Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING
Lindawati Setyaningrum M.Farm,Apt

Disusun Oleh:
1. Aldi Guswanto (18040007)
2. Altelerita Nur Cahyaning Wijaya (18040008)
3. Amil Nur Fatimah Purwoto (18040009)
4. Amina (18040010)
5. Anaatika Surur (18040011)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kita

berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa

keberkahan, baik kehidupan alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,

sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai-hambanya yang berada di jalan-

Nya.

Terimakasih sebelum dan sesudahnya kepada semua pihak yang telah banyak

membimbing, menasehati penulis dalam bersikap yang baik dalam menuntut ilmu dan

memberikan banyak pengajaran dalam menyelesaikan tugas yang beliau berikan kepada

penulis selama ini dan orang tua yang telah memberikan motivasi untuk dapat lebih semangat

dalam meraih cita-cita yang diinginkan oleh penulis serta teman-temans ekalian yang tela

hmembantu baik bantuan moril maupun materil, sehingga makalah ini dapa terselesaikan

dalam waktu yang di tentukan.

Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangan, baik dari segi bahasa maupun dalam

pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kalaanya menuruti

egois pribadi, untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun

untuk lebih menyempurnakan makalah ini di lain waktu, agar pengembangan tata bahasa

penulis lebih baik lagi dan juga hal-hal yang diangkat dalam menyelesaikan makalah ini tidak

secara gegabah ataupun egois semata.


Harapan paling besar dari penyusunan makalah ini adalah, mudah-mudahan apa yang

penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman serta orang lain yang ingin

membaca dan menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan

dalam menambah referensi yang telah ada dan dapat memberikan manfaat bagi yang

membaca untuk dapat menjadi acuan bahan diskusi dan dapat mengembangkan kreatifitas

bagi mahasiswa.

Jember, 16 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................................................ 4

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................... 5

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 5

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 6

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 6

BAB II Pembahasan ............................................................................................................... 8

A. Dasar Teori ....................................................................................................................... 8

B. Penggolongan Analgetik-Antipiretik ................................................................................ 10

C. Identifikasi dari Obat Analgetik-Antipiretik ..................................................................... 15

D. Analisis Analgetik-Antipiretik .......................................................................................... 17

E. Penetapan Kadar Analgetik-Antipiretik ............................................................................ 19

BAB III Penutup .................................................................................................................... 23

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 23

B. Saran ................................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analgetika (Obat Penghilang rasa nyeri) ialah obat yang digunakan untuk

mengurangi/menekan rasa sakit, misalnya rasa sakit kepala, otot, perut, gigi dan

sebagainya. Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh. Analgetik

dapat meringankan rasa nyeri Tanpa menghilangkan kesadaran penderita. Karena

khasiat dari obat analgetika ini dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri, maka obat

analgetika ini menjadi sangat populer dan disenangi oleh masyarakat, meskipun tidak

dapat menyembuhkan/ menghilangkan penyakit dari penyebabnya.

Dalam bidang farmasi khususnya kimia farmasi sering dilakukan analisis

sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif seperti

identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menentukan

kadar suatu senyawa.

Analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan atau obat yang sering

digunakan dalam bidang farmasi dimaksudkan untuk menentukan kadar dan mutu

dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia seperti yang telah tercantum dalam

farmakope dan buku resmi lainnya. Analisa kuantitatif dapat dibagi menjadi empat,

yaitu secara volumetri, gravimetri, gasometri dan instrument. Metode volumetri ada

yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satu sumbangan nyata ilmu kimia kepada ilmu farmasi ialah bidang

pengobatan. Salah satu obat yang sangat sering digunakan dalam masyarakat adalah

obat-obatan golongan analgesik antipiretik.


Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)

merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat

berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak

persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Analgetik adalah obat yang

mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan

antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tingi. Jadi, Analisis

senyawa ini dianggap penting sebagaimana diketahui senyawa ini merupakan zat aktif

yang dapat digunakan sebagai analgetik atau penghilang rasa nyeri dan antipiretik

atau penurun panas atau demam, sehingga dapat diketahui bagaimana sifat dari

senyawa ini seperti kemurniaanya. Karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan

mengenai struktur kimia dari golongan obat analgetik antipiretik, serta mengenai

analisis penetapan kadar pada analgetik antipiretik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu obat Analgetik-Antipiretik?

2. Bagaimana penggolongan Obat dari Analgetik-Antipiretik?

3. Bagaimana identifikasi dari obat Analgetik-Antipiretik?

4. Bagaimana analisis dari obat Analgetik-Antipiretik?

5. Bagaimana metode penetapan kadar pada obat Analgetik-Antipiretik?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu obat Analgetik-Antipiretik.

2. Untuk mengetahui bagaimana penggolongan Obat dari Analgetik-Antipiretik.

3. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi dari obat Analgetik-Antipiretik.

4. Untuk mengetahui bagaimana analisis dari obat Analgetik-Antipiretik?

5. Untuk mengetahui bagaimana metode penetapan kadar pada obat Analgetik-

Antipiretik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Teori

Sebelum penemuan asetaminofen berawal dari kulit sinkona Yang digunakan

sebagai agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan obat antimalaria.

Karena pohon Sinkona semakin berkurang pada1880-an,sumber alternatif mulai

dicari. Terdapat dua agen antipiretik yang dibuat pada 1880-an : asetanilida pada 1886

dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, parasetamol telah disintesis oleh Harmon

Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam asam asetat

gletser. Walaupun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, paracetamol tidak

digunakan dalam bidang pengobatan hingga dua dekade setelahnya. Pada 1893,

parasetamol telah ditemui di dalam air kencing seseorang yang menggunkan

fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan berasa pahit.

Pada tahun 1899, parasetamol dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun

penemuan ini tidak dipedulikan pada saat itu. Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik

dan Obat-obatan Sedatif telah memberi bantuan kepada Departemen Kesehatan New

York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard

BrodiedanJulius Axelrodtelah ditugaskan untuk mengkaji mengapa bahan bukan

aspirin dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak

berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod mengaitkan

penggunaana asetanilida dengan methemoglobinemia dan mendapati pengaruh

analgesik asetanilida adalah disebabkan metabolit parasetamol aktif.


Mereka membela penggunaan parasetamol karena memandang bahan kimia

ini tidak menghasilkan racun asetanilida.

Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat

secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi

kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya

adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan

di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau

kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis,

fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan

melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada

ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan- jaringan (organ-organ)

lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf

Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat

nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri.

Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh. Pada keadaan

demam, thermostat di hipotalamus terganggu, menyebabkan suhu tubuh meningkat.

Obat analgetika-antipiretika bekerja mengembalikan fungsi thermostat ke suhu tubuh

normal, dengan cara rangsangan pusat pengatur kalor di hipotalamus. Sehingga terjadi

vasodilatasi perifer dikulit dan pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat.
B. Penggolongan Analgetik-Antipiretik

1. Turunan anilin dan para –aminofenol

Turunannya seperti acetaminofen, asetanilid, dan fanasetin, mempunyai aktivitas

analgesik-antipiretik sebanding dengan aspirin, tetapi tidak mempunyai efek

antiradang dan antirematik. Turunan ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri

kepala dan nyeri pada otot atau sendi, dan obat penurun panas yang cukup baik. Efek

samping yang dittimbulkan antara lain adalah methoglobin dan hepatotoksik.

Anilin mempunyai efek antipiretik cukup tinggi tetapi toksisitasnya juga besar karena

menimbulkan methemoglobin suatu bentuk hemoglobin yang tidak berfungsi sebagai

pembawa oksigen. Pada dosis terapi relatif aman tetapi pada dosis yang lebih besar

menyebabkan pembentukan methemoglobin dan mempengaruhi jantung.

a. Acetaminofen (Paracetamol)

Struktur parasetamol terdiri dari sebuah cincin benzen yang tersubstitusi oleh gugus

hidrokdil (-OH) dan atom nitrogen dari gugus amida yang berada pada posisi para

(1,4), sehingga senyawa tersebut dinamai dengan para-asetaminofenol yang kemudian

lebih dikenal dengan parasetamol. Paracetamol merupakan metabolit dari fenasetin.

Untuk Fenasetin, tidak digunakan lagi dalam pengobatan, karena penggunaannya

dikaitkan dengan terjadinya anemia hemolitik, dan mungkin kanker kandung kemih.

Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak

memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna. Obat ini berguna untuk nyeri ringan

sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain.

Efek samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati.


Nama Resmi : Paracetamolum

Nama Lain : Paracetamol, Acetaminofen

Struktur Kimia :

Rumus Molekul : C8H9NO2

Berat Molekul : 151,16

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;

Mudah larut dalam etanol.

Kandungan :Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak

lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadat zat anhidrat.

Baku pembanding : Paracetamol BPFI; lakukan pengeringan di atas silika gel P

selama 18 jam sebelum digunakan.

a. Asetanilid

Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan

sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu

gugus asetil

Nama Resmi : Asetanilida

Nama Lain : N-phenylacetamide, asetanil


Struktur kimia :

Rumus molekul : C6H5NHCOCH

Berat molekul : 135,16

Pemerian : berbentuk butiran berwarna putih (kristal)\

Kelarutan : tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan

bantuan kloral anhidrat.

2. Turunan 5-pirazolon

Turunannya seperti antipirin, amindopirin dan metampiron, aspirin. Turunan ini

digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada keadaan nyyeri kepala,nyeri spasma

usus, ginjal, saluran empedu, dan urin, neuralgia, migrain, dismenorhu, nyeri gigi, dan

nyeri rematik. Efek samping yang ditimbulkan oleh turunan 5-pirazolon adalah

agranulositosis yang dalam beberapa kasus dapat berakibat fatal. Di pasaran piralozon

terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat manjur sebagai

penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan

efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu

penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.

a. Aspirin

Aspirin mengandung gugus fungsi asam karboksilat, dengan rumus molekul C9H8O4.

Nama IUPAC dari aspirin adalah asam 2-asetilbenzoat. Nama generik aspirin adalah

asetosal.

Nama Resmi : Acidum Aceytlosalicylicum

Nama Lain : Asam Asetilsalisat


Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C9H8O4

Berat Molekul : 180,16

Kandungan : Asam Asetilsalisat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan

tidak lebih dari 100,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat yang

telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan

tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau

lemah. stabil diudara kering; dalam udara lembab secara

bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam

kloroform, dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.

Baku pembanding : Asam Asetilsalisat BPFI; lakukan pengeringan diatas silika

gel P selama 5 jam, sebelum digunakan.

Simpan dalam wadah tertutup rapat.

b. Antipirin

Nama resmi : Antipyrinum

Nama lain : Antipirin

Rumus Molekul : C11H12N2O

Berat Molekul : 188, 23


Kandungan : antipirin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 100 5% C11H12N2O, dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan.

Pemerian : Serbuk hablur, hablut tidak berwarna atau putih, tidak berbau

atau agak pahit. Larutan netral terhadap lakmus.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan

dalam kloroform; agak sukar larut dalam eter.

Jarak lebur : Antara 110º-112,5º

Baku pembanding : Antipirin BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 2

jam sebelum digunakan.

Kesempurnaan melarut dan warna larutan larut sempurna

dalam 1 bagian air dingin, jika diamati secara melintang dalam

tabung yang berdiameter lebih kurang 20 mm, larutan tampak

tidak berwarna dari kuning pucat.

c. Metampiron

Nama resmi : Methampyronum

Nama lain : Metampiron, Antalgin

Rumus Molekul : C13H16N3NaO4SH2O

Berat Molekul : 351,37

Kandungan : Metampiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S. dihitung terhadap zat

yang telah dikeringkan

Pemerian : Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan.


C. Identifikasi dari Obat Analgetik-Antipiretik.

1. Turunan anilin dan para –aminofenol

a. Paracetamol

 Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang cocok

dan didispersikan dalam kalium bromide P menunjukkan maksimum hanya pada

panjang gelombang yang sama seperti pada Paracetamol BPFI

 Spektrum Serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam klorida

0,1 N dalam methanol P (1 dalam 100), menunjukkan maksimum dan minimum pada

panjang gelombang yang sama seperti Paracetamol BPFI

 Memenuhi uji Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis, gunakan larutan 1 mg/ml

dalam methanol P dan fase gerak diklormetana P-metanol

2. Turunan 5-pirazolon

1. Aspirin

 Panaskan dengan air selama beberapa menit, dinginkan dan tambahkan 1 atau 2 tetes

besi (lll) klorida LP; terjadi warna merah ungu.

 Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P

menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama sperti pada Asam

Asetilsalisat BPFI.

2. Antipirin

 Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan kalium bromida P menunjukkan

maksimum hanya pada panjang gelombang sama seperti pada Antipirin BPFI.

 Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 50.000) dalam metanol P menunjukan

maksimum dan minimum pada panjang yang sama seperti pada Antipirin BPFI, daya
serap masing-masing dihitung terhadap zat telah dikeringkan pada panjang gelombang

serapan maksimum lebih kurang 266 mm: berbeda tidak lebih dari 3,0%

 Pada larutan tambahan asam tanan LP; terbentuk endapan putih.

3. Metampiron

 Pada 3 ml larutan 10% tambahkan 1 ml sampai 2 ml asam klorida encer P dan 1 ml

besi (lll) klorida P 5%; terjadi warna biru yang jika dibiarkan berubah menjadi merah,

kemudian tidak berwarna.

 Panaskan 2 ml larutan 10% yang telah diasamkan dengan asam klorida P 25%; terjadi

gas belerang dioksida.

D. Analisis Analgetik-Antipiretik.

1. Turunan anilin dan para –aminofenol

a. Analisis Golongan

 Reaksi Isonitril

Zat uji + kloroform, NaOH dan etanol → dipanaskan → bau busuk dari isonitril

 Reaksi Indofenol

Zat uji + ammonia, Na-hipoklorit, dan fenol → dipanaskan → warna hijau biru →

pemanasan lebih lanjut → merah

b. Analisis Gugus

 Senyawa Nitrogen (Amin aromatis)

Zat uji + HCl → dipanaskan 5-15 menit → didinginkan → warna merah jingga atau

endapan merah jingga (Fenasetin)


 Reaksi Gabungan Dengan Asam Sulfanilat

Zat uji + 1 ml NaOH 3N + campuran asam sulfanilat dan NaNO2 10% (1:1) → merah

(Paracetamol)

c. Reaksi Individual

1. Parasetamol

 Zat uji + 10 ml akuades + 1 tetes FeCl3 → biru violet

 Zat uji + 1 ml NaOH 3N → panaskan → setelah dingin + 1 ml asam sulfanilat +

beberapa tetes NaNO2 → warna merah

 Zat uji + 1 ml HCl → panaskan 3 menit → + 10 ml akuades → setelah dingin + 1 tetes

K2Cr2O7 → warna violet yang tidak berubah menjadi merah (bandingkan dengan

fenasetin)

 Zat uji pada drupple plate + asam nitrat encer → amati warna

2. Fenasetin

 Zat uji + asam nitrat pekat → didihkan → ambil 1 tetes larutan yang telah dididihkan,

letakkan pada obyek glass + 1-2 tetes air dingin → amati kristal di bawah mikroskop.

Hasil reaksi di atas setelah dingin membentuk kristal kuning

 Zat uji + 2 ml H2SO4 pekat → panaskan hingga mulai mendidih → setelah dingin +

2ml akuades → bau etil asetat

 Zat uji + 1 ml asam nitrat → amati warna → ambil 1 tetes letakkan pada obyek glass +

1-2 tetes air dingin → amati kristal di bawah mikroskop

 Zat uji + 1 ml aseton → teteskan pada obyek glass + 1-2 tetes air dingin → amati

kristal di bawah mikroskop.

 Zat uji + 1 ml HCl teteskan pada obyek glass + 1-2 tetes reagen dragendorf → amati

kristal di bawah mikroskop


2. Turunan 5-pirazolon

a. Analisis Golongan

 Zat uji + reagen Mayer + HCl→ terjadi endapan

 Zat uji + larutan FeCl3 → biru (novalgin), ungu (piramidon), merah (antipirin)

 Zat uji + HCl + NaNO2 → hijau (antipirin), ungu (piramidon)

b. Analisis Individual

1. Metampiron

 Zat uji + reagen Mayer → endapan putih kuning

 Zat uji + HCl encer + FeCl3 → warna biru → diamkan → merah → tak berwarna

 Zat uji + 1 ml AgNO3 → warna ungu dengan endapan perak metalik

 Reaksi kristal dengan K4Fe(CN)6 → amati kristal di bawah mikroskop

2. Antipirin

 Zat uji + reagen Mayer → endapan putih

 Zat uji + FeCl3 → merah darah → + H2SO4 encer → kuning

 Zat uji + beberapa tetes NaNO2 + H2SO4 encer → hijau intensif

 Zat uji + DAB HCl → warna rose lama

 Reaksi kristal dengan asam pikrat → amati kristal di bawah mikroskop

E. Penetapan Kadar Analgetik-Antipiretik

a. Metode Iodimetri

Iodimetri yaitu suatu proses analitis secara langsung yang menggunakan iodin sebagai

agen pengoksidasi. Hanya sedikit substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi

untuk dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan

iodimetrik adalah sedikit. Namun demikian, banyak agen pengoksidasi yang


cukup kuat untuk bereaksi secara lengkap dengan ion iodida dan aplikasi iodometrik

cukup banyak.

b. Metode Diazotasi

Diazotasi merupakan analisis kuantitatif yang berdasar pada reaksi antara amin

aromatis primer dengan asam nitrit sebagai penitrannya yang berlangsung dalam

suasana asam dan membentuk garam diazonium.

1. Turunan anilin dan para –aminofenol

a. Paracetamol

 Metode Diazotasi

 Ditimbang 302,5 mg tablet paracetamol yang setara dengan 250 mg paracetamol yang

telah diserbukkan terlebih dahulu.

 Paracetamol tersebut ditambahkan 20 ml H2SO4 0,1 N.

 Dipanaskan selama 10 menit.

 Ditambahkan 10 ml aquadest dan HCl P sebanyak 5 ml.

 Larutan tersebut kemudian didinginkan dengan es batu hingga suhu kurang 150C.

 Ditambahkan indikator dalam yaitu tropeolin OO dan metilen biru sebanyak 3 tetes.

 Dititrasi dengan NaNO2 hingga warna hijau toska.

 Dihitung volume titrasinya dan dihitung kadarnya.

 Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV

Larutan baku, timbang seksama sejumlah Paracetamol BPFI, larutkan dalam

air hingga kadar lebih kurang 12 µg/ml.


Larutan Uji, timbang seksama lebih kurang 120 mg, masukkan ke dalam labu

tentukur 500 ml, larutkan dalam 10 ml methanol P, encerkan dengan air

sampai tanda.

Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100 ml, encerkan dengan air

sampai tanda dan campur. Ukur serapan Larutan Uji dan Larutan baku pada

panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 244 nm, terhadap air

sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg, C8H9NO2, dengan rumus:

Au
10 𝐶 = ( )
As

C adalah kadar Paracetamol BPFI dalam µg/ml Larutan baku; Au dan As berturut-turut

adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.

2. 5-pirazolon Turunan

1. Aspirin (Dirjen Pom, 1995)

Timbang seksama lebih kurang 1,5 g, masukkan kedalam labu, tambahkan 50,0 ml

natrium hidroksida 0,5 N LV, didihkan campuran secara perlahan-lahan selama 10

menit. Tambahkan indikator fenolftalein LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida

dengan asam sulfat 0,5 N LV. Lakukan penetapan blangko.

2. Antipirin (Dirjen Pom, 1995)

Timbang seksama lebih kurang 100 mg, masukkan dalam labu iodum 250 ml, larutkan

dalam 25 ml air. Tambahkan 2 g natrium asetat P dan 20,0 ml iodum 0,1 N LV,

biarkan ditempat yang gelap dan sejuk selama 20 menit, tambahkan 25 ml atanol P

hingga endapan larut. Titrasi kelebihan iodum dengan natrium triosulfat 0,1 N LV,

menggunakan kanji LP sebagai indikator.


3. Metampiron

 Metode Iodimetri

 Tablet methampiron ditimbang sebanyak 294 mg yang setara dengan 250 mg

methampiron.

 Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 25 ml di erlenmeyer dan ditambahkan 10 ml

HCl 0,1 N dan 2 ml indikator kanji.

 Dititrasi dengan larutan iod hingga berwarna biru.

 Dihitung volume titrasinya dan dihitung kadarnya.

 Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV

Timbang seksama lebih kurang 200 mg, larutkan dalam 5 ml asam klorida 0,02 N dan

segea titrasi dengan iodum 0,1 N LV, menggunakan indicator kanji LP, dengan

sekali-sekali dikocok hingga terjadi warna biru mantap selama 2 menit.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Analgetik-antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dan

menurunkan demam.

 Penggolongan analgetik-antipiretik ada 2 yaitu turunan anilin dan para –aminofenol

dan turunan 5-pirazolon

 Turunan anilin dan para –aminofenol contohnya Paracetamol.

 Turunan 5-pirazolon contohnya Metampiron.

 Analisis yang dilakukan yaitu Analisis golongan, analisis gugus, dan reaksi individual

 Metode penetapan kadar yang digunakan pada turunan anilin dan para –aminofenol

yaitu metode Diazotasi.

 Metode penetapan kadar yang digunakan pada turunan 5-pirazolon yaitu metode

Iodimetri
DAFTAR PUSTAKA

A.L Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuanitatif. Jakarta: Erlangga.

Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

Donald, C. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGC

Pudjaatmaka.1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Soekardjo bambang, Siswando. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga


University Press

https://evalismawatiblog.wordpress.com/2013/05/01/analgetik-antipiretik.html

https://id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai