Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SEBARAN VEGETASI DENGAN CITRA SATELIT MENGGUNAKAN

METODE NDVI DAERAH MAKASSAR TAHUN 2016

ABSTRAK

Makassar merupakan ibukota sulawesi selatan. Makassar merupakan daerah kota yang
vegetasinya sedikit . karena lahan daerah kota biasanya di pake untuk infrastruktur
pembangunan bangunan yang lebih banyak daripada di pedesaan, biasanya di jadikan sebagai
tempat bangunan perusahaan, pemerintah dan instansi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling
sedikit adalah 30% persen dari luas wilayah kota. Ruang Terbuka Hijau atau dapat disebut
dengan vegetasi dapat mempengaruhi udara di sekitar secara langsung maupun tidak
langsung. Vegetasi memiliki beberapa manfaat untuk lingkungan seperti : mereduksi polutan
dan memproduksi oksigen, memperbaiki kualitas iklim lokal dan sebagai pengontrol radiasi
sinar matahari. Kehadiran vegetasi pada suatu wilayah akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam
suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam
udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-
lain.Saat ini teknologi pengindraan jauh sudah semakin canggih, sehingga dapat mendeteksi
sebaran vegetasi pada suatu wilayah, pola sebaran vegetasi, kerapatan vegetasi serta luas
vegetasi. Teknik NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan sebuah
transformasi citra penajaman spektral untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan
vegetasi.

Kata kunci : makassar, vegetasi, NDVI

PENDAHULUAN

Latar belakang

Identifikasi obyek dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dilaksanakan dengan


beberapa pendekatan antara lain; karakteristik spektral citra, visualisasi, floristik, geografi
dan phsygonomik (Hartono, 1998), . Khususnya pada sistem satelit (citra satelit) lebih banyak
didasarkan atas karakteristik spektral. Obyek yang berbeda akan memberikan pantulan
spektral yang berbeda pula, bahkan obyek yang sama dengan kondisi dan kerapatan yang
berbeda akan memberikan nilai spektral yang berbeda (swain, 1978).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, proporsi ruang
terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit adalah 30% persen dari luas wilayah kota.
Ruang Terbuka Hijau atau dapat disebut dengan vegetasi dapat mempengaruhi udara di
sekitar secara langsung maupun tidak langsung. Vegetasi memiliki beberapa manfaat untuk
lingkungan seperti : mereduksi polutan dan memproduksi oksigen, memperbaiki kualitas
iklim lokal dan sebagai pengontrol radiasi sinar matahari.Kehadiran vegetasi pada suatu
wilayah akanmemberikan dampak positif bagi keseimbanganekosistem dalam skala yang
lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan
biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran
vegetasi pada suatu area memberikan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.
Akhir-akhir ini masyarakat semakin banyak menopangkan harapan pada vegetasi untuk
mengatasi masalah pengendalian air dan longsor lahan (Soedjoko,S.A, 2003).

Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) merupakan kawasan atau areal permukaan
tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu,
dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya
pertanian. Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua
kota besar di Indonesia, RTH saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang
terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasipublik
(Hakim, R, 2000).

Saat ini teknologi pengindraan jauh sudah semakin canggih, sehingga dapat
mendeteksi sebaranvegetasi pada suatu wilayah, pola sebaran vegetasi,kerapatan vegetasi
serta luas vegetasi. Teknik NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan
sebuah transformasi citra penajaman spektral untuk menganalisa hal-hal yang berkaitan
dengan vegetasi (Putra, 2011).

Selain teknik NDVI, ada sebuah metode yaitu segmentasi yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kerapatan suatu wilayah dengan cara membedakan bentuk, warna, tekstur dan
batasan area. Validasi data yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan citra resolusi
tinggi.

Hasil NDVI ini diharapkan dapat menghasilkan citrayang dapat menginterpretasikan


objek-objek denganbaik, terutama untuk vegetasi serta didapatkan petapersebaran vegetasi.
Kota makassar merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan vegetasi yang beragam
seperti : sawah, hutan, dan tegalan atau perkebunan.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana cara pengolaan data analisis NDVI kota makassar tahun2016 ?

2. Bagaimana peta sebaran vegetasi kota makassar tahun 2016 berdasarkan hasil klasifikasi
dengan teknik NDVI?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui cara pengolaan data analisis NDVI kota makassar tahun 2016

2. Untuk mengetahui peta sebaran vegetasi kota makassar tahun 2016 berdasarkan hasil
klasifikasi dengan teknik NDVI

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Aspek Keilmuan

Penelitian ini memberikan kontribusi bagi ilmu pengindraan jauh dan sistem informasi

geografis, khususnya mengenai teknik NDVI

2. Aspek Rekayasa

Hasil penelitian dapat digunakan untuk kepentingan pertanian, seperti mengetahui

persebaran vegetasi di kota makassar

METODOLOGI PENELITIAN

Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu
lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke
wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia.
Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8
derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan
laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke
arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara kota
dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar
seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat
Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².

Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143


kelurahan. Diantara kecamat-an tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai
yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan
Biringkanaya.

Ketersediaan ruang terbukahijau (RTH) di Kota Makassar dianalisis dengan


menggunakanPendekatan Ekologis yangberdasarkan pada kemampuantanaman dalam
menyerap CO2. Setiap luasan 1 ha mempunyai kemampuandalam menyerap CO2 yang
dihasilkanoleh manusia sebanyak 2000 orangatau dengan kata lain bahwa setiaporang
memerlukan 5 m2 ruang terbuka hijau

Pertambahan jumlah pendudukyang terus meningkat baik yangdisebabkan oleh


kelahiran maupun urbanisasi, dan desakan pertambahanpembangunan sarana dan
prasaranaperkotaan berakibat padatereduksinya lahan terbuka yang jugaberdampak pada
pergeseranperuntukan ruang terbuka hijau (RTH)kota. Hal ini terjadi apabila daerahruang
terbuka hijau dianggap sebagaipelengkap saja dan dalamperuntukannya lebih dipandang
sebagai areal konsumtif dan bertujuansosial serta tidak memberikan nilai ekonomi.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan tekhnik


pengindraan jauh yaitu interpretasi citra. Penelitian ini di lakukan dengan cara memantau
citra kota makassar tahun 2016 dengan menggunakan saluran (band). Inframerah dekat,
merah, dan hijau / biru. Variabel dalam penelitian ini meliputi kerapatan vegetasi NDVI dan
citra satelid landsat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis

Gambar, citra landsat 8 makassar tahun 2016

Gambar peta indeks kerapatan vegetasi makassar 2016


Pembahasan

Tingkat kerapatan vegetasi kota makassar tahun 2016

Daftar pustaka

Swain. P. H and Davis, S. M (ed)., 1978 . Remote Sensing the Quantitative Approach.

British Library Cataloguing in Publication Data, Mcgraw- Hill. New York. 395p

Soedjoko, S.A. 2003. Peran Vegetasi Dalam Pengendalian Erosi dan Longsor.

https://bappeda.wonosobokab.go.id/peranvegetasi-dalam-pengendalian-erosi-
danlongsor/. Di akses pada 18 Desember 2018.

Hakim, R. 2000. Arsitektur lansekap manusia, alam dan lingkungan. Universitas Trisakti.

Jakarta.203 hlm

Putra, E.H. 2011. Penginderaan Jauh dengan ERMapper.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anonim, 2016. Geografis makassar.http://makassarkota.go.id/110-

geografiskotamakassar.html. Di akses pada 18 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai