjeknya.


3) Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak untuk bebas berpatisipasi atau menolak

menjadi responden. Pada informed consent jika perlu

dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembang ilmiah.

c. Prinsip keadilan
a. Hak untuk mrndapatkan pengonatan yang adil
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian.


b. Hak dijaga kerahasiaannya
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa

nama dan rahasia.


47
DAFTAR PUSTAKA

Ekasari. Dkk, 2018. Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep dan Berbagai
Intervensi. Wineka Media

W Festi Pipit, 2018. Lansia “Lanjut Usia,Perspektif dan Masalah”. Surabaya:


UMSurabaya

Utomo Setyo Agus, 2019. Status Kesehatan Lansia Berdayaguna. Surabaya:


Media Sahabat Cendekia

Suddarth & Brunner, 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Padila, 2013. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Soenarwo, Briliantono, 2011. Osteoartritis. Jakarta: Halimun Medical Centre

Sunaryo, Dkk, 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. ANDI


OFFSET

Purwanto Hadi, 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan

Prieharti & Mumpuni Y, 2017. Deteksi Osteoartritis vs Osteoporosis. Yogyakarta:


ANDI OFFSET

Istianah Umi, 2002. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Pratintya, A,D & Subroto, H,(2014). Kompres Hangat Menurunkan Nyeri


Persendian Osteoartritis Pada Lanjut Usia. Jurnal Kebidanan &
Keperawatan . vol.10. no.1

Udiani, R (2018). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan


Nyeri Rematik Pada Lansia. Jurnal Darul Azhar vol.5. No. 1

Nurwahidah (2019). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Intensitas


Nyeri Pada Lansia Yang Mengalami Osteoartritis. Nursing Arts vol. XIV,
No. 1
Uliyah, Musrifatul & Hidayat A.Aziz Alimul. 2008. Praktikum Klinik: Aplikasi
Dasar-Dasar Praktek Kebidanan. Jakarta: Selemba Medika.

Induniasih & hendarsih, S. 2018. Metodologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


Bary Press.

Potter, PA & Perry, AG. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: salemba Medika.

Afiyanti, Y. & Rachmawati, I.N. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam


Riset Keperawatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hariyanto, A. & Sulistyawati, R. 2015. Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan


Diagnisis Nanda Internasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wijaya, A.S & Putri, Y.M. 2015. KMB2 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran A

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu Calon Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswi Poltekkes

Kemenkes RI Padang Program Studi Keperawatan Solok:

Nama : ASRA HUSNI

NIM : 173210314

Alamat : Paninggahan

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Rematik Osteoartritis Dengan Masalah Nyeri Akut

Menggunakan Intervensi Manajemen Nyeri Kompres Hangat Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kota Solok”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat buruk

bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan

akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian.

Apabila Bapak/Ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk menandatangani lembaran persetujuan.

Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden, saya mengucapkan terima

kasih.

Peneliti

ASRA HUSNI
Lampiran B

KUESIONER PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN :

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rematik Osteoartritis Dengan Nyeri

Akut Menggunakan Intervensi Manajemen Nyeri Kompres Hangat Di

Wilayah Kerja Puskesmast Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2020”.

No. Responden: .................................

A. DATA UMUM

1. Nama : ..................................................

2. Tempat/Tanggal lahir : ..................................................

3. Umur : ..................................................

4. Jenis Kelam :Laki -laki Perempuan

5. Alamat : ..................................................

6. Kelurahan//Kecamatan : ..................................................

7. Nomor Telepon : ..................................................

8. Pendidikan : tidak tamat SD/tidak sekolah

SD SLTP

SLTA

Akademi/PT

9. Pekerjaan : Pensiunan/tidak bekerja


PNS/TNI/POLRI Petani

Wiraswasta/Pedagang

Lain-lain

10. Status Pernikahan : Menikah

Belum menika

Janda

Duda

11. Jumlah anak ( bila menikah ) :…………

12. Suku bangsa : Jawa

Sunda

Batak

………

B. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Operasi Pernah Belum Pernah

2. Menderita Penyakit DM Hipertensi Stroke

Gagal Jantung Gagal Ginjal

Lama menderita: .............. tahun .............. bulan

Menjalani Pengobata: ya Tidak


Lampiran C

KUESIONER NYERI

Tanggal/Jam : __ ___________

Nama Responden :

Usia: __ tahun :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Alamat :

Instruksi: Mohon baca setiap pertanyaan di bawah ini dan jawablah

sesuai dengan deskripsi dari pengalaman nyeri kepala yang pernah anda

alami.

1. Apakah yang anda ketahui tentang Osteoartritis ?

2. Menurut anda apa saja gejala Osteoartritis


Lampiran D

LEMBAR OBSERVASI SKALA NYERI

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

N Skala nyeri 1-10

o
1 Sebelum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

dilakukan 0

kompres

hangat
2 Setelah

dilakukan

kompres

hangat

Lempiran E

Standar Operasional Prosedur (sop)


Tekni genggam jari

1. Persiapan lingkungan a. ciptakan lingkungan yang nyama dan tenang( dimana


tidak terdapat kebisingan dan keributan)

2. Persiapan pasien a. Menjaga privacy pasien


b. Menjelaskan prosedur tujuan dan tindakan
c. Kontak waktu

3. Pelaksanaan a. Persiapan alat dan bahan


1. Buli-buli berisi air hangat dengan suhu 45-50,5ºC
2. Kain pembungkus
3. Alat pengukur suhu ( thermometer air)

b. Cara kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang
akan dilakukan
3. Mengukur skala nyeri sebelum dilakukan kompres
hangat
4. Atur posisi yang nyaman
5. Ukur suhu air dengan menggunakan thermometer.
6. Isi kantong karet dengan air hangat sekitar dua
pertiga isi kantong dengan suhu 45-50,5ºC
7. Tutup kantong karet yang telah diisi air hangat
kemudian di keringkan kantong dan pegang pada
posisi terbalik untuk memeriksa kebocoran.
8. Masukkan kantong karet ke dalam kain.
9. Tempatkan kantung karet pada daerah nyeri
10. Angkat kantong karet tersebut setelah 20 menit
11. Cuci tangan
12. Mengukur skala nyeri sesudah dilakukan kompres
hangat.

c. Sikap
1. Ramah dan hati-hati
2. Menghargai privasi dan sopan kepada pasien
3. Komunikatif ( Uliyah & Hidayat, 2008:93).
Lampiran F

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
1) Nama :
2) Tempat/Tanggal lahir :
3) Jenis kelamin :
4) Status kawin :
5) Agama :
6) Pendidikan :
7) Pekerjaan :
8) Alamat :
9) Diagnosa Medis :
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama :
2) Pekerjaan :
3) Alamat :
4) Hubungan :
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama
b) Keluhan saat dikaji
2) Riwayat Kesehatan dahulu
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
1) Pola nutrisi
2) Pola Eliminasi
3) Pola Tidur dan Istirahat
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola bekerja
e. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan
2) Sistem kardiovaskuler
3) Sistem pencernaan
4) Sistem persyarafan
5) Sistem endokrin
6) Sistem Genitouria
7) Sistem muskuloskeletal
8) Sistem integument dan imunitas
9) Sistem wicara dan THT
10) Sistem penglihatan.
f. Data Psikologis
1) Status Emosional
2) Kecemasan
3) Pola koping
4) Gaya komunikasi
5) Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga

diri,, peran, identitas, ideal diri.


g. Data Sosial
h. Data spiritual
i. Data penunjang
j. Program dan rencana keperawatan

2. Analisa Data

No Data Etiologi Problem Paraf


1 DS :

DO :

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatn Ditemukan Masalah Dipecahkan


Tgl Paraf Tgl Paraf

C. Perencanaan Keperawatan

NO DIAGNOSA INTERVENSI
TUJUAN DAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
1

D. Implementasi Keperawatan
Diagnosa
No Jam Tindakan Keperawatan
Keperawatan

E. Evaluasi keperawatan

Diagnosa
No Evaluasi Paraf
Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai