Laporaaannn Caca Baru
Laporaaannn Caca Baru
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Praktikum dan Kegunaan Praktikum
1.2.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui analisis berat kering dari sampel pakan
2. Untuk mengetahui persentase bahan kering sampel pakan
3. Untuk mengetahui persentase bahan organik sampel pakan
1.2.2. Kegunaan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui berat kering pakan
2. Mahasiswa dapat mengetahui persentase bahan kering yang terkandung dalam
pakan
3. Mahasiswa dapat mengetahui persentase bahan organik yang terkandung
dalam pakan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Proksimat
Analsisi proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk
bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebahai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung didalamnya. Selain itu,
analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum
dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada
ransum tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan
menambahkan zat makanan yang diperlukan. Selain itu analisa proksimat dibagi menjadi
enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan serat pada pakan. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan terutama pada standar zat
makanan yang seharusnya terkandung didalamnya. Selain itu manfaat dari analisis
proksimat adalah dasar dari prosedur untuk uji kecernaan pakan (Reswari,2009).
Analisis proksimat pertama kali dikembangkan di Weende Experiment Station
Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis ini sering juga dikenal dengan analisis
WEENDE. Analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan pakan
berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu : air (moisture), abu (ash), protein
kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract), dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(nitrogen free extract) (Suparjo, 2010).
Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg dan asistennya
Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu analisis
model ini dikenal juga dengan analisis Wende. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas
dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada
suhu 105ºC. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar
bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500ºC (Sutardi, 2012).
3
2.2. Kadar air
Sesuatu yang dapat dijadikan bahan pakan meliputi bahan kering dan Air, bahan
kering meliputi senyawa organik yang meliputi karbohidrat, protein, lipid dan non
organik yang meliputi vitamin dan mineral. dalam sebuah pakan haruslah memenuhi
kereteria Bahan baku, Bahan kering dan terrutama Kadar Air. Kadar air dalam suatu
bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan
tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut tidak memenuhi syarat maka bahan
pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang ditandai dengan
tumbuhnya mikroorganisme pada makanan sehingga bahan pangan tersebut tidak layak
untuk dikonsumsi (Winarno, 2004).
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan
pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat
penanganan yang tepat (Hafez, E.S.E., 2000).
4
Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan cara
menimbang sampel, membakar sampel pada suhu yang tinggi (400-600ºC ) selama
beberapa jam (4-6 jam), lalu menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai abu.
Penetuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara
melarutkan sampel kedalam cairan yang ditambah oksidator. Setelah itu dilakukan
pembakaran sampel kedalam cairan ditambahkan oksidator. Setelah itu dilakuakn
pembakaran sampel. Cara pengabuan ini disebut pengabuan cara basah dan
keuntungannya adalah suhu pembakaran pada pengabuan ini tidak terlalu tinggi (Tilman
et.,al, 1998). Mineral dalam makanan biasanya ditentukan dengan pengabuan atau
insinerasi (pembakaran). Pembakaran ini merusak senyawa organikdan meninggalkan
mineral (Deman, 1997).
5
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
4.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 oktober 2019 pukul 07.30 – 09.00
WITA bertempat di Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Mataram di Lingsar dan
pada hari kamis, 14 November 2019 bertempat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
Ruminansia (Herbivora), Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.
6
2. Mengambil sampel pakan (turi) yang ada di Laboratorium Lingsar sebanyak
± 300 gr, kemudian sampel pakan dipotong-potong dengan ukuran ± 2 cm,
lalu dimasukan kedalam amplop (kantong kertas) dan ditimbang.
3. Memasukkan sampel tersebut ke oven pengering suhu 60ᵒC, diamkan selama
3-4 hari atau sampai beratnya konstan.
4. Menimbang berat akhir sampel setelah pengovenan selama 4 hari sebagai
data berat kering sampel (partial dry matter).
3.3.2. Penentuan Bahan Kering
1. Menyiapkan cawan porselin yang sudah bersih, kemudian dikeringkan
menggunakan oven pengering dengan suhu 105ᵒC selama 1 jam dengan
tutup dilepas.
2. Mengambil cawan porselin menggunakan tang penjepit dan didinginkan di
dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam.
3. Menimbang cawan porselin kosong yang sudah dingin.
4. Menimbang sampel ± 1 gr + cawan porselin, kemudian keringkan di dalam
oven suhu 105ᵒC selama 8 jam atau sampai beratnya konstan.
5. Memindahakan sampel + cawan porselin ke dalam desikator selama 30
menit, setelah dingin cawan porselin ditimbang
6. Memasukan data data kedalam rumus bahan kering yang sudah diketahui.
3.3.3. Penentuan Bahan Organik
Penentuan bahan organik dapat dilakukan dengan analisis kadar abu. Berikut
metode analisis kadar abu :
1. Memasukkan Cawan porselin +sampel 105℃ kedalam tanur pada suhu
600℃ selama 24 jam.
2. Cawan porselin didinginkan didalam desikator selama 15-30 menit,
kemudian ditmbang.
3. Menghitung kadar abu dan kadar bahan organik kemudian dicatat.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Tabel 1. Berat segar dan berat kering
Berat segar Berat kering
No Nama sampel
(gr) (gr)
1 Lamtoro
2 Gamal 300 106
3 Turi 346 124
4 Rumput Gajah 260 64
5 Indigofera 294 50
Berat Berat
Berat Berat
cawan cawan Bahan Bahan
Nama cawan cawan + Berat
No + + Air % kering Abu % organic
sampel kosong sampel sampel
sampel sampel % %
(gr) 6000C
(gr) 1050C
Lamtoro 29,507 30,583
1 30,4824 29,5765 1,0765 9,4287 90,5713 6,4468 93,5532
(1) 1 9
Lamtoro 20,116 21,132
2 21,0335 20,1823 1,0160 9,7145 90,2855 6,5059 93,4941
(2) 2 2
Gamal 29,487 30,734 29,436
3 30,6364 29,8547 1,2464 7,8465 92,1535 70,5633
(1) 8 2 7
Gamal 29,171 30,247 10,885
4 30,1307 29,2412 1,0767 89,1149 6,5013 93,4987
(2) 2 9 1
29,695 30,755
5 Turi (1) 30,6655 29,8004 1,0591 8,4505 91,5495 9,8668 90,1332
9 0
18,649 19,682
6 Turi (2) 19,5964 18,7499 1,0329 8,3163 91,6837 9,7299 90,2701
4 3
8
R. gajah 26,169 27,206 12,614
7 27,1423 26,3001 1,0369 6,1626 93,8374 87,3855
(1) 3 2 5
R. gajah 26,425 27,487 12,310
8 27,4147 26,5561 1,0625 6,8800 93,1200 87,6895
(2) 3 8 5
Indigofer 19,845 20,938 11,488
9 20,8130 19,9533 1,0933 88,5119 9,8783 90,1217
a (1) 3 6 1
Indigofer 21,059 22,121 10,505
10 22,0099 21,1607 1,0623 89,4945 9,5547 90,4453
a (2) 2 5 5
Sebelum menentukan kadar air yang terkandung dalam sampel hijauan makanan
ternak yang telah ditentukan terlebih dahulu sampel yang terdapat didalam cawan
porselin dikeringkan menggunakan oven 105ᵒC selama ± 8 jam atau sampai
beratnya konstan untuk mendapatkan kadar air 0% pada sampel. Setelah itu sampel
kemudian ditimbang untuk mengetahui berat setelah dipanaskan dalam oven 105ᵒC
selama ± 8 jam atau sampai beratnya konstan. berikut perhitungan kadar air yang
terdapat pada sampel turi :
Turi 1:
30,7550 − 30,6655
Kadar air % = 𝑋100
1,0591
0, ,0895
Kadar air % = 𝑋100
1,0591
kadar air % = 8,4505%
10
Turi 2 :
19,6823 − 19,5964
Kadar air % = 𝑋100
1,0329
0,0859
Kadar air % = 𝑋100
1,0329
kadar air % = 8,3163%
Jadi kadar air yang terdapat pada turi 1 dengan berat sampel 1,0591 gram adalah
8,4505% sedangkan kadar air yang terdapat pada turi 2 dengan berat sampel 1,0329
gram yaitu 8,3163% dimana kandungan kadar air rata rata sampel turi adalah
8,3834%
4.2.4. Bahan kering
Bahan kering merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan tidak memiliki
kandungan kadar air di dalamnya atau kadar air 0%. Pada ternak, kebutuhan bahan
kering yaitu 3% dari bobot badan ternak tersebut. Bahan kering pada beberapa
sampel hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro, gamal, turi, rumput gajah,
dan indigofera memiliki kandungan bahan kering yang berbeda beda.
Persentase bahan kering diperoleh dari perhitungan rumus berikut :
11
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan
anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan
kandungan mineral pada bahan tersebut. Sampel yang sudah disediakan diabakar
dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur
pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah
menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari
mineral-mineral yang terdapat dalam bahan, dengan kata lain, abu merupakan total
mineral dalam bahan.
Kadar abu dapat diketahui dengan perhitungan rumus sebagai berikut :
Kadar abu beberapa sampel hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro,
gamal, turi, rumput gajah, dan indigofera memiliki persentase kadar abu yang
berbeda beda. Kadar abu pada sampel turi dapat ditentukan dengan perhitungan
sebagai berikut :
Turi 1 :
29,8004 − 29,6959
Kadar abu% = 𝑋100
1,0591
0,1045
Kadar abu % = 𝑋100
1,0591
kadar abu % =9,8668%
Turi 2 :
18,7499 − 18,6494
Kadar abu% = 𝑋100
1,0329
0,1005
Kadar abu % = 𝑋100
1,0329
kadar abu % =9,7299%
12
Jadi persentase kadar abu dalam sampel turi 1 adalah 9,8668% sedangkan kadar
abu dalam sampel turi 2 adalah 9,7299%. Rata rata persentase kadar abu dari kedua
sampel tersebut adalah 9,7983%
4.2.6. Bahan organik
Bahan organik merupakan bahan bahan yang ikut menguap bersamaan dengan
pemanasan sampel menggunakan tanur dengan suhu 600°C. Bahan organik dapat
ditentukan jika persentase kadar abu sudah ditentntukan sehingga sebelum
menentukan persentase bahan organik maka perlu dikalukan analisis kadar abu
terlebih dahulu.
Penetapan bahan organik dengan cara melakukan analisis kadar abu terlebih
dahulu yaitu dengan pemanasan dalam tanur pada suhu 500-600℃ semua BO akan
terbakar. Pembakaran sempurna adalah pembakaran sampai semua senyawa organic
menguap. Rumus perhitungan untuk menentukan persentase kadar abu dalam suatu
sampel adalah sebagai berikut :
Beberapa sampel hijauan makanan ternak yang meliputi lamtoro, gamal, turi,
rumput gajah, dan indigofera memiliki persentase kadar abu yang berbeda beda.
Perhitungan persentase kadar abu sampel turi adalah sebagai berikut :
Jadi persentase bahan organik pada turi 1 adalah 90,1332% sedangkan pada turi 2
adalah 90,2701%. Rata rata persentase bahan organik dari kedua sampel tersebut
adalah 90,2016%
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berat kering merupakan berat sampel yang sudah dioven dengan suhu 60ᵒC selama
3-4 hari atau hingga berat konstant. Berat kering dari sampel turi pada praktikum
yang telah dilakukan adalah 124 gram.
2. Bahan kering merupakan berat bahan yang memiliki kadar air 0% atau tidak
memiliki kadar air. Bahan kering yang terdapat pada sampel turi 1 adalah 91,5495%
sedangkan bahan kering yang terdapat di dalam sampel turi 2 adalah 91,6837%. Rata
rata bahan kering dari kedua sampel tersebut adalah 91,6166%.
3. Bahan organik adalah bahan yang ikut menguap pada saat pembakaran sampel
menggunakan tanur dengan suhu 600ᵒC. Persentase bahan organik pada turi 1 adalah
90,1332% sedangkan pada turi 2 adalah 90,2701%. Rata rata persentase bahan
organik dari kedua sampel tersebut adalah 90,2016%.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan pada saat melakukan praktikum tentang analisis proksimat lebih
teliti dan hati hati agar hal hal yang tidak diinginkan terjadi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyedia dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia Sapi, Kerbau,
Domba, Kambing. Kanisius, Yogyakarta.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sutardi, T.R. 2012. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto.
15