Anda di halaman 1dari 11

INTERAKSI OBAT TRADISIONAL

Dosen Pengampu:
Dr. Enny Rohmawaty, dr., M.Kes

Disusun oleh:
Andromeda 130120187501
Feranika 130120187506
Niken Puspa Kuspriyanti 130120187507

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Obat Tradisional


Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJAJARAN
Tahun 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Jutaan orang menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat sintetik


tanpa rekomendasi dokter. Masyarakat umum beranggapan, obat herbal dapat
mengurangi efek samping dari obat yang diminum/ dan dapat meningkatkan
efektifitas dari pengobatan. Meskipun dianggap alami, banyak obat herbal yang
dapat berinteraksi dengan obat lain menyebabkan efek samping yang berbahaya
dan atau mengurangi manfaat dari obat. Suatu herbal dapat memiliki efek yang
menyerupai, memperkuat. (Gohil and Patel, 2007)

Interaksi obat dengan herbal dapat menyebabkan perubahan ketersediaan


hayati (bioavailability) dan efikasi obat.Penggunaan obat herbal secara sering
dapat menjadi penyebab terjadinya efek toksik yang tidak diketahui penyebabnya
atau berkurangnya efikasi obat. Bagi calon dokter, pengetahuan tentang interaksi
obat-herbal berkaitan erat dengan keberhasilan terapi menggunakan obat
(farmakoterapi) atau tindakan medis lainnya seperti operasi. Komunikasi yang
baik antara dokter dengan pasien perlu dilakukan terkait dengan penggunaan obat
herbal oleh pasien untuk menghindari efek samping atau akibat fatal dari interaksi
obat-herbal tersebut. Contoh interaksi obat-herbal yang dapat berakibat fatal
misalnya interaksi antara warfarin dengan ginkgo, bawang putih (Allium sativum)
dan dong quai (Angelica sinensis). Interaksi tersebut berpotensi menimbulkan
perdarahan .

(Ebadi, 2002).

Obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan di negara
maju. Menurut WHO, hingga 65 % dari penduduk negara maju dan 80 %
penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal. Faktor pendorong
terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah : i)
meningkatnya usia harapan hidup pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat,
ii) adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu seperti
kanker, serta iii) semakin meluasnya akses informasi obat herbal di seluruh dunia.

2
Berdasarkan pemikiran bahwa masyarakat seringkali mengkonsumsi obat
herbal bersamaan dengan obat sintetik, maka memungkinkan terjadinya interaksi
antara keduanya. Selama ini masih sedikit informasi tentang interaksi antara obat
herbal dan obat sintetik

(Gohil and Patel, 2007).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menurut Kamus kesehatan Indonesia Interaksi obat adalah situasi
dimana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat yaitu meningkatkan atau
menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan
atau direncanakan.Interaksi dapat terjadi antara obat atau antara obat
dengan makanan serta obat-obatan herbal.
Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku
atau sediaan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau
efek lain yang bermanfaat bagi kesehatan manusia; komposisinya dapat
berupa bahan mentah atau bahan yang telah mengalami proses lebih lanjut
yang berasal dari satu jenis tumbuhan atau lebih. Sediaan herbal
diproduksi melalui proses ekstraksi, fraksinasi, purifikasi, pemekatan atau
proses fisika lainnya; atau diproduksi melalui proses biologi. Sediaan
herbal dapat dikonsumsi secara langsung atau digunakan sebagai bahan
baku produk herbal. Produk herbal dapat berisi eksipien atau bahan inert
sebagai tambahan bahan aktif.

Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat sintetik melalui


interaksi farmakokinetik dan atau farmakodinamik. Interaksi
farmakokinetik mengakibatkan perubahan absorpsi, distribusi,
metabolisme atau ekskresi dari obat sintetik atau obat herbal sehingga
dapat mempengaruhi kerja obat secara kuantitatif. Interaksi
farmakodinamik mempengaruhi aksi obat secara kualitatif, baik melalui
efek meningkatkan (aksi sinergis atau aditif) atau efek antagonis.

Suatu herbal dapat memiliki efek yang menyerupai, memperkuat


atau melawan efek yang ditimbulkan obat. Interaksi obat dengan herbal
dapat menyebabkan perubahan ketersediaan hayati (bioavailability) dan
efikasi obat. Penggunaan obat herbal secara sering dapat menjadi

4
penyebab terjadinya efek toksik yang tidak diketahui penyebabnya atau
berkurangnya efikasi obat.Bagi calon dokter, pengetahuan tentang
interaksi obat-herbal berkaitan erat dengan keberhasilan terapi
menggunakan obat (farmakoterapi) atau tindakan medis lainnya seperti
operasi. Komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien perlu
dilakukan terkait dengan penggunaan obat herbal oleh pasien untuk
menghindari efek samping atau akibat fatal dari interaksi obat-herbal
tersebut .
Contoh interaksi obat-herbal yang dapat berakibat fatal misalnya
interaksi antara warfarin dengan ginkgo, bawang putih (Allium sativum)
dan dong quai (Angelica sinensis). Interaksi tersebut berpotensi
menimbulkan perdarahan. Dokter dan Apoteker harus memastikan bahwa
pasien yang akan mendapatkan tindakan operatif tidak mengkonsumsi obat
herbal yang mengandung tanaman-tanaman tersebut; atau menunda
tindakan operatif setidaknya 2 minggu terhitung dari konsumsi terakhir
obat herbal tersebut .Contoh lain misalnya interaksi antara obat
antidepresan trisiklik dengan yohimbin (Pausinystalia yohimbe). Interaksi
tersebut meningkatkan resiko hipertensi penggunaan yohimbin.Yohimbin
merupakan senyawa alkaloid yang memiliki efek afrodisiak, yang terdapat
dalam Irex®, Irex Max®, Neohormoviton®, dan lain sebagainya. Bagi
calon apoteker, pengetahuan interaksi obat-herbal sangat penting dalam
tim farmakoterapi bersama dengan dokter di rumah sakit ataupun
pelayanan informasi obat di apotek. Apoteker harus memberikan informasi
tentang berbagai efek samping yang mungkin timbul dan adanya interaksi
obat-herbal terhadap berbagai produk herbal.

Banyaknya senyawa aktif farmakologi dalam obat herbal,


berkemungkinan meningkatkan interaksi yang terjadi. Secara teoritis
interaksi obat herbal dengan obat sintetik lebih tinggi daripada interaksi
dua obat sintetik karena obat sintetik biasanya hanya berisi kandungan
kimia tunggal. Penggunaan obat herbal bersamaan dengan obat sintetik

5
umumnya tidak terawasi oleh dokter atau praktisi pengobatan herbal, hal
tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi pasien, jika obat herbal yang
mereka gunakan dan obat sintetiknya memiliki interaksi potensial.Interaksi
ini menentukan bioavailabilitas.

Contoh lain misalnya interaksi antara obat antidepresan trisiklik


dengan yohimbin (Pausinystalia yohimbe). Interaksi tersebut
meningkatkan resiko hipertensi penggunaan yohimbin. Yohimbin
merupakan senyawa alkaloid yang memiliki efek afrodisiak, yang terdapat
dalam Irex®, Irex Max®, Neohormoviton®, dan lain sebagainya. Contoh
interaksi obat OTC-herbal adalah interaksi antara ginkgo dengan asetosal
(Aspirin®), parasetamol dan ergotamin. Interaksi ginkgo- asetosal
menyebabkan hifema secara spontan. Interaksi ginkgo-parasetamol,
ergotamin, kafein menyebabkan hematoma subdural bilateral.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi obat dengan herbal


 Bersifat merugikan
1. Penghambatan absorbsi
Penggunaan bahan penyusun ramuan yang mengandung tanin
misalnya teh, buah jati belanda, dan kayu rapat. Tanin akan bereaksi
dengan protein dan membentuk senyawa yang melapisi dinding usus.
Keadaan tersebut akan menghambat absorbsi kandungan zat aktif yang
lain, misalnya protein, vitamin, dan mineral. Bahkan pada dosis besar bisa
menimbulkan konstipasi atau malnutrisi.
2. Pengurangan waktu transit di usus
Penggunaan bahan penyusun Antrakinon atau serat larut air akan
mengurangi waktu transit obat lain dalam usus. Antrakinon bersifat
laksansia yaitu mempermudah pengeluaran feses. Contoh tanaman yang
mengandung antrakinon adalah senna dan lidah buaya. Sedangkan serat
larut air bersifat bulk leaxative,yaitu juga mempercepat keluarnya feses.
Tanaman yang memiliki serat larut air adalah biji daun sendok.

6
Jika bahan obat lain dicampur dengan tanaman diatas maka waktu
transit diusus berkurang,feses cepat dikeluarkan,kesempatan absorbsi zat
aktif berkurang dan efek farmakologinya akan berkurang.

 Bersifat Menguntungkan
1. Peningkatan absorbsi
Penggunaan bahan penyusun ramuan yang mengandung
seskuiterpen (dari minyak atsiri), resin (temu-temuan) dan bromelin
(nanas) akan mensuspensi zat aktif (obat lain) hingga membuat bulk yang
lebih lipofilik, akibatnya adalah meningkatkan absorbsi kandungan aktif
lain dan kadar dalam darah meningkat.
2. Peningkatan Biovailabiliatas melalui penghambatan stitokrom P-
450

Contohnya adalah Piperin terhadap kurkumin. Piperin mampu


menghambat aktivitas enzim CYP. Akibatnya adalah metabolisme
kukurmin di hepa berkurang, ketersediaan hayati kukurmin meningkat,
kadar dalam darah meningkat sepuluh kali lipat dan efek farmakologi
(meningkat).Hal serupa terjadi pada interaksi antara lada hitam dan cabe
jawa.

3. Peningkatan Bioavailabilitas melalui penghambatan Glutation S-


Transferase (GST)

GST adalah enzim pemetabolisme fase II yang berperan penting


dalam pengeluaran obat. Sehingga metabolit obat yang beracun bisa di
keluarkan dari tubuh. Namun jika ada obat yang aktif lalu bertemu dengan
GST maka akan merugikan karena obat/ cepat dikeluarkan, sehingga
bioavailabiltasnya jadi rendah dan belum sempat berefek pada tubuh.

Ada banyak bahan alam seperti kukurmin (pada kunyit),


temulawak, kunyit, bengle, temu giring yang bersifat menghambat
aktivitas GST. Dengan GST dihambat,maka metabolisme obat lain akan

7
berkurang sehingga meningkatkan ketersediaan hayatinya. Akibatnya
konsentrasi dalam darah meningkat, dan efek farmakologi (meningkat),
efek ini dinamakan potensiasi.

C. Contoh Interaksi obat dengan herbal

Dari beberapa penelitian menunjukkan, beberapa bahan herbal


memberikan interaksi yang merugikan antara obat tradisional dengan obat
kimia. Berikut ini beberapa contoh bahan herbal yang dapat menimbulkan
interaksi jika dikombinasi dengan obat kimia:

 Bersifat merugikan
1. Ginkgo biloba
Interaksi antara ginkgo biloba (yang berfungsi untuk menghambat
faktor pengaktifan platelet) dengan obat yang memiliki efek sebagai
antikoagulan atau antiplatelet, seperti aspirin dapat memperhebat
terjadinya pendarahan.

2. Echinaceae
Echinaceae biasanya diindikasikan untuk meningkatkan imunitas.
Penggunaan echinaceae bersama dengan ketoconazole (anti jamur),
isoniazid (untuk mengobati penyakit TBC), dapat menyebabkan lifer
toxicity.

3. Caffeine
Penggunaan obat kimia yang mengandung caffeine dengan obat
tradisional yang mengandung gingseng dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal, serta menyababkan insomnia.
4. Ginseng
Berdasarkan penelitian penggunaan ginseng bersama coumadin
dapat menyebabkan pendarahan. Ginseng yang digunakan bersamaan

8
dengan warfin dapat menurunkan efek anti koagulan dari warfin akibatnya
proses pendarahan dapat tetap terjadi.
5. Allium sativum (bawang putih)
Penggunaan allium sativum bersama dengan warfarin juga dapat
menyebabkan proses pendarahan tetap terjadi.

 Bersifat menguntungkan
1. Rhubarb-akar kelembak
Yang mengandung tanin menunjukkan efek yang sinergis dengan
obat-obatan ACE inhibitor seperti Captropil untuk mengurangi kadar
kreatinin dalam serum
2. Buah Pare (Momordica charantia)

Dengan obat diabetes oral maupun dengan tanaman brotowali


(Tinospora cordifolia) untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes.

3. Kunyit – Asam

Dimana kurkuminoid yaitu zat aktif dalam kunyit yang bersifat


labil distabilkan oleh asam

4. Kunyit- Bawang Putih

Dapat menurunkan kolesterol total,penurunan LDL, Trigliserida,


Glukosa darah dan peningkatan kadar HDL.

D. Perbedaan obat kimiawi dan obat herbal

Obat kimiawi :

1. Lebih diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja.

9
2. Bersifat sintomatis yang hanya untuk mengurangi penderitaannya saja.
3. Bersifat paliatif artinya penyembuhan yang bersifat spekulatif, bila
tepat penyakit akan sembuh, bila tidak endapan obat akan menjadi
racun yang berbahaya.
4. Lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang bersifat akut (butuh
pertolongan segera) seperti asma akut, diare akut, patah tulang, infeksi
akut, dan lain-lain.
5. Reksi cepat, namun bersifat destruktif artinya melemahkan organ
tubuh lain, terutama jika dipakai terus-menerus dalam jangka waktu
lama.
6. Efek samping yang bisa ditimbulkan iritasi lambung dan hati,
kerusakan ginjal, mengakibatkan lemak darah.
7. Reaksi terhadap tubuh cepat.

Obat herbal :

1. Diarahkan pada sumber penyebab penyakit dan perbaikan fungsi


serta organ-organ yang rusak.
2. Bersifat rekonstruktif atau memperbaiki organ dan membangun
kembali organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak.
3. Bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena
pengobatannya pada sumber penyebab penyakit.
4. Lebih diutamakan utuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-
penyakit komplikasi menahun, serta jenis penyakit yang
memerlukan pengobatan lama.
5. Reaksi lambat tetapi bersifat konstruktif atau memperbaiki dan
membangun kembali organ-organ yang rusak.
6. Efek samping hampir tidak ada, asalkan diramu oleh herbalis yang
ahli dan berpengalaman.

10
Daftar Pustaka

Blazek-Welsh and Rhodes., 2001, Maltodextrin Based Proniosomes, AAPS


PharmSci, 3(1):1.
Ebadi, M., 2002. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, Washington : CRC
Press LLC, p. 25-51.
Gohil, and Patel, 2007, Herb-Drug Interactions, Indian Journal of Pharmacology,
39(3):129-139.
Inamdar, Edalat, Kotwal, Pawar, 2008, Herbal Drugs in Milieu of Modern Drugs,
International Journal of Green Pharmacy, 2(1):2-8.
Izzo, 2004, Herb-Drug Interactions, Fundamental & Clinical Pharmacology, 19:
1–16.
Rodda, Molmoori, Samala, Banala, Ciddi, 2010, An Insight into Herb - Drug
Interactions, International Journal of Pharmaceutical Sciences and
Nanotechnology, 2(4): 689-706.
WHO, 2001. Legal Status of Traditional Medicine and Complementary/
Alternative Medicine : A Worldwide Review, Geneva.
WHO, 2005. National Policy on Traditional Medicine and Regulation of Herbal
Medicines, Report of a WHO global survey, Geneva.

11

Anda mungkin juga menyukai