Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM PALEONTOLOGI

PRROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA : MA’RUF NURRUDIN-12018042

RAHMAT AGUNG PURNAMA- 12018016

M. EDI SUNYOTO – 12018054

M. HAYDAR IRFAN – 12018074

M. IFRANDO H -12018060

SHIFT : Rabu, 16.00-18.00 WIB

ASISTEN : NAOMI MARIA-12016011

DZIKI HILMAWAN-12017064

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemunculan fosil-fosil moluska pada batuan berumur Tersier di Indonesia sangat melimpah,
lebih dari 3000 spesies telah dikenali. Penelitian paleontologi moluska di Indonesia sendiri sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti dari berbagai negara.
Turritella merupakan taksa yang paling sering dijumpai pada lokasi-lokasi tipe jenjang
biostratigrafi Moluska. Kehadiran spesies tersebut menjadi layak untuk dikaji dari aspek paleontologi
agar tidak terjadi kerancuan dalam melakukan identifikasi. Sehingga nantinya kehadiran fosil
Turritella pada beberapa lokasi tersebut dapat lebih termanfaatkan dalam aspek geologi yaitu dalam
penentuan umur dan cekungan pada lokasi penemuannya. Metode penelitian yang digunakan dalam
hal ini adalah untuk mengetahui tiga hal, yaitu; yang pertama adalah taksnomi dan filogeni dari
Turritella, yang kedua mengetahui umur dari batuan dan terakhir mengetahui lingkungan dari spesies-
spesies Turritella tersebut.
Penelitian tersebut menghasilkan usulan parameter untuk mengidentifikasi Turritella dari
aspek biometri. Parameter tersebut adalah Wsut:Wang yang terbukti dapat menunjukkan kesamaan
spesies dan juga membedakan sub spesies. Aspek biometri pada Turritellidae juga berhubungan
dengan aspek geologi berupa cekungan dan umur. Apabila diteliti lebih lanjut, adanya hubungan
antara aspek biometri dengan aspek geologi dapat membuktikan bahwa pada masing-masing
cekungan yang sama ditemukan Turritella yang sama dan pada cekungan yang berbeda Turritella
yang muncul juga berbeda.
Oleh karena itu, penelitian dengan metode biometri yang dilakukan pada praktikum kali ini
dirasakan perlu untuk dilakukan dan dipahami dengan baik karena merupakan dasar dari penelitian
yang lebih lanjut untuk mengetahui umur dari batuan dan lingkungan dari spesies-spesies Turritella
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka didapatkan rumusan masalah, yaitu:
 Metode apa yang digunakan dalam penelitian pada praktikum kali ini?
 Bagaimana mengetahui kesamaan spesies turritella dengan menggunakan metode yang ada?
 Apakah ada kesamaan spesies pada sampel-sampel turritella yang digunakan dalam
praktikum?

1
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka praktikum ini bertujuan untuk:

 Mengetahui cara penentuan kesamaan spesies turritella berdasarkan metode yang ada.
 Menentukan kesamaan spesies yang terdapat pada sampel-sampel turritella yang digunakan
dalam praktikum.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian kami adalah :
 Dapat memahami dan mengaplikasikan metode penentuan kesamaan spesies dengan baik
 Diharapkan dapat melaksanakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penentuan umur
batuan maupun penentuan lingkungan hidup spesies-spesies turritella tersebut.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Turritellidae merupakan hewan kelas gastropoda (biasa dikenal sebagai filum siput) yang

memiliki ciri khas berupa cangkang putar yang berbahan dasar aragonit-kalsit. Putaran cangkang

umumnya berputar vertikal mengitari suatu pilar tengah atau lubang (Doyle, 1996: 139). Taksonomi

Turritellidae dimulai dari kingdom Animalia, filum Moluska, kelas Gastropoda Cuvier 1797, orde

Neotaenioglossa, family Turritellidae Clarke 1851, genus Turritella Lamarck 1799, dengan beragam

jenis spesies yang masing-masing dapat dibedakan dengen morfometrinya. Merriam (dalam Pandita,

2013: 2) Tiga parameter utama untuk identifikasi antara lain; 1.) Bibir jejak luar, 2.) Ontogeni spiral

primer dan, 3.) Keong proto.

Salah satu metode yang lazim digunakan dalam menentukan taksonomi dari Turritellidae

adalah dengam menggunakan data biometri. Biometri (berasal dari bahasa yunani ‘bios’ yang berarti

hidup dan ‘metron’ yang artinya mengukur) merupakan metode untuk menganalisis mahluk hidup

berdasarkan data statistika yang diperoleh.

Pada Turritellidae, jenis morfologi yang dapat diamati adalah spiral ribs, sculpture, bentuk

protoconch , dan teleconch. Pengukuran biometri mencakupi panjang cangkang vertikal (L), lebar dari

ulir terakhir (Wang), lebar suture di ulir terakhir (Wsut), besar sudut apeks (α), dan jumlah kamar ulir

(Whorl number). Aswan (dalam Pandita, 2013: 2 ) mengajukan parameter analisis biometri

Turritellidae berdasarkan rasio dari panjang cangkang vertikal (L) dan whorl number. Pandita (2013:

2) membagi analisis biometri atas tiga parameter data; 1.) Rasio dari Wang dengan Wsut, 2.) Rasio

panjang cangkang vertikal (L) dengan Wsut dan, 3.) Rasio panjang cangkang vertikal dengan Wang.

Fiksasi dari parameter-parameter ini didasarkan asumsi bahwa suatu organisme selalu memiliki

pertumbuhan yang konsisten, dimana perkembangan satu parameter akan diikuti oleh perkembangan

parameter yang lainnya.

Berdasarkan tinjauan dari sumber-sumber di atas, telah didapatkan landasan untuk

pelaksanaan praktikum dan pembuatan laporan kali ini.

3
BAB III METODE DAN DATA
3.1 Metode
Pada laboratorium Paleontologi, beberapa sampel fosil terdiri dari 18 fosil yang dibagi
menjadi kelompok A berjumlah 10 fosil dan kelompok B berjumlah 8 fosil . Analisis laboratorium
yang dilakukan adalah mengidentifikasi moluska dengan pengamatan morfologi dan pengukuran
biometrik pada cangkang moluska.

3.2 Identifikasi fosil

Karakter taksonomi dari Turritellidae telah dikembangkan oleh beberapa penulis. Meriam
(1941) yang mengusulkan tiga parameter utama untuk identifikasi: 1) lip trace. 2)the ontogeny of
primary spiral, and 3) protoconch. Parameter ini telah diterima oleh beberapa penulis seperti Marwick
(1957) dan Kotaka (1959) dengan beberapa perubahan yang detail. Shuto (1969) telah menerima juga,
tetapi ia menambahkan parameter lain dengan menghormati biometri ini.

Pada Turritellidae, pengamatan morfologi meliputi jumlah ribs spiral, sculpture, bentuk
protoconch dan teleconch. Pengukuran biometri melingkupi jumlah whorl, Panjang cangkang (L),
maksimum lebar whorl terakhir (Wang), lebar sutura pada whorl terakhir (Wsut), dan sudut apex (α).

Gambar 1. Parameter yang diukur pada cangkang Turritelidae

4
3.3 Data

Hasil pengukuran biometri pada praktikum paleontologi diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel . berdasarkan parameter-parameter biometri sebelumny

Whorl
Kotak No Spesies L (mm) Wang Wsut sudut Wang : L Wsut : L Wsut : Wang
Number
A 106.00 28.80 19.60 15.20 12 0.27 0.18 0.68
E 46.00 13.30 10.60 16.13 7 0.29 0.23 0.80
G 34.00 19.40 12.35 29.77 6 0.57 0.36 0.64
C 51.00 30.00 19.35 30.46 7 0.59 0.38 0.65
Kotak A

8 49.00 29.60 21.45 31.09 6 0.60 0.44 0.72


H 36.00 19.80 14.20 28.87 6 0.55 0.39 0.72
5 32.00 20.50 14.95 32.64 5 0.64 0.47 0.73
D 48.00 15.60 13.25 17.95 7 0.33 0.28 0.85
30 42.00 21.30 12.30 26.89 6 0.51 0.29 0.58
B 30.00 10.40 10.00 19.12 6 0.35 0.33 0.96
R04 50.00 16.30 12.70 15.00 5 0.33 0.25 0.78
K1 27.00 9.40 6.80 14.00 9 0.35 0.25 0.72
B 78.00 17.50 14.00 9.00 13 0.22 0.18 0.80
Kotak B

L 60.00 21.10 13.00 15.70 8 0.35 0.22 0.62


10 48.00 17.40 12.40 13.20 8 0.36 0.26 0.71
T02 83.00 21.10 16.20 11.50 11 0.25 0.20 0.77
7 40.00 21.10 12.20 23.50 8 0.53 0.31 0.58

Tabel 1. Hasil Pengukuran biometri pada sampel fosil kelompok A dan B

5
1 BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI

4.1. Rasio Panjang cangkang (L) : Wsut

14
R² = 0.9399
12
R² = 0.151
10
whorl number

8 kelompok
A
6
kelompok
4 B

0
0.00 50.00 100.00 150.00
length of shell A and B (mm)

Gambar 2. Distribusi rasio Panjang cangkang A dan B dengan jumlah whorl

Rasio ini dedasarkan pada Panjang cangkang dengan maksimal lebar sutura pada whorl terakhir .
parameter ini belum pernah digunakan untuk menentukan spesies. Berdasarkan sifat alami
turritellidae bahwa perumbuhan panjang cangkang akang diikuti dengan pertumbuhan lebar sutura
pada whorl terakhir. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sampel terdistribusi dan L
>60mm berumur Pliocene – Pleistocene sedangakan L<60 mm upper Miocene -lower Miocene.

4.2 Rasio Panjang cangkang (L) : Wang

35.00
R² = 0.3418
30.00
R² = 0.2976
25.00
Wang (mm)

20.00 kelom
pok A
15.00

10.00

5.00

0.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
length of shell A and B (mm)

Gambar 3. Distribusi rasio Panjang cangkang A dan B dengan Wang

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sampel terdistribusi dan L >60mm berumur Pliocene –
Pleistocene sedangakan L<60 mm upper Miocene -lower Miocene.

6
4.3 Rasio Panjang cangkang (L) : Wsut

25.00

R² = 0.5556
20.00 R² = 0.322
Wsut (mm)

15.00 kelom
pok A

10.00

5.00

0.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
length of shell A and B (mm)

Gambar 4. Distribusi rasio Panjang cangkang A dan B dengan Wsut

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sampel terdistribusi dan L >60mm berumur Pliocene –
Pleistocene sedangakan L<60 mm upper Miocene -lower Miocene.

4.3 Wang : Wsut

25.00

20.00
Wsut (mm)

15.00
kelompok A
kelompok B
10.00

5.00

0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
Wang (mm)

Gambar 5. Distribusi rasio Wang A dan B dengan Wsut

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sampel tersebar dengan merata dansampel yang
melebihi Wang >20mm berumur Pliocene – Pleistocene sedangakan Wang<20 mm upper Miocene -
lower Miocene.

7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Praktikum ini menunjukkan aspek biometri merupakan refleksi dari kondisi geologi. Telah
terlihat bahwa ukuran kecil individu muncul pada Upper miocen-lower pliocene, sedangkan yang
berukuran beasar muncul pada tingkat yang lebih muda pada umur pliocene-pleistocene.

Dengan demikian, dari fosil ini dapat menunjukkan umur pada batuan realtif dari ukuran kecil
untuk batu yang tua dan yang bberukuran besar relatif batu yang muda

5.2 SARAN

Pada praktikum ini masih banyak korelasi error yang belum dibahas dan tidak mengamati
batuan pada kondisi lapangan sehingga hasil dari praktium ini masih jauh dari kebenaran. Perlu
adanya metode tambahan seperti analisis laboratorium mikropaleontologi untuk menentukan umur
yang lebih presisi

8
DAFTAR PUSTAKA

 Allmon, W. D.. 2011. Natural History of Turritelline Gastropods (Cerithioidea: Turritellidae):

A Status Report. United States of America: Cornell University.

 Allmon, W. D.. 2010. The Natural (and Not-So-Natural) History of “Turritella agate”. United

States of America: Cornell University.

 Doyle, P.. 1996. Understanding Fossils: An Introduction to Invertebrate Palaeontology.

England: John Wiley and Sons Ltd.

 Pandita, H., Zaim, Y., Aswan, Rizal, Y.. 2013. Relationship of Biometrical Aspect of

Turitellidae With Geochronological Aspect in West Java. Bandung: International Journal of

Geoscience.

 https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=71309#n

ull (diakses 20 November 2019).

Anda mungkin juga menyukai