Laporan TM Praktikum Kimia Organik Reaks
Laporan TM Praktikum Kimia Organik Reaks
KIMIA ORGANIK
NAMA :
NIM :
KELAS :
KELOMPOK :
ASISTEN :
2017
BAB V
REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN
SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN
TUJUAN :
Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium
hidroksida dan natrium hidroksida
Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen
A. Pre-lab
1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !
Saponifikasi adalah suatu reaksi karena pencampuran atau hidrolisis lemak atau
minyak dengan nama struktur trigliserida dengan larutan yang bersifat alkali atau basa.
Produk yang dihasilkan dari pencampuran ini berupa sabun dan gliserin. Sabun adalah
produk utamanya sedangkan gliserin merupakan produk sampingan dari sabun. Dalam
pencampuran nya dengan lemak atau minyak, biasanya menggunakan larutan alkali jenis
NaOH, KOH, dan NH4OH (Nigam, 2007).
2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur
maupun sifatnya !
Sabun kalium (ROOCK) sering disebut sebagai sabun lunak dan umumnya
digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian, dan juga perlengkapan
rumah tangga. Sabun kalium ini terbentuk dari lemak dan KOH dengan struktur
C17H35-C-K(O)-O (Kurniadi, 2008).
Sabun natrium (RCOONa) sering disebut dengan sebutan sabun keras dan
umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam, dan untuk mengatur
kekerasan sabun kalium. Sabun natrium ini terbentuk dari lemak dan NaOH
(Kurniadi, 2008).
Detergen memiliki struktur molekul R-SO3-Na dengan R=CH3(CH2)16. Detergen
memiliki sifat seperti sabun yaitu sebagai daya pembersih, namun tidak terbuat dari
lemak ataupun minyak. Selain itu detergen memiliki sifat surfaktan sebagai
pengemulsi dan pembasah (Kurniadi, 2008).
3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Penambahan suatu basa pada lemak atau minyak sehingga dapat memecah molelul
lemak menjadi gliserol dan sabun. Peran dari basa, misalnya KOH, dalam reaksi ini adalah
untuk substitusi gugus fungsi pada ester dengan gugus -OH sari basa yang membentuk
molekul gliserol sehingga ion K+ dapat berikatan dengan gugus fungsi pada ester yang
membentuk sabun kalium. Untuk pengujian sifat sabun untuk membedakan antara sabun
natrium dan kalium biasanya digunakan akuades, karena sabun kalium lebih mudah larut
dalam air daripada sabun natrium. Sedangkan untuk membedakan antara sabun dengan
detergen dapat digunakan beberapa larutan seperti CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, dan FeCl2
0,1% lalu diaduk dan diamati endapan yang terjadi pada sampel (Nigam, 2007).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
Air Sadah adalah air yang mengalami reaksi kimia, umumnya bereaksi asam. Air
sadah merupakan air yang mengandung kation-kation alkali tanah seperti Mg2+, Ca2+, Sr2+.
Kesadahan juga disebabkan kation-kation bermuatan 2+ misalnya Fe2+ dan Mn2+. Air yang
bersifat sadah akan meningkatkan konsumsi sabun yang kita gunakan. Hal ini karena
adanya interaksi kimiawi ion-ion penyebab kesadahan tersebut dengan molekul-molekul
sabun yang menyebabkan busa sabun dan daya cucinya menurun (Kent, 2013).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
B. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian dan Prinsip Saponifikasi beserta Reaksinya
Saponifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika lemak atau minyak
dicampur dengan larutan alkali dimana akan terbentuk dua produk yaitu sabun dan
gliserin. Reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Prinsip dasar
dari proses saponifikasi adalah proses terhidrolisisnya lemak atau minyak oleh
larutan basa kuat sehingga menghasilkan gliserol dan sabun. Reaksi dari proses
saponifikasi yaitu (Noverry, 2012).
Sabun kalium (ROOCK) merupakan senyawa yang terbuat dari lemak dan
KOH dengan struktur C17H35-C-K(O)-O. Senyawa ini lunak, berwujud cair dan
umumnya digunakan untuk sabun mandi (). Sementara itu, sabun natrium (RCOONa)
merupakan senyawa yang terbuat dari lemak dan NaOH dengan struktur C17H35-C-
K(O)-O. Senyawa ini keras, berwujud padatan dan umumnya digunakan sebagai
sabun cuci (Stocker, 2015).
c. Perbedaan Sabun dan Detergen
Sabun merupakan garam logam alkali dari asam-asam lemak. Secara umum
dibuat dengan mencampur alkali (basa) dengan asam (minyak, asam lemak, dan
lain-lain). Merupakan pembersih ringan dan bereaksi dengan air sadah (Mufida,
2014).
Detergen merupakan campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang
memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih
seperti sabun. Pembersih keras dan tidak bereaksi dengan air sadah (Riswiyanto,
2012).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
d. Tinjauan bahan
Lemak
Lemak merupakan triester dari gliserol dan asam-asam karboksilat
rantai panjang trigliserida), padat pada suhu kamar, mengandung asam lemak
jenuh, dan banyak terdapat pada hewan, serta tidak larut dalam air (Sunarya,
2007).
Minyak
Minyak merupakan bagian dari senyawa lipid dan termasuk ester dari
gliserol. Bersifat nonpolar karena tidak larut dalam air. Pada proses pembuatan
sabun, minyak direaksikan dengan senyawa alkali yang berupa NaOH ataupun
KOH (Goldberg, 2008).
Kalium Hidroksida (KOH)
Merupakan salah satu jenis basa kuat, berbentuk kristal putih, mudah
larut dalam air. Penambahan terlalu sedikit pada sabun menyebabkan sifat
emulsi kurang sempurna, sedangkan terlalu banyak dapat mengiritasi kulit
(Goldberg, 2008).
Aseton
Aseton merupakan senyawa keton dengan nama lain propanon atau
juga dimetil keton. Karakteristiknya yaitu berupa senyawa yang tidak berwarna
dan mudah terbakar. Pengguanaanya digunakan sebagai penghapus cat kuku
(Goldberg, 2008).
NaCl
NaCl atau natrium klorida (garam dapur) merupakan senyawa ionik
berwujud padat, tidak berbau, serta dapat larut dalam gliserol, etilen glikol, dan
asam formiat, tetapi tidak larut dalam HCl (Stocker, 2015).
Aquades
Aquades merupakan merupakan air murni yang tidak mengandung
mineral-mineral dan hasil dari distilasi air. Fungsi umumnya digunakan sebagai
pelarut dan pembersih alat-alat laboratorium (Goldberg, 2008).
CaCl2 0,1%
CaCl2 atau kalsium klorida merupakan senyawa ionik yang bersifat
padat pada suhu kamar. Senyawa ini tidak berbau, tidak berwarna, dan juga
tidak beracun (Sinaga, 2014).
MgCl2 0,1%
MgCl2 adalah senyawa yang bersifat basa san lebih mudah larut
daripada kalsium sehingga jarang mengalami presipitasi, serta dapat pula
digunakan sebagai indikator penentu sifat sabun atau detergen (Sinaga, 2014).
FeCl2 0,1%
Besi(II)klorida merupakan senyawa yang memiliki bentuk fisik berupa
kristal atau cairan berwarna coklat gelap. Senyawa ini larut dalam air dan
memiliki daya serap yang kuat, mudah menguap dan juga bersifat higroskopis
yaitu dapat menyerap uap di udara (Goldberg, 2008).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
Detergen
Garam natrium dari alkil hidrogen sulfat yang memiliki sifat surfaktan
atau memiliki sisi hidrofilik dan hidrofobik. Detergen dapat digunakan dalam air
sadah dan daya cuci lebih tinggi dari sabun (Singh, 2014).
Air kran
Berfungsi sebagai bahan pelarut dan juga sering kali digunakan sebagai
Merupakan ujung dari sumber air dalam suatu instalasi. Selain sebagai sumber
air, air kran juga dapat berfungsi sebagai pelarut (Singh, 2014).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
C. Diagram Alir
B C
Dibuat untuk Diuji
sabun natrium
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
Separuh sampel A
(Larutan B)
Padatan
Hasil
1 ml sabun kalium
Hasil
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
Sabun natrium
Minyak atau lemak
Hasil
Larutan Detergen
Pembuatan larutan detergen
Detergen
Dilarutkan
Detergen
Hasil
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
Hasil
Hasil
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
- Pengujian Detergen
Detergen
Hasil
D. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :
Gumpala
Sabun Putih ada n semakin
30 mL
natrium gumpalan banyak
Jenis Diaduk
Penambahan larutan Pengamatan
sampel
Keruh, tanpa endapan, Warna sama, tanpa
1 mL larutan CaCl2 0,1% endapan
tanpa lapisan
E. PEMBAHASAN
a) ANALISA PROSEDUR
1. Pembuatan Sabun Kalium
dalam air saat hasil reeaksi diteteskan menandakan bahwa proses saponifikasi
belum sempurna dan perlu dilakukan pemanasan kembali. Jika tetesan tidak
mengandung lemak, proses saponifikasi telah sempurna. Langkah selanjutnya
adalah menambahkan aquades sebanyak 30 mL, aquades diukur
menggunakan gelas ukur. Campuran tersebut diaduk secara konstan
menggunakan pengaduk kaca hingga terhomogenkan secara sempurna dan
menjadi sabun kalium. Sabun kalium yang telah terbentuk kemudian dibagi dua
untuk membuat sabun natrium dan untuk pengujian berikutnya.
Untuk membuat sabun natrium, alat yang diperlukan adalah pipet ukur,
bulb, pengaduk kaca, kertas saring, dan corong kaca, beaker glass 100ml.
Pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan dengan skala akurat, bulb
sebagai alat bantu pipet ukur untuk menyedot larutan, pengaduk kaca
digunakan untuk mengaduk sampel supaya tercampur, kertas saring digunakan
untuk menyaring larutan sampel, corong kaca digunakan untuk membantu
penyaringan.
Sementara bahan yang diperlukan adalah sabun kalium cair dan larutan
NaCl. Langkah pertama yang dilakukan adalah menambahkan 15 mL larutan
NaCl ke dalam sabun kalium cair. Larutan sabun kalium digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan sabun pada percobaan ini. NaCl digunakan sebagai
senyawa yang akan bereaksi dengan KOH yang dapat memisahkan antara
sabun dengan gliserol dan membentuk sabun natrium.
Pertama-tama NaCl diambil menggunakan pipet ukur dan bulb. Tujuan
dari penambahan NaCl jenuh ke dalam sabun kalium adalah untuk
memisahkan antara sabun dengan gliserol serta untuk membentuk sabun
natrium itu sendiri. Setelah NaCl ditambahkan, aduk dengan menggunakan
pengaduk kaca hingga tercampur dan terbentuk padatan berwarna putih.
Kemudian pisahkan padatan tersebut dengan menggunakan corong kaca dan
kertas saring. Tujuannya untuk memisahkan antara sabun natrium dengan
gliserol yang terbentuk. Padatan yang tersaring merupakan sabun
natrium.Sebelum kertas saring digunakan, lipat terlebih dahulu hingga
membentuk kerucut dan tempatkan kertas saring diatas corong kaca. Padatan
yang dihasilkan adalah sabun natrium yang akan digunakan pada pengujian
selanjutnya.
Untuk menguji sifat kesadahan sabun dan detergen, alat dan bahan
yang digunakan adalah 12 tabung reaksi dan rak, pipet tetes, label,
CaCl2 , MgCl2 , FeCl2 , air kran, larutan sabun kalium, sabun natrium,
dan sabun detergen. Tabung reaksi digunakan sebagai wadah sampel yang
akan diuji. Rak tabung reaksi digunakan sebagai wadah untuk meletakkan
tabung reaksi agar lebih tertata. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel
dan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan
dalam ukuran tetesan). Label digunakan untuk pelabelan supaya tidak tertukar.
.Bahan-bahan seperti Sabun kalium, sabun natrium, dan detergen
digunakan sebagai sampel yang akan diuji sifat kesadahannya. Larutan MgCl2
0,1%, larutan FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran digunakan sebagai
penguji yang akan akan direaksikan dengan sampel untuk menguji sifat
kesadahan sampel.
Langkah pertama adalah melabeli 12 tabung reaksi. 4 tabung reaksi
digunakan untuk sampel sabun kalium dengan CaCl2 , MgCl2 , FeCl2 , dan air
kran. 4 tabung reaksi selanjutnya digunakan untuk sampel sabun natrium
dengan CaCl2 , MgCl2 , FeCl2 , dan air kran. Sedangkan 4 tabung reaksi lainnya
digunakan untuk sampel detergen dengan CaCl2 , MgCl2 , FeCl2 , dan air kran.
Selanjutnya, masukkan masing-masing 1 mL (20 tetes) sampel CaCl2 , MgCl2 ,
FeCl2 , dan air kran ke dalam masing-masing tabung reaksi sesuai dengan
label. Setelah itu, masukkan masing-masing 1 mL (20 tetes) larutan sabun
kalium, sabun natrium, dan detergen ke dalam tabung reaksi sesuai dengan
label yang tertera. Kemudian, amati reaksi yang terjadi pada masing-masing
tabung reaksi. Catat hasil pengamatan. Selanjutnya, goyangkan perlahan
masing-masing tabung reaksi. Amati perubahan yang terjadi pada setiap
rabung reaksi dan catat hasil pengamatannya.
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
b) Analisa Hasil
1. Pembuatan Sabun Kalium
sabun natrium, kalium, lalu deterjen. Hal ini tidak sesuai dengan literatur karena
pada dasarnya detejen lah yang seharusnya dikategorikan sebagai pengangkat
lemak terbaik karena detergen memiliki kemampuan yang lebih baik dari sabun
natrium dan sabun kalium. Detergen memiliki suatu zat bernama surfaktan yang
merupakan pembasa dan pengemulsi. Detergen memiliki kemampuan
mengemulsi lemak secara sempurna karena pada detergen terdapan ujung
hidrokarbon yang bersifat non polar. Ujung hidrokarbon inilah yang kemudian akan
mengelilingi tetesan minyak secara sempurna dan merata sehingga dapat
mengangkat lemak dan melarutkannya karena sifat emulsinya. Karena dapat
mengemulsi secara sempurna itulah, detergen memiliki kemampuan
membersihkan yang lebih baik dari sabun (Chan, 2008). Kesalahan pada
percobaan ini mungkin dikarenakan rendahnya kadar surfaktan yang terdapat
dalam merk detergen yang digunakan selain itu juga bisa dikarenakan
pengambilan deterjen yang terlalu sedikit (Kornberg, 2014).
Sedangkan pada sabun, berdasarkan data hasil pengamatan, terlihat
kemampuan melarutkan atau mengemulsi lemaknya tinggi. Hal ini juga tidak
sesuai dengan literatur. Sabun tidak memiliki zat sejenis surfaktan yang memiliki
kemampuan mengemulsi lemak dengan baik melalui mekanisme pengelilingan
minyak secara merata dengan ujung gugus non polarnya sehingga kemampuan
mengangkat lemak dan melarutkan atau mengemulsi lemaknya juga kurang baik
(Iman, 2011). Kesalahan pada praktikum bisa dikarenakan pengambilan minyak
yang terlalu sedikit sehingga terjadi equilibriuman antara minyak dan sabun
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa detergen dapat bekerja dalam
air sadah, sementara sabun, baik sabun kalium dan sabun natrium, tidak dapat
bekerja dalam air sadah. Kinerja yang baik ditunjukkan dengan sampel yang larut
dan tidak terbentuk endapan. Sedangkan apabila terbentuk endapan, maka
kinerjanya dapat dikatakan kurang baik. Pada pengujian ini, endapan ditemukan
pada sabun baik sabun natrium maupun kalium. Sedangkan pada detergen tidak
ditemukan adanya endapan. Pada detergen tidak ditemukan adanya endapan,
hanya buih yang juga menunjukkan kinerja baik pada air sadah. Hasil ini sudah
sesuai dengan literatur. Detergen memiliki surfaktan, sejenis zat pembasa dan
pengemulsi yang dapat menurunkan tegangan permukaan pada air. Apabila
tegangan permukaan air turun, air dapat lebih mudah meresap ke dalam kain
sehingga dapat mengangkat kotoran juga dengan lebih baik. Selain itu detergen
tidak memiliki gugus anion karboksilat, sehingga tidak akan bereaksi dengan
kation bivalen pada air sadah dan mengganggu kerjanya. Gugus utama yang
dimiliki detergen adalah alkil sulfonat, bukan asam karboksilat (Sastrohamidjojo,
2007). Sehingga dapat dikatakan detergen dapat bekerja dengan baik di air sadah
yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan.
Sedangkan pada sabun natrium dan sabun kalium yang mewakili sampel
sabun, hasil yang didapat adalah terbentuknya endapan. Pada sabun natrium,
endapan terbentuk ketika dicampurkan dengan 1 ml larutan CaCl2 1 %, FeCl2 1%
dan air kran, sedangkan pada sabun kalium endapan terjadi sewaktu sampel
dicampurkan dengan 1 ml larutan FeCl2 1 %. Hal ini juga sudah sesuai dengan
literatur. Sabun memiliki gugus anion karboksilat. Gugus anion karboksilat ini
kemudian akan bereaksi dengan gugus kation bivalen, seperti Fe2+, Mg2+ maupun
Ca2+ yang banyak terdapat pada air sadah. Reaksi ini akan membentuk endapan
sehingga mengganggu kinerja sabun untuk bekerja dengan maksimal
(Rahmadhani, 2011). Adanya anion karboksilat ini menyebabkan kerja sabun
dalam air sadah kurang baik, yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan.
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
F. PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat
digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan
larutan KOH?
Larutan KOH yang ditambahkan pada proses saponifikasi berfungsi sebagai basa/alkali
kuat yang akan menghidrolisis ester lemak dan menghasilkan sabun kalium dan gliserol.
Pada umumnya hanya menggunakan basa kuat seperti KOH atau NaOH, namun dapat
juga menggunakan NH4OH (Prawira, 2010).
Fungsi NaCl dalam percobaan ini adalah sebagai basa alkali yang menjadi bahan dasar
pembuatan sabun natrium. Natrium dalam NaCl akan mensubstitusikan kalium yang
berada dalam sabun kalium. NaCl juga berfungsi sebagai berfungsi sebagai pemecah
minyak dan memisahkan sabun dari produk sampingan, yaitu gliserol (Prawira, 2010).
3. Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa
detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Sabun dan detergen, keduanya memiliki kemampuan mengemulsi air dengan lemak
atau kotoran yang akan dibersihkan. Molekul sabun dan detergen tersusun dari rantai
hidrokarbon yang memiliki dua bagian, bagian kepala bersifat hidrofili (polar), sedangkan
bagian ekornya bersifat hidrofobik (non polar). Bagian yang bersifat nonpolar akan
mengelilingi lemak/kotoran, sementara bagian ujung lainnya yang bersifat polar akan
akan larut dalam air. Detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran daripada sabun
karena di dalam detergen terdapat senyawa petrokimia, yaitu surfaktan. Surfaktan
tersebut mampu menurunkan tegangan permukaan air sehingga mudah membasahi dan
menarik kotoran pada benda ke dalam air sehingga jika dibandingkan dengan sabun,
detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran (Kornberg, 2014).
4. Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih!
Kesadahan air adalah ukuran banyak atau sedikitnya kandungan mineral tertentu dalam
air. Pengaruh dari kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih
yaitu detergen atau sabun mengandung suatu zat aktif permukaan. Zat aktif permukaan
yang serupa dengan sabun yaitu natrium benzen sulfonat. Garam kalsium dan
magnesium yang larut dalam air sadah akan bereksi dengan natrium benzen sulfonat
yang akan tetap larut dalam air dan tidak mengendap sehingga dengan mencuci
menggunakan sabun/detergen maka endapan dari kesadahan itu dapat dihilangkan
(Eka, 2012).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
G. KESIMPULAN
Proses saponifikasi dilakukan dengan cara mereaksikan lemak atau minyak dengan
basa alkali. Perbedaan basa alkali yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan
sabun menyebabkan adanya perbedaan karakteristik dari sabun itu sendiri.
Prinsip dari proses saponifikasi adalah reaksi hidrolisis trigliserida menggunakan
basa alkali seperti NaOH atau KOH yang menghasilkan gliserin atau gliserol dan sabun.
Proses ini digunakan untuk menghasilkan sabun yang dibuat dari lemak nabati/hewani.
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari proses saponifikasi suatu lemak
dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida serta untuk mempelajari
perbedaan sifat sabun dan detergen.
Pada uji kemampuan sabun dan deterjen dalam menghilangkan lemak terbaik adalah
sabun natrium. Tetapi hal tersebut tidak sesuai literatur yang seharusnya kemampuan
penghilang lemak terbaik adalah deterjen. Kesalahan tersebut dikarenakan karena human
error ataupun kadar kelarutan deterjennya sangat rendah
Pada pengujian sifat kesadahan sabun dan deterjen dicampurkan MgCl2 0,1%, FeCl2
0,1%, CaCl2 0,1%, dan air kran ke dalam masing-masing sampel. Pada sabun natrium tidak
bekerja baik di dalam air sadah karena banyaknya endapan. Pada sabun kalium terdapat
sedikit endapan walau tidak sebanyak natrium hal ini juga dikategorikan bahwa sabun kalium
kurang bekerja baik pada air sadah. Sedangkan pada deterjen mampu bekerja secara baik
dalam keadaan air sadah. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya endapan di dalam deterjen
yang sudah diberi air sadah.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniadi, Bambang. 2008. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan
Makanan. Yogyakarta: Kanisius
Mufida, Naufa. 2014. Sabun dan Detergen Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Nigam, William. 2007. Chemistry: Principles and Reaction. Washington DC: ASM
International
Noverry, Frank. 2012. Lipid Technologies and Applications. New York: Marcel Dekker Inc
Sinaga, Y. 2014. Pemanfaatan Minyak Jelantah dalam Pembuatan Sabun Padat Transparan
Melalui Proses Saponifikasi KOH dengan Penambahan Essence Kulit Jeruk Nipis.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Stocker, Dominic. 2015. Chemical and Functional Properties of Food Lipids. Berlin: CRC
Press
Sunarya, A. 2007. Pemeriksaan Kesadahan pada Sampel Air Sumur Gali di Jalan Kapuas.
Makassar: Universitas Hasanuddin
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3
Chan, A. 2008. Synthesis of Lipophilic Carboxyl Acid Salts by Saponification and Double
Decomposition Reaction. Paris: Laboratoire de Chimie Agro – Industrielle
Eka, Suciati. 2012. Saponifikasi. Jakarta: Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Iman, Satyawibawa. 2011. Minyak Nabati dan Hewani. Jakarta: Ganesha Exacta
Prawira, Indianto. 2010. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Rahmadhani, Fitria. 2011. Reaksi Saponifikasi dan Pengujian Sifat Surfaktan Sabun dan
Detergen. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Sabun natrium dengan air sadah Sabun kalium dengan air sadah