Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN

PUSKESMAS BUARAN
Jl. Raya Wonoyoso No.1 Kec.Buaran Kab.Pekalongan Jawa Tengah Kode Pos 51171
Telp.(0285) 4415372 E-mail : puskesmas_buaran_kabpekalongan@yahoo.co.id

PEDOMAN
PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN ADVOKASI PKPR
DI UPTD PUSKESMAS BUARAN

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas dijelaskan bahwa
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempunyai dua fungsi yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Salah satu jenis kegiatan UKM yang dilakukan puskesmas Buaran adalah kegiatan PKPR
( Penyuluhan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja )
PKPR merupakan program yang digalakkan pemerintah sejak tahun 2003 sebagai upaya untuk
mengatasi masalah kesehatan remaja, baik promotif, preventi, kuratif dan rehabilittif di dalam
maupun diluar gedung Puskesmas. Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.
Mempertimbangkan berbagai keterbatasan Puskesmas dalam menghadapi hambatan untuk
dapat memenuhi elemen karakteristik tersebut diatas, maka perlu digunakan strategi demi
keberhasilan dalam pengembangan PKPR di Puskesmas.
Meskipun keempat aspek upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
menjadi tugas keseharian Puskesmas, namun melihat kompleks dan luasnya masalah kesehatan
remaja, kemitraan merupakan suatu hal yang esensial khususnya untuk upaya promotif dan
preventif. Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan publik, sehingga adanya
PKPR di puskesmas dapat pula dipromosikan oleh pihak lain, dan selanjutnya dikenal dan
didukung oleh masyarakat.
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak pengambil keputusan (tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun in-
formal) terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan di puskesmas. Dukungan dari para penentu
kebijakan tersebut, merupakan salah satu kunci yang menentukan keberhasilan puskesmas dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang menjadi
tanggung jawabnya.
Agar pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka
petugas pengelola promosi kesehatan di kabupaten/kota dan provinsi harus memiliki kemampuan
yang memadai dalam merancang, melaksanakan, memantau serta menilai kegiatan advokasi
tersebut.

II. Tujuan
Tujuan utama pelaksanaan advokasi kesehatan di Puskesmas Buaran adalah agar sasaran
advokasi:
1. Memahami adanya masalah kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Buaran , berada pada
tahap serius dan perlu segera dilakukan upaya untuk mengatasinya.
2. Tertarik, peduli dan bersedia menjadikan program kesehatan dalam agenda prioritas
kerjanya.
3. Bertindak memberikan dukungan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di
Puskesmas Buaran.

III. Manfaat advokasi


1. Standar Pelayanan Minimal mendapat perhatian dari pengambil keputusan dan menduduki
prioritas yang tinggi atau strategis dalam agenda pembangunan daerah serta lintas sektor
terkait.
2. Penyelenggaraan program kesehatan berbasis SPM mendapat dukungan kebijakan yang kuat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
3. Penyelenggaraan program kesehatan berbasis SPM mendapat dukungan alokasi sumberdaya
yang diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
4. Upaya mengatasi kesehatan menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak, jadi bukan
merupakan masalah sektor kesehatan saja.
5. Program kesehatan berbasis SPM dapat dirancang dengan baik, dan dapat terintegrasi
dengan lintas sektor terkait.
6. Penyelenggaraan program kesehatan berbasis SPM akan lebih optimal sehingga dapat
berdampak lebih maksimal terhadap upaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat.

IV. Sasaran
Sasaran advokasi kesehatan adalah :
1. Pelaku advokasi
Adalah individu atau kelompok/ tim kerja yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
advokasi serta mempunyai hubungan atau pengaruh yang terdekat dan terkuat dengan
sasaran advokasi yaitu penentu/ pengambil kebijakan. Yang termasuk dalam sasaran ini
adalah: pejabat yang berwenang, lintas sektor media massa, swasta, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, LSM, tokoh masyarakat / tokoh publik

2. Pejabat publik atau penentu/ pembuat kebijakan publik


Merupakan sasaran advokasi yang mempunyai kewenangan untuk memberikan dukungan
kebijakan dan sumberdaya dalam pengembangan program kesehatan berbasis SPM di
masyarakat.
Sasaran penentu atau pembuat kebijakan yaitu pejabat/pimpinan dari unsur :
a. Pemeritahan Kecamatan, 12 desa/kelurahan, dan BPD se Kecamatan Buaran
b. Pimpinan lintas sektor yang berkaitan dengan program kesehatan.
c. Pimpinan atau pengurus organisasi kemasyarakatan atau LSM yang potensial mendukung
program kesehatan.
d. Penangung jawab program dari lintas sektor yang mempengaruhi keberhasilan upaya
mengatasi masalah kesehatan
e. Penyandang dana dan pimpinan dunia usaha / swasta yang potensial mendukung
program kesehatan.

V. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan Advokasi Sehubungan
dengan hal tersebut maka pelayanan kesehatan dimasyarakat perlu terus ditingkatkan baik yang
bersifat kuratif maupun promotif dan preventif serta rehabilitaitif. Hal ini sejalan dengan misi
Departemen Kesehatan RI, yaitu membuat rakyat sehat dan strategi utamanya antar lain Promosi
Kesehatan melalui kegiatan Advokasi. merupakan upaya atau proses yang terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait ( tokoh masyarakat informal
dan formal ) agar masyarakat di lingkungan puskesmas mendukung kegiatan program kesehatan
berbasis SPM.
Puskesmas Buaran sebagai penanggungjawab penyelenggaraan upaya kesehatan terdepan,
kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat komunikasi masyarakat.
Disamping itu, keberadaan Puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-upaya
pembaharuan ( inovasi ) baik di bidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan
lainnya bagi kehidupan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor : 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai 3 fungsi :
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Namun dalam pelaksanaannya Puskesmas masih menghadapi berbagai masalah antara lain :
1. Kegiatan yang dilaksanakan puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan
masyarakat setempat tetapi lebih berorientasi pada pelayanan kuratif bagi pasien yang
datang ke puskesmas
2. Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tingkat pertama belum dikembangkan secara optimal.
3. Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif masyarakat dan pihak-pihak yang terkait (
tokoh masyarakat informal dan formal ) dalam pemecahan masalah dan rasa memiliki
puskesmas.

Salah satu azas penyelenggaran Upaya kesehatan masyarakat pada Promosi Kesehatan di
Puskesmas adalah melalui Advokasi yaitu upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait ( tokoh masyarakat informal dan formal )
agar masyarakat di lingkungan puskesmas mendukung upaya program kesehatan berbasis SPM.
Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama
kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Promosi Kesehatan,para ahli
menyebutkan bahwa :
1. Advokasi adalah program komunikasi untuk mendekatkan problem publik kepada pembuatan
kebijakan (Proceeding IFPPD, 2002)
2. Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam
bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999)
3. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau
pengambil keputusan, agar memberikan dukungan kebijakan publik yang bermanfaat untuk
peningkatan kesehatan masyarakat.
4. Advokasi kesehatan merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi
penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan, menjual ide agar memberikan
dukungan terhadap upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat.

Advokasi kesehatan atau dukungan tersebut, dalam berbentuk :


1. Komitmen politis (political commitment)
Adalah komitmen pejabat publik atau berbagai pihak terkait terhadap upaya pemecahan
masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.
2. Dukungan kebijakan (policy support)
Adalah dukungan nyata yang diberikan dalam bentuk kebijakan publik untuk mengatasi
permasalahan kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Buaran. Dukungan kebijakan
tersebut dapat berupa peraturan daerah (di tingkat kecamatan maupun desa/kelurahan),
surat keputusan, instruksi / surat edaran, dll. Dengan adanya kebijakan tersebut, maka upaya
kesehatan akan mendapatkan dukungan dana/ anggaran, sarana, peralatan, tenaga, dan
sumberdaya lainnya.
3. Penerimaan social (social acceptance)
Adalah diterimanya suatu program kesehatan oleh masyarakat terutama tokoh masyarakat.
Kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah dikeluarkan oleh pejabat publik,
selanjutnya harus disosialisasikan untuk memperoleh dukungan masyarakat terutama tokoh
masyarakat. Dengan demikian kebijakan publik tersebut dapat diterapkan dalam upaya
mengatasi masalah kesehatan yang ada melalui kebijakan operasional yang dikeluarkan
sebagai tindak lanjut kebjakan public yang telah ditetapkan tersebut. Contoh: Perda
Persalinan Gratis Bagi Gakin , ditindak lanjuti oleh peraturan Camat, peraturan
Desa/Kelurahan. Perda tentang P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi dapat ditindak lanjuti dengan Perdes Pengembangan UKBM Kesehatan Ibu :
Dasolin, Ambulan Desa, Calon Donor Darah, Kelas Ibu Hamil, Kelompok Ibu Menyusui, dll.

VI. Jenis advokasi


1. Advokasi reaktif terjadi apabila sasaran advokasi sudah merasakan adanya masalah penting
yang harus diatasi.
2. Advokasi pro-aktif apabila masalah telah terjadi, namun sasaran advokasi belum memahami
bahwa hal itu merupakan suatu masalahnya dan belum ada kepedulian. Petugas advokasi
harus melakukan kegiatan advokasi secara pro-aktif. Kegunaan mengetahui jenis advokasi ini
adalah untuk menentukan pesan atau bahan advokasi yang sesuai agar tujuan advokasi dapat
mencapai harapan atau tujuan yang diinginkan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

I. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua karyawan Puskesmas Buaran berkewajiban berpartisipasi dalam kegiatan Advokasi
mulai dari Pimpinan Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab UKM, Penanggung
jawab Administrasi dan Manajemen dan seluruh karyawan. Pimpinan Puskesmas merupakan
Penanggungjawab secara umum Advokasi Kesehatan.
Dalam upaya Advokasi Kesehatan melibatkan : Pemerintahan Kecamatan, Kepala
desa/kelurahan, dan BPD se Kecamatan Buaran, Pimpinan lintas sektor ( KUA, Disdik, Koramil,
Polsek, Kantor Pos yang berkaitan dengan program kesehatan, Pimpinan atau pengurus
organisasi kemasyarakatan atau LSM ( Pramuka, PKK, Kelompok Pengajian, Karang Taruna ) yang
potensial mendukung program kesehatan. Penyandang dana dan pimpinan dunia usaha / swasta
yang potensial mendukung program kesehatan.

II. Distribusi Ketenagaan


Pengaturan dan penjadwalan pelaksanaan Advokasi Kesehatan dikendalikan oleh
Penanggung jawab UKM Puskesmas Buaran sesuai dengan kesepakatan.

III. Jadwal Kegiatan.


Jadwal pelaksanaan kegiatan Advokasi Kesehatan disepakati dan disusun bersama dengan
sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tiga bulan sekali, atau sewaktu-
waktu bila terdapat masalah yang harus segera diselesaikan.
BAB III
METODE DAN TEKNIK ADVOKASI

Ada beberapa teknik advokasi yang merupakan cara penerapan metode advokasi, yaitu :
1. Secara formal: presentasi, seminar, konferensi, semiloka, telekonferensi.
2. Secara informal: pertemuan umum dan khusus, studi banding, festifal, event-event khusus
seperti olah raga, reuni, arisan, pertemuan keluarga dll.
3. Secara langsung: komunikasi langsung dalam presentasi, seminar, negosiasi, surat, email,
telepon, fax, media sosial, dll
4. Secara tidak langsung: komunikasi melalui kolega, teman, keluarga, dll
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

1. Lobi
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal para pengambil keputusan dan pembuat
kebijakan untuk menginformasikan isu-isu strategis yang menjadi permasalahan di
masyarakat. Tahap pertama lobi tim inti advokasi menyampaikan seriusnya masalah
kesehatan yang dihadapi di suatu wilayah dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
Kemudian disampaikan alternatif terbaik untuk mengendalikan masalah tersebut. Dalam lobi
yang paling baik adalah melalui komunikasi interpersonal. Lobi banyak digunakan untuk
mengadvokasi pembuat kebijakan/pejabat publik dalam bentuk bincang-bincang
(pendekatan tokoh).
Pengalaman menunjukan bahwa untuk melakukan suatu lobi, terlebih dahulu harus
mencari waktu untuk bisa bertemu dengan pejabat publik merupakan suatu tantangan/seni
tersendiri bagi para pelobi. Aspek lain yang perlu dipersiapkan adalah data dan argumen yang
kuat untuk meyakinkan si pejabat public tentang seriusnya permasalahan kesehatan dan
betapa pentingnya peranan si pejabat tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan yang
ada. Prinsip melobi dalam program advokasi kesehatan, adalah “low profile, high pressure”.

2. Petisi
Petisi adalah cara formal dan tertulis untuk menyampaikan gagasan advokator dan
memberikan tekanan kolektif terhadap para pembuat keputusan. Biasanya dalam petisi
sudah jelas tertulis, yaitu pernyataan singkat dan jelas tentang isu tertentu dan tindakan apa
yang akan dilakukan. Di dalam petisi tersebut tercantum nama dan tanda tangan individu
atau organisasi serta identitas lainnya sejumlah pihak yang mendukung petisi tersebut.
Semakin banyak pendukung, semakin meningkat perhatian penerima petisi.
Di era teknologi informasi sekarang ini karena besarnya peran sosial media, petisi sering
dimanfaatkan oleh organisasi atau individu dengan mudah menggalang dukungan terhadap
isu tertentu seperti lingkungan, kesehatan, pendidikan dll.

3. Dialog
Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan sebagai metode advokasi
melalui pendekatan kelompok. Namun, pelaksanaan dialog sebaiknya didukung oleh media
massa, sehingga dialog ini bisa menjangkau kelompok yang sangat luas. Metode ini memberi
peluang yang cukup baik untuk mengungkapkan isu/aspirasi/pandangan khalayak sasaran
terhadap program kesehatan.

4. Negosiasi
Negosiasi merupakan metode advokasi yang bertujuan untuk menghasilkan kesepakatan.
Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa masing-masing pihak mempunyai
kepentingan yang sama tentang upaya mengatasi permasalahan kesehatan, sekaligus
menyatukan upaya mencapai kepentingan tersebut sesuai tupoksi atau valuenya masing-
masing.
Negosiasi merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan kesepakatan tentang
pentingnya memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya dalam mencapai tujuan
program kesehatan. Adapun cara untuk melakukan negosiasi adalah dengan jalan kompromi,
akomodasi dan kolaborasi.
Dalam negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar dengan
alternatif yang cukup terbuka. Oleh sebab itu sebelum melakukan negosiasi, pelaku harus
mempelajari kepentingan dan tupoksi sasaran advokasi. Pelaku advokasi / negosiator harus
fokus terhadap inti permasalahan. Seorang negosiator harus dalam keadaan “SHAPE” yaitu
sincere/sensitive (tulus/peka), honest/humoris (jujur/humoris), attentive/articuler (menarik,
pandai bicara), proficient (pandai/cakap) enthusiastic/empathy (antusias/empati). Tiga faktor
kunci negosiasi yaitu mau mendengarkan, mengamati dan menyampaikan

5. Paparan (presentasi)
Paparan atau presentasi merupakan metode advokasi yang sering dipergunakan. Materi
paparan adalah isu strategis tentang masalah kesehatan yang disampaikan dalam bahasa
yang baik, cukup menyentuh, efektif, tidak berbelit-belit, dapat dimengerti dan dipahami
dengan cepat dan jelas.
Penerapan metode presentasi ini, dinilai menguntungkan untuk menyamakan persepsi,
menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen. Hampir sama dengan lobi, data
yang akurat dan argumentasi yang kuat tentang pentingnya dukungan untuk mengatasi
permasalahan kesehatan merupakan hal penting yang harus dipersiapkan bila ingin berhasil.
Selain itu, dalam tehnik presentasi diupayakan agar menggunakan berbagai alat bantu
penyajian yang menarik misalnya: LCD, film dokumentasi/ testimoni sehingga mempermudah
pemahaman serta ketertarikan sasaran advokasi.
BAB V
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN ADVOKASI

I. Menyusun penyusunan rencana advokasi kesehatan


Kegiatan advokasi kesehatan diarahkan untuk dapat mencapai tujuan advokasi yang
diharapkan. Agar proses pelaksanaan advokasi bisa berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan
yang ditetapkan, maka petugas perlu menyusun penyusunan rencana advokasi kesehatan secara
sistematis. Penyusunan langkah-langkah advokasi yang dikembangkan oleh John Hopkins
University–Center for Communication Program (JHU–CCP) dan dikenal sebagai bagan “A” (A
frame). Adapun kegiatan yang ada dalam langkah-langkah tersebut, meliputi:

“A” frame

3
Mobilisasi

2 4
Strategi
Tindakan/
Aksi
Kes 6
ina
mb
ung
an 5
1
Evaluasi
Analisis

1. Analisis.
Analisis merupakan langkah pertama untuk merencanakan kegiatan advokasi kesehatan
yang efektif. Hasil analisis menjadi dasar atau acuan dalam menyusun strategi advokasi yang
tepat. Oleh karena itu mutu analisis akan sangat mempengaruhi kualitas dari strategi advokasi
yang akan disusun.

2. Menyusun Strategi Advokasi.


Ada beberapa tahapan kegiatan dalam menyusun strategi advokasi yaitu:
a. Membentuk kelompok kerja atau jejaring advokasi.
b. Melakukan identifikasi sasaran advokasi, baik yang bertindak sebagai advokator, maupun
sasaran penentu/ pengambil kebijakan.
c. Mengembangkan tujuan advokasi. Dalam menyusun tujuan advokasi harus memperhatikan
kaidah SMART (S = spesific/khusus; M = measureable/dapat diukur; A = action/dapat
dikerjakan; R = realistic dan T = time bound/ada ukuran waktu yang jelas).
d. Menentukan rencana aksi/ kegiatan advokasi, diantaranya adalah menyelenggarakan forum
komunikasi, pengembangan pesan dan media advokasi, penyiapan dan pendayagunaan
tenaga advokasi, merancang medode advokasi, merancang berbagai jenis komunikasi efektif
untuk advokasi, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan advokasi, merancang proses
pembuatan dukungan kebijakan yang diharapkan.
e. Menentukan hasil kegiatan advokasi.
f. Menentukan dana serta sumberdaya lainnya yang dibutuhkan untuk kegiatan advokasi dan
pengembangan kebijakan yang diperlukan.

3. Mobilisasi.
Mobilisasi merupakan salah satu langkah penting dalam proses advokasi. Mobilisasi perlu
dilakukan untuk membangun kebersamaan, kekuatan dan sekaligus tekanan kepada pihak-
pihak yang tidak/belum mendukung. Mobilisasi ini sangat penting khususnya untuk membuat
“nilai kepentingan” dari berbagai kelompok yang terkait menjadi kompatibel. Mobilisasi selain
merupakan suatu tehnik, juga merupakan suatu “seni” dengan berbagai “trick” yang bisa
dikembangkan melalui pengalaman.

4. Tindakan Aksi Pelaksanaan Advokasi.


Tindakan aksi atau pelaksanaan advokasi mengacu pada rencana yang telah disusun
berdasarkan hasil analisis, rancangan strategi yang telah dituangkan dalam plan of action
(POA).
Tindakan atau aksi dalam proses advokasi pada dasarnya adalah serangkaian kegiatan
komunikasi baik yang bersifat individual, kelompok atau massa. Melalui langkah tindakan/aksi
dalam proses advokasi perlu terus dibangun dijaga citra (image) bahwa : proses advokasi ini
merupakan “tindakan bersama”. Makin banyak orang yang dicitrakan terlibat dalam kegiatan
ini makin baik. Proses advokasi ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten sampai
tujuan advokasi yang ditetapkan dapat tercapai

5. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan bagian penting dari advokasi. Pelaksanaan evaluasi mengacu pada
indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang meliputi indikator input, proses, out put
maupun dampak dari advokasi yang telah dilakukan.
Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi secara berkala, diantaranya :
a. Kegiatan dan kemampuan mitra atau jejaring dalam mencapai tujuan advokasi
b. Kegiatan komunikasi advokasi.
c. Kejelasan isi pesan yang disampaikan.
d. Kekuatan media advokasi yang digunakan.
e. Pemahaman, ketertarikan, kepedulian serta tindakan sasaran advokasi dalam memberikan
dukungan kebijakan maupun sumberdaya untuk program kesehatan.
f. Realisasi dukungan dari sasaran advokasi
g. Dampak kegiatan advokasi terhadap pencapaian tujuan program kesehatan.

6. Kesinambungan
Advokasi adalah suatu bentuk program komunikasi strategis yang dirancang untuk
menghasilkan perubahan nilai dan perilaku sasaran penentu atau pengambil kebijakan. Dalam
proses mengembangkan suatu kebijakan, memerlukan waktu yang panjang serta pengawalan
yang ketat. Apabila kebijakan tersebut sudah ada maka perlu diterjemahkan atau ditindak
lanjuti menjadi kebijakan operasional atau kebijakan teknis dan harus disosialisasikan kepada
berbagai pihak terkait agar dapat diimplementasikan.
Salah satu bentuk implementasi adalah mengusulkan sumberdaya (dana, tenaga, sarana, dll)
yang dibutuhkan, untuk melaksanakan program kesehatan masyarakat di berbagai jenjang
administrasi. Upaya membuat usulan sampai dengan adanya realisasi terhadap usulan yang
diajukan juga memerlukan waktu dan pengawalan yang ketat, belum lagi apabila ada
pergantian pejabat. Sehubungan dengan itu proses advokasi seringkali memerlukan waktu
yang cukup panjang, harus dilakukan secara berkesinambungan.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka dalam penetapan tujuan advokasi harus
disusun secara rinci dan jelas dari waktu ke waktu

II. Pelaksanaan Advokasi Kesehatan.


Langkah-langkah pelaksanaan advokasi kesehatan, meliputi : persiapan, pelaksanaan,
pemantauan atau pengamatan yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Persiapan Pelaksanaan Advokasi Kesehatan.


Persiapan pelaksanaan advokasi kesehatan, sangat menentukan kelancaran proses kegiatan
advokasi selanjutnya. Advokasi kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang
direncanakan oleh sebab itu maka sebelum dilaksanakan maka ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan yaitu :
a. Penetapan masalah kesehatan, prioritas masalah, isu dan isu strategi
b. Penetapan tim advokasi : mitra kerja dan perannya dalam kegiatan advokasi
c. Pemilihan metode dan teknik advokasi
d. Penyiapan media advokasi : pengembangan pesan dan pembuatan jenis media
e. Pembuatan skenario dan rundown / susunan acara pelaksanaan kegiatan advokasi
f. Penyiapan sarana atau peralatan yang diperlukan saat pelaksanaan advokasi: misalnya:
LCD, tata ruang, dll
g. Melakukan gladi bersih (bermain peran)
h. Melakukan persiapan pelaksanaan advokasi kesehatan, termasuk kegiatan
administrasi/surat menyurat.

2. Pelaksanaan advokasi kesehatan.


Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan dapat dilakukan secara informal dan formal. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melaksaksanakan advokasi secara formal,
yaitu:
a. Menata ruangan (apabila kondisi memungkinkan).
b. Melaksanakan kegiatan advokasi lainnya sesuai rencana yang telah ditetapkan
c. Distribusi dan penggunaan berbagai jenis media advokasi kesehatan
d. Mencatat/ merekam proses pelaksanaan advokasi kesehatan
e. Membuat kesepakatan/rangkuman hasil advokasi kesehatan
f. Membacakan hasil advokasi kesehatan
g. Menandatangani hasil kegiatan advokasi kesehatan
h. Melakukan dokumentasi serta membuat laporan kegiatan advokasi kesehatan
i. Mengekspose kegiatan advokasi kesehatan yang telah dilakukan.
Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan mengacu pada rencana yang telah dibuat. Selama
proses berlangsung semua peserta fokus pada acara advokasi kesehatan. Kerjasama secara
tim menentukan kelancaran dan hasil pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan. Apabila
ada perbedaan pendapat segera lakukan klarifikasi serta upayakan penyelesaiannya.
Ciptakan suasana pertemuan advokasi yang santai tapi serius serta nyaman dan
menyenangkan, jangan tegang. Selama kegiatan advokasi kesehatan berlangsung,
seyogyanya ada beberapa orang yang bertugas untuk memantau proses berlangsungnya
kegiatan advokasi tersebut.
BAB VI
SUMBER DANA

Penggalangan dana untuk advokasi kesehatan, Semua kegiatan termasuk upaya advokasi
memerluan dana. Mempertahankan upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang
memerlukan waktu dan energi. Jadi memerlukan sumber dana lain untuk menunjang upaya
advokasi. Perlu menjadi pemikiran tim advokasi bagaimana caranya dalam menggalang dana atau
sumber daya lain.
Puskesmas Buaran untuk kegiatan Promosi Kesehatan khususnya dalam melakukan Advokasi
Kesehatan menggunakan Dana Operasional dan BOK sesuai dengan RUK/POA.
BAB VII
PEMANTAUAN DAN UMPAN BALIK UPAYA ADVOKASI KESEHATAN

I. Pemantauan dan penilaian pelaksanaan advokasi kesehatan.


Kegiatan advokasi kesehatan merupakan proses yang memerlukan pemantauan dan penilaian
pada setiap tahapan kegiatan. Pemantauan dan penilaian pelaksanaan advokasi kesehatan yang
terpenting adalah mendapatkan informasi tentang tercapainya tujuan advokasi kesehatan.
Melalui pelaksanaan berbagai jenis kegiatan advokasi kesehatan, penanggungg jawab kegiatan
advokasi harus selalu melakukan pemantauan atau mengawal kesepakatan serta dukungan dari
para penentu kebijakan tersebut sampai tujuan advokasi kesehatan benar-benar tercapai atau
terealisasi.

II. Pemberian umpan balik pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan


Pemberian umpan balik kegiatan advokasi kesehatan, dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan
advokasi kesehatan selesai dilakukan. Pemberian umpan balik diawali dengan menggali
pengalaman tentang proses serta hasil pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan yang telah
dilakukannya. Pengalaman yang disampaikan meliputi pengalaman positif maupun hambatan
serta masalah yang dirasakan atau ditemui.
Pemberian umpan balik juga dilakukan oleh penangung jawab / Tim Advokasi Kesehatan yang
telah ditetapkan. Pemberian umpan balik mengacu pada hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan advokasi
kesehatan yang akan datang, dengan memperhatikan pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
yang sudah dilakukannya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Advokasi Kesehatan dalam promosi kesehatan dimonitor dan dievaluasi
dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator dan target SPM
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulanan dan tribulan untuk
menentukan cara, teknik dan metode yang digunakan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas Puskesmas Buaran dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan Advokasi dalam promosi kesehatan dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan advokasi dalam promosi kesehatan tergantung pada komitmen yang
kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan peran serta pengambil
kebijakan/stokeholder dan masyarakat dalam bidang kesehatan untuk mencapai pelayanan sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas dan atau Kabupaten.

Buaran,

Tim Penyusun,

Anda mungkin juga menyukai