Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pandangan Filsafat Islam terkait dengan novel Jalan
Terbuka karya Ali Audah, mendalami kandungannya melalui nilai-nilai instrinsik serta untuk
mengetahui konteks sosial melalui nilai-nilai ekstrinsik dari cerita yang ada di dalamnya. Kemudian
mengangkat refleksi filosofis Islami untuk membedakan nilai-nilai materalisme dengan pandangan
dunia tauhid sebagaimana apa yang secara eksplisit ada dalam novel ini. Metodologi yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah Metodologi Penelitian Filsafat serta agar bertitik tolak dari
pengalaman manusia yang konkret, dibantu dengan Teori Struktural Genetik dari Lucien Goldmann.
Dengan pendekatan kedua pisau analisis ini, kesatupaduan hubungan antara manusia, Tuhan, dan
alam lingkungannya, bisa terbaca dengan baik. Tulisan ini diawali dengan perbedaan mendasar
antara visi tauhid dengan materialisme filosofis, mengalisis kandungan intrinsik serta ektrinsik serta
mencari falsafah dasar dari adanya nilai-nilai religius sebagai pandangan dunia yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan bertitik tolak dari pandangan dunia religius, pertama,
bisa dipahami kedalaman kandungan novel ini baik dari sisi nilai-nilai intrinsiknya serta dari nilai
ektrinsiknya, karena novel berada dalam sebuah setting sosial pencarian nilai-nilai demokratis
terkait dengan pemilu pertama dalam sejarah Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 1955. Kedua,
novel Jalan Terbuka juga merupakan gambaran pencarian jati diri dari kaum intelektual Indonesia di
tengah benturan ideologi yang terjadi pada kurun tersebut. Di dalam pencarian tersebut, manusia
tidak bisa melepaskan diri dari keterkaitan dengan nilai-nilai religius serta “ketuhanan”, dan juga
dalam keterikatan hubungan manusia dengan sesamanya.
Kata-kunci:
Filsafat Islam; Pandangan Dunia; Intrinsik; Ekstrinsik; Tauhid; Materialisme.
Abstract
This study is aimed to uncover Islamic Philosophy point of view associated with Jalan Terbuka novel
by Ali Audah, deepen its content through intrinsic values and to know social context through of its
extrinsic values of the story. Then lift Islamic Philosophy reflection to distinguish materialism values
with tauhid worldview as what explicitly present in this novel. A Philosophy Research is the
Methodology that used in this study and started from congcretly human experience, assisted with
Genetic Structuralism Theory from Lucien Goldmann. With both blades approach this analysis,
indipisibility relationship between man, God and natural world, reads well. This article begins with a
fundamental difference between the vision of tauhid and philosophical materialism, analyses the
content of intrinsic and extrinsic and looking for a basic philosophy of their religious values as a
worldview that can’t separated from human life. With the starting point from the religious
worldview, first, it can be understood the content of the depth of this novel both in terms of its
intrinsic and extrinsic value, because the novel are in a social setting search for democratic values
related with the first election in the history of Indonesia held in 1955. Second, Jalan Terbuka novel,
is also a description of the identity search of Indonesian intellectuals in the middle clash of ideology
which occurred in the period. In the search, man was not able to escape from the linkage with a
religious values and “deity”, and also its human relationships with others.
Keywords:
Islamic Philosophy; Worldview; Intrinsic; Extrinsic; Tauhid; Materialisme.
130
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1996), 42.
131
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, 7.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
79
movements.132 Goldmann also thinks yang dapat mengungkapkan aspek politik,
that the fundamental characteristics of sosial, budaya, ekonomi, pergulatan
human action provide the basis of all pemikiran dan sebagainya.
literary researches, ‚It seems to me that
these three fundamental characteristics 1.2. Sinopsis
of human action are basic to all positive Tidak beberapa lama setelah
research into literary.‛133 (118). suaminya meninggal, Nyonya Sanusi
terpaksa meninggalkan Karawang dan
Pada bagian lain, Goldmann134 hijrah ke Jakarta bersama dua anaknya,
mengemukakan bahwa pandangan dunia Kamal yang sulung dan Ida yang bungsu.
merupakan perspektif yang koheren dan Di Jakarta hidup mereka serba kekurangan,
terpadu mengenai hubungan manusia walaupun begitui Nyonya Sanusi berusaha
dengan sesamanya dan dengan alam menyekolahkan kedua anaknya dari
semesta. Worldview atau pandangan dunia, penghasilannya menerima jahitan. Kacau-
dengan demikian merupakan kesadaran balaunya kondisi perekonomian pada kurun
subtansial bagi manusia, baik pada pertengahan tahun 1950-an, telah membuat
posisinya sebagai pribadi, maupun sebagai kehidupan keluarga dalam kondisi sangat
bagian dari anggota masyarakat yang lebih terjepit. Kamal, seorang lulusan sekolah
luas untuk menghadapi berbagai tantangan menengah, belum mendapatkan pekerjaan,
kehidupan. Namun pandangan dunia dalam sedangkan Ida harus putus sekolah dan
sebuah karya sastra, teramat berbeda berikhtiar mencari pekerjaan.
dengan kehidupan yang nyata karena sudah Suatu ketika rumah Nyonya Sanusi
masuk pada wilayah yang bersifat imajiner. kedatangan Basri, bekas tetangga di
Dengan kata lain bahwa sebuah karya Karawang sekaligus teman satu sekolah
sastra, merupakan pandangan dunia Kamal dan Ida. Ia mendapat tugas dari
imajiner dari pengarangnya.Suwardi partainya untuk bekerja di Jakarta, serta
Endraswara mengatakan bahwa penelitian bermaksud indekos di rumah Nyonya
strukturalisme genetik memandang karya Sanusi. Tentu Nyonya Sanusi tidak
sastra dari dua sudut, yaitu intrinsik dan keberatan untuk menerima Basri. Nyonya
ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur Sanusi ingat terhadap pertolongan yang
intrinsik yang meliputi kesatuan dan pernah diberikan orang tua Basri sewaktu
koherensi novel Jalan Terbuka sebagai data mereka bertetangga di Karawang. Sebagai
dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan pedagang besar, orang tua Basri seringkali
menghubungkan berbagai unsur dengan memberi bantuan kepada keluarga Sanusi,
relitas masyarakatnya dan juga termasuk turut pula membiayai sekolah
mengangkatnya ke sebuah refleksi filosofis. Kamal dan Ida. Usaha yang telah dirintis
Karya dipandang sebagai refleksi zaman, ayah Basri itu sekarang dilanjutkan ibunya,
sementara Basri lebih senang terjun dalam
132
Elizabeth Burns & Tom, ed., Sociology of pergolakan politik.
Literature and Drama (Harmondsworth, Middlesex:
Penguin Books Ltd., 1973),117.
Kamal, seorang pemuda yang kritis
133
Tom, Sociology of Literature and Drama, 118. terhadap agama, juga terhadap negara
134
Endraswara Suwardi, Metodologi Penelitian berikut institusi-institusi penopangnya
Sastra (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003),58.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
80
seperti partai politik. Ia dan keluarganya juga bermain perempuan. Saat ibunya
yang di Karawang pernah dituduh kafir meninggal di Karawang, kesedihannya
serta "komunis" gara-gara tidak ibadah hanya sesaat. Sesudahnya, dia kembali lagi
puasa, terombang-ambing hidupnya di pada aktivitas partai dan berbagai
dalam situasi serta kondisi Indonesia pada kesibukan lain dalam upayanya untuk
tahun 1955, menjelang, ketika dan sesudah memenuhi kesenangan pribadi. Sedangkan
Pemilihan Umum pertama dilaksanakan. Kamal semakin sinis saja terhadap Basri,
Kamal mengambil jarak dengan ibunya sikap itu merembet pula kepada ibu dan
sendiri ketika mereka hidup di Ibukota, adiknya. Kamal sangat membenci
serta menjadi pembenci adiknya, Ida, saat kehidupan politik, serta berusaha tidak mau
Ida menikah dengan Basri yang menjadi tahu terhadap lingkungan sosial serta politik
propagandais sebuah partai. Kamal tumbuh masyarakat di sekitarnya. Marno, seorang
dalam situasi pergolakan pemikiran wartawan, pernah menawarinya pekerjaan
bersama teman-temannya: Marno, Ahmad, sebagai guru SMP, tetapi ditolaknya karena
Panji, dan lain-lain. Bagi kawan-kawannya direktur sekolah tersebut dia kenal sebagai
ia adalah seorang idealis, namun lupa seorang koruptor.
berpijak di dalam kehidupan yang nyata. Tampaknya, Kamal belum
Sementara itu, kehadiran Basri di rumah mempunyai pendirian yang matang.
Nyonya Sanusi, telah ikut meringankan Sikapnya terhadap ibu serta adiknya, tidak
beban keluarga itu dari kesulitan ekonomi didukung ikhtiarnya untuk mencari
yang dihadapi. Dalam perkembangan pekerjaan secara lebih bersungguh-
selenjutnya, Basri ternyata menaruh sungguh. Demikian pula ikhwal
perhatian kepada Ida. Kamal yang sedari ketertarikannya terhadap filsafat moral, atau
awal tidak menyukai Basri, tak bisa berbuat penolakannya terhadap agama, lebih
apa-apa ketika Basri menyatakan ditentukan oleh egonya sendiri terhadap
keinginannya untuk untuk menjadikan Ida orang-orang di sekelilingnya, tidak berdasar
sebagai istri. Terlebih, Nyonya Sanusi telah pada penguasaan keilmuannya sendiri.
bersedia menjadikan Basri sebagai Kamal membenci agama karena ia
menantu. Idapun demikian, menyatakan membenci pada guru agama, terutama pada
tidak berkeberatan menjadi istri Basri. Mualim Safei di Karawang. Ia suka
Di Jakarta, karier Basri melesat perdebatan filosofis materalis, karena suka
cukup pesat. Hal itu secara langsung telah pada Sumiran, seseorang yang sering
membawa perbaikan kehidupan bagi memberinya kuliah filsafat. Namun ketika
Nyonya Sanusi, mertuanya. Namun, di diketahuinya bahwa Sumiran ternyata
balik semuanya, kesibukan Basri dalam seorang aktivis partai, ia merasa tak mau
menghadapi pemilihan umum tahun 1955, lagi tertarik pada filsafat. “Sebenarnya
telah menyedot energi propagandais itu Kamal sangat tertarik pada Pak Miran.
untuk partai politik yang diurusnya. Tetapi orang itu gembong partai. Ia kurang
Perhatian pada Ida, juga kepada ibunya senang” (90). Sedangkan Basri, ipar Kamal
yang sedang sakit di Karawang, terabaikan. semakin sibuk saja dengan kegiatan
Di tengah berbagai kesibukan itu, Basri pun partainya menghadapi pemilu, 29
terjerembab pada kebiasaan pesta-pora dan September 1955. Ida, istrinya, semakin
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
81
mersa kesepian saja. Kekayaan yang tersebut sedikit banyak sangat
melimpah ruah yang diterima dari mengguncangkan pikiran Kamal. Selain itu,
suaminya, sama sekali tidaklah memberinya jika melihat keadaan ibunya, Nyonya
kebahagiaan. Lambat laun kesehatannya Sanusi, sangat berduka menghadapi
mulai menurun, bahkan berkali-kali dirinya musibah itu. Perasaan kasihan yang begitu
jatuh sakit.Kondisi seperti itu tetaplah mendalam kepada ibunya telah
berjalan, walaupun pemilu telah selesai menyadarkan Kamal bahwa sikap dan
dilaksanakan. Hal itu membuat kamal kian perbuatannya selama ini, ternyata hanya
membenci Basri, dan merembet pula rasa menghasilkan kesia-siaan. Saat itu pula
bencinya itu terhadap adiknya sendiri, Ida. Kamal dihinggapi serangkaian pertanyaan
Lalu muncul berita terbunuhnya yang berusaha dijawabnya sendiri. Sebuah
seorang wanita bernama Sri, mantan istri introspeksi yang membawanya pada
Sumo, teman satu partai Basri. Kasus diskusi-diskusi dengan Marno. Kamal yang
pembunuhan ini ditenggarai melibatkan bercita-cita jadi pengarang besar, setelah
Basri. Bahkan pihak kepolisian telah sepuluh tahun Indonesia merdeka, selalu
menempatkan ideolog partai itu sebagai merasa terbentur pada kenyataan, "mulai
tersangka pembunuhan. Kamal yang yang dari nol dan selalu pada nol lagi". Kamal
pada awalnya sangat acuh dengan keadaan kurang sekali memaknai serta menanamkan
adiknya, terpaksa akhirnya memikirkan rasa ketuhanan di dalam hidupnya, sikapnya
nasib Ida pula. Terlebih lagi setelah Basri terhadap agama "nyinyir" serta "mengejek",
ditahan pihak kepolisian. Kamal yang sehingga Marno mengatakan,"Hanya kalau
kebingungan dengan apa yang menimpa kau sudah terlalu jauh mengembara begitu,
Ida, berusaha mencari keterangan lebih jauh jarak yang akan memisahkan kau dengan
terkait keterlibatan Basri. Beberapa orang ateisme, nanti tidak akan lebih tebal dari
kolega yang dihubungi, mereka lebih fokus kulit bawang." (184) Apa yang menjadi
pada persoalan politik. Lewat Marno-lah, bahan obrolan dengan sahabatnya itu,
persoalannya mulai jelas. Rupanya Basri membuat Kamal melakukan refleksi atas
hendak dijadikan sebagai kambing hitam jalan hidup yang telah dijalaninya, yang
bagi ambisi teman separtainya, Sumo, yang membawanya pada satu keadaan yang tidak
melakukan penyelundupan demi diketahuinya, ia kini berada entah di mana.
kepentingan dia sendiri. Faktanya, Sumo Ia ingin mencari jalan lain yang masih
sendiri sudah terlebih dahulu diamankan terbuka, jalan yang menjadi pembeda dari
pihak yang berwajib. Kemudian, persoalan apa-apa yang ditawarkan oleh para filsuf
itu berimbas pula pada keberadaan dengan nabi, seperti kata Marno.
partainya. Rupa-rupanya, partai lain dengan
sengaja mempolitisir kasus itu untuk 1.3. Unsur Intrinsik:
menjatuhkan partai lawan. Tokoh Utama
Sementara itu kondisi Ida makin Kamal, seorang pengikut dari
bertambah parah parah saja. Roda nasib filsafat Karl Marx, namun tidak dari sisi
mengharuskan istri Basri itu meninggalkan politik praktis serta kepartaian. Sikap
segala kefanaan dunia akibat sebuah Kamal lebih pada posisi seorang anarkis
kecelakaan kecil di kamar mandi. Musibah secara politik. Sikap ini sangat kritis
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
82
terhadap keberadaan partai politik, Basri, suami Ida atau ipar Kamal,
karena, entah disadari atau tidak, ia seorang agitator politik.
telah mengikuti garis pemikiran dari Marno, teman wartawan Kamal,
pemikir-pemikir seperti William cerdas, memiliki bacaan luas serta
Goldwin, Michael Bakunin serta Peter agamis. Menilik dari kehidupan Ali
Kropotkin. Aliran ini didasarkan pada Audah dengan segudang bacaan
ajaran bahwa masyarakat yang ideal itu sangat luas dan sekaligus juga
dapat mengatur urusannya sendiri tanpa memiliki sikap religius, tampaknya,
mempergunakan kekuasaan,135 walaupun tokoh Marno ini adalah “altar ego”
bagi Kamal, ketidaksetjuannya pada penulisnya sendiri. Ucapan,
sistem kepartaian karena rakyat saat itu pemikiran, serta prilaku Marno
dianggapnya masih bodoh, dan bisa sengaja dihadirkan untuk mewakili
dininabobokan janji-janji politik semata. pandangan dunia dari penulisnya
Dari tilikan ini kita bisa memahami sendiri. Kepribadian Marno
kebencian dari Kamal terhadap partai- dihadirkan dengan sangat mantap dan
partai politik: pasti, ia sangat tahu tentang intrik-
intrik dunia politik. Makanya, ia
“Ini persoalan lain lagi...” Kamal bicara mengambil jarak dengan dunia
sambil menyeret kursinya lebih maju ke tersebut, serta memilih profesi
meja. “Aku bicara secara keseluruhan sebagai seorang wartawan.
dan sunguh-sungguh. Aku belum dapat Sumo, seorang ambisius serta
menerima sistem kepartaian seperti yang “menghalalkan” segala cara dalam
berlaku sekarang. Rakyat masih terlalu berpolitik.
bodoh; hanya diombang-ambing oleh Sudjarmin, elit politik tingkat
partai-partai saja. Lihat saja, sampai saat nasional, seorang propagandais partai.
terakhir dalam menghadapi pemilihan, Mualim Sapei, guru mengaji di
yang terlihat dan terasa hanya Karawang yang sangat Kamal benci
permusuhan, bukan memperjuangkan serta menuduh Kamal seorang yang
cita-cita kemerdekaan.”(152) kafir.
Pak Uceng, guru mengaji, yang juga
Tokoh lain sangat dibenci Kamal.
Ibu Sanusi, ibu Kamal, sederhana, Sumiran, seseorang yang
tukang jahit yang berusaha menanamkan pikiran-pikiran Marxis
menyekolahkan Kamal dan Ida. dalam hidup Kamal.
Ida, adik Kamal, putus sekolah serta Ahmad, teman diskusi Kamal
kemudian bekerja, kehidupannya Panji, teman dikusi Kamal, seorang
berubah setelah menjadi istri Basri, aktivis yang cerdas serta berupaya
walaupun kemudian berakhir tragis menarik Kamal aktif di partai politik.
dengan kematian. Ugan, pedagang rokok yang selalu
antusias bicara politik.
135
Ali Mudhofir, Kamus Teori Dan Aliran Filsafat Ahim, tukang cukur yang selalu
Dan Teologi (Yogyakarta: Gajah Mada University antusias bicara politik.
Press, 1996), 9.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
83
sosiologis, harus dilalui lewat
Tema pelaksanaan pemilu tahun 1955,
“Perjuangan Serta Pergolakan serta dikatakan sebagai pemilu
Pemikiran Seorang Ateis Untuk paling demokratis.
Menemukan Kebenaran Agama” Bahwa sebagai makhluk sosial,
Latar manusia tidaklah bisa hidup seorang
Tempat kejadian adalah Jakarta dan diri, karena manusia itu harus hidup,
Karawang. Waktu, terjadi antara berkerja, berkeluarga serta
tahun 1954-1955-an. Serta secara bermasyarakat.
sosial, terkait dengan peristiwa
pemilu pertama dalam sejarah 1.4. Latar Belakang Pengarang
Indonesia tahun 1955. Adalah satu kesempatan yang sangat
Alur mahal bagi penulis ketika diminta untuk
Novel Jalan Terbuka menggunakan membuat sebuah makalah tentang novel
alur maju serta cerita mengalir mulai Zaman Terbuka Ali Audah. Nama penulis
daripengenalan situasi cerita, babak novel serta penerjemah senior ini sudah
awal, pengungkapan peristiwa, sudah saya kenal sejak masa kuliah S1.
menuju pada konflik, puncak konflik, Yang meminta saya menulis makalah juga
serta penyelesaian. tidak tanggung-tanggung. Beliau adalah
Sudut pandang Sastrawan Negara Malaysia, Dr. Ahmad
Penulis pada sudut pandang orang Khamal Abdullah untuk acara SISMI,
ketiga, dia berada di luar struktur September 2017 di masjid Abdurahman bin
cerita sehingga bisa “serba tahu” ‘Auf di Kuala Lumpur Malaysia. Maka
tentang segala situasi serta juga dengan istri saya, pada 28 Januari 2017,
pandangan serta kehidupan para saya menyambangi rumah Pak Ali Audah di
tokoh di novel ini. Perumahan Bogor Baru di kota Bogor yang
Amanat sejuk. Beliau yang lahir di Bondowoso,
Bahwa iman itu “kadang” harus Jawa Timur, 14 Juli 1924, mulai tahun
diperjuangkan lewat pergulatan 1950-an memang menghabiskan hari-
hidup yang melelahkan. harinya di Kota Hujan, sampai menginjak
Keputusasaan serta sikap frustasi usia 93 tahun sekarang ini.
sosial, bisa diatasi dengan menjadi Yang membuat penulis berdecak
pemeluk agama yang baik. Agama kagum adalah spirit hidup beliau di usia tua
sendiri selalu memberi seperti itu, tampak tidak menyurut. Walau
kemungkinan bagi “jalan terbuka” beliau duduk di atas kursi roda saat kami
serta menghindarkan dari cara mengobrol, artikulasi suaranya sangat
berpikir yang kering serta dangkal, terdengar jelas. Masih memberikan nomor
karena terlalu berporos pada nalar telepon yang ditulisnya sendiri, membaca
logis semata. dengan suara nyaring, serta menurut istri
Bahwa tangga untuk menuju yang mendampinginya, beliau juga masih
kehidupan masyarakat Indonesia mengoreksi naskah untuk diterbitkan. Dia
yang demokratis, secara politik serta mungkin orang Indonesia dengan sebuah
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
84
kelainan genetik. Tidak heran kalau penyair Husain Haekal (Litera AntarNusa, Bogor-
senior Gunawan Mohamad, pada milad Jakarta, 1995, 391 halaman). Sebelumnya,
wiladah usianya yang ke-90, seperti ditulis ia meluncurkan buku Qur’an, Terjemahan
Buya Ahmad Syafii Maarif menyebutnya dan Tafsirnya karya mufasir terkenal,
sebagai “Legenda Zaman Kita”. Buya Abdullah Yusuf Ali, dua jilid (Pustaka
Syafii Maarif sendiri menuliskan sosok Firdaus, Jakarta, 1993, masing-masing 750
yang tidak makan bangku sekolahan ini halaman) hasil terjemahannya. Salah satu
sebagai “Pengilham Sejati”.136Dia bahkan karya masterpiece-nya ialah Konkordansi
menggambarkan pengilham sejati itu Qur’an, Panduan Kata dalam Mencari Ayat
“seorang penulis prolifik, pengamat sastra Qur’an (Litera Antar Nusa, Bogor-Jakarta,
yang tenang dan jernih, tanpa meledak- 1991, 861 halaman). Ide menyusun
ledak, terhadap lawan ideologi konkordansi itu muncul ketika beberapa
137
sekalipun.” dosen Institut Pertanian Bogor (IPB)
Pada tahun 1930-an, seperti ditulis mengeluh sangat sulit mencari ayat Alquran
Budiman S. Hartoyo, pada zaman kolonial karena mereka kurang mengenal Bahasa
Belanda itu, ia hanya sempat belajar huruf Arab. Konkordansi Ali Audah ini memang
Latin dari kawan-kawan sepermainan. sangat memudahkan bagi orang awam
“Saya belajar membaca dan menulis dengan sekalipun untuk mencari ayat Alquran.
mencoret-coret huruf di tanah sambil main Seperti ditulis lebih jauh oleh
gundu,” tutur Ali Audah. Selebihnya, ia Budiman S. Hartoyo,139 sebagai sastrawan
bermain layang-layang atau mandi di kali dan juga intelektual, Ali Audah tidak
seperti layaknya anak-anak bengal. Tapi, pernah menerima pesanan untuk
kemauan belajarnya keras. Ia belajar menerjemahkan sembarang buku. “Saya
sendiri, “mengunyah” buku apa saja. Meski hanya menerjemahkan karya-karya besar
lahir dari keluarga berdarah Arab, untuk yang saya nilai bermutu dan bermanfaat,”
dapat menguasai Bahasa Arab yang baik, di katanya. Pengarang dan penerjemah jenis
zaman Jepang ia merasa perlu mengambil begini lazimnya memang sama sekali tidak
kursus tertulis Soember Pengetahoean, memperhitungkan apakah kelak bukunya
Bandung.138 laku dan menghasilkan untung. Ia semata-
Karya terjemahan unggulannya mata hanya memikirkan mutu sebuah karya.
ialah Abu Bakar as-Shiddiq, Sebuah Ali Audah, misalnya, menerjemahkan novel
Biografi dan Studi Analisis tentang Naguib Mahfouz, sastrawan Mesir pertama
Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi penerima Hadiah Nobel, yang
–alihbahasa dari karya wartawan dan diterjemahkan dengan judul Lorong Midaq
sastrawan Mesir terkenal, Dr. Muhammad (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1991,
421 halaman), biarpun pembelinya
136
Ahmad Syafii Maarif, “Ali Audah, Pengilham mungkin hanya segelintir peminat sastra
Sejati (1),” 2014,
https://www.google.com/#q=pengilham+sejati&*. saja. Dengan idealisme serta konsistensi
137
Ahmad Syafii Maarif, “Ali Audah, Pengilham untuk menerjemahkan karya-karya
Sejati (2),” 2014,
https://www.google.com/#q=pengilham+sejati&*.
berkualitas, tidak mengherankan kalau
138
Budiman S. Hartoyo, “Ali Audah, Sastrawan
139
Yang Tidak ‘Makan Sekolahan,’” 2007, Hartoyo, “Ali Audah, Sastrawan Yang Tidak
https://id.scribd.com/doc/75798125/ALI-AUDAH#. ‘Makan Sekolahan.’
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
85
dalam pandangan Buya Syafii Maarif,140 itu, Ibn Khaldun, Sebuah Pengantar (studi
terjemahan Ali Audah dikenal telah biografi); Konkordansi Qur’an (1991).
memenuhi standar yang akurat karena Bersama dengan Taufik Ismail serta
memang dilakukannya dengan hati-hati, Goenawan Mohamad, ia juga
cerdas, dan sungguh-sungguh. Pantang menerjemahkan karya monumental dari
baginya untuk tergopoh-gopoh, karena pasti Allamah Muhammad Iqbal, The
tidak akan menghasilkan suatu karya tulis Reconstruction of Religious Thought in
yang dapat dipercaya. Ini adalah sebuah Islam, menjadi Membangun Kembali
tanggung jawab moral yang tidak Pikiran Agama dalamIslam. Juga
sederhana. menerjemahkan Dua Tokoh, Abu Bakar dan
Mendapat hadiah pertama dan kedua Umar, serta Hari-hari Berlalu, merupakan
dalam lomba menulis puisi dan drama se- karya sastrawan Mesir yang sama, Thaha
Jawa Timur pada tahun 1940-an, ia Husain. Karya terjemahan lain adalah
mendapatkan banyak pengaruh dari Lampu Minyak Abu Hasyim karangan
pengarang Muhammad Dimjati, wartawan Yahya Haqqi, juga seorang sastrawan Mesir
dan sastrawan yang cukup terkenal di tahun ternama. Ia juga telah menerjemahkan
1950-an, di Solo. Pada perkembangan lebih kumpulan cerpen pengarang Arab modern,
lanjut, diapun kemudian menulis artikel Kleopatra dalam Konferensi Perdamaian
atau kolom mengenai berbagai karya Mahmud Taymurdan Genta Daerah
permasalahan –terutama terkait kebudayaan Wadi (1967), karya sastrawan negeri
dan agama di berbagai harian seperti Abadi, Piramid seperti Suasana Bergema
Pedoman, Kompas, Indonesia Raya, Sinar (kumpulan cerpen A. Hamid G. As-Sahar,
Harapan, dan juga di berbagai majalah Balai Pustaka, 1957); Murka (drama,
seperti Panji Masyarakat, TEMPO, Kiblat, Mustafa Hallaj), Kisah-kisah dari Mesir
Optimis, serta Gema Islam. Sebelumnya, (1977); dan Lorong Midaq (Najib Mahfuz).
ia juga pernah menjadi penulis tetap di Karya sastrawan Aljazair, sebut saja,
Harian KAMI (1966-1973). Sejumlah Peluru dan Asap (Alma’arif, Bandung,
majalah sastra dan budaya terkemuka, 1972); Jembatan Gantung (Pustaka Firdaus,
seperti Siasat, Mimbar Indonesia, Zenith, Jakarta, 1980). Selain itu juga
Indonesia, Kisah, Budaya Jaya Cerita, menerjemahkan Oedipus dan Theseus karya
Sastra, Horison memuat cerita pendek, dan Andre Gide; serta Marie Antoinette-nya
juga sejumlah karya terjemahannya. Stefan Zweig. Namun tentu saja, yang
Karya sastra aslinya dari Ali Audah paling monumental dari semua buku-buku
di antaranya, Malam Bimbang (Nusantara, “bergizi” ruhani tinggi yang dia
Medan, 1961) dan Icih (Pustaka Jaya, terjemahkan adalah Hayyatu Muhammad
Jakarta, 1972), keduanya merupakan menjadi Sejarah Hidup Muhammad, karya
kumpulan cerpen; serta novel Jalan yang telah menjadi legenda dari
Terbuka (Litera, Jakarta, 1971, cetakan Muhammad Hussein Heikal. Karya
kedua, Pustaka Firdaus, 1997) yang terjemahan ini mendapatkan pujian serta
menjadi kajian dalam makalah ini. Selain apresiasi yang tinggi dari berbagai kalangan
serta menjadi karya yang laku juga dari sisi
140 bisnis. Karya setebal 697 halaman (Litera
Maarif, “Ali Audah, Pengilham Sejati (2).”
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
86
AntarNusa, Jakarta Bogor, 1992) serta telah sekolah” itu, juga masuk dalam berbagai
memasuki cetakan ke-44 pada tahun 2017 kegiatan kebudayaan, perbukuan dan
sekarang. Tampaknya, terjemahan ini telah bahkan dunia akademis. Ia, misalnya,
menjadi tonggak karya best-seller pernah menjadi Direktur Utama Penerbit
sepanjang masa. Tintamas, Jakarta (1961-1978), anggota
Adalah sastrawan dan sutradara Dewan Penasehat Majalah Horison (1968-
besar Asrul Sani pertama-tama 1992), sekaligus penggagas terbitnya
menganjurkannya menerjemahkan karya- majalah sastra tersebut dan menjadi anggota
karya sastra dari Timur Tengah mengingat dewan redaksi, menjadi Dekan Fakultas
masih langka jenis terjemahan yang satu Syari’ah (1966-1977) serta diangkat sebagai
ini. Kalau yang lain, terutama untuk Barat, Pembantu Rektor II (1971-1982), lalu
sudah banyak yang melakukannya. Saat itu Pembantu Rektor I (1982-1985) Universitas
Ali Audah sendiri tengah menerjemahkan Ibn Khaldun, Bogor. Menjadi dosen Institut
karya sastrawan Rusia, Leo Tolstoy. Pertanian Bogor (sejak 1978). Pernah juga
Padahal, menurut Asrul Sani, dia lebih dia menjadi anggota Dewan Kesenian
mengusai bahasa Arab daripada bahasa Jakarta (1971-1981), tenaga pengajar
yang lain. Ketika di tahun 1960-an, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta
sastrawan Pramoedya Ananta Toer (1971-1980), ketua Perhimpunan
menuduh novel Tenggelamnya Kapal Van Penerjemah Indonesia (1974-1984), wakil
der Wijck karya Hamka sebagai jiplakan ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi
roman Majdulin karya sastrawan Mesir Islam Swasta (1978-1984), serta anggota
Luthfi al-Manfaluthi. Ia menanggapi Badan Pertimbangan Pengembangan Buku
persoalan tersebut, dengan sebuah tindakan Nasional Departemen P dan K (1978-1985).
kreatif untuk menerbitkan terjemahan Untuk seseorang yang hanya mengecap
Majdulin. bangku kelas satu Madrasah Ibtidaiyah,
Itulah sosok Ali Audah. Sampai hari semua torehan prestasi tersebut, hanya
tuanya ia begitu setia pada profesi sebagai mungkin dijalani oleh seseorang yang
seorang penerjemah untuk buku-buku dari memang sangat luar biasa.
sumber berbahasa Arab. Tentu saja profesi
yang tidak digeluti oleh banyak orang ini, 1.5. Konteks Sosial Politik
selain memberikan prestise baginya, dia Pada rentang masa 20 tahun dari
juga bisa memberi pencerahan bagi Indonesia merdeka dari mulai tahun 1945-
pembacanya, dalam bentuk transfer ilmu 1965, banyak sekali peristiwa-peristiwa
pengetahuan dari bahasa “sumber” ke besar terjadi yang akan sangat mewarnai
bahasa “sasaran” yang dipakai oleh perjalanan sejarah Indonesia pada fase-fase
pembaca terjemahan-terjemahannya. Di perkembangan sejarah selanjutnya. Sketsa
luar profesinya sebagai penerjemah serta masa depan Indonesia seperti sudah
sastrawan terkemuka, misalnya, torehan tergambar pada fase-fase ini. Setelah
prestasinya bahkan bisa melampaui seorang Indonesia merdeka pada 17 Agustus tahun
yang bergelar seorang “guru besar” 1945, memang diwarnai oleh situasi untuk
sekalipun. Bukan hanya dunia tulis-menulis mempertahankan kemerdekaan Indonesia
yang digelutinya, Ali Audah yang “tidak dari keinginan Belanda untuk menancapkan
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
87
kembali taring kolonialismenya di pertama di Indonesia yang terjadi pada
Indonesia. Kemudian juga mesti tanggal 29 September 1955 untuk memilih
menghadapi berbagai pemberontakan di anggota parlemen serta 15 Desember pada
berbagai daerah baik dari golongan kiri tahun yang sama untuk memilih anggota
seperti Pemberontakan PKI di Madiun pada konstituante, diwarnai dengan sebuah
tahun 1948. Juga pemberontakan dari euforia serta sambutan gegap-gempita dari
golongan kanan seperti DI/TII di Jawa seluruh lapisan masyarakat, tergambar
Barat, di Aceh serta juga di Sulawesi dengan sangat jelas dalam novel ini.
Selatan. Di tengah berbagai pemberontakan Pemilihan umum tersebut diikuti 28 partai
fisik tersebut, para pemimpin dari berbagai politik dan wakil dari perorangan,
kelompok sosial, terlibat dalam perdebatan- fenomena politik selama berlangsungnya
perdebatan sangat tajam karena memiliki pemilu menjadi wahana konflik ideologis
orientasi ideologi yang berbeda-beda. yang secara kasar dapat digolongkan lagi
Bagan pemikiran politik di menjadi tiga kekuatan besar: Islam,
Indonesia dari Herbeth Feith yang terjadi Marxisme/Sosialisme dan Nasionalisme-
pada kisaran tahun 1945-1965 berikut, akan Sekuler. Ketiga aliran itu muncul ke
memberi gambaran tentang kekuatan permukaan sebagai pengerasan dari aspirasi
kelompok-kelompok ideologi yang sangat yang diungkapkan kelompok politik yang
berbeda-beda itu:141 berjalan jauh sebelum kemerdekaan. Tanpa
mengurangi efek negatif dari konflik
ideologis, Pemilu tahun 1955 itu
berlangsung secara bebas dan
142
demokratis.
Dengan potret sosiologis yang kuat,
Ali Audah menggambarkan situasi hari
pemungutan suara tersebut:
29 September.
Hari itu Jakarta menjadi kota mati.
Sejak pagi seluruh kota tampak sepi.
Tak ada orang yang kelihatan lalu
lalang seperti biasa, juga tak tampak
Pigura besar bagi sejumlah peristiwa
kendaraan lalu lintas sepanjuang jalan
politik seperti pada bagan di atas berikut
kota, selain CPM yang mundar mandir
perdebatan ideologi yang menyertainya,
dan berkeliling dengan senjata menjaga
akan mengantarkan kita pada pemahaman
keamanan. Jakarta jadi kota mati hari
yang lebih utuh tentang dokumentasi
itu. Semua orang, yang sudah dewasa,
sosiologis serta pergulatan pemikiran kaum
pergi ke TPS-TPS –tempat-tempat
intelektual Indonesia pada tahun 1955
pemungutan suara—termasuk juga
seperti dinarasikan dalam novel Jalan
Kamal, ibunya, Basri dan Ida.
Terbuka. Pelukisan Pemilihan Umum
142
Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia
141
Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, Islam Asia Tenggara, 2nd ed. (Jakarta: Ichtiar Baru
iv. Van Hoepe, 2003), 438.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
88
Termasuk juga Presiden, para menteri, di pulau yang berpenduduk jarang. Di masa
pedagang-pedagang pinggir jalan, kampanye yang dijalankan selama satu
bahkan yang sakit tak dapat bangun bulan penuh sebelum hari pemungutan
pun digotong dengan tandu atau suara, meskipun sentimen ideologi Islam
dengan alat-alat lain ke tempat dan nasionalisme menguat secara tajam,
pemilihan. Tiap kampung dengan tidak ada laporan tentang konflik fisik dan
kesibukannya masing-masing. Kadang kekerasan pada Pemilu 1955. Dari
pada beberapa kampung terdengar ada 43.104.464 orang yang terdaftar sebagai
keributan sebentar. Sesudah itu tak ada pemilih pada setahun sebelumnya, 87,65%
apa-apa lagi. Semua berjalan dengan memberikan suara secara sah.143
baik. (136) Pelaksanaan Pemilihan Umum
tahun 1955 yang berhasil diselenggarakan
Walaupun enggambaran Kamal oleh Kabinet Burhanudin Harahap dari
sebagai protagonis, tidak dibarengi dengan Partai Masyumi itu serta diikuti 28 partai
ungkapan eksplisit dari afiliasi partai Basri, menghasilkan penyederhanaan partai dalam
Ahmad, Panji, namun pembaca yang arti bahwa ternyata hanya ada empat partai
memiliki wawasan luas, bisa mengambil yang besar saja yang keluar sebagai
kesimpulan dari partai-partai yang meraka pemenang. Empat partai itu adalah PNI (57
ikuti. Fakta politik dari apa yang dituliskan kursi), Masyumi (57 kursi), NU (45 kursi)
dalam karya fiksi Ali Audah itu, lebih jauh dan PKI, 39 kursi yang bersama-sama
Herbeth Feith melukiskannya, bahwa menduduki 77% dari jumlah kursi DPR.
dengan segala keterbatasan perangkat fisik Partai-partai lainnya termasuk partai kecil,
dan birokrasi, pemungutan suara yang di masa pra-pemilihan, sering
diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara memegang peran penting dalam kehidupan
Pemungutan Suara yang multi partai yang masyarakat, ternyata masing-masing hanya
beranggotakan lima sampai sebelas orang memperoleh antara satu sampai delapan
yang dicalonkan dan dilatih untuk kursi.144
menjalankan tugas itu oleh Panitia
Pemungutan Suara Kecamatan.
2. Perbedaan Materialisme dengan
Pemungutan suara dilaksanakan di berbagai
Worldview Tauhid Pada Novel Jalan
tempat, biasanya di gedung-gedung umum
Terbuka
seperti sekolah atau di bangunan dari Dari sekian banyak perdebatan
bambu yang didirikan di tempat-tempat bernas di dalam novel Jalan Terbuka karya
umum, khusus untuk keperluan Sang Legenda Ali Audah, dua kerangka
pemungutan suara. Tidak jarang juga berpikir dari dua kutub berlawanan, antara
pemungutan suara bertempat di rumah materialisme dengan worldview atau
tokoh desa. Rata-rata ada dua sampai tiga pandangan dunia tauhid, menjadi bagian
tempat pemungutan suara di satu desa. sentral dari adanya perdebatan ideologi dari
Tidak terdapat indikasi bahwa pemilih
menolak datang ke tempat pemungutan, 143
Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia
meskipun mesti berjalan 7-9 km dari tempat Tenggara, 439.
144
tinggalnya yang terpencil, bahkan terpisah Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 433.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
89
kaum intelektual Indonesia pada tahun concidered properties of matter.”146 Ini,
1950-an itu. Tokoh utama Kamal yang artinya di luar segala wujud dari aspek
mendapatkan penetrasi dari pandangan- materi, tidak ada “kenyataan” yang bisa
pandangan guru sekaligus temannya untuk dipahami sebagai kebenaran. Dengan
berdialog, Pak Sumiran adalah seorang bersandar pada materialisme ini, agama
yang membenci serta sangat kritis terhadap yang berpokok pada dimensi spiritalitas
berbagai fenomena kehidupan beragama. pada basis ontologisnya, dengan sendirinya
Kamal sangat mengagumi Sumiran, orang tertolak. Seperti dalam tulisan Dr. Ali
setengah umur yang tak percaya pada Syariati, satu-satunya analisis langsung
agama, bahkan dalam hati kecil Kamal yang ditawarkan Marx sebagai agitator
kadang timbul rasa kesal terhadap Marno, paling berpengaruh dari pandangan
karena wartawan itu masih suka membaca materialisme terkait asal-usul agama ialah
buku-buku agama (89). Dengan kata lain, ucapannya yang terkenal,”Manusialah yang
bahwa melalui Sumiran, Kamal telah menciptakan agama, bukan agama yang
terpengaruh pandangan materialisme dalam menciptakan manusia.” Tapi disinipun ia
bidang pemikiran filsafat. hanya mengulangi Feuerbach. Dia berusaha
Uraian berikut akan memberi dasar memperoleh nama dalam masalah ini
pada kita tentang materialisme ini: dengan mengganti kata “Tuhan” dengan
kata “agama” sehingga pengertiannya
Materialisme is the name given to a menjadi kabur.147 Ungkapan bahwa
family of doctrin concerning the nature manusia yang menciptakan agama seperti
of the world which give to matter a pada pandangan Karl Marx, memang secara
primary position and accord to mind tersurat terdapat di dalam bagian dari novel
(or spirit) a secondary, dependent Jalan Terbuka seperti perkataan Sumiran
reality or even none at all. Extreme terhadap Kamal:
materialism asserts the real world
consists of material thing, verying in Kalau Tuhan katanya ada, adalah.
their states and relations, and nothing Habis perkara. Tetapi agama tidak ada,
else. It is wich such extreme materialist dan yang ada hanya buatan manusia.
view that we are here concerned. In Manusia yang mengadakan agama,
what follows “materialist”is to be yang dalam dunia modern sekarang,
understood as an abbreviations of sudah diganti oleh pikiran obyektif,
extreme materialist.145 oleh filsafat, kata Pak Miran. Filsafat
dinamis, justru ia mengambangkan
Dengan basis pandangan pikiran manusia ke arah yang lebih
meterialisme, oleh karenanya, baik berdasarkan pengalaman dan
“conciciousness, purposivenes, aspiration, perjalanan sejarah. Cobalah kita
desire, and ability to perceive are not pelajari sejarah kebudayaan lebih teliti,
sebaliknya agama itu statis. Oleh
145 146
Keith Campbell, “Materialism,” The Encyclopedia Campbell, “Materialism.”, 179.
147
of Philosophy (Macmillan and Free Press, 1972), Pabottinggi, Islam, Antara Visi, Tradisi, Dan
Volume 5-6, 179. Hegemoni Bukan-Muslim, 83.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
90
karena itu ia akahirnya akhirnya ia mempunyai eksistensi yang nyata.148 Itulah
menimbulkan fanatisme buta. Dan jebakan dari jelaga hitam ateisme lewat
barang siapa yang menganggap dirinya pertentangan, dialektis yang buta serta
suci, pasti ia akan menganggap orang tanpa ujung yang membawa manusia pada
lain berdoa, kotor, kata Pak Miran lagi. keputusasaan, dan di dalam Jalan Terbuka,
(89-90) posisi Kamal terekspresikan secara jelas
dalam ungkapan Marno,”Terserah kau...
Doktrin-doktrin dari filsafat hanya kalau sudah terlalu jauh kau
materialisme di atas, di samping dari narasi mengembara begitu, jarak yang akan
novel Jalan Terbuka, juga mengingkatkan memisahkan kau dari ateisme nanti tidaklah
kita pada sebuah karya roman dari Achdiat lebih tebal dari kulit bawang.” (184)
Kartamihardja. Atheis. Tokoh utama dari Geneologi dari pandangan ateis ini merujuk
novel Jalan Terbuka, Kamal, serta dari pada Holbach, Buchner, Feuerbach, Marx,
roman Atheis, Hasan, memiliih sikap Schopenhauer, Nietzsche dan Sartre serta
“ateis” atau mengingkari adanya Tuhan pendekatan definitif dari ateis, “an
sebagai kuasa Adikodrati, penyebab awal “atheist” is a person who maintains, that
dari hierarki kosmos ini berada. Roman there is no God, that is, that the sentence
Atheis yang terbit pertama kali oleh “God exists”expresses a false
149
penerbit Balai Pustaka pada tahun 1949, proposition.”
pernah mengundang polemik serta ditolak Jadi memang terdapat perbedaan
oleh kalangan agama, kaum Marxis-Leninis subtantif, antara materialisme di satu sisi
serta juga kaum anarkis, karena tidak yang menjadi dasar dari sikap ateis, dengan
berhasil menampilkan narasi yang kuat dari agama pada sisi yang lain, khususnya Islam.
sisi kedalaman ideologi masing-masing Islam dan Marxisme berlawanan
aliran itu. Roman Atheis ini bercerita sepenuhnya dalam hal ontologi maupun
tentang pergulatan hidup Hasan yang kosmologi. Singkatnya, seperti lebih
dibesarkan dalam lingkungan agamis, ditandaskan oleh filsuf muslim mutakhir
namun kemudian memiliki sikap skeptis Dr. Ali Syari’ati, Marxisme didasarkan
terhadap kebenaran agamanya sendiri pada materialisme dan menggali sosiologi,
setelah bergaul dengan seorang sahabat antropologi, etika, dan filsafat hidupnya
penganut Marxisme-Leninisme dan seorang dari materialisme. Kosmos kaum Marxis,
penulis penganut filsafat nihilisme. Kamal, yakni kosmos kaum materialis, adalah –
dan demikian juga Hasan, merupakan dua dalam kata-kata Marx,”dunia yang tidak
orang kaum muda Indonesia yang terbius mempunyai hati dan roh” di mana manusia
dengan ungkapan-ungkapan “dunia yang tidak memiliki nasib “yang sesungguhnya”.
tidak mempunyai hati”, atau eksistensi Sebaliknya, kosmologi Islam bertumpu
“yang tidak mempunyai roh” dan juga pada keyakinan atas yang gaib yang
pandangan yang menyatakan bahwa agama
merupakan perwujudan supra-rasional dari 148
Pabottinggi, Islam, Antara Visi, Tradisi, Dan
nasib manusia, sebab nasib manusia tidak Hegemoni Bukan-Muslim, 85.
149
Paul Edwards, “Atheism,” The Encyclopedia of
Philosophy (Macmillan and Free Press, 1972),
Volume 1-2, 175.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
91
terdapat di balik segenap fenomena materi hakikat manusia dan menetapkan
dan alam yang bisa didekati oleh indra dan kemerdekaan kemauan manusia dan
oleh persepsi intelektual, ilmiah serta ketentuan takdir. “Melalui prinsip turun ke
empiris, dan yang merupakan acuan realitas bumi” dari surga, ia melepaskannya ke
yang lebih tinggi, pusat segenap gerakan, dalam kehidupan duniawi, agar ia bisa
hukum dan gejala di dunia ini.150 Islam mencapai surga berkat kemauan, cinta,
menafsirkan dan menilai manusia atas dasar kesadaran dan tanggung-jawabnya sendiri,
tauhid, dan Marxisme melakukan itu atas di tengah-tengah kontradiksi dan
dasar produksi (taulid).151 penderitaan dan agar ia bisa menentukan
Bagi umat Islam, “tauhid” ini adalah nasib di tangannya sendiri. Hari
sebuah worldview atau “pandangan dunia”. kebangkitan adalah “Hari di mana manusia
Setiap aktivitas manusia akhirnya dapat akan melihat apa yang telah dikerjakan
dilacak pada pandangan dunianya, dan oleh kedua tangannya.” (79:40)153
aktivitas-aktivitas dapat direduksi pada Pada bagian akhir dari novel Jalan
pandangan dunia. Oleh karenanya, “Every Terbuka, mata hati Kamal memang
human activity is ultimately traceable to its kemudian terbuka terhadap keyakinan
worldview, and as such it is reducible to tauhid ini. Di tengah kecamuk serta
that worldview.152Jadi, pandangan dunia kegalauan hatinya setelah Ida meninggal,
tauhid ini, bagi kaum muslim adalah asas setelah melakukan dialog yang sangat
bagi setiap bentuk prilakunya. Islam intens dengan Marno, Kamal mulai
menempatkan manusia dalam dunia tauhid, membuka ruang “transendensi” dirinya bagi
di mana Tuhan, manusia dan alam, berpadu adanya dimensi gaib, di luar dari kenyataan
dalam suatu harmoni yang bermakna dan dunia materi yang diyakininya. Kamal yang
bertujuan. Ia menampilkan Adam sebagai di Karawang pernah dituduh kafir karena
hakikat utama dari jenis manusia, sebagai tidak pernah belajar mengaji, tak pernah
tanah yang telah menerima hembusan napas tampak sembahyang dalam langgar Mualim
ketuhanan sebagai perantara roh dan jasad. Sapei, dan bila dalam bulan puasa Kamal
Lebih jauh lagi ia menerima amanah Tuhan sekeluarga tak pernah ada yang berpuasa.
di tangannya sendiri. Dengan demikian ia Kadang Kamal sekeluarga disebut kafir,
menampilkan suatu landasan yang kadang disebut “kemenis”. Kamal bukan
melampaui landasan kebendaan sebagai main sakit hatinya.(89) Dengan cara yang
kaidah tanggung-jawab manusia. Lewat tidak terduga, Ali Audah menutup bagian-
perumpamaan Hawa dan iblis, dengan bagian akhir dari novelnya, dengan
gagasan pemberontakannya Islam paragraf-paragraf yang menggambarkan
meletakkan prinsip eros dan logos dalam pergolakan batiniah Kamal sebagai berikut:
Ia makin gelisah sendiri.
150 Ya Tuhan, kami mau beriman
Pabottinggi, Islam, Antara Visi, Tradisi, Dan
Hegemoni Bukan-Muslim, 93. melalui Marno, tidak melalui
151
Pabottinggi, Islam, Antara Visi, Tradisi, Dan Mualim Sapei, yang banyak bicara
Hegemoni Bukan-Muslim, 96.
152
Alparslan Acikgence, “The Framework for a
atas nama-Mu, tiba-tiba pikirannya
History of Islamic Philosophy,” AlShajarah:Journal
153
of The International Institute of Islamic Thought and Pabottinggi, Islam, Antara Visi, Tradisi, Dan
Civilization (ISTAC), 1996, 6. Hegemoni Bukan-Muslim, 113.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
92
menyeruak. Matanya berkunang- atau iman. Moral atau humanisme
kunang, antara mengerti dengan sebagai suatu kepercayaan berupa
tiada. Ia terbawa dalam bacaannya sistem etika yang lepas dari agama
itu oleh suatu perasaan yang masih samasekali. Dulu kau sering bicara
terasa asing baginya. Ia bukan teori-teori Bentham, Moore dan
membaca Kafka, Rilke atau Schiller, Whitehead, tentang Karl Marx-lah...”
tidak juga Chairil atau Amir Dia kurang mengerti.
Hamzah atau Pushkin atau Valeri “Atau barangkali kau tidak membaca
atau siapalah. sendiri? Semua itu bukan yang
Matanya berkaca-kaca, karena kumaksudkan... Bagaimanapun juga ini
digenangi air, menyerap tidak, adalah pekerjaan otak, yang berpangkal
jatuhpun tidak, sepanjang pada ajaran hedonisme...” Kamal
ingatannya, itulah air mata pertama bertambah bingung. “Motif dan
yang pernah merembes dari kelopak tujuannya sangat beda, tidak mungkin
matanya. Ia teringat kepada ayahnya kau bandingkan...” masih banyak lagi
dan adiknya yang sudah tidak ada, yang dikatakan Marno, lebih
kepada ibunya. bersungguh-sungguh dari biasa. Tetapi
Ia menarik napas panjang. “Ya dia tidak ingat semua. “Di sini bedanya
Allah,”mendesis ucapan itu. agama dengan filsafat. Seorang Nabi
Ia berdiri tiba-tiba. Ia terkejut dengan seorang filusuf...”
sendiri. Nama itu mungkin tak “Seperti fotografi atau reproduksi
pernah terucapkan. Dan kalau dulu dengan seni rupa, teater dengan film
diucapkan orang lain, mungkin tak barangkali...”bisik Kamal dalam
pernah menggema dalam hatinya. hatinya, seperti ragu sendiri. (188-189)
Pernah menghinggapi pikirannya
ketika dia berbicara dengan Marno. Istilah “kafir”, “kemenis”
Terimakasih, Marno. (“komunis”), adalah pertanda bahwa Kamal
Ia masih mau berdiskusi terus. dan keluarganya diposisikan sebagai “ateis”
Otaknya kadang mau berdiskusi di lingkungan sosiologis awalnya di
lebih keras. Tetapi kadang ia Karawang. Sikap ateis ini adalah refleksi
terbentur sendiri. “Kau gelisah, dan dari ontologi materialisme yang dianutnya,
akan gelisah selalu,”kata meski pada akhirnya cahaya spiritualitas
Marno,”akan sia-sia kau lewat dialog-dialog bernas dengan Marno,
menggunakan otakmu di sini...” bisa Kamal terima walaupun masih dalam
Kamal tidak ingat semua apa yang tahap keraguan. Kamal akhirnya bisa
dikatakan Marno, atau barangkali menerima agama, serta kata “Allah” yang
tidak mengerti semua. menjadi inti dari seluruh bangunan ontologi
“Akan kau lihat perbedaan yang Islam, juga secara emanatif berpengaruh
jelas,”Marno masih melayani Kamal terhadap pandangan hierarki kosmologinya,
berfilsafat,”dulu kau pernah terlontar secara tidak sadar dari mulutnya.
membanding-bandingkan ajaran Marno kemudian membuat dikotomi antara
humanisme dan moral dengan agama agama dengan filsafat seperti pada kata-
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
93
kata, “Disini bedanya agama dengan is not philosophcal truth, but
filsafat. Seorang Nabi dengan seorang imaginative truth. Only a few gifted
filusuf...” (189) walapun setiap agama philosophical spirits can pierce the
yang dibawa para nabi, juga memiliki imajinative shell and reach the
sistem filsafatnya sendiri bahkan philosophical truth.154
memperkaya ketercerahan filosofis, tak
terkecuali Islam karena “berpikir” dalam
arti berfilsafat ini, juga menjadi bagian D. SIMPULAN
integral dari spirit Alqur’an. Sejarah filsafat Setelah penulis uraikan mengenai
Islam sendiri telah melahirkan para filsuf pendekatan filsafat Islam terhadap novel
besar seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Jalan Terbuka Ali Audah ini, penulis bisa
al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Suhrawardi, Ibnu mengambil beberapa kesimpulan sebagai
Bajah, Mulla Sadra sampai filsuf-filsuf berikut:
mutakhir seperti Allamah Muhammad 1. Bahwa metodologi penelitian filsafat
Iqbal, Abed al-Jabiri, Hasan Hanafi, dan yang dilengkapi dengan teori struktural
lain-lain. genetik membuat teks dari Jalan Terbuka
Kebenaran “wahyu” yang dibawa bisa dipahami secara lebih
oleh para Nabi bukanlah kebenaran filsafat, komprehensif. Dengan melakukan
tetapi lebih pada kebenaran imajinatif, pendekatan nilai-nilai intrinsik dari
walaupun para nabi sendiri telah mencapai mulai penokokan, tema, alur, sudut
ketercerahan filosofis ini, pandang sampai amanat, pandangan
mentransformasikan kebenaran filosofis ke dunia dari karya ini dapat dipahami
dalam sebuah mite imajinatif yang sebagai satu kesatuan integral dengan
menggerakkan manusia pada beragam segala kompleksitas masalah yang ada di
tindakan dan dapat mempengaruhi dalamnya. Sedangkan lewat pendekatan
masyarakat menuju sebuah moralitas yang atas nilai-nilai ekstrinsik seperti dengan
agung. Filsafat kenabian dari al-Farabi, membaca latar belakang pengarang serta
akan menjadi penutup dari seluruh memahami konteks sosial politik,
pembahasan ini: terbaca baik dari sisi dielaktika
pemikiran maupun dari cita-cita sosial
The prophet is a person who, having yang ada karena novel ini merupakan
attained this philosophical respon kalangan intelektual terhadap
illumination, transforms the cita-cita masyarakat Indonesia
philosophical truth into an imaginative demokratis yang diwujudkan pertama
mith that moves people to action and kali pada pemilu 1955.
can inffluence societies toward greater 2. Lewat pendekatan Filsafat Islam,
morality. It is become of his konversi pandangan seorang anarkis
imaginative power, the power to seperti Kamal yang dalam Jalan terbuka,
represent the intelectual truth in the ia berhasil untuk mengganti sikap ateis
form of a figure or a symbol, that the
154
prophet is able to make laws and to Fazlur Rahman, “Islamic Philosophy,” The
bring revelation. Revelation, therefore, Encyclopedia of Philosophy (Macmillan and Free
Press, 1972) Volume 3-4, 221.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
94
dengan teis telah membuka sebuah
horizon tentang benturan pemikiran
antara kalangan agama dengan kaum
Marxis-Leninis dalam sejarah Indonesia.
Novel Jalan Terbuka karya Ali Audah
ini, bisa dibandingkan dengan roman
Atheis karya Achdiat Kartamihardja.
Novel ini telah berhasil menggambarkan
the clash of ideology dari tokoh
protaganis dengan lingkungan sosialnya,
sekaligus membawa pesan bahwa
manusia tidak akan bisa melepaskan diri
dari ikatan-ikatan religius serta
“ketuhanan”, juga dari tuntutan hidup,
bekerja, berkeluarga, dan
bermasyarakat.[]
Abdullah, Taufik, ed. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara. 2nd ed. Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoepe, 2003.
Acikgence, Alparslan. “The Framework for a History of Islamic Philosophy.”
AlShajarah:Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civilization
(ISTAC), 1996.
Adib, Mohammad. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Audah, Ali. Jalan Terbuka. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Campbell, Keith. “Materialism.” The Encyclopedia of Philosophy. Macmillan and Free
Press, 1972.
Castles, Herbeth Feith & Lance, ed. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta:
LP3ES, 1995.
Edwards, Paul. “Atheism.” The Encyclopedia of Philosophy. Macmillan and Free Press,
1972.
Harold H. Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan. Living Issues In Philosophy
Persoalan-Persoalan Filsafat. Translated by H.M. Rasyidi. Jakarta: PT Bulan Bintang,
1984.
Hartoyo, Budiman S. “Ali Audah, Sastrawan Yang Tidak ‘Makan Sekolahan,’ 2007.
https://id.scribd.com/doc/75798125/ALI-AUDAH#.
Maarif, Ahmad Syafii. “Ali Audah, Pengilham Sejati (1),” 2014.
https://www.google.com/#q=pengilham+sejati&*.
———. “Ali Audah, Pengilham Sejati (2),” 2014.
https://www.google.com/#q=pengilham+sejati&*.
MacIntyre, Alasdair. “Ontology.” The Encyclopedia of Philosophy. Macmillan and Free
Press, 1972.
Mudhofir, Ali. Kamus Teori Dan Aliran Filsafat Dan Teologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1996.
Pabottinggi, Mochtar, ed. Islam, Antara Visi, Tradisi, Dan Hegemoni Bukan-Muslim.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986.
Rahman, Fazlur. “Islamic Philosophy.” The Encyclopedia of Philosophy. Macmillan and
Free Press, 1972.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996.
Suwardi, Endraswara. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama,
2003.
Tom, Elizabeth Burns &, ed. Sociology of Literature and Drama. Harmondsworth,
Middlesex: Penguin Books Ltd., 1973.