Anda di halaman 1dari 7

PRESEPSI MASYARAKAT MENGENAI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN

HUTAN KOTA MALABAR

Muhammad Haidar Amrullah1), Kharin Furaida Dwi Hafsari2), Miftahul Mufinadiroh3), Syida Naj’la
Aghiani4), I Wayan Sumberartha5).
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5, Malang
Email: muhammadhaidaramrullah@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan fisik yang dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi suatu perkotaan
menyebabkan berkurangnya areal terbuka hijau. Kenyataan ini menyebabkan kestabilan ekosistim suatu
daerah / kota terganggu bahkan menurun. Kestabilan ekosistim yang terganggu ini menyebabkan
lingkungan tidak sehat yang ditunjukan dengan meningkatnya suhu udara, banjir/genangan, kebisingan,
intruisi air laut, penurunan permukaan air tanah, abrasi pantai, pencemaran air minum, pencemaran udara
(meningkatnya kadar CO, CO2, NOx, SOx, Partikulat/debu, dll), suasana lingkungan yang gersang,
monoton, dan tidak menghadirkan nilai estetika bagi lingkungan. Permasalahan lingkungan yang tidak
terselesaikan ini akan menghancurkan potensi pemenuhan generasi mendatang. Termasuk adanya
kemerosotan kualitas lingkungan bisa berdampak buruk bagi kenyamanan lingkungan, khususnya bagi
kehidupan manusia. Untuk mengurangi berbagai dampak negative kota akibat pembangunan yang tidak
ramah lingkungan tersebut di atas, maka alternative penyediaan RTH di areal perkotaan mutlak harus ada.
Salah satu bentuk RTH di perkotaan yang juga mengandung nilai estetika tinggi dan dapat dijadikan ajang
sarana rekreasi ialah hutan kota. Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau
beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi,
estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan. Untuk itu, hutan kota tidak
hanya berarti hutan yang berada di kota, tetapi dapat pula berarti bahwa hutan kota dapat tersusun dari
komponen hutan, dan kelompok vegetasi lainnya yang berada di kota, seperti taman kota, jalur hijau, serta
kebun dan pekarangan. Tingkat kenyamanan di Kota Malang saat ini berada pada kisaran tidak nyaman
(nilai IK = > 71). Pengelolaan Hutan Kota yang masih mengedepankan fungsi estetika dibandingkan
fungsi hidrologis memiliki andil dalam penentuan rasa nyaman di sekitar hutan kota tersebut. Untuk itu
keterpaduan setiap stakeholder dalam merencanakan dan mengelola hutan kota di Malang sangat
diperlukan guna terjaga fungsi hutan kota dalam memberikan rasa nyaman bagi maasyarakat Kota
Malang.

Kata kunci : hutan kota, indeks kenyamanan, lingkungan, kota malang

PENDAHULUAN
Ruang terbuka hijau merupakan membentuk habitat yang memungkinkan
kawasan yang sangat penting terutama kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan
daerah perkotaan. Sedangkan hutan kota lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk
adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan dan estetis (Irwan, 1994).
asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau Pembangunan fisik di perkotaan
sekitarnya, terbentuk jalur, menyebar atau yang diharapkan dapat mensejahterakan
bergerombol (menumpuk), strukturnya kehidupan manusia, dalam
menyerupai (meniru) hutan alam perkembangannya telah menimbulkan
permasalahan tersendiri akibat perencanaan per seratus) dari wilayah perkotaan dan atau
yang kurang memadai. Pertumbuhan disesuaikan dengan kondisi setempat.
penduduk serta pembangunan infrastruktur Pengertian Hutan Kota adalah suatu
untuk mendukung kegiatan ekonomi di hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-
perkotaan menyebabkan terjadinya pohon yang kompak dan rapat di dalam
kerusakan lingkungan seperti hilangnya wilayah perkotaan baik pada tanah negara
ruang terbuka hijau, rusaknya fungsi resapan maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
air, polusi air dan udara. Sehingga sangat hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
diperlukan untuk pengelolaan hutan Keberadaan hutan kota dapat
terutama dikota Malang seperti Hutan Kota membuat kualitas lingkungan membaik dan
Malabar. berfungsi efektif dalam meredam
Pada dasarnya menurut Marini kebisingan, juga menyerap panas,
(1996), hutan kota mempunyai beberapa meningkatkan kelembapan, mengurangi
sesuai tujuan dan peruntukannya yakni debu, mengakumulasi polutan serta
meliputi: 1) hutan kota konservasi, 2) hutan menciptakan suasana nyaman, sehat, dan
kota zona industri, 3) hutan kota wilayah estetis. Tujuan penyelenggaraan hutan kota
pemukiman, 4) hutan kota wisata dan 5) adalah untuk kelestarian, keserasian dan
hutan kota tipe lainnya, yaitu perlindungan keseimbangan ekosistem perkotaan yang
satwa. meliputi unsur lingkungan, sosial dan
RTH salah satu jenis yang memiliki budaya (Sucipto,2015; kompasiana.com).
fungsi ekologis paling baik adalah hutan Hutan kota dalam dalam UU 41
kota. Ketentuan tanaman serta luas 90% Tahun 1999 diatur dalam pasal 9 ayat (1)
tutupan vegetasi tanaman pada bahwa untuk kepentingan pengaturan iklim
pembangunan Hutan Kota, menjadikan mikro, estetika dan resapan air, disetiap kota
hutan kota memiliki manfaat ekologis ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan
tertinggi daripada jenis-jenis RTH lainnya. kota. Pengelolaan hutan kota dilakukan
Oleh sebab itu, dalam Peraturan Pemerintah sesuai dengan tipe dan bentuk hutan kota
Republik Indonesia (PP) No.63 Tahun 2002 agar berfungsi secara optimal berdasarkan
tentang Hutan Kota, mengamanatkan penetapan hutan kota. Pengelolaan hutan
presentase penyediaan hutan kota di suatu kota meliputi tahapan : penyusunan rencana
wilayah seluas paling sedikit 10% (sepuluh pengelolaan, pemeliharaan, perlindungan
dan pengamanan, pemanfaatan dan penetapan sistem monitoring dan evaluasi.
pemantauan dan evaluasi. Pengelolaan hutan Pemeliharaan hutan kota diarahkan dalam
kota yang berada di tanah Negara rangka menjaga dan optimalisasi fungsi dan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan manfaat hutan kota melalui optimalisasi
atau masyarakat. ruang tumbuh, diversifikasi tanaman dan
Pengelolaan hutan kota yang berada peningkatan kualitas tempat tumbuh.
pada tanah hak dilakukan oleh pemegang Sementara itu perlindungan dan
hak. Dalam rangka optimalisasi pengelolaan pengamanan hutan kota dilaksanakan
hutan kota, maka pengelola diwajibkan dengan tujuan untuk menjaga keberadaan
untuk menyusun rencana pengelolaan yang hutan kota dalam kondisi tetap berfungsi
disusun berdasarkan prinsip-prinsip secara optimal. Upaya perlindungan dan
pengelolaan yang meliputi : penetapan pengamanan hutan kota meliputi :
tujuan pengelolaan, penetapan program pencegahan dan penanggulangan kerusakan
jangka pendek dan jangka panjang, hutan, pencurian flora dan fauna, kebakaran
penetapan kegiatan dan kelembagaan dan hutan dan pengendalian hama penyakit.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di kawasan wilayah Hutan Kota Malabar, Kecamatan Klojen, Kota
Malang pada bulan Maret hingga April 2017.

Gambar 1. Peta Kawasan Wilayah Hutan Kota Maalabar

Metode Penelitian deskripsi eksploratif dilakukan dengan tahap


Metode penelitian menggunakan penelitian lapangan dan memalui responden.
metode deskriptif eksploratif. Metode
Teknik pengambilan data dilakukan Sampel adalah sebagian dari unit-
dengan observasi secara langsung di unit dalam populasi yang ciri atau
lapangan dan pengambilan sampel karakteristiknya benar-benar diselidiki.
responden melalui instrument angket. Sedangkan dalam pengambilan sampel,
Observasi adalah pendekatan metode teknik yang digunakan adalah random
penelitian yang sistematis berdasarkan sampling, yaitu pengambilan anggota
aturan ter-sendiri yang menuntut sampel dari populasi dilakukan secara acak
kedisiplinan. Observasi yang dilakukan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
meliputi keadaan lokasi penelitian dan populasi itu.Maka untuk sampel wilayah
vegetasi hutan alam. Sedangkan wawancara dalam penelitian ini adalah warga kota
adalah teknik pengumpul-an data dengan Malang (warga asli kota malang dan
cara tanya jawab. Proses tanya jawab pendatang) sebanyak 50 responden.
berkembang menurut isyarat yang diterima Instrumen angket yang digunakan
dari respoden sendiri. Pengumpulan data sebagai berikut.
melalui kemampuan bahasa yang digunakan
(Wuisman, 1991).

Gambar 2. Instrumen angket yang digunakan.


HASIL DAN PEMBAHASAN hingga tempat duduk di area hutan kota.
Dari pengamatn yang dilakukan di Berdasarkan hasil instrument
lapangan secara langsung didapatkan data penelitian dapat didapatkan data dari
bahwa pengelolaan hutan kota sudah baik responden sebanyak 50 orang sebagai
dilihat dari kondisi lapangan yang ada berikut.
sekitar hutan kota, mulai dari tempat sampah

Masyarakat (Usia 18-22 Tahun)

50 47
42 44
37 34
33
24
20
10

Gambar 3. Grafik hasil responden terhadap instrumen angket yang diberikan dengan
jumlah populasi sampel sebanyak 50 orang.

Dari hasil perhitungan responden Pada instrumen nomer 2-3 yang


dapat diketahui bahwa masyarakat kota menanyakan hutan kota malang, seluruh
malang yang terutama pada kalangan usia 18 responden menganggap bahwa hutab
hingga 22 tahun ini memiliki persepsi yang Malabar adalah hutan kota malang,
pertama bahwa, sebanyak 42 responden sedangkan hutan velodrome dan taman
mengetahui bahwa kota memiliki hutan kunang-kunang yang ada di jl, Jakarta ini
kota. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian sebagian masyarakat menganggap hutan
besar masyarakat kota malang mengetahui kota sebagian menganggap hanya taman
bahwa adanya hutan kota di kota malang ini. saja. Hal ini menunjukkan kurangnya
sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat
kota malang bahwa dari 3 wilayah tersebut Dari peraturan pemerintah yang
merupakan hutan kota yang wajib kita jaga mengatur tentang hutan kota dapat diketahui
dan kita lestarikan, sehingga perlu bahwa sebagian besar masyarat tidak
diadakannya solusi seperti halnya pada mengetahuinya, hanya 20% dari responden
instrumen nomer 10, bahwa hamper yang mengetahuinya. Hal ini dikarenakan
keselurahan responden menganggap perlu kurang pedulinya masyarakat kita terhadap
adanya sosialisasi lebih merata terhadap peraturan-peraturan yang dibuat oleh
keberadaan hutan kota di kota malang. pemerintah begitu juga dengan pemerintah
Dari lokasi hutan kota sendiri yang kurang tegas dalam menjalankan
menurut sebagian masyarakat hutan kota di aturannya sehingga banyak sekali oknum-
wilayah malang sudah strategis, dan juga oknum yang sering sekali merusak tatanan
keberadaannya dianggap positif, akan tetapi hutan kota dengan cara menginjak rumpuk,
fasilitas yang diberikan di area hutan kota membuang sampah sembarangan, dan lain
masih kurang menurut sebagian masyarakat. sebagainya, sehingga perlu dilakukannya
Hal ini dapat kita ketahui bahwa hutan kota tindak sanksi yang lebih tegas kepada
sudah berada di wilayah tengah kota malang oknum-oknum tersebut dan juga pemerintah
yang dapat kita jadikan lokasi pembelajaran, memberikan papan-papan peringatan di area
tempat refreshing, yang memiliki peran kawasan hutan kota dan juga membuat
penting dalam lingkungan masyarakat kota poster-poster atau dapat diposting dalam
malang yang berfungsi sebagai resapan air, media social seperti |Instagram, |Facebook,
cadangan oksigen (O2), akan tetapi fasilitas Twitter, dan lain sebagainya, sehingga
yang tersedia kurang memadai. Maka dari masyarakat sadar pentingnya menjaga
itu sebaiknya pemerintah melakukan kelestarian dan keindahan hutan kota yang
penambahan fasilitas yang ada di area fungsinya bermanfaat untuk kehidupan
kawasan hutan kota untuk menunjang masyarakat itu sendiri.
pengunjung hutan kota dan masyarakat
sekitar sehingga dapat dimanfaatkan dengan KESIMPULAN
baik dan menjadikan kota malang sebagai Dari hasil pembahasan dapat
kota yang peduli dengan lingkungan disimpulkan bahwa pentingnya hutan kota
alamnya. terhadap lingkungan di sekitar kita terutama
daerah perkotaan yang semakin lama ini
lahan untuk pohon-pohon dan hewan-hewan Marini, A. 1996. Pokok-Pokok Perhutanan
Kota. Fakultas Perhutanan, Institut Pertanian
semakin berkurang dan juga meningkatnya
Bogor.
efek dari pemanasan global sehingga dari Bogor
Sucipto, Apriyanto. 2015. Dasar Peraturan
hal tersebut perlu adanya hutan kota untuk
tentang Hutan Kota. (Online),
menjaga kelestarian dan kesehatan diakses tanggal 20 April 2017
(http://www.kompasiana.com/aprian
lingkungan sekitar kita. Maka dari itu mulai
_shmh.co.id/dasar-peraturan-tentang-
dari masyarakat hingga pemerintah perlu hutan- kota_)
adanya upaya untuk meningkatkan fungsi
Wuisman, J. J. J. 1991. Metoda Penelitian
hutan kota malang agar tetap lestari dan Ilmu Sosial. PPHS.
tetap terjaga sehingga terbentuklah
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
pembangunan berkelanjutan pada hutan kota INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002
TENTANG HUTAN KOTA
tersebut.
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA, Diundangkan di
Jakarta Pada tanggal 12 Nopember
DAFTAR RUJUKAN
2002 SEKRETARIS NEGARA
Irwan, D. Z. 1994. Peranan Bentuk dan REPUBLIK INDONESIA, ttd.
Struktur Kota Terhadap Kualitas BAMBANG KESOWO
Lingkungan Kota. LEMBARAN NEGARA
Disertasi, Pascasarjana Institut REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Pertanian Bogor. Bogor 119 TAHUN 2002.

Anda mungkin juga menyukai