Anda di halaman 1dari 3

Dastor spora

Spora adalah bentuk bakteri dalam mempertahankan diri dari pengaruh


lingkungan luar. Dibandingkan dengan sel vegetatif, spora akan lebih tahan
lama dalam keadaan yang ekstrim misalnya keadaan kering, panas atau adanya
pengaruh bahan kimia yang beracun. Pewarnaan spora dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu bakteri memiliki spora atau tidak dan mengetahui
letak dari spora bakteri tersebut (Djakiah, 2019).
1. Pewarnaan Spora.
Pewarnaan khusus ini digunakan untuk memberi warna dan mengisolasi
bagian spesifik dari suatu mikroorganisme, misalnya endospora, kapsul, dan
flagela (Pratiwi, 2008).
2. MenggunakanTeknik Aseptis.
Cara kerja yang menjaga kesterilan dan keamanan ketika menangani maupun
melakukan kultur mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap
kultur mikroorganisme ( Siswaya, 2014 ).
3. Impermeabilitas pada dinding sel Bakteri bersifat tahan asam.
Bakteri tahan asam mempunyai kandungan senyawa yang penting untuk
pertahanan diri yaitu dari peptidoglikan dan lipid kompleks atau lemak (wax-
D) yang disebut asam mycolat yang berfungsi untuk membangun struktur
dinding selnya, sehingga menjadi impermeabel terhadap berbagai prosedur
perwarnaan, salah satunya pewarnaan Gram (Lay, 1994).
4. Penetrasi zat warna.
Difusi zat warna pada awalnya berawal dari lapisan permukaan menuju ke
pusat. Agar penetrasi zat-zat warna menghasilkan hasil yang baik dan tahan
cuci, maka gaya ikat antara zat warna dan sampel yang digunakan harus lebih
besar dari pada gaya – gaya yang bekerja antara zat warna dan air yang
digunakan (Etsha, 2013)

Terdapat berbagai macam jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong


kedalam genus Bacillus dan Clostridium yang dapat membentuk spora. Spora
yang dihasilkan mampu berada di luar sel vegetatif (eksospora) atau berada di
dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri akan membentuk spora aabila keadaan
dan kondisi lingkungan yang disekitarnya tidak baik untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, misalnya: medium mengering, kandungan nutrisi menyusut
dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Beberapa spesies bakteri dapat menghasilkan spora eksternal. Misalnya
yaitu Bakteri Streptomyces. Bakteri ini mampu menghasilkan serantaian spora
disebut konidia, yang disangga di ujung hifa, yang merupakan suatu filamen
vegetatif. Proses ini serupa dengan proses pembentukan spora pada beberapa
cendawan atau fungi (Irianto, 2006).
Spora pada bakteri adalah spora yang bersifat endospora, suatu badan yang
refraktil terdapat dalam induk sel dan merupakan suatu stadium isrtirahat dari
sel tersebut. Endospora memiliki tingkat metabolisme yang sangat rendah, hal
inilah yang menyebabkan endospora dapat hidup sampai bertahun-tahun tanpa
memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006).

Bentuk spora terdapat 2 macam menurut Damayanti & Effendi (2020),


yaitu berbentuk bulat dan lonjong (oval). Bentuk spora pada kedua koloni
adalah berbentuk lonjong (oval) serta memiliki ukuran yang hampir sama besar
dengan sel vegetatifnya. Letak spora di dalam sel serta ukuran selama
pembentukannya tidak sama pada semua spesies. Beberapa spora terdapat di
bagian sentral yaitu terdapat di tengah - tengah sel serta ada yang terminal yaitu
dibentuk di ujung dan lateral yaitu di bentuk di tepi sel. Diameter spora bisa
lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel vegetatifnya (Mutaqin, 2019).
Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan dengan metode
khusus yang dapat menembus dinding tebal spora sehingga spora dapat
berwarna. Metode pewarnaan pada bakteri yang memiliki spora mempunyai
fungsi untuk mempermudah pengamatan agar peneliti mampu membedakan
endospora dengan sel vegetatif ataupun mengamati bentuk dari spora tersebut.
Endospora yang ada tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa
pewarnaan terlebih dahulu dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat
refraktil, namun hal ini akan mempersulit pengamatan dan memperlama proses
pengamatan. Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada
umumnya, dikarenakan endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi
(kedua-duanya transparan, sel vegetatif berwarna). Hal inilah yang menjadi
dasar dari metode pewarnaan endospora dengan larutan malacite green.
Metode tersebut merupakan metode Shaeffor yang mana foton endospora
diberi warna untuk pertama kali dengan larutan malacite green. Pewarnaan
tersebut memiliki sifat yang kuat karena dapat berpenetrasi ke dalam endospora
bakteri. Teknik tersebut akan memunculkan warna hijau pada endospora dan
menghasilkan warna merah pada sel vegetatif (James 2002).

Spora bakteri mampu bertahan dalam kurun waktu yang sangat lama, spora
baketri mampu hidup bertahun - tahun bahkan berabad - abad apabila spora
bakteri tersebut berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan
sel vegetatif akan mati dalam rentang suhu berkisar 60-70oC, namun spora
tetap hidup, spora bakteri dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1
jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi spora untuk
tumbuh dan berkembang, spora akan tetap menjadi spora sampai kondisi
lingkungan menguntungkan, yang selanjutnya spora akan tumbuh menjadi satu
sel bakteri yang baru dan mampu untuk melakukan perkembangbiakan secara
normal (Volk & Wheeler, 1988).

Dafpus :

Dwidjoseputro, Prof.Dr.D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan.


Surabaya
Etsha. 2013. Makalah Celup. Tersedia di http://www.slideshare.net/Etsha/
makalah-celup-iii [Diakses pada 16 Maret 2015].
Hadioetomo, R.S. 1985.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.Jakarta :PT. Gramedia.
Hastuti, S.U. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi . Malang : UMM Press.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Bandung : Yrama Widya.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Pratiwi, T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga
Siswaya,Yoanne.2014.Teknik Kultur Secara Aseptik. Tersedia online di
http://www.academia.edu/6138539/Praktikum_2 [Diakses pada tanggal 16
Maret 2015]
Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Djakiah, A. W. W. (2019). POTENSI SENYAWA ANTIBAKTERI HASIL FERMENTASI BAKTERI
ENDOFIT Pseudomonas knackmussii dan Bacillus siamensis TERHADAP Staphylococcus
aureus ATCC 25923 (Doctoral dissertation, Universitas Setia Budi).
Mutaqin, R. (2019). TA: STABILISASI TANAH LUNAK DENGAN METODE
BIOGROUTING MENGGUNAKAN MIKROORGANISME BACILLUS SUBTILIS
(UJI SKALA LABORATORIUM) (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Nasional).
James Joyce. 2002. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Retno Indah,
penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Science for
Nurses.

Anda mungkin juga menyukai