NOMOR : 3410/Kpts/KH.210/L/11/2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS TINDAKAN KARANTINA TERHADAP BAHAN ASAL HEWAN
UNTUK KONSUMSI (KARKAS, DAGING DAN/ATAU JEROAN)
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Nopember 2013
BAB I.
PENDAHULUAN
1
b. Tujuan
(1) Adanya pedoman dalam pelaksanaan pelayanan tindakan karantina terhadap
bahan asal hewan konsumsi (karkas, daging dan jeroan).
(2) Petugas dapat melaksanakan pelayanan tindakan karantina secara lebih
cermat, cepat dan sistematis, dengan dasar ilmiah sesuai peraturan
perundangan.
1.5. Definisi
Dalam juknis ini, yang dimaksud dengan:
2. Hama penyakit hewan karantina selanjutnya disebut HPHK adalah semua hama,
hama penyakit, dan penyakit hewan yang berdampak sosio-ekonomi nasional dan
perdagangan internasional serta menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat
veteriner.
2
7. Karkas atau daging dingin (chilled) adalah karkas atau daging yang mengalami
proses pendinginan setelah penyembelihan sehingga temperatur bagian dalam
karkas atau daging antara 0ºC dan 4ºC.
8. Karkas atau daging beku (frozen) adalah karkas atau daging yang sudah
mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperatur internal
karkas atau daging minimum minus18ºC.
9. Jeroan adalah isi rongga perut dan rongga dada dari hewan yang disembelih
secara halal dan benar sehingga aman, lazim, dan layak dikonsumsi.
11. Cemaran adalah bahan kimia, biologi dan/atau fisik yang keberadaannya pada
produk hewan pada batas tertentu dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan.
12. Residu adalah akumulasi obat atau bahan kimia dan/ atau metabolitnya dalam
jaringan, organ dan produk hewan setelah pemakaian obat atau bahan kimia;
13. Pemilik atau kuasanya adalah orang atau badan hukum yang memiliki, atau
kuasanya dan/atau orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas
pemasukan karkas, daging dan/atau jeroan;
14. Segel adalah tanda berupa gambar atau tulisan yang resmi dikeluarkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang untuk menerangkan keaslian produk;
15. Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus
karkas, daging dan/atau jeroan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak
langsung;
16. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan karkas, daging dan/atau jeroan dari
luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau ke suatu area dari
area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
17. Tempat pemasukan adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau,
pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan
negara lain dan tempat-tempat lain yang ditetapkan sebagai tempat untuk
memasukkan karkas, daging dan/atau jeroan;
18. Petugas Karantina Hewan yang selanjutnya disebut petugas karantina adalah
dokter hewan karantina dan dapat dibantu oleh paramedik karantina.
19. Dokumen karantina hewan yang selanjutnya disebut dokumen karantina adalah
semua formulir resmi yang ditetapkan oleh Menteri dalam rangka tertib
administrasi pelaksanaan tindakan karantina.
3
20. Sertifikat sanitasi adalah sertifikat yang diterbitkan oleh dokter hewan pemerintah
yang berwenang di negara asal sebagai jaminan pelaksanaan tindakan karantina
terhadap karkas, daging dan/atau jeroan di negara asal sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
21. Monitoring adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat
pemenuhan persyaratan keamanan karkas, daging dan/atau jeroan dari
negara/daerah asal di tempat pemasukan.
4
BAB II.
TINDAKAN KARANTINA TERHADAP KARKAS, DAGING DAN/ATAU
JEROAN (KDJ) IMPOR
5
harus utuh dan tidak rusak sampai di tempat pemasukan di wilayah Negara
Indonesia.
2.3. Pemeriksaan Fisik Di Tempat Pemasukan Impor
Bila catatan suhu selama perjalanan baik, tidak ada kecurigaan HPHK dan kerusakan,
maka pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik berupa fisik kemasan dan
fisik karkas, daging dan/atau jeroan (KDJ).
6
2.4. Pemeriksaan Lanjutan
2.4.3. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH menggunakan alat pH meter.
Pemeriksaan pH dilakukan pada bagian dalam karkas, daging dan/atau jeroan.
2.5. Penahanan
a) Penahanan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penahanan
b) Penahanan dilakukan apabila karkas, daging dan/atau jeroan tidak dilengkapi
dengan sertifikat sanitasi. Jika pemilik atau kuasanya dapat menjamin
pemenuhan kelengkapan sertifikat sanitasi dengan membuat surat pernyataan
bermaterai dan dapat dikirim copy sertifikat dalam waktu 1 x 24 jam maka dapat
diberi waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterbitkan Berita Acara
Penahanan untuk melengkapi sertifikat sanitasi.
7
c) Karkas, daging dan/atau jeroan pada saat pemasukan tidak disertai sertifikat halal
dilakukan penahanan apabila pemilik menjamin dapat melengkapi selama 7
(tujuh) hari.
d) Apabila setelah batas waktu yang ditetapkan sertifikat halal tidak dapat dipenuhi,
terhadap karkas daging dan/atau jeroan dilakukan penolakan.
e) Penahanan dilakukan dengan tetap memperhatikan karkas, daging dan/atau
jeroan memiliki higiene dan sanitasi yang baik, kemasannya utuh, tidak terjadi
perubahan sifat, tidak terkontaminasi, atau tidak membahayakan kesehatan
hewan dan/atau manusia sebagai akibat mutasi.
f) Selama penahanan tetap dapat dilakukan tindakan karantina lainnya.
g) Penahanan dilakukan di instalasi karantina dibawah pengawasan petugas
karantina.
2.6. Penolakan
Tindakan penolakan dilakukan apabila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:
a) Pada saat pemeriksaan diatas alat angkut ditemukan kemasannya tidak utuh,
terjadi perubahan sifat, terkontaminasi, dinilai membahayakan kesehatan hewan
dan atau manusia atau berasal dari negara yang dilarang pemasukannya;
b) Karkas, daging dan/atau jeroan berasal dari negara yang tertular HPHK golongan
I yang telah diatur pada persyaratan karantina
c) Pada saat pemeriksaan terdeteksi HPHK golongan I
d) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi
dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.
e) Penolakan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Penolakan
2.7. Pemusnahan
a) Setelah karkas, daging dan/atau jeroan diturunkan dari alat angkut dan dilakukan
pemeriksaan, tertular HPHK Golongan I atau Golongan II yang tidak bisa diberi
perlakuan atau berasal dari negara yang dilarang pemasukannya;
b) karkas, daging dan/atau jeroan yang ditolak tidak segera dibawa keluar dari
wilayah negara Republik Indonesia oleh pemilik atau kuasanya;
c) Pemusnahan dilakukan dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan;
d) Tata cara pemusnahan sebagaimana Bab V.
2.8. Pembebasan
Dilakukan bila :
a) Dokumen persyaratan lengkap
b) Pemeriksaan dokumen sesuai dengan yang dipersyaratkan;
c) Pemeriksaan fisik kemasan tidak ada kerusakan dan fisik karkas, daging dan/atau
jeroan yaitu pemeriksaan suhu sesuai dengan yang dipersyaratkan;
d) Bila dilakukan pemeriksaan lanjut, hasil pemeriksaan telah sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
8
BAB III.
TINDAKAN KARANTINA KARKAS, DAGING DAN/ATAU JEROAN
ANTAR AREA
3.1. Tindakan karantina terhadap karkas, daging dan/atau jeroan untuk lalulintas antar
area pada prinsipnya sama dengan tindakan karantina untuk lalulintas impor.
9
BAB IV.
MONITORING TERHADAP ASPEK KESMAVET KARKAS, DAGING
DAN/ATAU JEROAN
4.6. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH menggunakan alat pH meter.
Pemeriksaan pH dilakukan pada bagian dalam karkas, daging dan/atau jeroan.
10
4.8. Pengujian Kimiawi
a) Dilakukan pengujian terhadap residu antibiotik Penicillin Grup, Makrolida Grup,
Aminoglikosida Grup dan Tetrasiklina Grup dengan metode pengujian bioassay
(terlampir)
11
BAB V.
PROSEDUR TEKNIS
13
5.3. RANCANGAN PENGAMBILAN SAMPEL
14
Tabel 1. Daftar tingkat pemeriksaan I (Inspectoin Level)
Berat bersih tiap kemasan setara atau kurang dari 1 Kg (2,2 lb)
Besarnya Lot (N) Besarnya sampel Jumlah
pengujian (n) kerusakan/tidak
memenuhi standar
yang diperbolehkan
(c)
4.800 atau kurang 6 1
4.801 – 24.000 13 2
24.001 – 48.000 21 3
48.001 – 84.000 29 4
84.001 – 144.000 38 5
144.001 – 240.000 48 6
lebih dari 240.000 60 7
15
5.4. TEKNIS PENGAMBILAN SAMPEL
1. Alat harus dalam kondisi steril.
2. Pengambilan sampel secara lege artis.
3. Jika memungkinkan, diambil dari kemasan yang belum terbuka dan diambil secara
utuh. Jika sampel dalam kemasan yang besar, unit sampel harus diambil dengan
alat steril secara aseptik dengan cara:
mencuci/mengusap permukaan luar kemasan yang akan dibuka dengan
alkohol 70%;
kemasan dibuka dengan gunting/pisau/alat pembuka steril;
sampel dapat diambil dengan cara:
o dalam kondisi beku dapat menggunakan cork borrer atau cutting meat
yang ditusukkan ke dalam daging.
o Dalam kondisi segar dingin atau daging yang sudah di thawing dapat
menggunakan pisau/skalpel atau gunting, pinset atau cutting meat.
4. Sampel yang sudah diambil dimasukkan ke wadah yang steril, berasal dari bahan
yang tidak mudah rusak, pecah dan tidak bocor, didalam kemasan diberikan bahan
yang mudah menyerap air (kemasan primer)
5. Pada wadah diberikan label yang memberikan keterangan/ informasi terhadap
sampel.
16
g. Suhu saat pengambilan Sampel
h. Keterangan lain
i. Uji yang akan dilakukan
j. Nomor KH-7
5. Semua kemasan outer sampel harus diberi tanda/label segera dan tidak boleh
mudah lepas atau rusak. Keterangan pada label meliputi antara lain:
a. UPT pengirim
b. Nama dan alamat pemilik sampel
c. Deskripsi Sampel
d. Jumlah sampel
e. Nomor Sampel
f. Hari dan tanggal pengambilan sampel
g. Keterangan lain
h. Uji yang akan dilakukan
17
bergerak ke atas, apabila ada asap putih, itu menandakan adanya gas NH 3 yang
dilepas dari hasil pembusukan daging.
18
BAB VI
PENUTUP
Demikian petunjuk teknis ini disusun untuk dapat dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab. Untuk selanjutnya petunjuk teknis ini akan ditinjau secara berkala sehingga
dapat mengantisipasi dinamika pengetahuan dan teknologi khususnya pencegahan masuk,
tersebar, dan keluarnya HPHK dan tantangan peningkatan kesadaran masyarakat.
19
LAMPIRAN
20
Catatan:
Syarat Mutu Mikrobiologis pada daging mengacu pada SNI Nomor 3932:2008 tentang
Mutu Karkas dan Daging Sapi;
Batas Maksimum Residu mengacu pada SNI Nomor: 01-6366-2000 tentang Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dan Maximum Residue
Limit Codex Alimentarius Commission (CAC).
21
- Kanamisin sulfat (Aminoglikosida)
- Tilosin-tartrat (Makrolida)
2.2 Bahan kimia/dapar
- KH2PO4
- Na2HPO4
- H3PO4
- NaOH
- K2HPO4
- HCL
- NaCL
2.3 Bahan lainnya
- Kertas cakram (paper disc) diameter 8 mm atau
10 mm
3 Peralatan
3.1 Bahan gelas
- Cawan petri 100 x 12 mm
- Tabung reaksi ukuran 7 ml, 20 ml, 50 ml
- Tabung sentrifuse ukuran 50 ml
- Labu ukur 50 ml, 100 ml
- Gelas ukur 100 ml, 500 ml
- Erlenmeyer 250 ml, 500 ml
- Botol timbang ukuran 20 ml
- Pipet volumetric ukuran 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml, 10
ml, 18 ml
- Pipet graduasi ukuran 1 ml, 5 ml, 7 ml, 10 ml, 20
ml
- Botol media (roux’s bottle)
3.2 Alat
- Pengocok tabung
- Sentrifuse 3000 rpm
- Penangas air
- Lemari steril (clean bench)
- Homogenizer /ultrasonic homogenizer
- Autoklaf
- Refrigerator
- Freezer
- Timbangan analitik
- Incubator (300C ± 10C; 360C ± 10C; 550C ± 10C)
- Magnet pengaduk
- pH meter
3.3 Penunjang
- pipet mikro 50 µl – 300 µl
- jangka sorong (caliper)
- burner
- ose
- pinset
- gunting
22
4.2. Prosedur
23
Pipet 2 ml larutan stok baku kanamisin, diencerkan sampai dengan 20 ml dengan
dapar nomor 2 dihomogenkan agar diperoleh larutan baku kerja 100 µg/ml.
- Tilosin (golongan makrolida)
Pipet 2 ml larutan stok baku tilosin, diencerkan sampai dengan 20 ml dengan dapar
nomor 2 dihomogenkan agar diperoleh larutan baku kerja 100 µg/ml. Selanjutnya
lakukan pengenceran serial hingga diperoleh konsentrasi 1.0 µg/ml.
Semua larutan baku kerja dibuat pada saat akan dipergunakan untuk pengujian dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.
24
sebagai control negatif, selanjutnya cawan petri ditempatkan pada bidang datar pada
temperatur kamar selama 1 jam sampai dengan 2 jam.
- Kemudian masukkan ke dalam inkubator pada temperatur 55 oC ± 1oC untuk penisilin,
temperatur 33oC ± 1oC untuk oksitetrasiklin, dan pada temperatur 36 oC ± 1oC untuk
kanamisin dan tilosin masing-masing selama 16 jam sampai dengan 18 jam.
- Diameter daerah hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai.
- Buat kurva yang menyatakan hubungan (linier regresi) antara konsentrasi antibiotika
dengan diameter daerah hambatan. Hal ini dapat dilakukan secara manual atau
dengan menggunakan program komputer.
- Gunakan kurva baku sebagai dasar pengujian residu antibiotika dengan uji tapis.
Larutan kurva baku oksitetrasiklin, kanamisin, tilosin, dan penisilin dapat dilihat pada
tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Larutan kurva baku oksitetrasiklin,kanamisin dan tilosin
Pelaksanaan pengujian
- Cairkan media agar yang telah dibuat dengan pemanasan, kemudian letakkan pada
penangas air hingga mencapai suhu 55oC ± 1oC.
- Pipet 1 ml biakan kuman uji vegetatif atau spora dan campurkan ke dalam 100 ml
media yang telah dicairkan hingga merata. (khusus untuk media agar B.
stearothermophilus : pipet 1 ml biakan spora dan tambahkan 2.5% larutan dextrose
2%, kemudian campurkan ke dalam 100 ml media yang telah dicairkan hingga
merata).
- Kemudian pipet 8 ml media yang telah mengandung kuman uji atau spora ke dalam
setiap cawan petri sesuai dengan jenis golongan antibiotika yang akan diuji.
- Setiap jenis golongan antibiotika menggunakan minimal 3 cawan petri (triplo).
- Tempatkan cawan petri pada bidang datar sampai media membeku.
- Teteskan terlebih dahulu masing-masing larutan baku pembanding yang telah
disiapkan ke dalam kertas cakram atau yang sejenis sebanyak 75 µl (diameter 8 mm)
atau 100 µl (diameter 10 mm) dan biarkan sampai menyerap seluruhnya sebelum
diletakkan pada media dalam cawan petri. Teteskan juga larutan baku pembanding
sebagai control positif dan larutan dapar sebagai control negatif.
- Tempatkan masing-masing cawan petri pada bidang datar dalam ruangan dengan
temperatur kamar selama 1 jam.
- Inkubasikan dalam inkubator selama 16 jam sampai dengan 18 jam untuk golongan
makrolida dan aminoglikosida pada temperatur 36oC ± 1oC, golongan tetrasiklin pada
temperatur 30oC ± 1oC, dan golongan penisilin pada temperatur 55oC ± 1oC.
26
Cara menyatakan hasil
- Amati dan ukur diameter daerah hambatan yang terbentuk di sekeliling kertas cakram
atau yang sejenis dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.
- Control positif harus membentuk daerah hambatan dari tepi kertas cakram atau yang
sejenis.
- Control negatif harus tidak membentuk daerah hambatan.
- Secara berkala laboratorium harus menentukan kurva baku untuk mengetahui
linearitas metode pengujian
- Diameter hambatan yang terbentuk pada contoh sebaiknya berada dalam
kisaran/range kurva baku, apabila diameter hambatan yang terbentuk melebihi nilai
kurva baku maka contoh harus diencerkan.
Pembuatan media
a. Media biakan B. stearothermophilus
1. Pembuatan media
- Peptone sebanyak 5.0 g; yeast extract sebanyak 12.0 g; bacto agar sebanyak
15 – 18 g; dextrose sebanyak 1.0 g; air suling sampai dengan 1000 ml.
- Peptone, dextrose dan yeast extract larutkan dalam sebagian air suling
kemudian tambahkan bacto agar, selanjutnya tambahkan air suling sehingga
volumen keseluruhan menjadi 1000 ml.
- Sesuaikan pH 5.7 ± 0.1 dan didihkan sampai bacto agar tersebut larut.
- Sterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121oC ± 1oC, tekanan 15 Psi atau
1.03421 x 105 Pascal selama 15menit.
2. Pembuatan larutan dextrose 2%
- Timbang 2 g dextrose, kemudian larutkan ke dalam air suling sampai 100 ml
- Sterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121oC ± 1oC, tekanan 15 Psi atau
1.03421 x 105 Pascal selama 15menit.
27
- Sesuaikan pada pH 5.7 ± 0.1 dan didihkan sampai bacto agar tersebut larut.
- Sterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121oC ± 1oC, tekanan 15 Psi atau
1.03421 x 105 Pascal selama 15 menit.
Pembuatan spora
a. Cara kerja pembuatan spora B. cereus ATCC 11778
- Buat media agar miring nomor 1 dalam botol media (roux’s bottle) sebanyak 100
ml.
- Inokulasikan kuman B. cereus ATCC 11778 ke dalam botol-botol yang telah berisi
media agar nomor 1 tersebut dengan cara melakukan goresan dengan
menggunakan ose, inkubasikan selama 1 minggu dalam incubator dengan
temperature 30oC, amati pertumbuhan setiap hari.
- Biakan yang telah membentuk spora dipanen dengan cara mengerok permukaan
media yang ditumbuhi kuman dengan kawat steril dan dimasukkan dalam larutan
NaCl fisiologis steril 20 ml sebanyak 4 tabung (tergantung pada banyaknya hasil
panen spora).
- Panaskan dalam penangas air pada temperature 65 oC selama 30 menit.
- Sentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan buang
supernatannya (lapisan atas). Kemudian tambahkan larutan NaCl fisiologis steril
secukupnya, selanjutnya dikocok. Masukkan dalam refrigerator dengan kisaran
temperature 4oC sampai dengan 8oC selama18 – 24 jam.
- Panaskan kembali larutan tersebut dalam penangas air pada temperature 65 oC
selama 30 menit.
- Sentrifuse kembali dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit dan ambil
supernatannya. Hasilnya disimpan sebagai spora dalam refrigerator dengan
temperature maksimal 10oC.
28
5. Pengujian Cemaran Mikroba
a. Metode pengujian
a.1. Prinsip
Total Plate Count (TPC) dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat
dalam suatu prooduk dengan cara menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada
media agar.
a.3. Peralatan
1) cawan petri;
2) tabung reaksi;
3) pipet volumetrik;
4) botol media;
5) penghitung koloni (colony counter);
6) gunting;
7) pinset;
8) jarum inokulasi (ose);
9) stomacher;
10) pembakar bunsen;
11) pH meter;
12) timbangan;
13) magnetic stirer;
14) pengocok tabung (vortex);
15) inkubator;
16) penangas air;
17) autoklaf;
18) lemari steril (clean bench);
19) lemari pendingin (refrigerator);
20) freezer.
29
a.5. Cara uji
1) Pindahkan 1 ml suspensi pengenceran 10 -1 tersebut dengan pipet steril ke dalam
larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2
2) Buat pengenceran 10 -3 , 10-4 , 10 -5 dan seterusnya dengan cara yang sama
seperti pada butir a), sesuai kebutuhan.
3) Selanjutnya masukkan sebanyak 1 ml suspensi dari setiap pengenceran ke dalam
cawan petri secara duplo.
4) Tambahkan 15 ml sampai dengan 20 ml PCA yang sudah didinginkan hingga
temperatur 45 °C ± 1 °C pada masing-masing cawan yang sudah berisi suspensi.
Supaya larutan contoh dan media PCA tercampur seluruhnya, lakukan pemutaran
cawan ke depan dan
5) Inkubasikan pada temperatur 34 °C sampai dengan 36 °C selama 24 jam sampai
dengan 48 jam dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik.
6) Khusus untuk produk susu, inkubasikan pada temperatur 32 °C ± 1 °C selama 24
jam sampai dengan 48 jam dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik.
Bila cawan yang disiapkan untuk contoh lebih banyak ditumbuhi oleh spreader seperti (a),
dan total area yang melebihi 25 % dan 50 % pertumbuhannya dilaporkan sebagai cawan
spreader. Rerata jumlah koloni dari setiap pengenceran, kemudian laporkan jumlahnya
sebagai TPC (Tabel 1 nomor 5). Selain 3 (tiga) bentuk spreader, dapat dihitung sebagai
satu pertumbuhan koloni. Untuk tipe a) bila hanya terdapat satu rantai, hitunglah sebagai
koloni tunggal. Bila ada satu atau lebih rantai yang terlihat dari sumber lain, hitung tiap
sumber itu sebagai satu koloni, termasuk untuk tipe b) dan c) juga dihitung sebagai
koloni. Gabungkan perhitungan koloni dan perhitungan spreader untuk menghitung TPC.
30
- Cawan tanpa koloni
Bila cawan petri dari semua pengenceran tidak menghasilkan koloni, laporkan TPC
sebagai kurang dari 1 kali pengenceran terendah yang digunakan. Tandai TPC dengan
tanda bintang bahwa penghitungannya diluar 25 koloni sampai dengan 250 koloni (Tabel
1 nomor 6).
- Cawan duplo, cawan yang satu dengan 25 koloni sampai dengan 250 koloni dan cawan
yang lain lebih dari 250 koloni
Bila cawan yang satu menghasilkan koloni antara 25 sampai dengan 250 dan yang lain
lebih dari 250 koloni, hitung kedua cawan dalam penghitungan TPC (Tabel 1 nomor 7).
- Cawan duplo, satu cawan dari setiap pengenceran dengan 25 koloni sampai dengan 250
koloni
Bila 1 cawan dari setiap pengenceran menghasilkan 25 koloni sampai dengan 250 koloni,
dan cawan lain kurang dari 25 koloni atau menghasilkan lebih dari 250 koloni, hitung
keempat dalam penghitungan TPC (Tabel 1 nomor 8).
- Cawan duplo, dua cawan dari satu pengenceran dengan 25 koloni sampai dengan 250
koloni, hanya 1 cawan yang lebih dari 25 koloni sampai dengan 250 koloni dan dari
cawan yang lain dengan 25 koloni sampai dengan 250 koloni
Bila kedua cawan dari satu pengenceran menghasilkan 25 koloni sampai dengan 250
koloni, hitung keempat cawan termasuk cawan yang kurang dari 25 atau yang lebih dari
250 koloni dalam penghitungan TPC (Tabel 1 nomor 9).
31
Tabel 1 - Petunjuk penghitungan TPC
32
B. Pengujian Most Probable Number (MPN) Coliform
b.1. Prinsip
Metode Most Probable Number (MPN) terdiri dari uji presumtif (penduga) dan uji
konfirmasi (peneguhan), dengan menggunakan media cair di dalam tabung reaksi dan
dilakukan berdasarkan jumlah tabung positif. Pengamatan tabung positif dapat dilihat
dengan timbulnya gas dalam tabung durham.
b.3. Peralatan
1) tabung Durham;
2) tabung reaksi;
3) pipet ukuran 1 ml,2 ml,5 ml,10 ml;
4) botol media;
5) gunting;
6) pinset;
7) jarum inokulasi (ose);
8) stomacher;
9) pembakar bunsen;
10)pH meter;
11)timbangan;
12)magnetic stirer;
13)pengocok tabung (vortex);
14)inkubator;
15)penangas air;
16)autoklaf;
17)lemari steril (clean bench);
18)lemari pendingin (refrigerator);
19)freezer.
34
c.3. Peralatan
1) tabung Durham;
2) cawan Petri;
3) tabung reaksi;
4) pipet ukuran 1 ml,2 ml,5 ml,10 ml;
5) botol media;
6) gunting;
7) pinset;
8) jarum inokulasi (ose);
9) stomacher;
10)pembakar bunsen;
11)pH meter;
12)timbangan;
13)magnetic stirer;
14)pengocok tabung (vortex);
15)inkubator;
16)penangas air;
17)autoklaf;
18)lemari steril (clean bench);
19)lemari pendingin (refrigerator);
20)freezer.
35
3) Inkubasikan ECB pada temperatur 45,5 °C selama 24 jam ± 2 jam, jika hasilnya
negatif inkubasikan kembali selama 48 jam ± 2 jam.
4) Perhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung Durham. Hasil uji
dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
5) Selanjutnya gunakan tabel Most Probable Number (MPN) untuk menentukan
nilai MPN berdasarkan jumlah tabung ECB yang positif mengandung gas di
dalam tabung Durham sebagai jumlah E.coli per mililiter atau per gram.
- Interpretasi hasil
Banyaknya koliform yang terdapat dalam contoh uji diinterpretasikan dengan
mencocokkan kombinasi jumlah tabung yang memperlihatkan hasil positif,
berdasarkan tabel nilai MPN (Lampiran A). Kombinasi yang diambil, dimulai dari
pengenceran tertinggi yang masih menghasilkan semua tabung positif, sedangkan
pada pengenceran berikutnya terdapat tabung yang negatif. Kombinasi yang
diambil terdiri dari tiga pengenceran. Nilai MPN contoh dihitung sebagai berikut :
Nilai MPN tabel
MPN contoh (MPN/ml atau MPN/g) x faktor pengencer yang ditengah
100
c.5.2. Isolasi-identifikasi
1) Buat goresan pada media L-EMBA atau VRBA dari tabung ECB yang positif,
inkubasi pada temperatur 35 °C selama 18 jam sampai dengan 24 jam.
2) Koloni yang diduga E. coli berdiameter 2 mm sampai dengan 3 mm, warna hitam
atau gelap pada bagian pusat koloni, dengan atau tanpa metalik kehijauan yang
mengkilat pada media L-EMBA.
3) Ambil koloni yang diduga dari masing-masing media L-EMBA dengan
menggunakan ose, dan pindahkan ke PCA miring. Inkubasikan PCA miring pada
temperatur 35 °C selama 18 jam sampai dengan 24 jam untuk uji biokimia.
36
- Uji Methyl Red (MR)
1) Ambil biakan dari media PCA lalu inokulasikan ke tabung yang berisi 10 ml
media MR- VP dan inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 48 jam ± 2 jam.
2) Tambahkan 2 tetes sampai dengan 5 tetes indikator MR pada tabung.
3) Hasil uji positif ditandai adanya warna merah dan hasil reaksi negatif ditandai
adanya warna kuning.
- Uji citrate
1) Inokulasikan koloni dari media Agar miring PCA ke dalam media KCB, dan
inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 96 jam.
2) Hasil uji positif ditandai dengan terbentuknya kekeruhan pada media.
- Interpretasi hasil uji biokimia
Klasifikasi E. coli adalah
Reaksi IMViC dengan pola + + - - atau - + - - (Tabel 2),
37
D. Pengujian jumlah Staphylococcus aureus
d.1. Prinsip
Metode yang digunakan adalah dengan hitung cawan secara sebar pada permukaan media.
d.3. Peralatan
1) cawan petri;
2) tabung reaksi;
3) pipet ukuran 1 ml,2 ml,5 ml,10 ml;
4) botol media;
5) batang gelas bengkok (hockey stick);
6) gunting;
7) pinset;
8) jarum inokulasi (ose);
9) stomacher;
10)pembakar bunsen;
11)pH meter;
12)timbangan;
13)magnetic stirer;
14)pengocok tabung (vortex);
15)inkubator;
16)penangas air;
17)autoklaf;
18)lemari steril (clean bench);
19)lemari pendingin (refrigerator);
20)freezer.
38
d.5. Cara uji
1) Pengujian selalu disertai dengan menggunakan kontrol positif.
2) Pindahkan 1 ml contoh dari 100 ke dalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan
pengenceran 10 . Dengan cara yang sama dibuat 10 -1 , 10-2 , 10-3 , dan
seterusnya.
Untuk contoh susu cair dimulai dari pengenceran 10 0 ,sedangkan untuk contoh
daging, telur, dan susu (padat dan semi padat) mulai pengenceran 10 -1 .
3) Tuang 15 ml sampai dengan 20 ml media BPA yang sudah ditambah dengan egg
yolk tellurite emulsion (5 ml ke dalam 95 ml media BPA) pada masing-masing
cawan yang akan digunakan dan biarkan sampai memadat.
4) Pipet 1 ml suspensi dari setiap pengenceran, dan diinokulasikan masing-masing
0,4 ml, 0,3 ml, dan 0,3 ml pada 3 cawan petri yang berisi media pada huruf c di
atas.
5) Ratakan suspensi contoh di atas permukaan media agar dengan menggunakan
batang gelas (hockey stick), dan biarkan sampai suspensi terserap.
6) Inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 45 jam sampai dengan 48 jam pada
posisi terbalik.
7) Pilih cawan petri yang mengandung jumlah koloni 20 sampai dengan 200. Apabila
cawan petri pada pengenceran terendah berisi < 20 koloni dan atau > 200 koloni,
maka lanjutkan penghitungan koloni pada cawan petri dengan pengenceran yang
lebih tinggi.
8) Koloni S. aureus mempunyai ciri khas bundar, licin dan halus, cembung, diameter
2 mm sampai dengan 3 mm, berwarna abu-abu sampai hitam pekat, dikelilingi
zona opak, dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear zone). Tepi koloni
putih dan dikelilingi daerah yang terang. Konsistensi koloni seperti mentega atau
lemak jika disentuh oleh ose. Galur non-lipolitik memiliki sifat koloni sama seperti di
atas, tetapi tidak dikelilingi zona opak dan zona luar yang terang.
9) Catat jumlah masing-masing koloni yang mempunyai ciri seperti pada h).
10)Ambil satu atau lebih koloni dari masing-masing bentuk yang tumbuh dan lakukan
uji identifikasi.
39
5) Inkubasikan tabung pada temperatur 35 °C selama 6 jam dan amati setiap jam
terhadap pembentukan gumpalan.
6) Hasil uji koagulase positif Staphylococcus aureus ditandai dengan adanya
penggumpalan.
d.8. Perhitungan
1) Hitung koloni-koloni dari cawan petri yang menunjukkan koloni khas
Staphylococcus aureus dan menunjukkan hasil uji koagulase positif, kemudian
dikalikan dengan faktor pengencerannya.
2) Hasil dilaporkan sebagai jumlah Staphylococcus aureus per mililiter atau per gram.
40
e.3. Peralatan
1) cawan petri;
2) tabung reaksi;
3) tabung serologi ukuran 10 x 75 mm;
4) pipet ukuran 1 ml, 2 ml, 5 ml,10 ml;
5) botol media;
6) gunting;
7) pinset;
8) jarum inokulasi (ose);
9) stomacher;
10)pembakar bunsen;
11)pH meter;
12)timbangan;
13)magnetic stirer;
14)pengocok tabung (vortex);
15)inkubator;
16)penangas air;
17)autoklaf;
18)lemari steril (clean bench);
19)lemari pendingin (refrigerator);
20)freezer.
- Pra-pengayaan
1) Timbang contoh padat dan semi padat sebanyak 25 g atau ukur sebanyak 25 ml
contoh cair secara aseptik kemudian masukkan dalam wadah steril.
2) Untuk contoh daging, telur , dan susu
Tambahkan 225 ml larutan LB ke dalam kantong steril yang berisi contoh,
homogenkan dengan stomacher selama 1 menit sampai dengan 2 menit (kecuali
untuk contoh susu cair).
3) Pindahkan suspensi ke dalam Erlenmeyer atau wadah steril.
4) Inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam ± 2 jam.
- Pengayaan
1) Aduk perlahan biakan pra-pengayaan kemudian ambil dan pindahkan masing-masing
1 ml ke dalam media 10 ml TTB, sedangkan untuk media RV pindahkan 0,1 ml ke
dalam 10 ml RV.
2) Contoh dengan dugaan cemaran Salmonella spp. tinggi (high microbial load).
Inkubasikan media RV pada temperatur 42 °C ± 0,2 °C selama 24 jam ± 2 jam.
Sedangkan untuk media TTB inkubasi pada temperatur 43 °C ± 0,2 °C selama 24 jam
± 2 jam.
3) Contoh dengan dugaan cemaran Salmonella spp. rendah (low microbial load).
Inkubasikan media RV pada temperatur 42 °C ± 0,2 °C selama 24 jam ± 2 jam.
Sedangkan untuk media TTB inkubasi pada temperatur 35 °C ± 2 °C selama 24 jam ±
2 jam.
41
- Isolasi dan identifikasi
1) Ambil dua atau lebih koloni dengan jarum ose dari masing-masing media pengayaan
yang telah diinkubasikan, dan inokulasikan pada media HE, XLD dan BSA.
Inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam ± 2 jam. Untuk BSA apabila belum
jelas dapat diinkubasikan lagi selama 24 jam ± 2 jam.
2) Amati koloni Salmonella pada media HE terlihat berwarna hijau kebiruan dengan atau
tanpa titik hitam (H2S).
3) Pada media XLD koloni terlihat merah muda dengan atau tanpa titik mengkilat atau
terlihat hampir seluruh koloni hitam.
4) Pada media BSA koloni terlihat keabu-abuan atau kehitaman, kadang metalik, media
di sekitar koloni berwarna coklat dan semakin lama waktu inkubasi akan berubah
menjadi hitam.
5) Lakukan identifikasi dengan mengambil koloni yang diduga dari ketiga media tersebut.
Inokulasikan ke TSIA dan LIA dengan cara menusuk ke dasar media agar, selanjutnya
digores pada media agar miring.
6) Inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam ± 2 jam. Amati koloni spesifik
Salmonella dengan hasil reaksi seperti tercantum pada Tabel 3.
- Uji biokimia
Uji urease
1) Inokulasikan koloni dari positif TSIA dengan ose ke Urea Broth.
2) Inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam ± 2 jam.
3) Hasil uji spesifik Salmonella adalah negatif uji urease.
Uji indole
1) Inokulasikan koloni dari media TSIA pada TB dan inkubasi pada temperatur 35 °C
selama 24 jam ± 2 jam.
2) Tambahkan 0,2 ml sampai dengan 0,3 ml Reagen Kovacs.
3) Hasil uji positif ditandai dengan adanya cincin merah dipermukaan media.
4) Hasil uji negatif ditandai dengan terbentuknya cincin kuning.
5) Hasil uji spesifik Salmonella adalah negatif uji indole.
42
5) Umumnya Salmonella memberikan hasil negatif untuk uji VP (tidak terjadi
perubahan warna pada media).
Uji citrate
1) Inokulasikan koloni dari TSIA ke dalam SCA dengan ose.
2) Inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 96 jam ± 2 jam.
3) Hasil uji positif ditandai adanya pertumbuhan koloni yang diikuti perubahan warna
dari hijau menjadi biru.
4) Hasil uji negatif ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni atau tumbuh
sangat sedikit dan tidak terjadi perubahan warna.
5) Umumnya Salmonella memberikan hasil positif pada uji citrate.
Uji gula-gula
1) Phenol red dulcitol broth atau purple broth base dengan 0,5 % dulcitol
Ambil koloni dari TSIA dan inokulasikan pada medium dulcitol broth.
Inkubasikan pada temperatur 35 °C dan diamati setiap 24 jam selama 48 jam ±
2 jam.
Kebanyakan Salmonella memberikan reaksi positif ditandai dengan
pembentukan gas dalam tabung Durham dan warna kuning (pH asam) pada
media.
43
Hasil reaksi negatif ditandai dengan tidak terbentuknya gas pada tabung
Durham dan pada media terbentuk warna merah (pH basa) untuk indikator
phenol red atau ungu untuk indikator bromcresol purple.
2) Uji malonate broth
Pindahkan satu ose dari TB ke dalam malonate broth.
Inkubasikan pada temperatur 35 °C dan diamati setiap 24 jam selama 48 jam ±
2 jam.
Hasil uji positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi biru.
Salmonella memberikan reaksi negatif yang ditandai dengan adanya warna
hijau atau tidak ada perubahan warna.
- Uji serologis
Uji polyvalent somatic (O)
1) Letakkan satu ose koloni dari TSIA atau LIA pada gelas preparat dan tambahkan
satu tetes larutan garam fisiologis (NaCl 0,85 %) steril dan ratakan dengan kultur.
2) Berikan satu tetes Salmonella polyvalent somatic (O) antiserum disamping
suspensi koloni.
3) Campur suspensi koloni ke antiserum sampai tercampur sempurna.
4) Miringkan campuran tersebut ke kiri dan ke kanan dengan latar belakang gelap
sambil diamati adanya reaksi aglutinasi.
5) Siapkan kontrol dengan mencampur larutan garam fisiologis dan antiserum.
6) Lakukan uji somatik (O) grup monovalent antisera Vi seperti uji polyvalent di atas.
44
3) Pipet 0,5 ml larutan Salmonella Polyvalent flagellar (H) antisera dan masukkan ke
dalam tabung serologi ukuran 10 x 75 mm.
4) Tambah 0,5 ml antigen yang akan diuji.
5) Siapkan larutan garam fisiologis kontrol dengan mencampurkan 0,5 ml larutan
garam fisiologis berformalin dengan 0,5 ml antigen berformalin (formalinized
antigen).
6) Inkubasikan kedua campuran tersebut dalam penangas air pada temperatur 48 °C
sampai dengan 50 °C.
7) Amati adanya penggumpalan setiap 15 menit selama 1 jam.
8) Hasil uji positif ditandai dengan adanya penggumpalan, sedangkan pada kontrol
tidak terjadi penggumpalan.
Hasil reaksi
No Uji Substrat
Positif Negatif Salmonella
1 Glukosa (TSI) Tusuk kuning Tusuk merah +
2 Lysine Dekarboksilase Tusuk ungu Tusuk kuning +
(LIA)
3 H2S (TSI dan LIA) Hitam Tidak hitam +
4 Urease Pink sampai Tetap kuning -
merah
5 Lysine Dekarboksilase Warna ungu Warna Kuning +
Broth
a)
6 Phenol Red Dulcitol Broth Warna kuning Tanpa berubah
dan atau warna dan
dengan gas tanpa terbentuk
gas
7 KCN Broth Ada Tidak ada -
pertumbuhan pertumbuhan
b)
8 Maonat Broth Warna Biru Tidak berubah
warna
9 Uji Indol Permukaan Permukaan -
warna merah warna kuning
10 Uji Polyvalent flagelar Aglutinasi Tidak aglutinasi +
11 Uji Polyvalent Somatic Aglutinasi Tidak aglutinasi +
12 Phenol Red Lactose Warna kuning Tidak terbentuk -
Broth dengan/ tanpa gas dan tidak
gas berubah warna
13 Phenol Red sukrose Warna kuning Tidak terbentuk -
Broth dengan/ tanpa gas dan tidak
gas berubah warna
14 Uji Voges-Proskeur Pink sampai Tidak berubah -
merah warna
45
KETERANGAN:
a) Test Malonate broth positif lebih lanjut untuk mengamati jika biakan tersebut
Salmonella Arizona.
b) Jangan dibuang biakan positif jika pada LIA menunjukkan reaksi bercirikan
Salmonella, test lebih lanjut untuk mengamati jika spesies Salmonella
Daftar Singkatan
1) BPW 0,1%:Buffered Pepton Water 0,1%;
2) BGLBB :Brilliant Green Lactose Bile Broth;
3) BHI :Brain Heart Infusion;
4) BHIB: Brain Heart Infusion Broth;
5) BPA :Baird-Parker Agar;
6) BSA :Bismuth Sulfite Agar;
7) CFU : Colony Forming Unit;
8) EDTA :Ethylene Diamine Tetraacetic Acid;
9) ECB :Escherichia Coli Broth;
10) E.coli :Escherichia coli;
11) LEMBA :Levine Eosin Methylene Blue Agar;
12) FBS :Foetal Bovine Serum;
13) HEA :Hektoen Enteric Agar;
14) IMViC: Indole, Methylred, Voges Proskauer dan Citrate;
15) KCN :Kalium Cyanide;
16) KCNB : Kalium Cyanide Broth;
17) LIA :Lysine Iron Agar;
18) LDB :Lysine Decarboxylase Broth;
19) LB :Lactose Broth;
20) LSTB :Lauryl Sulfate Tryptose Broth;
21) MPN :Most Probable Number;
22) MR-VP : Methyl Red-Voges Proskauer;
23) PCA :Plate Count Agar;
24) RV :Rappapport Vassiliadis;
25) S.aureus : Staphylococcus aureus;
26) SCB :Selenite Cystine Broth;
27) TPC :Total Plate Count;
28) TSIA :Triple Sugar Iron Agar;
29) TTB : Tetra Thionate Broth;
30) TSTB :Trypticase Soy Tryptose Broth;
31) TB : Tryptose Broth;
32) XLDA:Xylose Lysine Deoxycholate Agar;
33) KCB : Koser Citrate Broth;
34) SCA : Simmons Citrate Agar.
46
E. Format Berita Acara Pengambilan Sampel
Nama :...................................................
Jabatan :...................................................
Dengan ini menyatakan bahwa telah melakukan pengambilan sampel dalam rangka
pengawasan aspek kesehatan masyarakat veteriner untuk produk hewan:
1. Nama komoditi :.................................
2. Jumlah Kemasan : .................................
3. Berat Per Kemasan : .................................
4. Nama Perusahaan : .................................
5. Alamat Perusahaan : .................................
6. Lokasi Pengambilan Sampel : .................................
7. Nomor Kode Sampel : .................................
8. Jumlah Sampel : .................................
9. No. Kontaiiner : .................................
10. Mewakili jumlah komoditi sebesar : .................................
11. Metode Pengambilan Sampel : .................................
12. Tanggal pemasukan/pengeluaran : .................................
13. Nama Lab. Penguji : .................................
Kemudian sampel dikemas, diberi label sampel uji dan dikirimkan kepada laboratorium
penguji.
(................................) (........................................)
NIP.
47
F. FORMULIR RENCANA PENGAMBILAN CONTOH
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat/tlp :
3. Komoditi :
4. Merek :
5. Keadaan contoh :
6. Lokasi pengambilan contoh :
7. Pedoman/Acuan/Metode Pengambilan contoh:
48
G. LABEL PENGAMBILAN CONTOH
Export/Import RUTIN
LABEL CONTOH
:…………………………………………
ssssssasample
Commodity :…………………………………………
sssample :………………………………………...
No of sample :……………………………………….
SAMPLER Commodity :
Nama : No. SNI :
Reg.No : No. of sample : Komoditi :
Merk :
Brand/Quality : Jumlah :
(Said to be)
Nomor contoh :
Tanggal pengambilan contoh :
SHIPPING M ARK
Exporter/Producer:
Nomor Berita Acara :
Nama Perusahaan :
Date of sampling:
No. Tanggal surat Tugas :
Lot No : Nama Petugas :
Quantity of Packages/
Weights : Saksi dari Perusahaan Tanda Tangan Petugas
( ) ( )
Place of sampling :
49
H. FORMAT LAPORAN PEMERIKSAAN FISIK PRODUK HEWAN
50
10. Tanggal Pemotongan dan/atau ....................................................................
tanggal produksi
11. Jenis dan spesifikasi karkas, ....................................................................
daging dan/atau jeroan
12. Jumlah komoditi ....................................................................
13. Berat Komoditi ....................................................................
14. Nama Umum ....................................................................
15. Nama dagang ....................................................................
16. Rincian Kemasan ....................................................................
17. Tanggal Pengemasan ....................................................................
18. Nama Produsen ....................................................................
19. Tanda Kehalalan bagi yang ....................................................................
dipersyaratkan
20. Shipping Mark ....................................................................
21. Bahasa yang digunakan (Inggris ....................................................................
dan Indonesia)
22. Tanggal Pengepakan/Produksi ....................................................................
23. Tanggal Kedaluarsa ....................................................................
Kesimpulan Sesuai/tidak sesuai Benar dan Sah
PEMERIKSAAN FISIK KEMASAN DAN PRODUK HEWAN
1. Jumlah sampel untuk ....................................................................
pemeriksaan fisik
2. Kondisi Kemasan ....................................................................
3. Suhu Produk ....................................................................
Kesimpulan Sesuai/tidak sesuai Layak/Tidak Layak
Kesimpulan
51
Kesimpulan Hasil Pemeriksaan:
52
I. Formulir Laporan Hasil Monitoring Terhadap Aspek Kesmavet Karkas, Daging
Dan/Atau Jeroan
Nama UPT :
Bulan :
No Tgl Jenis Jml/ Vol Frek Pelabuhan Pelabuhan Negara/ Negara/ Tempat Jenis Jumlah Target Uji Lab Metode Hasil Tindak
Media Media Muat Bongkar Daerah Daerah pengambilan Sampel Sampel (HPHK/ Penguji Uji Pengujian Lanjut
Pembawa Pembawa Asal Tujuan sampel / yg Yang Residu) (tindakan
1)
Instalasi diambil diperiksa karantina)
Karantina
Produk Hewan
1 ……. Daging …… …… …….. ………. ……….. ……….. ……….. Daging ……. Residu BBPV Uji HPLC
ayam 100 gr
dst
1) Mengacu pada Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : 2897.A/Pd.670.320/L/10/07 Tentang Pedoman Pengambilan
Sampel dalam Rangka Monitoring Hama dan Penyakit Hewan Karantina pada Hewan dan Bahan Asal Hewan serta Hasil Bahan Asal Hewan
di Daerah Pemasukan/Pengeluaran dan Daerah Penyebaran Eks Pemasukan
53
J. FORMAT PERMOHONAN PENGUJIAN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
Kepada Yth :
(Kepala Laboratorium Penguji)
Alamat Laboratorium Penguji
54
Toksikologi Biologi Molekuler
Residu Kimia
(diisi oleh Petugas Laboratorium)
9. Jenis Pengujian HPH/HPHK keamanan pangan :
.............................................................................
IV. Identitas Pemilik :
1. Nama Pemilik/Perusahaan/Kuasa :
............................................................................
2. Alamat Pemilik/Perusahaan/Kuasa :
............................................................................
V. Dokumen Pendukung :
...........................................................................
Kepala,
Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian
……………..........................................
NIP.
*)
Coret yang tidak perlu
55
K. Alur Pemeriksaan Karkas, Daging Dan Jeroan
Pemasukan/pengeluaran KDJ
Pengambilan sampel,
preparasi contoh
Sesuai dgn yang Kemasan rusak, Suhu
dipersyaratkan tidak normal,
cemaran fisik Pemeriksaan
organoleptik, dan awal
kebusukan
Sesuai dgn yang Tidak Sesuai
dipersyaratkan
Pemeriksaan lanjutan:
HPHK, pH, mirobiologi
Bebas dan kimiawi
56
L. ALUR TINDAKAN KARANTINA TERHADAP KARKAS, DAGING DAN JEROAN
Lengkap,
benar, sah
Dapat melengkapi
PENAHANAN
Diberi waktu 3 hari (sertifikat
Sewaktu-waktu & sanitasi), Diberi waktu 7 hari (
Pertimbangan dokter sertifikat halal)
hewan untuk verifikasi
Tidak dapat
Dilaksanakan
penolakan
57
PEMBEBASAN
PEMUSNAHAN PENOLAKAN
PENOLAKAN
K. Alur Monitoring Karkas, Daging Dan/Atau Jeroan
PEMERIKSAAN
BERKALA DI TEMPAT
PEMASUKAN ATAU
IKPH
Pengambilan contoh,
preparasi contoh
58