Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

KOMPONEN DINDING

Oleh :
Ulya Hafizha Rahman
1610812220022

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
ABSTRAK
Dalam arsitektur, terdapat banyak ilmu yang harus dielajari. Salah satunya adalah Teknologo Bahan
Bangunan yang mempelajari teknologi material dan bahan bangunan yang kita gunakan dalam
membangun. Dinding merupakan salah satu bagian bangunan yang sangat penting dan tidak bias lepas
dari apa itu bangunan. Dinding memiliki banyak jenis, dari yang permanen maupun yang tidak, jenis
material yang digunakan berbeda-beda pula sesuai dengan peruntukannya. Dari berbagai macam jenis
material, kita dapat mengetahui material mana yang cocok di pakai untuk desain kita. Dengan lebib
mengenal material, mendesain dan menentukan material akan menjadi lebih mudah. Dengan begitu
mahasiswa Arsitektur sudah seharusnya memiliki pengetahun di berbagai macam bidang agar dapat
menguasai bangunan yang sedang di desain.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan terhadap kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan anugerah-Nya kami selaku Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas Ujian Akhir Semester
dalam tugas mata kuliah Teknologi Bahan Bangunan Program Studi Teknik Arsitektur Universitas
Lambung Mangkurat.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kami selaku Penulis dalam
menjabarkan yang lebih dalam. Namun, saya sudah berusaha dengan baik. Setiap saran dan kritik
yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan kerja praktik ini.
Kami juga berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan saya sendiri selaku penulis.
Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, Aamiin.

Banjarbaru,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Arsitektur merupakan ilmu yang mempelajari mengenai merencanakan dan merancang


lingkungan binaan, mulai dari lingkup makro (berupa perencanaan dan perancangan wilayah, kota,
kawasan, dan lansekap) dan lingkup mikro (berupa bangunan, interior bangunan, dan produk).
Untuk mempelajari ilmu arsitektur, tidak hanya melalui teori dan gambar, namun juga
harus mempelajari tentang bahan bangunan dan jenis-jenis komponen dalam suatu bangunan.
Karena tanpa mempelajari itu, penguasaan material akan sangat kurang pada saat mendesain.
Maka dari itu perlu dipelajari.
Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area.
Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang
dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam
terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas
(boundary), serta dinding penahan (retaining).
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-langit,
membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding pembatas mencakup
dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit
dibedakan dengan pagar. Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan,
atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.

1.2. Rumusan Masalah

Dinding merupakan suatu struktur yang berperan penting dalam suatu bangunan. Maka
dari itu penting bagi kita untuk mempelajari apa saja macam-macam komponen dinding dan
fungsinya.

1.3. Tujuan Pembahasan

Untuk menambah wawasan dan mengetahui apa saja macam-macam komponen dinding
dan apa saja karakteristik dan kekurangan-kelebihan tiap komponen berbeda.
BAB II
ISI

2.1. Pengertian Dinding

Dinding adalah salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk
ruang. Teknologi menghadirkan fungsi baru dari dinding dan menyuguhkan berbagai macam jenis
finishing-nya. Fungsi lain dari dinding yaitu sebagai pendefinisi ruangan, peredam suara,
pelindung bagian dalam bangunan dari cuaca dan sebagainya. Berdasarkan fungsinya, dinding
terbagi menjadi beberapa bagian. Di antaranya dinding partisi, dinding pembatas (boundary wall),
dinding penahan (retaining wall) dan sebagainya.

Dinding mempunyai fungsi di antaranya sebagai berikut:


1. Pelindung dari pengaruh di lingkungan luar tempat kita tinggal dan beraktivitas.
2. Pembatas antar ruang bagian dalam, luar, samping, depan dan belakang.
3. Penambah keindahan pada bangunan, pada rumah dan bangunan modern seringkali
tampilan dinding luar diekspose sedemikian rupa untuk menambah daya tarik suatu
bangunan tersebut
4. Pembentuk daerah fungsi (zoning) dalam bangunan. Ruang tidur dengan ruang dapur
dan ruang-ruang lainnya dipisahkan oleh dinding dan masing-masing ruangan memiliki
fungsi yang berbeda.
5. Pada struktur bangunan tertentu dinding berfungsi sebagai pemikul beban (shear wall),
Umumnya terdapat pada bangunan dengan denah yang tidak teratur dan bertingkat, hal
ini untuk mengurangi gaya geser berlebihan yang akan diterima struktur bangunan
sehingga bangunan tersebut aman terhadap bahaya roboh.
2.2 Komponen Dinding

2.2.1 Bata Merah


Jelas batu bata merah ini merupakan material bangunan yang sangat umum kita jumpai di
Indonesia sejak zaman dahulu. Bata merah sudah menjadi bahan wajib dalam membangun rumah.
Selain sudah teruji kekuatannya, batu bata merah ini pun mudah ditemui di pasaran.
Batu bata merah dibuat dari tanah yang dicetak berbentuk balok persegi panjang dan
dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras dan memiliki warna
yang kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukan sembarang tanah, bahan utama
pembuatannya menggunakan tanah liat. Sehingga dalam proses pembuatannya, batu bata merah
dari tanah liat ini bisa saling menyatu saat dicetak.

Beberapa acuan sederhana dalam memilih dan melihat bata merah yang baik ketika
diterima di lokasi proyek (pemeriksaan cepat):

 Tidak banyak yang pecah atau hancur (lihat pada tumpukan di lokasi penjualan atau
atas truk ketika sampai di proyek, serta setelah diturunkan tidak boleh bertambah
terlalu banyak yang pecah)
 Bentuk dan ukuran relatif seragam, tidak banyak benjolan yang tidak beraturan
 Bentuk bata merah harus relatif prismatis, tidak boleh melengkung
 Warna merah bata bagus dan relatif seragam
 Jika digores dengan besi terdengar suara garing dan tidak membekas terlalu dalam
 Jika dogores dengan kuku tidak boleh tergerus oleh goresan kuku
 Jika dibelah, warna merah bata pada penampang belahan bagus dan relatif seragam
 Jika dibanting di atas tanah tidak terbelah lebih dari 25% jumlah pengecekan
 Jika dibanting di atas batu atau lantai, bata terbelah dan tidak hancur
Ukuran Bata :

Sumber: SNI 15-2094-2000

Spesifikasi dan standar ukuran mortar pasangan bata:

 Jumlah bata per m2 = 60 – 70 buah

 Spesi = ± 1,5 – 2 cm

 Komposisi mortar = 1pc : 4 ps

 Kompoisisi mortar khusus trasraam [ketinggian 30 cm dari sloof] = 1 : 3

Syarat susunan bata:

Potensi Bata:
Teknis Pemasangan Bata:
1. Sloof bersih dari kotoran dan jika dalam keadaan kering perlu disiram terlebih
dahulu.
2. Tersedia tali rambu2 pemasangan agar tegak lurus sumbu bumi dan tegak lurus
lantai.
3. Susunan antar bata [kiri-kanan atau bawah] berjarak ± 2cm [spesi]
4. Susunan tidak siar. Konfigurasi lapisan 1-3-5 dst berbeda dengan lapisan 2-4-6
dst.
5. Tinggi maksimum bata dipasang 1,5 m per hari atau disesuaikan keadaan.
Diikuti dengan pengecoran kolom praktis. Hari kedua juga demikian teknisnya
6. Lebar pasangan bata tanpa kolom praktis maksimum 3m. Jika lebih, sebaiknya
ditambahkan kolom praktis baru.
7. Jika dinding terdapat pintu, maka kusen siap dengan angkur yang akan masuk
ke dalam spesi pasangan bata. Kedudukan kusen harus benar-2 stabil/tidak
goyang dan akurat.
8. Jika pada dinding terdapat jendela, pasangan bata berhenti sesuai ketinggian
jendela yang diinginkan.
9. Jika kusen jendela menggunakan aluminium, pemasangan terus dilanjutkan
dengan menyisakan ukuran bidang jendela. Jika kusen kayu, maka kusen
terlebih dahulu diletakkan di atas bata yang sudah terpasang. Kedudukan kusen
harus stabil/tidak goyang. Sisi kira-kanan kusen sudah siap dengan angkur yang
akan masuk ke dalam spesi pasangan bata.
10. Untuk hasil yang lebih baik, sisi kiri-kanan kusen dicor

2.2.2 Batako
Secara umum, batu bata batako terbuat dari campuran semen dan pasir kasar yang dicetak
atau dipres. Konstruksi bangunan yang sering menggunakan batu bata batako di antaranya adalah
gudang, pagar, dan pos jaga. Batu bata batako memiliki ukuran yang relatif besar, menjadikan
pemasangannya lebih mudah dan cepat selesai.
Bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan batu bata merah menjadikan batako cocok
digunakan untuk bangunan yang memiliki lebih dari dua lantai, seperti ruko. Batu bata batako juga
memiliki rongga, sehingga pemasangannya relatif lebih cepat dibanding menggunakan batu bata
jenis lain.
Berdasarkan bahan bakunya, batako dapat dibedakan menjadi 2, antara lain:
1. Batako trass atau putih
Batako putih terbuat dari campuran trass, batu kapur, dan air, sehingga juga sering disebut
sebagai batu cetak kapur trass. Trass sendiri merupakan jenis tanah yang berasal dari lapukan batu-
batu gunung berapi dengan warna putih atau putih kecoklatan. Ukuran batako trass yang ada di
pasaran biasanya memiliki panjang 20 cm-30 cm, tebal 8 cm-10 cm dan tinggi 14 cm-18 cm

Jenis batako press / batako semen (Sumber: rootmedia.blogspot.co.id)


2. Batako semen
Batako ini dibuat dari campuran semen dan pasir. Ukuran dari batako semen juga lebih
beragam dibanding batako putih. Batako ini juga biasanya mempunyai dua atau tiga lubang di
sisinya untuk diisi oleh adukan pengikat. Nama lain dari batako semen adalah batako press, yang
dibedakan lagi menjadi 2 macam, yaitu press mesin dan press tangan. Ukuran batako semen yang
ada di pasaran memiliki panjang 36 cm-40 cm, tinggi 18 cm-20 cm dan tebal 8 cm-10 cm.

Kelebihan batako:
 Ukurannya lebih besar daripada bata merah sehingga membutuhkan lebih
sedikit batako dan material perekat saat pembangunan
 Ukurannya cenderung sama dan cetakannya lebih rapi dibandingkan bata merah
 Ukurannya yang lebih besar dapat menghemat waktu dan tenaga saat
pembangunan
 Lebih mudah dipotong dengan
 rapi
 Kedap air sehingga meminimalisir perembesan air hujan
 Lebih ringan dibandingkan bata merah (karena ada rongga di bagian tengahnya)
Kekurangan batako:
 Mudah retak
 Mudah dilubangi dan pecah karena terdapat rongga di bagian tengahnya
 Menyerap panas sehingga membuat ruangan lebih panas

Untuk mendapatkan kualitas batako yang paling baik, kita harus mengetahui cara memilih
batako yang benar. Sebenarnya kualitas batako yang paling baik adalah yang dibuat dengan
menggunakan mesin. Sebelum membeli, Anda juga sebaiknya perlu menanyakan pada penjual
atau produsen mengenai komposisi bahan yang digunakan untuk membuat batako. Komposisi
campuran batako yang paling baik adalah pasir 75%, semen 20%, dan air 5%. Komposisi ini adalah
standar baku yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986.
Kepadatan dan komposisi adonan yang tepat juga dapat dilihat dari tampilan pori-porinya.
Batako dengan kualitas baik memiliki tampilan pori-pori yang lebih padat, tertutup rapat, dan tidak
menimbulkan rongga-rongga di permukaan dan lapisan luarnya. Permukaannya juga terlihat rata
dan halus. Bagian pinggir batako juga harus terlihat lanip dan terasa tajam saat dipegang.
Cara memasang batako:
 Letakkan adukan semen ke tempat yang akan dipasang batako, cukup untuk
satu batako dulu.
 Letakkan batako di atas adonan semen secara perlahan dengan ujung batako
sedikit mendorong adonan.
 Sesuaikan posisi batako dengan gerakan menggeser bukan mengangkat.
 Ulangi cara tersebut pada tiap pemasangan batako hingga selesai satu baris
 Agar pemasangan lebih lurus (dan harus lurus agar tidak mudah roboh) gunakan
tali untuk meluruskan dengan cara mengikat tali tersebut di kedua ujung
tembok.
 Semua siar vertikal, siar antar dinding, dan kolom maupun blok harus terisi
penuh.
 Sesuaikan ketebalan adukan siar pada kisaran 1 cm dengan variasai 3 mm.
 Setelah pemasangan batako pada dinding selesai, tutupi dinding tersebut
dengan terpal atau penutup lainnya agar terlindung dari hujan dan terik
matahari.
 Berikan percikan air setiap hari selama 1-2 hari.
 Terakhir, lindungi dinding dari pengaruh cuaca dengan memplester dinding.
2.2.3 Bata Ringan

Bata ringan itu adalah bahan bangunan yang fungsinya sama dengan batu bata merah untuk
membuat dinding. Dari luar, material bahan baku bata ringan menyerupai beton pada umumnya
tetapi bobotnya lebih ringan. Permukaannya pun halus dan bentuknya pun uniform dengan
‘kawan-kawan’-nya sejenis.
Bata ringan pertama kali disempurnakan di Swedia pada pertengahan 1920-an oleh Dr.
Johan Axel Eriksson, seorang arsitek dan penemu, bekerjasama dengan Profesor Henrik Kreüger
dari KTH Institut Teknologi Kerajaan Swedia. Hebel adalah merek dagang dari bata ringan yang
diproduksi oleh Josef Hebel, yang membuka pabriknya yang pertama di Jerman pada 1943.
Bata ringan disebut hebel karena salah kaprah pengartian nama benda dengan merek
dagangnya. Sama seperti jika kita beli air minum dalam kemasan di warung. Apapun merek
dagangnya, tetap saja disebut ‘aqua’, karena Aqua memang merek dagang dari air minum dalam
kemasan yang pertama di Indonesia.
Bata ringan baru mulai ramai dipergunakan di Indonesia pada 1995. Harga yang masih
cukup tinggi dan ketersediaan yang terbatas menyebabkan bata ringan kurang diminati masyarakat
pada masa-masa itu.
Bahan baku bata ringan sendiri biasa disebut beton ringan jenis AAC (Autoclaved Aerated
concrete), yang merupakan perpaduan dari pasir silica, semen, alumunium pasta dan bahan lainnya.

Proses produksi bata ringan menerapkan teknologi yang mengacu pada standar DIN dari Jerman,
sehingga produk yang dihasilkan memiliki standar kualitas yang cukup baik.

Berdasarkan teknologi pembuatannya bata ringan terbagi menjadi 2 yaitu :


1. Autoclaved Aerated Concrete (AAC) pengeringan dalam oven autoklaf
bertekanan tinggi
 Bata ini dihasilkan dari proses yang lebih modern dibandingkan bata
CLC. Menggunakan peralatan mekanik modern. Produksi dalam jumlah
besar sangat memungkinkan.
 Bahan yang digunakan adalah pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit
gypsum, air dan alumunium pasta. Semua bahan ini dicampur menjadi
adonan. Setelah 7-8 jam adonan tsb mengembang karena reaksi dari
aluminium pasta. Dalam proses pencampuran tersebut bubuk
alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di pasir
kwarsa dan air menimbulkan hydrogen. Gas hydrogen inilah yang
menyebabkan terjadinya gelembung udara di dalam campuran tadi
sehingga volume bertambah besar.
 Adonan yang sudah dicetak sesuai ukuran yang direncanakan,
dilakukan pengeringan dengan menggunakan mesin autoclave dengan
uap panas dan tekanan tinggi.
2. Cellular Lightweight Concrete (CLC) proses pengeringan alami
 Bata ini diproses secara manual seperti cetak beton biasa.
 Dikeringkan secara alamiah, dibiarkan pada udara terbuka dan terkena
panas matahari.
 Bahan yang digunakan adalah pasir, semen, dan foam [busa] dicampur
dengan air.
 Tidak ada agregat atau kerikil di dalamnya. Fungsi agregat digantikan
oleh foam tadi yang bertugas untuk membungkus udara. Foam tersebut
berupa cairan kimia yang akan bereaksi jika terkena air. Adanya foam
ini menimbulkan rongga udara di dalam bata yang dicetak. Jika terlalu
banyak foam maka akan semakin banyak rongga udara, dan akan
mengurangi kekuatan bata. Sebaliknya jika terlalu sedikit foam tidak
tercapai sebagai bata ringan. Artinya harus ada nilai standar untuk dapat
memenuhi kriteria bata menjadi ringan dan kuat.
BAB III
KESIMPULAN

Setelah penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa dinding memiliki berbagai
macam jenis material dan tiap material memiliki keunggulan dan kekurangna masing-masing.
Mempelajari hal ini tentu dapat membantu dalam menentukan material apa yang akan dipakai
pada saat mendesain suatu bangunan. Maka dari itu, mempelajari Teknologi Bahan Bangunan
adalah hal yang sangat penting bagi seorang arsitek, terlebih lagi pada era globalisasi yang makin
kesini harus makin kreatif dan efisien dalam mendesain.
DAFTAR PUSTAKA

 BATA Bahan Perkuliahan 25 April 2019


 https://id.wikipedia.org/wiki/Dinding
 http://dominique122.blogspot.com/2015/05/pengertian-dinding.html
 https://www.arsitag.com/article/mengenal-jenis-batako
 https://id.wikipedia.org/wiki/Bata_ringan
 https://www.klopmart.com/article-57-kenali-bata-ringan.html

Anda mungkin juga menyukai