OLEH :
2019/2020
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki -
laki maupun perempuan tetapi lebih sering menyerang laki - laki berusia antara 10
Jadi Apenditis adalah peradangan atau inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi
tanpa sebab yang jelas dan merupakan penyebab paling umum untuk dilakukannnya
bedah abdomen.
B. KLASIFIKASI
menjadi 3 yakni :
peritoneum local.
b. Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah
apendisitis alut pertama kali sembuh spontan. Namun apendistis tidak pernah
c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik, dan
C. ANATOMI FISIOLOGI
Apendiks ( umbai cacing ) merupakan perluasan sekum yang rata -rata panjangnya
ada 10 cm. Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi terutama belakang sekum.
Arteri apendialis mengalirkan darah ke apendiks dan merupakan cabang dari ateri
Imnunoglobulin sekreatoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid Tissue
) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin
itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan
apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh , karena jumlah jaringan limfa kecil
sekali jika dibandingkan dengan jumlanya di saluran cerna dan diseluruh tubuh
( Sjamsuhidayat, 2004 ).
D. ETIOLOGI
ini terjadi di :
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli &
Streptococcus.
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30
apendisitis adalah :
muskuler.
7. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan
(
Rovsing sign ).
Gejala - gejala permulaan pada apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak
enak sekitar umbilicus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah, gejala
ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam
nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan
sekitar Mc.Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas.
sementara.
F. PATOFISIOLOGI
hyperplasia folikel limfoid , fekolit , benda asing , struktur karena fikosis akibat
akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan
ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang di tandai nyeri
epigastrum.
Sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan
disebut dengan apendisitis sakuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi infrak
dinding apendiks yang di ikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan
apediksitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi
apendisitis perforasi. Semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang
atau menghilang.
Anak - anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis, keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan
G. PATHWAY
Defisien
pengetahuan
Hambatan
mobilitas
fisik
Risiko infeksi area
pembedahan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Inspeksi
a. Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung
thrombus.
b. Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
c. Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
2. Rectal touch
a. Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila
recti.
c. Anoscopi
I. PENATALAKSANAAN
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk
2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang
merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada
infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-menerus dapat
atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di atas tidak ada
dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid
Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi. Pada
derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan
adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid
antara lain :
1. Prosedur ligasi pita-karet.
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop
dan bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian
pita karet kecil diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian
distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas.
Tindakan ini memuaskan pada beberapa pasien, namun pasien yang lain
Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai
luas karena menyebakan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan
semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif
keluarnya flatus dan darah. Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan
astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB.
Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman PK
hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum
(37oC), perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu
dengan istirahat baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum
kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai
berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu
dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit
rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.
defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar
dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar.
banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
2. Risiko infeksi area pembedahan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
4. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
(Nanda, 2018)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
terkontrol dipertahankan
pada 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan ke 5 (secara
konsisten menunjukkan)
kemerahan, panas,
drainase
7. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
8. Instruksikan pasien untuk
resep
9. Ajarkan pasien dan
infeksi
10. Ajarkan cara menghindari
infeksi
duduk ke posisi
berbaring dipertahankan
pada 1 (sangat
terganggu) ditingkatkan
ke 5 (tidak terganggu).
dipertahankan pada 1
(sangat terganggu)
ditingkatkan ke 5 (tidak
terganggu).
dipertahankan pada 1
(sangat terganggu)
ditingkatkan ke 5 (tidak
terganggu).
4 Defisiensi Setelah diberikan asuhan NIC:Pengajaran:
5 (pengetahuan sangat
banyak).
5. Tanda dan gejala
komplikasi penyakit
dipertahankan pada 2
(pengetahuan terbatas)
ditingkatkan ke 5
(pengetahuan sangat
banyak).
6. Manfaat manajemen
penyakit dipertahankan
pada 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan ke
5 (pengetahuan sangat
banyak).
7. Sumberi informasi yang
terpercaya dipertahankan
pada 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan ke
5 (pengetahuan sangat
banyak).
D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilaksanakan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang
telah ditetapkan.
E. EVALUASI
Dx 1 : Nyeri pasien berkurang
Dx 2 : tidak terjadi resiko infeksi di area pembedahan
Dx 3 : tidak terjadi hambatan mobilitas fisik
Dx 4 : Pasien dapat mengetahui dan memahami tentang prosedur perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC