Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ternak membutuhkan pakan dan nutrisi berimbang agar pertumbuhan dan
perkembanganya dapat optimal. Karena kebutuhan nutrisi ternak tidak bisa terpenuhi dengan
pemberian satu jenis pakan saja, maka veraiasi atau keragaman jenis pakan juga harus
diperhatikan dalam pemberian pakan ternak.
Bahan pakan (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat diberikan
kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau
semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri dari bahan
organik dan anorganik. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak,
serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor,
magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan
melakukan analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing
masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di
laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu makanan dari bahan pakan
atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan
jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud,
itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati
angka fraksi yang sesungguhnya.
Analisis proksimat memiliki manfaan sebagai penilaian kualitas bahan pakan atau pangan
trutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu
manfaat analisis proksimat adalah sebagai dasar penyusunan formulasi ransum dan bagian
dari prosedur uji kecernaan. Hal tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia peternakan. Oleh
sebab itu, praktikum landasan ilmu nutrisi ternak tentang analisis proksimat sangat penting
dilakukan untuk menunjang pengetahuan tentang cara untuk mengetahui kadar nutrisi dalam
suatu pakan.

1
1.2. Tujuan Praktikum dan Kegunaan Praktikum
1.2.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui analisis berat kering dari sampel pakan
2. Untuk mengetahui persentase bahan kering sampel pakan
3. Untuk mengetahui persentase bahan organik sampel pakan
1.2.2. Kegunaan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui berat kering pakan
2. Mahasiswa dapat mengetahui persentase bahan kering yang terkandung dalam
pakan
3. Mahasiswa dapat mengetahui persentase bahan organik yang terkandung
dalam pakan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Proksimat
Analsisi proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk
bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebahai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung didalamnya. Selain itu,
analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum
dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada
ransum tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan
menambahkan zat makanan yang diperlukan. Selain itu analisa proksimat dibagi menjadi
enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan serat pada pakan. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan terutama pada standar zat
makanan yang seharusnya terkandung didalamnya. Selain itu manfaat dari analisis
proksimat adalah dasar dari prosedur untuk uji kecernaan pakan (Reswari,2009).
Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station
Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis ini sering juga dikenal dengan analisis
WEENDE. Analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan pakan
berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu : air (moisture), abu (ash), protein
kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(nitrogen free extract) (Suparjo, 2010).
Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg dan asistennya
Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu analisis
model ini dikenal juga dengan analisis Wende. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas
dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada
suhu 105ºC. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar
bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500ºC (Sutardi, 2012).

3
2.2. Kadar air
Sesuatu yang dapat dijadikan bahan pakan meliputi bahan kering dan Air, bahan
kering meliputi senyawa organik yang meliputi karbohidrat, protein, lipid dan non
organik yang meliputi vitamin dan mineral. dalam sebuah pakan haruslah memenuhi
kereteria Bahan baku, Bahan kering dan terrutama Kadar Air. Kadar air dalam suatu
bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan
tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut tidak memenuhi syarat maka bahan
pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang ditandai dengan
tumbuhnya mikroorganisme pada makanan sehingga bahan pangan tersebut tidak layak
untuk dikonsumsi (Winarno, 2004).
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan
pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat (Hafez, E.S.E., 2000).

2.3. Kadar abu


Kadar abu Kadar abu dalam bahan pakan merupakan sisa pembakaran dalam
tanur pada suhu 400 - 600oC. Bahan pakan yang dipanaskan pada temperatur 600oC
selama 4 - 6 jam akan menghasilkan abu dan sejumlah zat anorganik yang terkandung di
dalam bahan pakan (Kartadisastra, 1997). Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan
makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai
sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-
unsur yang penting (Tillman et al., 1998).
Kadar abu Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar
abu suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Berbagai
kandungan mineral di dalam bahan pakan ada didalam abu pada saat bahan dibaakar
(Tilman et.,al, 1998). Penetuan abu dilakukan dalam tanur pada suhu 400-600° C
sesudah dikeringkan sehingga semua air hilang. Kadar abu dinyatakan dalam per 100
gram bahan. Standar kadar abu untuk tepung jerami adalah 21,73% (Laconi, 1992).
Penentuan kadar abu dapat dalam bahan pakan adalah menimbang berat sisa mineral
hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 600ºC.

4
Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan cara
menimbang sampel, membakar sampel pada suhu yang tinggi (400-600ºC ) selama
beberapa jam (4-6 jam), lalu menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai abu.
Penetuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara
melarutkan sampel kedalam cairan yang ditambah oksidator. Setelah itu dilakukan
pembakaran sampel kedalam cairan ditambahkan oksidator. Setelah itu dilakuakn
pembakaran sampel. Cara pengabuan ini disebut pengabuan cara basah dan
keuntungannya adalah suhu pembakaran pada pengabuan ini tidak terlalu tinggi (Tilman
et.,al, 1998). Mineral dalam makanan biasanya ditentukan dengan pengabuan atau
insinerasi (pembakaran). Pembakaran ini merusak senyawa organikdan meninggalkan
mineral (Deman, 1997).

5
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
4.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 oktober 2019 pukul 07.30 – 09.00
WITA bertempat di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Mataram di Lingsar dan
pada hari kamis, 14 November 2019 bertempat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
Ruminansia (Herbivora), Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

4.2. Materi Praktikum


4.2.1. Alat praktikum
1. Amplop (kantong)
2. Cawan porselin (crusible)
3. Desikator
4. Oven pengering
5. Pisau atau arit
6. Tang penjepit
7. Tanur (furnace)
8. Timbangan analitik

4.2.2. Bahan praktikum


1. Gamal
2. Indigofera
3. Lamtoro
4. Rumput gajah
5. Turi

4.3. Metode Praktikum


4.3.1. Penentuan Berat Kering
1. Menyiapkan amplop (kantong kertas) yang telah ditimbang bobotnya

6
2. Mengambil sampel pakan (turi) yang ada di Laboratorium Lingsar sebanyak
± 300 gr, kemudian sampel pakan dipotong-potong dengan ukuran ± 2 cm,
lalu dimasukan kedalam amplop (kantong kertas) dan ditimbang.
3. Memasukkan sampel tersebut ke oven pengering suhu 60ᵒC, diamkan selama
3-4 hari atau sampai beratnya konstan.
4. Menimbang berat akhir sampel setelah pengovenan selama 4 hari sebagai
data berat kering sampel (partial dry matter).
3.3.2. Penentuan Bahan Kering
1. Menyiapkan cawan porselin yang sudah bersih, kemudian dikeringkan
menggunakan oven pengering dengan suhu 105ᵒC selama 1 jam dengan
tutup dilepas.
2. Mengambil cawan porselin menggunakan tang penjepit dan didinginkan di
dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam.
3. Menimbang cawan porselin kosong yang sudah dingin.
4. Menimbang sampel ± 1 gr + cawan porselin, kemudian keringkan di dalam
oven suhu 105ᵒC selama 8 jam atau sampai beratnya konstan.
5. Memindahakan sampel + cawan porselin ke dalam desikator selama 30
menit, setelah dingin cawan porselin ditimbang
6. Memasukan data data kedalam rumus bahan kering yang sudah diketahui.
3.3.3. Penentuan Bahan Organik
Penentuan bahan organik dapat dilakukan dengan analisis kadar abu. Berikut
metode analisis kadar abu :
1. Memasukkan Cawan porselin +sampel 105℃ kedalam tanur pada suhu
600℃ selama 24 jam.
2. Cawan porselin didinginkan didalam desikator selama 15-30 menit,
kemudian ditmbang.
3. Menghitung kadar abu dan kadar bahan organik kemudian dicatat.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Tabel 1. Berat segar dan berat kering
Berat segar Berat kering
No Nama sampel
(gr) (gr)
1 Lamtoro
2 Gamal 300 106
3 Turi 346 124
4 Rumput Gajah 260 64
5 Indigofera 294 50

Tabel 2. Bahan kering dan bahan organik

Berat Berat
Berat Berat
cawan cawan Bahan Bahan
Nama cawan cawan + Berat
No + + Air % kering Abu % organic
sampel kosong sampel sampel
sampel sampel % %
(gr) 6000C
(gr) 1050C
Lamtoro 29,507 30,583
1 30,4824 29,5765 1,0765 9,4287 90,5713 6,4468 93,5532
(1) 1 9
Lamtoro 20,116 21,132
2 21,0335 20,1823 1,0160 9,7145 90,2855 6,5059 93,4941
(2) 2 2
Gamal 29,487 30,734 29,436
3 30,6364 29,8547 1,2464 7,8465 92,1535 70,5633
(1) 8 2 7
Gamal 29,171 30,247 10,885
4 30,1307 29,2412 1,0767 89,1149 6,5013 93,4987
(2) 2 9 1
29,695 30,755
5 Turi (1) 30,6655 29,8004 1,0591 8,4505 91,5495 9,8668 90,1332
9 0
18,649 19,682
6 Turi (2) 19,5964 18,7499 1,0329 8,3163 91,6837 9,7299 90,2701
4 3

8
R. gajah 26,169 27,206 12,614
7 27,1423 26,3001 1,0369 6,1626 93,8374 87,3855
(1) 3 2 5
R. gajah 26,425 27,487 12,310
8 27,4147 26,5561 1,0625 6,8800 93,1200 87,6895
(2) 3 8 5
Indigofer 19,845 20,938 11,488
9 20,8130 19,9533 1,0933 88,5119 9,8783 90,1217
a (1) 3 6 1
Indigofer 21,059 22,121 10,505
10 22,0099 21,1607 1,0623 89,4945 9,5547 90,4453
a (2) 2 5 5

4.2. Pembahasan Praktikum


4.2.1. Berat segar
Berat segar tanaman merupakan berat keseluruhan sampel sebelum tanaman
mengalami layu akibat kehilangan air. Pada saat pengambilan beberapa sampel
hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro, gamal, turi, rumput gajah, dan
indigofera berat segar yang di ambil ± 300 gram. Berat segar tanaman sangat
penting untuk diketahui agar memudahkan dalam pengisian data praktikum yaitu
berat awal sampel yang digunakan sebelum dioven 60ᵒC selama 3-4 hari atau
hingga berat sampel konstan. kandungan kadar air pada sampel sebelum
pengeringan disebut kadar air pertama (the first moisture).
4.2.2. Berat kering
Berat kering merupakan berat sampel yang telah panasakan dalam oven 60ᵒC
selama 3-4 hari atau hingga berat sampel konstan. Berat kering beberapa sampel
hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro, gamal, turi, rumput gajah, dan
indigofera berbeda beda tergantung kadar air yang tersisa didalam nya. Berat kering
biasanya menyisakan 15 % hingga 18% kandungan kadar air. Pada umumnya,
rumput mengandung air lebih dari 90% dan silase mengandung air lebih dari 50%,
maka pra-pengeringan harus dilakukan terlebih dahulu. Kandungan air pada sampel
yang sudah dilayukan disebut kadar air kedua (the second moisture).
4.2.3. Kadar air
Kadar air yang terkandung dalam sampel hijauan makanan ternak umumnya
berbeda beda. Rumput mengandung rumput mengandung air lebih dari 90% dan
9
silase mengandung air lebih dari 50%. Kadar air dibagi menjadi dua yaitu kadar air
pertama (the firts moisture) dan kadar air kedua ( the second moisture). Kadar air
pertama (the firts moisture) yaitu kadar air yang masih terkandung pada saat sampel
hijauan dalam keadaan segar atau belum layu sedangkan kadar air kedua (the second
moisture) adalah kandungan kadar air yang terkandung dalam sampel hijauan sudah
dilayukan. Dalam rangka menghitung jumlah keseluruhan kadar air, maka analisa
kadar air keduanya pada sampel diperlukan.
Kadar air yang ditentukan dalam praktikum yang telah dilakukan adalah kadar air
yang terdapat pada sampel setelah dilayukan atau kadar air kedua (the second
moisture). Dimana dalam menentukan kadar air tersebut menggunakan rumus
perhitungan sebagai berikut :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 105℃


Kadar air % = 𝑋100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Sebelum menentukan kadar air yang terkandung dalam sampel hijauan makanan
ternak yang telah ditentukan terlebih dahulu sampel yang terdapat didalam cawan
porselin dikeringkan menggunakan oven 105ᵒC selama ± 8 jam atau sampai
beratnya konstan untuk mendapatkan kadar air 0% pada sampel. Setelah itu sampel
kemudian ditimbang untuk mengetahui berat setelah dipanaskan dalam oven 105ᵒC
selama ± 8 jam atau sampai beratnya konstan. berikut perhitungan kadar air yang
terdapat pada sampel turi :

Turi 1:
30,7550 − 30,6655
Kadar air % = 𝑋100
1,0591

0, ,0895
Kadar air % = 𝑋100
1,0591
kadar air % = 8,4505%

10
Turi 2 :
19,6823 − 19,5964
Kadar air % = 𝑋100
1,0329

0,0859
Kadar air % = 𝑋100
1,0329
kadar air % = 8,3163%

Jadi kadar air yang terdapat pada turi 1 dengan berat sampel 1,0591 gram adalah
8,4505% sedangkan kadar air yang terdapat pada turi 2 dengan berat sampel 1,0329
gram yaitu 8,3163% dimana kandungan kadar air rata rata sampel turi adalah
8,3834%
4.2.4. Bahan kering
Bahan kering merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan tidak memiliki
kandungan kadar air di dalamnya atau kadar air 0%. Pada ternak, kebutuhan bahan
kering yaitu 3% dari bobot badan ternak tersebut. Bahan kering pada beberapa
sampel hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro, gamal, turi, rumput gajah,
dan indigofera memiliki kandungan bahan kering yang berbeda beda.
Persentase bahan kering diperoleh dari perhitungan rumus berikut :

Bahan Kering (BK) % = 100 - kadar air

Persentase bahan kering dari sampel turi adalah sebagai berikut :


Turi 1 : Bahan Kering (BK) % = 100 – 8,4505
= 91,5495 %
Turi 2 : Bahan Kering (BK) % = 100 – 8,3163
= 91,6837 %
Jadi bahan kering yang terdapat di dalam sampel turi 1 adalah 91,5495%
sedangkan bahan kering yang terdapat di dalam sampel turi 2 adalah 91,6837%.
Rata rata bahan kering dari kedua sampel tersebut adalah 91,6166%
4.2.5. Bahan anorganik (abu)

11
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan
anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan
kandungan mineral pada bahan tersebut. Sampel yang sudah disediakan diabakar
dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur
pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah
menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari
mineral-mineral yang terdapat dalam bahan, dengan kata lain, abu merupakan total
mineral dalam bahan.
Kadar abu dapat diketahui dengan perhitungan rumus sebagai berikut :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 600℃ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


Kadar abu% = 𝑋100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Kadar abu beberapa sampel hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro,
gamal, turi, rumput gajah, dan indigofera memiliki persentase kadar abu yang
berbeda beda. Kadar abu pada sampel turi dapat ditentukan dengan perhitungan
sebagai berikut :
Turi 1 :
29,8004 − 29,6959
Kadar abu% = 𝑋100
1,0591
0,1045
Kadar abu % = 𝑋100
1,0591
kadar abu % =9,8668%

Turi 2 :
18,7499 − 18,6494
Kadar abu% = 𝑋100
1,0329
0,1005
Kadar abu % = 𝑋100
1,0329
kadar abu % =9,7299%

12
Jadi persentase kadar abu dalam sampel turi 1 adalah 9,8668% sedangkan kadar
abu dalam sampel turi 2 adalah 9,7299%. Rata rata persentase kadar abu dari kedua
sampel tersebut adalah 9,7983%
4.2.6. Bahan organik
Bahan organik merupakan bahan bahan yang ikut menguap bersamaan dengan
pemanasan sampel menggunakan tanur dengan suhu 600°C. Bahan organik dapat
ditentukan jika persentase kadar abu sudah ditentntukan sehingga sebelum
menentukan persentase bahan organik maka perlu dikalukan analisis kadar abu
terlebih dahulu.
Penetapan bahan organik dengan cara melakukan analisis kadar abu terlebih
dahulu yaitu dengan pemanasan dalam tanur pada suhu 500-600℃ semua BO akan
terbakar. Pembakaran sempurna adalah pembakaran sampai semua senyawa organic
menguap. Rumus perhitungan untuk menentukan persentase kadar abu dalam suatu
sampel adalah sebagai berikut :

Bahan Organik (BO) % = 100 – kadar abu

Beberapa sampel hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro, gamal, turi,
rumput gajah, dan indigofera memiliki persentase kadar abu yang berbeda beda.
Perhitungan persentase kadar abu sampel turi adalah sebagai berikut :

Turi 1 : Bahan Organik (BO) % = 100 – 9,8668


= 90,1332%
Turi 2 : Bahan Organik (BO) % = 100 – 9,7299
= 90,2701%

Jadi persentase bahan organik pada turi 1 adalah 90,1332% sedangkan pada turi 2
adalah 90,2701%. Rata rata persentase bahan organik dari kedua sampel tersebut
adalah 90,2016%

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berat kering merupakan berat sampel yang sudah dioven dengan suhu 60ᵒC selama
3-4 hari atau hingga berat konstant. Berat kering dari sampel turi pada praktikum
yang telah dilakukan adalah 124 gram.
2. Bahan kering merupakan berat bahan yang memiliki kadar air 0% atau tidak
memiliki kadar air. Bahan kering yang terdapat pada sampel turi 1 adalah 91,5495%
sedangkan bahan kering yang terdapat di dalam sampel turi 2 adalah 91,6837%. Rata
rata bahan kering dari kedua sampel tersebut adalah 91,6166%.
3. Bahan organik adalah bahan yang ikut menguap pada saat pembakaran sampel
menggunakan tanur dengan suhu 600ᵒC. Persentase bahan organik pada turi 1 adalah
90,1332% sedangkan pada turi 2 adalah 90,2701%. Rata rata persentase bahan
organik dari kedua sampel tersebut adalah 90,2016%.

5.2. Saran
Sebaiknya praktikan pada saat melakukan praktikum tentang analisis proksimat lebih
teliti dan hati hati agar hal hal yang tidak diinginkan terjadi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Demam, J. M. 1997. Kimia Makanan edisi 2. ITB, Bandung.

Hafez, E.S.E. 2000. Metode Analisis Proksimat. Erlangga. Jakarta.

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyedia dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia Sapi, Kerbau,
Domba, Kambing. Kanisius, Yogyakarta.

Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suparjo, P. 2010. Reposisi Tanaman Pakan. Erlangga. Jakarta.

Sutardi, T.R. 2012. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto.

Tillman, Hartadi, H, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo dan Lebdosoekodjo. 1998. Ilmu


Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka. Purwokerto.

15

Anda mungkin juga menyukai