Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Shalat Gerhana

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Peristiwa gerhana, hanya terjadi sekali di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika itu yang terjadi gerhana matahari. Bertepatan dengan wafatnya putra beliau
dari Mariyah, yang bernama Ibrahim. Akhirnya muncul anggapan di tengah
masyarakat, terjadinya fenomena gerhana ini karena wafatnya Ibrahim, putra
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dinyatakan dalam hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan


khutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat, matahari mulai terlihat.
Lalu beliau berkhutbah kepada para sahabat. Beliau memuji Allah dan menyanjung-
Nya. Lalu beliau menyampaikan,

‫ص ُّلوا‬
َ ‫ فَإذَا َرأيت ْم ذلك فَادعُوا هللا َوكبروا َو‬.‫ َوالَ ِل َحيَاتِ ِه‬.‫ت أحد‬ ِ َ‫ت هللا الَ ت ْن َخ ِسف‬
ِ ‫ان ِل َمو‬ ِ ‫آيتان ِم ْن آيَا‬
ِ ‫شمس و القَ َمر‬
َّ ‫إن ال‬
‫صدَّقوا‬ َ َ‫َوت‬

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda kekuasaan Allah, tidak mengalami
gerhana karena kematian orang besar atau karena kelahiran calon orang besar. Jika
kalian melihat peristiwa gerhana, perbanyak berdoa kepada Allah, perbanyak takbir,
kerjakan shalat, dan perbanyak sedekah.

Lalu beliau mengatakan,

‫ َوهللا لو تَ ْعل ُمونَ َما أعلم‬،‫ يَا أمةَ ُم َحمد‬.ُ‫س ْب َحانَهُ من أن يَ ْزنَي َع ْبدُهُ ْأو ت َزني أ َمتُه‬
ُ ‫يَا أمةَ ُمح َّمد وهللا َما ِم ْن أ َحد أ ْغيَ ُر ِمنَ هللا‬
‫ضح ْكت ُ ْم قَليالً َولَبَكَيتم كثِيرا‬
َ ‫ل‬

Wahai ummat Muhammad, demi Allah, tidak ada dzat yang lebih pencemburu dari
pada Allah, melebihi cemburunya kalian ketika budak lelaki dan budak perempuan
kalian berzina. Wahai Ummat Muhammad, demi Allah, andai kalian tahu apa yang
aku tahu, kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. (HR. Bukhari 1044 &
Muslim 2127).

Ulama berbeda pendapat mengenai hukum khutbah shalat gerhana, apakah


termasuk dianjurkan satu paket dengan shalatnya ataukah itu sunah terpisah,
dalam arti dianjurkan jika ada kebutuhan. Bukan satu paket dengan shalat.

Pendapat pertama,

Dianjurkan ada khutbah setelah shalat gerhana.


Ini merupakan pendapat Imam as-Syafii dan salah satu pendapat Imam Ahmad.

An-Nawawi ketika menyebutkan pendapat yang menganjurkan khutbah, beliau


mengatakan,

‫ ونقله ابن المنذر عن الجمهور‬، ‫وبه قال جمهور السلف‬

Ini merupakan pendapat jumhur . dan dinukil oleh Ibnul Mundzir bahwa ini pendapat
jumhur. (al-Majmu’, 5/59).

Dan ini pendapat yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Baz dan Imam Ibnu Utsaimin.

Mereka berdalil dengan hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas.

Pendapat kedua,

Tidak dianjurkan adanya khutbah ketika shalat gerhana.

Ini pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad menurut riwayat yang masyhur.

Sementara hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas, dipahami bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melakukan khutbah karena hendak menjelaskan beberapa hukum
terkait gerhana. Untuk meluruskan pemahaman mereka tentang peristiwa gerhana.
(al-Mughni, 2/144).

Sementara madzhab Malikiyah mengatakan bahwa dianjurkan untuk memberikan


nasehat setelah shalat gerhana. Namun bentuknya bukan seperti khutbah.

Ahmad as-Shawi mengatakan,

‫ أي ال على طريقة الخطبة ألنه ال خطبة لها‬:‫وندب وعظ بعدها‬

Dianjurkan untuk memberikan nasehat setelah shalat gerhana, artinya bentuknya


bukan khutbah. Karena tidak ada khutbah untuk shalat gerhana. (Bulghah as-Salik,
Ahmad as-Shawi, 1/350).

Dan pendapat yang lebih mendekati adalah pendapat jumhur ulama. Karena ini
yang sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlepas dari latar
belakang khutbah yang beliau sampaikan. Mengingat, yang namanya khutbah,
tujuannya tidak hanya terbatas untuk menyelesaikan satu kasus. Tapi disesuaikan
dengan semua kasus yang ada di masyarakat. (Ihkam al-Ahkam, 2/352)

Khutbahnya Pendek
Pada aturan dalam khutbah gerhana, sama dengan aturan pada khutbah lainnya.

Dan salah satu prinsip khutbah adalah hanya menyampaikan yang penting, yang
bersifat indoktrinasi (tau’iyah). Karena itulah, khutbah diajurkan untuk dibuat
ringkas.

Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ْ ‫ص ُروا ْال ُخ‬


َ‫طبَة‬ َّ ‫طبَتِ ِه َم ِئنَّةٌ ِم ْن فِ ْق ِه ِه فَأ َ ِطيلُوا ال‬
ُ ‫صالَة َ َوا ْق‬ ْ ‫ص َر ُخ‬ َّ ِ‫صالَة‬
َ ِ‫الر ُج ِل َوق‬ ُ ‫إِ َّن‬
َ ‫طو َل‬

Panjangnya shalat imam, dan pendeknya khutbahnya menunjukkan pemahaman dia


terhadap agama. Karena itu, perpanjang shalat dan perpendek khutbah. (HR.
Muslim 2046)

Kita bisa lihat, redaksi khutbah gerhana yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sangat ringkas, bersifat indotrinasi, meluruskan pemahaman yang keliru di
masyarakat, dan penjelasan amalan yang harus dilakukan oleh seorang muslim
ketika gerhana.

Allahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai