LANDASAN TEORI
2. Kondensor
3. Katup Ekspansi
4. Pipa Kapiler
Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini
mempunyai dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran cair
dan untuk mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Cairan refrigeran
memasuki pipa kapiler tersebut dan mengalir sehingga tekanannya
berkurang akibat dari gesekan dan percepatan refrigeran. Pipa kapiler
hampir melayani semua sistem refrigerasi yang berukuran kecil, dan
penggunaannya meluas hingga pada kapasitas regrigerasi 10kw. Pipa kapiler
mempunyai ukuran panjang 1 hingga 6 meter, dengan diameter dalam 0,5
sampai 2 mm (Stoecker, 1996). Diameter dan panjang pipa kapiler
ditetapkan berdasarkan kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan jumlah
refrigeran dari mesin refrigerasi yang bersangkutan.
Konstruksi pipa kapiler sangat sederhana, sehingga jarang terjadi
gangguan. Pada waktu kompresor berhenti bekerja, pipa kapiler
menghubungkan bagian tekanan tinggi dengan bagian tekanan rendah,
sehingga menyamakan tekanannya dan memudahkan start berikutnya. Pipa
kapiler ditunjukkan pada Gambar 2.4
4. Fan / Blower AC
6. Kapasitor
Fungsi Kapasitor Pada AC Split – Setiap mesin elektronik sebagian
besar selalu dibekali dengan tahanan. Hal ini di maksudkan untuk
penyimpanan daya listrik sementara. Sehingga saat alat tersebut dinyalakan
pertama kali sudah mempunyai kekuatan untuk membantu menghidupkan
mesin.
7. Overload
8. Motor Listrik
Sedangkan pada blower kipas fan AC, adalah jenis motor listrik yang
mengubah energi listrik menjadi energi makanik. Sehingga menghasilkan
pergerakan. Pergerakan tersebut di fungsikan untuk mengerakan blower /
baling-baling kipas fan, sehingga dari hasil putaran itu di gunakan untuk
membuang hawa panas pada outdoor, dan hawa dingin pada evaporator
indoor.
Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam
kompresor dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser.
Di bagian kondenser ini refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari
refrigent fase uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor
yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun besarnya kalor
yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan dari energi kompresor yang
diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari substansi yang akan
didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondenser
relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada pada
pipi-pipa evaporator.
Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap
ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup
ekspansi ini refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi
dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam
evaporator ini refrigent akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap,
perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigent dibuat sedemikian
rupa sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan melalui evaporator
tekanannya menjadi sangat turun.
Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada
dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada
pada kondenser.
Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap maka untuk
merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini membutuhkan
energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah
energi yang berada di dalam substansi yang akan didinginkan.
Dengan diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan
didinginkan maka entalpi, substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun,
dengan turunnya enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan didinginkan
akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi
pendinginan yang sesuai dengan keinginan.
Dengan adanya mesin pendingin listrik ini maka untuk mendinginkan atau
menurunkan temperatur suatu substansi dapat dengan mudah dilakukan.
Perlu diketahui :
Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah fluorocarbon
yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat dipompa
(diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi.
Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan
cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah
kompresor (pompa), condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada
jendela luar. Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil
yang berisi cairan refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu
melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada kompresor, gas
refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara pengompresan. Pada
condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan, yang tersirkulasi
kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat mengontrol motor kompresor untuk
mengatur suhu ruangan.
· Entalphi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi
internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja.
· Fluorocarbon adalah senyawa organik yang mengandung 1 atau lebih atom
Fluorine. Lebih dari 100 fluorocarbon yang telah ditemukan. Kelompok Freon
dari fluorocarbon terdiri dari Freon-11 (CCl3F) yang digunakan sebagai bahan
aerosol, dan Freon-12 (CCl2F2), umumnya digunakan sebagai bahan refrigerant.
Saat ini, freon dianggap sebagai salah satu penyebab lapisan Ozon Bumi menajdi
lubang dan menyebabkan sinar UV masuk. Walaupun, hal tersebut belum terbukti
sepenuhnya, produksi fluorocarbon mulai dikurangi.
· Thermostat pada AC beroperasi dengan menggunakan lempeng bimetal
yang peka terhadap perubahan suhu ruangan. Lempeng ini terbuat dari 2 metal
yang memiliki koefisien pemuaian yang berbeda. Ketika temperatur naik, metal
terluar memuai lebih dahulu, sehingga lempeng membengkok dan akhirnya
menyentuh sirkuit listrik yang menyebabkan motor AC aktif/jalan.
saha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran jam,
danbernilai negatif jika berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan energy
dalam untuk satu siklus sama dengan nol karena keadaan awal sama dengan
keadaan akhir.
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang memiliki
efisiensi tertinggi yang selanjutnya disebut mesin Carnot usaha total yang
dilakukan oleh sistem untuk satu siklus sama dengan luas daerah. Mengingat
selama proses siklus Carnot system menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu
tinggi dan melepas kalor ke reservoir bersuhu rendah maka usaha yang dilakukan
oleh sistemmenurut hukum 6 termodinamika adalah sebagai berikut.
Dalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang
penting. Untuk mesin kalor, efisiensi mesin ( η dibaca eta ) ditentukan dari
perbandingan usaha yang dilakukan terhadap kalor masukan yang diberikan.
Efisiensi mesin Carnot merupakan efisiensi yang paling besar karena
merupakan mesin ideal yang hanya ada di dalam teori. Artinya, tidak ada mesin
yang mempunyai efisien melebihi efisiensi mesin kalor Carnot. Berdasarkan
persamaan di atas terlihat efisiensi mesin kalor Carnot hanya tergantung pada
suhu kedua tandon atau reservoir. Untuk mendapatkan efisiensi sebesar 100%,
suhu tandon T2 harus = 0 K. Hal ini dalam praktik tidak mungkin terjadi. Oleh
karena itu, mesin kalor Carnot adalah mesin yang sangat ideal. Hal ini disebabkan
proses kalor Carnot merupakan proses reversibel. Sedangkan kebanyakan mesin
biasanya mengalami proses irreversibel (tak terbalikkan).
2.1.6 Rumus – Rumus yang Digunakan
1. Antara penampang C-D pada Air Flow Duct
a. Keseimbangan Energi
mchc – mdhd = - PH2 + HLC-D
b. Kekekalan massa aliran fluida :
mc = md – m0 ; m0 = massa alir
c. udara lewat oriface pada ujung duct
d. Kalor sensible
PH2 = mD .CP . ΔT (kJ)
Dengan:
Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD = volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari
dari
Diagram psycometry (m3/kg)
hC = enthalpy udara di penampang C (kJ/kg)
hD = enthalpy udara di penampang D(kJ/kg)
PH2 = Daya reheater (kW)
HLC-D = kerugian energi pada daerah C-D (kJ/s)
Cp = panas jenis udara antara C-D kJ / kg. C
2. Kondisi penampang B – C
a. Kesetimbangan energi:
b. Kekekalan massa
c. Didapat
Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.
Losses of energy
Dimana :
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihatdari spesifikasi
peralatanatau voltmeter danamperemeter (kW)
h1 = enthalpyrefrigerant sesudah keluar evaporator (kJ/kg)
h2 = enthalpyrefrigerant sebelum keluarevaporator (kJ/kg)
hcon = enthalpy air kondensasi (kJ/kg)
mcon = laju alir massa air kondensasi (kg/s)
mref = laju alir massa refrigerant (kg/s)
h1B-C = kerugian energi pada daerah B-C (kJ/s)
hB& hC = enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram
psycometry (kJ/kg)
3. Kondisi Pada penampang A-B
a. Keseimbangan energi
b.Kekekalan massa
c. Didapat :
Kerugian Energi (HL A-B)
Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding
dengan posisi regavolt [%] dan spesifikasi penggeraknya (kW)
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier(kg/s)
Hs = enthalpy uap (kJ/kg)
Pp = daya pemanas preheater (kW)
Pk = daya pemanas bolier (kW)
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower (kg/s)
H 1A-B = kerugian energi pada daerah A-B (kJ/s)
Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :
Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon)
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari
spesifikasi peralatanatau voltmeter danamperemeter (kW)
Sedangkan COPideal dapat dicari dengan persamaan
b. Siklus Diesel
Pada tahun 1890 di Jerman Rudolph Diesel merencanakan sebuah
motor dengan menkompresikan udara sampai mencapai temperatur
nyala dari bahan bakar, kemudian bahan bakar diinjeksikan dengan laju
penyemprotan sedemikian rupa sehingga dihasilkan proses pembakaran
pada tekanan konstan. Penyalaan terhadap bahan bakar diakibatkan oleh
satu kompresi dan bukan oleh penyalaan busi seperti halnya motor cetus
api (S.I Engine). Diagram P-V dan T-S siklus diesel ditunjukkan pada
gambar 2.23
c. Siklus Trinkler
Siklus trinkler merupakan gabungan antara siklus otto dengan
siklus diesel. Pada siklus ini pemasukan kalor sebagian pada volume
konstan seperti dalam siklus otto, dan sebagian lagi pada tekanan
konstan dalam siklus diesel. Kombinasi demikian merupakan gambaran
yang lebih baik pada motor-motor pembakaran dalam modern. Diagram
siklus dual motor diesel ditunjukkan pada gambar 2.24
c. Efficiency mechanism
d. Efisiensi Volumetrik
6. Indikator kerja
Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi
bahan bakar spesifik (SFC), kandungan polutan dalam gas buang dan
neraca panas.Indikator operasional motor bakar menunjukkan kondisi
operasi dimana motor bakar tersebut dioperasikan. Dua jenis indikator
operasional sebagai variabel bebas dalam pengujian karakteristik kinerja
suatu motor bakar adalah :
1) Putaran kerja mesin (rpm)
2) Beban mesin / Daya efektifnya (Ne) pada putaran kerja konstan
Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas
digunakan untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi
pada putaran yang berubah ubah. Sedangkan pengujian motor bakar
dengan daya efektif sebagai variabel bebas pada putaran konstan
digunakan pada motor bakar stasioner yang biasanya beroperasi pada
putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik.