Anda di halaman 1dari 3

Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan Merri Natalia S/SP Sebelum kita menganalisi

tentang kurikulum, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu pengertian kurikulum itu sendiri.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Kurikulum merupakan
alat yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan proses pendidikan, artinya tanpa
kurikulum yang baik dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicita-
citakan. Secara etimologi menurut Wiles dan Bondi (1989) istilah kurikulum pertama kali
ditemukan di Skotlandia pada awal tahun 1820, dan istilah tersebut secara modern pertama kali
digunakan di Amerika Serikat satu abad kemudian. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin
yaitu "currerre" berupa kata kerja (to run) yang berarti lari. Di dalam kamus Webster kata
kurikulum berasal dari bahasa Yunani "curicula" yang memiliki beberapa arti dari kurikulum
diantaranya: Tempat perlombaan dan jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba, Suatu
jalan untuk pedati atau perlombaan, Perlombaan yang dimulai dari start dan diakhiri dengan
finish.. Di bawah sistem apartheid, sistem pendidikannya dirangka berdasarkan warna kulit yaitu
kementerian yang berbeda untuk pelajar kulit putih, berwarna, Asia, dan kaum kulit hitam di luar
bantustan. Pengasingan ini telah menghasilkan 14 kementerian pendidikan yang berbeda di
negara ini. Pendidikan pada masa apartheid diskriminasi tampak pula dalam perbedaan jumlah
rasio guru dengan siswa. Rasio guru dan siswa sekolah rendah setiap etnis berbeda. Rasio
guru dan siswa pada sekolah-sekolah untuk pelajar berwarna kulit putih adalah 1:18, sekolah
untuk pelajar berwarna kulit Asia 1:24, sekolah untunk pelajar kulit warna campuran 1:27, dan
untuk sekolah kulit hitam itu sendiri adalah 1:39 Di Afrika Selatan, masa persekolahan adalah
selama 13 tahun – atau 13 tingkat. Namun, tahun pertama pendidikan atau tingkat 0 dan tiga
tahun terakhir yaitu dari tingkat 10 hingga tingkat 12 tidak diwajibkan. Kebanyakan sekolah
dasar menawarkan tingkat 0, tetapi tingkat ini dapat juga dibuat di TK. Lazimnya untuk
memasuki universitas seseorang wajib lulus "matric" dengan minimum tiga mata pelajaran
tingkat tinggi dan bukan sekadar lulus (standar). Penstrukturan sistem pendidikan selepas era-
apartheid merupakan tantangan yang besar bagi pemerintahan negara ini. Pemerintahan baru
telah membentuk suatu system pendidikan nasional tanpa diskriminasi kaum tetapi
menggabungkan 14 kementerian pendidikan merupakan tugas yang sukar. Oleh karena itu
pada Februari 1996, Kementerian Pendidikan telah meluncurkan suatu kurikulum baru yang
dinamakan "Curriculum 2005". Kurikulum ini yang akan menggantikan dasar pendidikan
berdasarkan apartheid, akan memberi tumpuan kepada hasilnya yaitu pelajar akan menjadi
lebih proaktif dalam lingkungan di sekitarnya dan juga di dalam masyarakat. Untuk mencapai
obyektif ini, pada 1999 pemerintahan telah menyediakan 5,7 persen anggaran belanja untuk
sektor pendidikan termasuk membangun 2.000 sekolah-sekolah baru, 65.000 ruang kelas yang
baru dan beralatan lengkap, 60.000 guru-guru yang terlatih dan 50 juta buku teks yang dicetak.
Pada 2004, Afrika Selatan mempunyai 366.000 guru dan hampir 28.000 sekolah-sekolah -
termasuk 390 sekolah khusus dan 1.000 sekolah swasta. Dari jumlah ini, 6.000 adalah sekolah
tinggi (tingkat 7 hingga tingkat 12) dan selebihnya adalah sekolah dasar (tingkat 1 hingga
tingkat Afrika Selatan juga mempunyai suatu sistem pendidikan tinggi yang maju, yang juga
dipisahkan mengikut ras sewaktu era apartheid. Pada 1995 terdapat 385.000 pelajar yang
belajar di 21 universitas dan 190.000 pelajar di "technicon" (institut teknikal atau vokasional).
Hampir 37 persen adalah dari golongan kulit putih. Tetapi sejak 1994, penyertaan pelajar kulit
hitam di universitas-universitas yang dikhususkan untuk pelajar kulit putih telah bertambah
secara mendadak. Kurikulum 2005 ini pun beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2007
mengalami revisi yang disebut Revised National Curriculum Statement (RNCS). Sehubungan
dengan perubahan kurikulum tersebut, tentu terdapat alasan-alasan yang melatarbelakanginya
atau prinsip-prinsip yang terkandung atau yang dinginkan oleh kurikulum tersebut. Curriculum
2005 (Afsel) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah Afrika Selatan
dalam Website nya sebagai berikut : The National Curriculum Statement (NCS) aims to develop
the full potential of all learners as citizens of a democtaric South Africa. It seeks to create a
lifelong learner who is confident and independent: literate, numerate and mutiskilled; and
compassionate, with respect for the invirenment and the ability to participate in society as a
ctritical and active citizen. Kurikulum nasional bertujuan untuk mengembangkan semua potensi
peserta didik sebagai warga negara Afrika Selatan yang demokrasi. Kurikulum ini mencari dan
menciptakan suatu peserta didik sepanjang hayat yang percaya diri dan mandiri yaitu melek
huruf, melek angka, dan kecakapan majemuk serta keprihatinan, dengan tanggap terhadap
lingkungan dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan sosial sebagai warga negara yang
aktif dan kritis). Sedangkan kurikulum hasil revisi (The Revised National Curriculum Statement)
mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut : · Social tranformation (transformasi sosial) ·
Outcomes based education (pendidikan berbasis lulusan) · High knowledge and high skills
(pengetahuan dan keterampilan yang tinggi) · Intergration and applied competence
(kompetensi yang dapat diterapkan dan terintegrasi · Progression (meningkat/ maju) ·
Articulation and portability (berkesinambungan ) · Human right, inclusivity,environmental
and social justice (hak azazi manusia, menyeluruh, lingkungan, dan keadilan sosial) ·
Valuing indigenous knowledge systems (Penilaian sistem pengetahuan murni ) Berikut ini
adalah kutipan penjelasan prinsip-prinsip kurikulum di Afrika Selatan (Introducing The National
Curriculum Statement) Social transformation The Constitution of the Republic of South Africa
forms the basis for social transformation in our post-apartheid society. The imperative to
transform South African society by making use of various transformative tools stems from a
need to address the legacy of apartheid in all areas of human activity and in education in
particular. Social transformation in education is aimed at ensuring that the educational
imbalances of the past are redressed, and that equal educational opportunities are provided for
all sections of our population. If social transformation is to be achieved, all South Africans have
to be educationally affirmed through the recognition of their potential and the removal of artificial
barriers to the attainment of qualifications. Pendidikan berbasis hasil /lulusan Pendidikan
berbasis lulusan (OBE) menjadi dasar kurikulum yang berusaha sedapat Mengembangkan
potensi peserta didik dengan mencapai hasil belajar yang maksimal dengan menetapkan hasil
belajar yang ingin dicapai pada akhir proses belajar mereka. OBE mendorong pendekatan
berpusat pada peserta didik dan berbasis aktivitas pendidikan. Kurikulum Nasional menyatakan
bahwa lulusan kelas 10 – 12 adalah mampu bersikap kritis dan memiliki mental pembangunan.
Hal ini dikembangkan melalui proses pendidikan yang demokratis. Pembangunan
membutuhkan lulusan peserta didik untuk dapat merefleksikan dan mengeksplorasi berbagai
strategi untuk belajar lebih efektif, berpartisipasi sebagai warga negara yang bertanggung jawab
dalam kehidupan lokal, masyarakat nasional dan global, secara budaya dan estetis sensitif di
berbagai konteks sosial, mengeksplorasi pendidikan dan peluang karir dan mengembangkan
peluang kewirausahaan. Pada tahun 1960 teori kecerdasan ganda memaksa pendidik untuk
mengakui bahwa ada banyak cara untuk memproses informasi untuk memahami dunia. Sampai
saat dunia Barat hanya menghargai kemampuan orang yang menguasai linguistic tertentu, dan
matematis maka ia dihargai sebagai orang-orang 'cerdas' Sekarang orang mengakui
keanekaragaman sistem pengetahuan melalui pemahaman dimana mereka tinggal. Sistem
pengetahuan adat dalam konteks Afrika Selatan mengacu pada tubuh pengetahuan tertanam
dalam pemikiran filsafat Afrika dan praktik sosial yang telah berevolusi selama ribuan tahun.
Pada Kurikulum kelas 10 – 12 ( Umum ) ditanamkan sistem pengetahuan adat. Ini adalah
sebuah pengakuan terhadap kekayaan sejarah dan warisan negeri ini sebagai kontributor
penting untuk memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi. Beberapa perspektif
yang berbeda mungkin telah dimasukkan untuk membantu memecahkan masalah di segala
bidang. Kredibilitas, kualitas dan efisiensi Kurikulum 10 – 12 (Umum) bertujuan untuk mencapai
kredibilitas melalui agenda transformasional dan melalui penyediaan pendidikan yang
sebanding dengan kualitas, keluasan dan kedalaman dengan negara-negara lain. DAFTAR
PUSTAKA 1. Wijana. 2008. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas
Terbuka 2. I.Djumhur. 1976. Sejarah Pendidikan. Bandung. Penerbit: CV Ilmu 3.
Wiliam,dkk. Pendidikan di Benua Afrika. Yogyakarata: Penerbit teras.2009

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Anda mungkin juga menyukai