Anda di halaman 1dari 2

ANALISA KASUS

1. Tn. S, 41 th, Ct scan. Dx medis TBI, LBP, SAH, pusing sakit kepala saat membuka mata
dan bergerak.masuk RS 15-10-2019, pengkajian 17-10-2019, Tx. Manitol 4x125cc
2. Tn. M, 60 th, dx medis TBI,Ct scan: edema hemi cerebri, pusing nyeri kepala, masuk RS
24-10-2019, pengkajian: 26-10-2019, Tx. Manitol 4x125cc
3. Ny. Ed,32 th, Dx medis TBI, Trauma Abd, Vul Exc, pusing berputar dan mual, Ct scan.:
fr maxilla, hematom intra sinus maxilaris, tak tampak kelainan intra cerebri, masuk RS:
18-10-2019, pengkajian: 18-10-2019, Tx. Manitol 4x125cc

1. Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kecelakaan kerja: dari
hasil penelitian Jaji, Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas
Sriwijaya, 2012, ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
kecelakaan kerja, jenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 6.42 kali mengalami
kejadian kecelakaan dibanding jenis kelamin perempuan. Pekerja laki-laki lebih
banyak mengalami kejadian kecelakaan, laki-laki biasanya mendapatkan beban
pekerjaan lebih banyak dan pekerjaan laki-laki biasanya lebih menantang (keras)
dibandingkan pekerja perempuan. Oleh karena beberapa factor tersebut, sudah jadi
semacam filosofi bahwa laki-laki identik dengan pekerjaan yang berat, akan terasa
tidak enak apabila pekerjaan berat dikerjakan oleh perempuan. Laki-laki mempunyai
peran sebagai ayah yang bertanggung jawab dalam sebuah keluarga, begitupun
ketika berada di tempat pekerjaan, identik sebagai pemimpin yang beban kerjanya
harus lebih banyak, hal-hal inilah yang juga menyebabkan kejadian kecelakaan
lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
2. Analisa hubungan antara trauma dengan vertigo, pusing
Dari penelitian Ayu, 2013, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Trauma kepala merupakan salah satu penyebab terjadinya vertigo, yang disebut post head
injury vertigo. Vertigo adalah suatu gangguan orientasi dimana perasaan seseorang
berputar terhadap lingkungannya, atau lingkungan sekitar bergerak terhadap
dirinya.Vertigo paling banyak muncul segera setelah trauma, dapat juga terjadi beberapa
hari, minggu atau bulan pasca trauma. Pasien dengan trauma kepala ringan sampai
sedang mempunyai kemungkinan 4,9 kali untuk mengalami vertigo dibandingkan dengan
pasien nontrauma kepala. Pada kasus Tn.M dan Tn.S pengkajian dilakukan setelah 2 hari
pasca kejadian trauma, dengan keluhan pusing sakit kepala saat membuka mata dan
bergerak, mual muntah (-), hal disebabkan pasien sudah dalam tahap pemulihan,
sedangkan pada kasus Tn. S mengalami fr os forntalis, sedangkan Ny.ED menderita fr
maxilla, pengkajian dilakukan di hari pertama pasca kejadian dengan keluhan pusing
berputar dan mual. Trauma kepala tumpul adalah penyebab utama vertigo pasca trauma
yang mengakibatkan dislokasi rantai tulang pendengaran pada fraktur longitudinal dan
merusak meatus acusticus eksternus yang mengakibatkan kerusakan nervus VII dan
nervus VIII pada fraktur transversal. Komusio serebri mengakibatkan munculnya
gangguan auditori dan vestibuler yang terjadi setelah trauma kepala tumpul tanpa fraktur.
Gangguan vestibuler dan auditori terjadi akibat perdarahan mikroskopis koklea dan
labirin.
3. Analisa kasus pemberian manitol.
Pada pasien Tn. S, 41 th, Ct scan. Dx medis TBI, LBP, SAH, pusing sakit kepala saat
membuka mata dan bergerak. Tn. M, 60 th, dx medis TBI,Ct scan: edema hemi cerebri,
pusing nyeri kepala. Ny. E d,32 th, Dx medis TBI, Trauma Abd, Vul Exc, pusing
berputar dan mual, Ct scan.: fr maxilla, hematom intra sinus maxilaris, tak tampak
kelainan intra cerebri. Ketiganya mendapatkan terapi manitol 4x125 cc meskipun
diagnose berbeda dan hasil Ct.scan berbeda. Menurut penelitian Budi Harto Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, (2016), Perbandingan Osmolaritas Plasma
Setelah Pemberian Manitol 20% 3 mL/ kgBB dengan Natrium Laktat Hipertonik 3
mL/kgBB pada Pasien Cedera Otak Traumatik Ringan-Sedang, Terapi osmotik adalah
salah satu cara penanganan pada cedera kepala traumatik untuk menurunkan tekanan
intrakranial (TIK) dengan cara mengatasi edema yang terjadi. Terapi osmotik dalam
penanganan cedera otak traumatik tidak dapat berdiri sendiri, penanganan harus diberikan
secara dini serta menyeluruh terhadap jalan napas, pernapasan, dan juga hemodinamik
serta tindakan operasi untuk dekompresi sampai proses stabilisasi di ICU apabila
diperlukan, manitol lebih baik dalam hal target osmolaritas plasma pada pasien cedera
otak traumatik ringan - sedang.

Anda mungkin juga menyukai