Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KMB II

PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

AKMALIA NUR ALISA P07220218002


AMELIA NURUL SHABRINA P07220218003
LAMI SIMON P07220218008
MELLY ROSE ELIZABETH S. P07220218013
M. SYARWANI ABDAN P07220218018
NAINA RHOZIANA P07220218020
YUNI DWI KARTIKA P07220218040

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERWATAN


POLTEKKES KEMENKES KALTIM
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Keperawatan Medikal
Bedah II: Pengkajian Sistem Perencanaan”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II pada program studi
Sarjana Terapan Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Bapak Ns. Frana Andrianur, S. Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula dalam penyusunan makalah ini yang masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun untuk kami agar dapat lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat kepada kami selaku mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur program studi Sarjana Terapan
Keperawatan dan pembaca.

Samarinda, 15 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… 2


DAFTAR ISI ………………………………...…………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 5
C. Tujuan ………………………………………………………………… 5
D. Manfaat ………………………………………………………….….… 5

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pemeriksaan Fisik …………………………………………………….. 6
B. Kuadrant Abdominalis ………………………………………………... 6
C. Regio-Regio Abdominalis …………………………………………….. 7
D. Pemeriksaan Fisik pada Mulut dan Faring ……………………………. 7
E. Pemeriksaan Fisik pada Abdomen ……………………………………. 7
F. Pemeriksaan Diagnostik untuk Saluran Pencernaan ………………….. 8
G. Pemeriksaan Kerongkongan ………………………………………….. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan …………………………………………………………… 17
B. Saran ………………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan
terhadap setiap orang.
Dalam proses keperawatan terdapat empat tahapan yaitu :
1. Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup
klien, keluarga, masyarakat, lingkungan atau kebudayaan.
Metode pengumpulan data meliputi :
a. Melakukan interview/wawancara
b. Riwayat kesehatan/keperawatan
c. Pemeriksaan fisik
d. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain
serta catatan kesehatan (rekam medis).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai
hasil yang diharapkan.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi yang telah
kita buat, yang nantinya akan kita terapkan pada pasien. Dalam
implementasi ini kita harus memperhatikan hak-hak pasien.

4
5. Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada
tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 1994).
Oleh sebab itu penting bagi kita sebagai seorang perawat untuk
mengetahui dan mengerti tentang bagaimana proses keperawatan itu,
khususnya seperti yang akan kita bahas yaitu proses keperawatan dalam
sistem pencernaan mulai dari pengkajian kesehatan hingga macam-macam
pemeriksaan diagnostik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian dalam sistem pencernaan?
2. Apa saja yang dilakukan saat pemeriksaan fisik pada sistem pencernaan?
3. Apa saja macam-macam dari pemeriksaan diagnostik sistem pencernaan?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui bagaimana pengkajian dalam sistem pencernaan
2. Agar mengetahui apa saja yang dilakukan saat pemeriksaan fisik pada
sistem pencernaan
3. Agar mengetahui macam-macam dari pemeriksaan diagnostik sistem
pencernaan

D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami pengkajian dalam sistem perencanaan
2. Mahasiswa mampu menerapkan pemeriksaan fisik pada sistem perencanaan
3. Mahasiswa mampu menerapkan pemeriksaan diagnostik sistem pencernaan

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang
didapat dari pasien. Abdomen di inspeksi, di auskultasi, di palpasi dan di
perkusi. Pasien ditempatkan pada posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari
abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau
gelombang peristaltik.
Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah
terjadi perubahan motilitas usus. Karakter, lokasi dan frekuensi usus dicatat,
timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk
mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan.
Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kuadran atau regio-
regio untuk menggambarkan abdomen (Kuadran kanan atas, kanan bawah,
kiri atas dan kuadran kiri bawah)
B. Kuadran abdominalis
1. Kuadran kanan atas
Meliputi : sebagian besar hati, Kantung empedu, duodenum, bagian
kepala pankreas, sebagian kolon asenden dan transversum.
2. Kuadran kiri atas
Meliputi : lobus kiri hati, lien, pleksur splenikus colon, badan dan ekor
pankreas, lambung, sebagian kolon transversum dan asenden.
3. Kuadran kanan bawah
Meliputi : sekum, apendiks, ureter kanan, ovarium kanan dan tuba
fallopi, korda spermatikus kanan.
4. Kuadran kiri bawah
Meliputi : sebagian kolon desenden, kolon sigmoid, ureter kiri, ovarium
kiri dan tuba fallopi, korda spermatikus kiri.
C. Regio-regio abdominalis
1. Hipokondria kanan
2. Epigastrik

6
3. Hipokondria kiri
4. Lumbal kanan
5. Umbilikalis
6. Lumbal kiri
7. Inguinalis kanan
8. Hipogastrik
9. Inguinalis kiri
D. Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring
1. Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus
2. Kemampuan membuka dan menutup mulut
3. Inspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membran
mukosa
4. Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi
atau tanda-tanda perdarahan.
E. Pemeriksaan fisik pada abdomen
A. Inspeksi
1. Perubahan warna di abdomen
2. Distribusi rambut
3. Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterik
4. Kesimetrisan
B. Auskultasi
1. Bising usus
a. Bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap
kuadran abdomen, bising usus normal terdengar 5-12
kali/menit.
2. Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan
pembedahan, peritonitis, ileus paralitik.
3. Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada
diare atau gastroenteritis, obstruksi usus.
4. Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah
(artery narrowing).

7
C. Perkusi
1. Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomen
2. Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam
abdomen
3. Dilakukan disemua kuadran
4. Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kuadran, timpani diatas
hepar dan limpa.
D. Palpasi
Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ,
lokasi nyeri.
1. Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi
dalam dilakukan penekanan sedalam 4 cm.
2. Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kuadran.
F. Pemeriksaan Diagnostik untuk Saluran Pencernaan
A. Definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk system pencernaan terdiri
dari :
- Endoskop (tabung serat optic yang digunakan untuk
melihat struktur dalam dan untuk memperoleh
jaringan dalam tubuh)
- Rontgen
- Ultrasonografi (USG)
- Perunut radioaktif
- Pemeriksaan kimiawi
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam
menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang
mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang
dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa;
sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan
khusus.

8
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem
pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi
gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar
sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan
depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan
menimbulkan gejala-gejalanya.
G. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati
kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen
berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi
dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan
atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film
atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang
dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi
penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak
berkontraksi secara normal.
- Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan
makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan
kelainan seperti: selaput kerongkongan (dimana
sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan
fibrosa)
- Diverticulum Zenker (kantong kerongkongan)
- Erosi dan ulkus kerongkongan
- Varies kerongkongan
- Tumor
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung
dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam

9
kerongkongan. Dengan alat ini(alatnya disebut manometer)
dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat
mendorong makanan secara normal atau tidak.
a. Pengukuran pH kerongkongan
Mengukur kesamaan kerongkongan bisa dilakukan pada
saat manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
b. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan)
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke
dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menetukan apakah nyeri
dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan
merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).

3. Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastic kecil yang
lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus
halus. Prossedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik
maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan
mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang
digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya
prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
a. Intubasi Nasogastrik
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan
melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan
untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk
menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk
menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa
untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak
lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.

10
1) Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk
memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air
dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan
karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang
mengalami kesulitan menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara
berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung.
Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat
penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari
lambung.
Cara ini membantuk mengurangi tekanan yang
terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Intubasi nasoenterik
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui
hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk
menuju ke usus halus.
1) Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- Mendapatkan contoh isi usus
- Mengeluarkan cairan
- Memberikan makanan
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil
diujungnya bisa digunakan untuk biopsy (mengambil
contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara
mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri,
sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.

11
4. Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan
menggunakan selang/tabung serat optic yang disebut
endoskop.
a. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan
untuk memeriksa:
- Kerongkongan (esofagoskopi)
- Lambung (gastroskopi)
- Usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas)
b. Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa
digunakan untuk memeriksa:
- Rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- Keseluruhan usus besar (kolonoskopi)
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm –
1,25 cm dan panjangnya berkisar dan sekitar 30 cm – 150
cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop
menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber
cahaya dan penglihatan. Banyak endoskop yang juga
dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat
contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk
menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan endoskop
dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah
yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan
jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan
untuk keperluan pemeriksaan lainnya. Endoskop juga bisa
digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda
bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam
endoskop: Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup
suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau
untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil. Sebuah
jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam
varies kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.

12
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita
biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam.
Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan
dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rectum dan kolon,
penderita biasanya menelen obat pencahar dan enema untuk
mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif
jarang. Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus
saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya
menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan
ringan.

5. Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan
menggunakan endoskop. Laparoskopi biasanya dilakukan
dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit
dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya
di dekat pasar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui
sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
a. Dengan laparoskopi dokter dapat:
- Mencari tumor atau kelainan lainnya
- Mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- Memperoleh contoh jaringan
- Melakukan pembedahan perbaikan.
6. Rontgen
a. Foto polos perut
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk
perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari
penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- Suatu penyumbatan

13
- Kelumpuhan saluran pencernaan
- Pola udara abnormal di dalam rongga perut
- Pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
b. Pemeriksaan barium
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan
tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran
pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari
kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang
terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus,
erosi, tumor dan varies kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu
untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan
sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di
dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
c. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang
saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
- Fungsi kerongkongan dan lambung
- Kontraksi kerongkongan dan lambung
- Penyumbatan dalam saluran pencernaan
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk
melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan
foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau
kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan
nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada
akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja,
sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena
bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar
bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

14
7. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga
perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal,
rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung
sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-
keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus,
penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan
untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan
yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan
sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa
rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar)
dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal.
Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang
dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut
dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk
pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan
diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
8. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan
gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ
(misalnya hati dan pankreas) dan juga menunjukkan daerah
abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan
permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan
untuk melihat tumor dan penyebab pendarahan di lambung,
usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang
tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.

15
Pemeriksaan menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan
mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut
dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ
dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau
direkam dalam filem video.
9. Pemeriksaan Darah Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan
baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius. Bila
perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja
terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna
kehitaman (malena). Jumlah darah yang terlalu sedikit
sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja,
bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan
petunjuk awal dari awal dari adanya ulkus, kanker dan
kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah
kecil tinja. Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring
yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan
kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh,

17
DAFTAR PUSTAKA

http://aianpramdhan.blogspot.com/20/12/04/pengkajian -
keperawatan-sistem.html

18

Anda mungkin juga menyukai