Anda di halaman 1dari 2

1

APLIKASI HAJI MABRUR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT atas setiap nafas yang hingga kini masih bisa
kita hembuskan dan atas setiap waktu yang masih bisa kita manfaatkan, sehingga kita masih
bisa beribadah jum’at pada siang ini. Shalawat dan salam, semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan dan panutan kita, Nabi Muhammad SAW, karena atas bimbingan-nyalah kita bisa
istiqamah dalam beribadah. Tidak lupa khatib mengingatkan khusus untuk khotib sendiri dan
jama’ah sekalian agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kita, karena itulah bekal terbaik
yang kita bawa saat kembali kepada-Nya.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah !


Ibnu ‘Arabi menjelaskan bahwa kembali kepada Allah ta’ala itu dengan dua cara. Pertama,
kembali dengan cara dipaksa, mau atau tidak, semua akan kembali kepada-Nya itulah yang
disebut dengan kematian; kedua, kembali kepada Allah dengan tidak terpaksa, kembali dengan
sukarela, kembali seperti inilah yang baru-baru ini dilakukan oleh para calon jamaah haji.

Dalam makna kembali inilah, ibadah haji merupakan gladi bersih terutama oleh jiwa dan oleh
ruh untuk memenuhi panggilan Allah yang sesungguhnya nanti, yakni kematian. Mereka yang
berhaji adalah mereka yang rela meninggalkan semua yang dimilikinya: keluarga, harta-benda,
jabatan dan sebagainya untuk menjadi manusia yang berbalutkan kain ihram yang dipakai
wuquf di padang Arafah kemudian berjalan menuju muzdalifah, mina, shofa dan marwah serta
masjidil haram untuk melaksanakan thawaf dan sa’i.

Sebagai jiwa dan ruh, tentunya hakikat berhaji tidak berhenti pada pelaksanaan rukun-rukunnya
saja, tetapi harus lebih dalam lagi dari itu. Ada process of learning untuk menjadikan shaleh
lahiriyah dan bathiniyah. Keseimbangan inilah yang menjadikan perjalanan haji menjadi
sempurna, manusia sejati, yakni manusia yang telah kembali ke fitrah kemanusiaannya, lahir-
batin. Bukan hanya wujud lahirnya saja tetapi wujud batinnya juga.

Untuk mendapatkannya itu di samping melaksanakan semua rukun haji ditambah paham
terhadap makna-makna yang ada padanya, bahkan kita juga bisa mengambil pelajaran
berharga dari rukun-rukun haji itu, diantaranya :

1. Ihram atau haram, maksudnya haram melaksanakan apa-apa yang dilarang. Ihram yaitu
berniat karena Allah Ta’ala untuk melaksanakan haji sambil memakai pakaian putih tanpa
dijahit buat laki-laki. Tidak sah hajinya jika landasannya bukan karena Allah, tidak sah
hajinya kalau laki-laki memakai pakaian yang dijahit, ini adalah simbol kematian yang
dikembalikan kepada Allah Ta’ala dengan tidak membawa apa-apa, semua harta dan
jabatan ditinggalkan.

Pelajarannya adalah : 1) semua aktifitas harus dilandasi karena Allah SWT, 2) jangan
sampai menumpuk harta yang menjadikan lupa akhirat, tapi mesti dijadikan sarana untuk
mencapai akhirat, harta yang ditumpuk itu tidak akan dibawa ke akhirat bahkan orang yang
suka menumpuk-numpuk harta tidak akan merasa puas dengan harta yang sudah
didapatinya kecuali sudah dimasukkan ke dalam kubur.

َ‫ف ت َ ْعلَ ُمون‬ َ ‫ ك ََّّل‬.3 ‫ َحت َّ ٰى ُز ْرت ُ ُم ْال َمقَابِ َر‬.2 ‫ أ َ ْل َها ُك ُم التَّكَاث ُ ُر‬.1
َ ‫س ْو‬

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.


Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

2. Wukuf (berhenti) di arafah, maksudnya adalah diam di tempat yang sangat luas beratapkan
langit dan beralaskan bumi untuk merenung, tafakkur terhadap ciptaan Allah sambil dzikir
kepada Allah SWT, orang yang melaksanakan haji yang berhasil itu akan mengetahui
jiwanya, mengetahui alam semesta serta isinya, mengetahui semua itu hanyalah sebagian
kecil dari makhluk Allah SWT dan akhirnya akan mengetahui KeMaha-Kuasaan Penciptanya
2

dan insya Allah akan mengetahui juga Pemeliharanya-Nya (Allah SWT) “ ‫من عرف نفسه فقد عرف‬
‫”ربه‬.

Pelajarannya dari wukuf di arafah adalah mengetahui dan yakin bahwa Allah SWT lah yang
Maha segalanya, kita tidak ada apa-apanya, kita hanyalah makhluk lemah dan tidak ada
daya dan upaya.

‫ال حول و ال قوة اال باهلل العلي العظيم‬

3. Thawaf, yaitu mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh putaran. Maksudnya adalah setelah kita
mengetahui jiwa kita, maka cepat-cepatlah kembali ke baitullah (masjid) supaya hati kita
tetap terikat terus padanya dengan tujuan sujud bersyukur kepada-Nya yang telah
menyelamatkan dari panas dan dinginnya selama wukuf di ‘arafah. Salah satu golongan
yang mendapatkan naungan nanti di akhirat adalah orang yang hatinya selalu terikat ke
Masjid, selalu ingin shalat di Masjid terasa sejuk, jika diam di Masjid serta selalu ingin
memakmurkan Masjid.

(‫ رجل قلبه معلق بالمساجد (رواه البخاري‬. . . : ‫سبعة يظلهم هللا في ظله يوم ال ظل االظله‬

4. Sa’i, (usaha) yaitu berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwa maksudnya adalah
berusaha untuk mendapatkan yang diinginkan sebagaimana Siti Hajar menginginkan air
dengan cara mencari-cari ke bukit Shafa dan bukit Marwa sebanyak tujuh balikan.

Pelajarannya adalah berusaha itu mesti dengan sungguh-sungguh jangan karena gagal satu
dua kali lalu berhenti. Insya Allah kalau sudah sungguh-sungguh pasti Allah akan
memberikannya walau dari jalan lain sebagaimana Allah SWT mengeluarkan air dari tanah
yang ditekan oleh kaki bayi (Ismail a.s)

5. Tahallul, artinya menggunting rambut. Maksudnya adalah memotong rizki untuk diberikan
kepada orang lain berupa infak, shodaqah atau zakat.

Pelajarannya kalau kita sudah berhasil meraih yang dicita-citakan jangan lupa bersyukur
kepada Allah SWT salah satunya dengan cara memberi sebagian yang kita dapatkan itu
kepada orang lain. Salah satu karakter orang yang bertaqwa adalah menginfakkan sebagian
rizkinya. “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka”.

6. Tertib, yaitu berurutan. Maksudnya dalam melaksanakan ibadah haji itu mesti berurutan
pelaksanaan rukunnya jangan sampai ada yang dilewati.

Pelajarannya adalah mengerjakan kegiatan sehari-hari mesti dengan tertib jangan sampai
menginginkan sesuatu dengan instan tanpa prosedur, menghalalkan segala cara tanpa
menempuh tahapan-tahapan yang telah ditentukan.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah !


Diantara keutamaan melaksanakan ibadah haji adalah diampuni dosanya. Ibadah haji yang
mabrur (diterima) dapat mengampuni segala dosa. Sabda Rosulullah SAW, tidak ada balasan
bagi haji yang mabrur kecuali syurga. Pembiayaan yang dikeluarkan dalam rangka ibadah haji
diberi pahala sama dengan pembiayaan yang dikeluarkan dalam perjuangan fisabilillah

Orang yang tafakkur memikirkan ciptaan Allah, bekerja yang dilandasi karena Allah, beramal
shaleh insya Allah akan mendapatkan keyakinan dan kekuatan serta keberhasilan di dunia pasti
mendapatkan pahala di akhirat kelak, mudah-mudahan kita semua termasuk orang yang
diizinkan oleh Allah mendapatkan syurga-Nya, Amin.

ْ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِي َهذَا َوا‬


َّ ‫ست َ ْغف ُِر هللاَ اِنَّهُ ه َُو ا ْلغَفُ ْو ُر‬
‫الرخِ ْي َم‬

Anda mungkin juga menyukai