Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

KELOMPOK 3 :

INDRIANI (17078113)

SARI RAHMA ANISA (16029130)

MEYDRI RAHMAD (16004117)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang hakikat manusia dan pendidikan ini. Selanjutnya shalawat serta
salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yaitu Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup umat manusia.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat pendidikan sebagai salah satu acuan untuk memperbaiki pendidikan di

Indonesia. Karena dalam memperlajari Filsafat Pendidikan Kita lebih tahu dasar-dasar

pendidikan. Dengan mempelajarinya maka generasi yang akan datang akan lebih

memahami tentang pendidikan dan aliran filsafat pendidikan, supaya kita dapat

mengambil hikmah pembelajaran dari aliran-aliran filsafat pendidikan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penjelasan tentang Aliran Perenialisme?

2. Apa penjelasan tentang Aliran Rekonstruksionisme?

3. Apa penjelasan tentang Aliran Esensialisme?

4. Apa penjelasan tentang Aliran Idealisme?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui penjelasan tentang Aliran Perenialisme?

2. Mengetahui penjelasan tentang Aliran Rekonstruksionisme?

3. Mengetahui penjelasan tentang Aliran Esensialisme?

4. Mengetahui penjelasan tentang Aliran Idealisme?


BAB II

PEMBAHASANA.

ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Aliran Essensialisme

Secara etimologi, Essensialisme berasal dari bahasa Inggris yakniessential yang berarti

inti atau pokok dari sesuatu, dan isme berarti aliran,mazhab, atau paham. Dalam biologi,

essensialisme adalah paham dimanaspesies hewan dan nabati berbeda satu dan lain karena

essensinya, yang berarti pengakuan adanya diskontinuitas di alam. Sedangkan dalam filsafat,

“Essensialisme” adalah paham tentang manusia yang berlawanan dengan“eksistensialisme”.

Essensialisme bertujuan mengutamakan essensi di banding dengan eksistensi. Dia tidak

memperkirakan individu bebas memilih danmenentukan, melainkan individu dianggap

sebagai hasil dari determinismeyang menentukannya dan yang tidak dapat lepas darinya.

Essensialismemenghidupkan kembali debat yang memperlawankan alam dan kebudayaan.

Aliran filsafat Essenssialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar

manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lama itu

telah banyak memberikan kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang dimaksud dengan

kebudayaan lama ituialah yang telah ada semenjak peradaban manusia yang pertama. Akan

tetapi,yang paling mereka pedomani ialah peradaban semenjak zaman Renaissance,yaitu

yang tumbuh dan berkembang di sekitar abad 11, 12, 13, dan 14Masehi. Di dalam zaman

Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan

kembali ilmu pengetahuan dankesenian serta kebudayaan purbakala, terutama di zaman

Yunani dan Romawidulu. Renaissance itu merupakan reaksi terhadap tradisi dan sebagai
puncaktimbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak pada semua cabangdari

aktivitas manusia.

Pada aliran idealisme pendidikan diarahkan pada upaya pengembangan kepribadian

anak didik sesuai dengan kebenaran yang berasal dari atas yaitu dunia supranatural, yaitu

Tuhan. Sedangkan aliran filsafat realisme berpendapat bahwa upaya pendidikan harus

diarahkan pada upaya menguasai pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitian

ilmiah yan dituangkan secara sistematisdalam berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran.

Dua aliran ini bertemusebagai pendukung Essensialisme. Essensialisme menghendaki agar

landasan-landasan pendidikan adalah nilai-niai yang essensial. Yaitu yang telah teruji oleh

waktu, bersifat menuntun dan telah turun menurun dari zaman ke zaman, dengan mengambil

zaman renaissance sebagai permulaan

Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang

pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L.

Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang disebut “The Esensialist

Commite for the Advancement of American Education”. Bagley sebagai pelopor esensialisme

adalah seorang guru besar pada ”Teacher College”, Columbia University. Ia yakin bahwa

fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi

muda.

Gerakan back to basics yang dimulai pertengahan tahun 1970-an adalah dorongan skala

besar yang mutakhir untuk menerapkan program-program esensialis di sekolah-sekolah dan

tidak semua teori aliran ini berasal dari filsafat esensialisme. Tujuan pendidikan aliran ini

adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakulmulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu

kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang.

Ciri-ciri Aliran Essensialisme

Ciri-ciri filsafat pendidikan Essensialisme menurut William C. Bagleyadalah sebagai berikut:

1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama yang sering tumbuh dariupaya-upaya belajar awal

yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.

2. Pengawasan pengarahan dan bimbingan orang dewasa yang melekatdalam masa balita

yang panjang atau adanya keharusanketergantungan yang khusus.

3. Adanya cara untuk menegakkan disiplin.

4. Essensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat

tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah adalah pesaingnyamemberikan teori yang

lemah.

2. Aliran Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini

lahir didasari atas suatu tanggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan

diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.

Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin

membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Dalam publikasinya “Dare the School Build a New Social Order”, George

mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul berperan apabila sekolah menjadi pusat

bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, membasmi kemelaratan, peperangan, dan

kesukuan (rasialisme).
Aliran ini dalam satu prinsip sependapat dengan perenialisme, bahwa ada satu

kebutuhan yang amat mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman

modern sekarang, yang sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan.

3. Aliran Perennialisme

Perennilisme melihat bahwa akibat dari kehidupan jaman modern telah

menimbulkan banyak krisis diberbagai bidang kehidupan umat manusia. Untuk

mengatasi krisis ini Pernnialisme memberikan jalan keluar berupa kembali kepada

kebudayaan masa lampau, “regressive road to culture”. Oleh sebab itu Perennialisme

memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia

jaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan yang

telah terpuji ketangguhannya.

Perennialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu keyakinan

ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam ruang dan waktu

ini mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang diterima manusia dalam

kesejarahannya. Robert M. Hutchins, salah seorang tokoh perennialisme menyimpulkan

bahwa tugas pokok pendidikan adalah pengajaran. Pengajaran menunjukkan pengetahuan

sedangkan pengetahuan itu sendiri adalah kebenaran. Kebenaran pada setiap manusia

adalah sama, oleh karena itu, dimanapun dan kapanpun ia akan selalu sama.

4. Aliran Idealisme

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,

bukan pula fisik. Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Puba), berkata, “Apa yang tidak

dapat dipikirkan adalah tidak nyata”. Plato seorang filosof idealisme klasik (Yunani

Purba), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan
dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya telah

ada sejak semula pada jiwa manusia. Schoupenhaur menyatakan bahwa “Dunia adalah

ide saya”. Menurut Hegel, dunia adalah roh, yang mengungkapkan diri dalam alam,

dengan maksud agar roh tersebut sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh dapat berupa ide

atau pikiran. Mereka dapat mewakili pandangan metafisika idealisme.

Menurut Plato tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangan

bahwa pengetahuan yang diperoleh melallui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena

dunia hanyalah merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk

spiritual murni dan benda-benda diluar penjelmaan material.


BAB III

KESIMPULAN

Perennialisme diambil dari kata perennial, yang berarti abadi atau kekal.

Perennialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke dua

puluh. Pola dasar pendidikan perennialisme hanya dibatasi pada prinsip-prinsip umum

dari teori dan praktek pendidikan yang dilaksanakan oleh penganut Perennialisme.

Perennialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial.

Tujuan dari pendidikan, menurut pemikir perenialis, adalah memastikan bahwa para

siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang

tidak berubah.

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan

dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun

masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya,

seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell. Pada

tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang disebut “The Esensialist Commite

for the Advancement of American Education”.

Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan pula

fisik. Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut, apa yang dikatakan baik, benar,

salah, cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke
generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan

merupakan bagigan dari alam semesta.


DAFTAR PUSTAKA

Kristiawan, Muhammad. 2016. Filsafat Pendidikan;The Choice Is Yours. Jogjakarta: Valia Pustaka

Noor Syam, Muhammaad. 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.

Surabaya: Usaha Nasional.

Sadulloh, Uyoh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Zuhairini, dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://www.totosimandja.co.cc/2012/06/makalah-filsafat-pendidikan-tentang.html

Anda mungkin juga menyukai