Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Mesin Pendingin Ruangan (AC)


2.1.1 Pengertian Umum Tentang AC
Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi
pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk
memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi
tubuh. Untuk negara beriklim tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim
panas, pada saat musim panas suhu ruangan tinggi sehingga penghuni tidak
nyaman. Di lingkungan tempat kerja, AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu
cara dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Karena dalam beberapa hal
manusia membutuhkan lingkungan udara yang nyaman untuk dapat bekerja secara
optimal. Tingkat kenyamanan suatu ruang juga ditentukan oleh temperatur,
kelembapan, sirkulasi dan tingkat kebersihan udara.
Untuk dapat menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan, maka
peralatan yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban
pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut.Untuk itu diperlukan survey dan
menentukan besarnya beban pendinginan.
Secara garis besar beban pendinginan terbagi atas dua kelompok,yaitu
beban pendinginan sensibel dan beban pendinginan laten. Beban pendinginan
sensibel adalah beban panas yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu, seperti beban
panas yang lewat kontruksi bangunan, peralatan elektronik, lampu, dll. Sedangkan
beban pendinginan laten adalah beban yang dipengaruhi oleh adanya perbedaan
kelembaban udara.
Di dalam ruang Pengajaran Umun, untuk merencanakan penggunaan Air
Conditioning (AC) perubahan pembebanan terjadi pada peralatan yang
menghasilkan kalor seperti: lampu, komputer. Selain itu faktor manusia dan
kecepatan udara yang masuk ke dalam ruangan juga mempengaruhi perubahan
pembebanan, yang nilai bebannya dapat berubah-ubah baik secara acak maupun
teratur.
2.1.2 Komponen-Komponen Pada AC
a. Komponen Utama Pada AC
1. Kompresor

Gambar 2.1 Kompresor

Kompresor atau pompa isap mempunyai fungsi yang vital. Dengan


adanya kompresor, refrigerant bisa mengalir ke seluruh sistem pendingin.
Sistem kerjanya adalah dengan mengubah tekanan, sehingga terjadi
perbedaan tekanan yang memungkinkan refrigeran mengalir (berpindah)
dari sisi bertekanan rendah ke sisi bertekanan tinggi.
Ketika bekerja, refrigerant yang dihisap dari evaporator dengan suhu
dan tekanan rendah dimampatkan sehingga suhu dan tekanannya naik. Gas
yang dimampatkan ini ditekan keluar dari kompresor lalu dialirkan ke
kondensor, tinggi rendahnya suhu dikontrol dengan thermostat. Jenis
kompresor yang banyak digunakan adalah kompresor torak, kompresor
rotary, kompresor sudu, dan kompresor sentrifugal.
a. Kompresor torak (Reciprocating compressor)
Pada saat langkah hisap piston, gas refrigerant yang bertekanan
rendah ditarik masuk melalui katup hisap yang terletak pada piston atau
di kepala kompresor. Pada saat langkah buang, piston menekan
refrigerant dan mendorongnya keluar melalui katup buang, yang
biasanya terletak pada kepala silinder.
b. Kompresor rotary
Rotor adalah bagian yang berputar didalam stator, rotor terdiri
dari dua baling-baling.Langkah hisap terjadi saat katup mulai terbuka
dan berakhir setelah katup tertutup.Pada waktu katup sudah tetutup
dimulai langkah tekan sampai katup pengeluaran membuka, sedangkan
pada katup secara bersamaan sudah terjadi langkah hisap, demikian
seterusnya.
c. Kompresor sudu
Kompresor jenis ini kebanyakan digunakan untuk lemari es,
frezer, dan pengkondisan udara rumah tangga, juga digunakan sebagai
kompresor pembantu pada bagian tekanan rendah sistem kompresi
bertingkat besar.

2. Kondensor

Gambar 2.2 Kondensor

Kondensor berfungsi untuk membuang kalor yang diserap dari


evaporator dan panas yang diperoleh dari kompresor, serta mengubah wujud
gas menjadi cair. Banyak jenis kondensor yang dipakai, untuk kulkas rumah
tangga digunakan kondensor dengan pendingin air. Jenis lain kondensor
berpendingin air memiliki pipa-pipa yang dapat dibersihkan.
Kondensor dibedakan menjadi 3 jenis, yakni Air-cooled Condensor,
Water-cooled Condensor dan Evaporative-cooled Condensor.
a. Air-cooled Condensor
Dalam Air-cooled condensor, kalor dipindahkan dari refrigeran
ke udara dengan menggunakan sirkulasi alamiah atau
paksa.Kondensor dibuat dari pipa baja, tembaga dengan diberi sirip
untuk memperbaiki transfer kalor pada sisi udara. Refrigeran
mengalir didalam pipa dan udara mengalir diluarnya. Air cooled
condensor hanya digunakan untuk kapasitas kecil seperti refrigerator
dan small water cooler.
b. Water cooled Condensor.
Water cooled condensor dibedakan menjadi 3 jenis yakni shell
and tube, shell and coil, double tube.
• Shell and Tube
Salah satu jenis alat penukar kalor yang menurut
kontruksinya dicirikan oleh adanya sekumpulan pipa (tabung)
yang dipasangkan didalam shell (pipa galvanis) yang berbentuk
silinder dimana 2 jenis fluida saling bertukar kalor yang
mengalir secara terpisah (air dan freon).
• Shell and Coil.
Terdiri dari sebuah cangkang yang dilas elektrik dan berisi
koil air, kadang-kadang juga dengan pipa bersirip.
• Double Tube
Refrigeran mengembun diluar pipa dan air mengalir
dibagian dalam pipa pada arah yang berlawanan. Double tube
digunakan dalam hubungan dengan cooling tower dan spray
pond.
c. Evaporative Condensor
Refrigeran pertama kali melepaskan kalorya ke air kemudian air
melepaskan kalornya ke udara dalam bentuk uap air. Udara
meninggalkan uap air dengan kelembaban yang tinggi seperti dalam
cooling tower. Oleh karena itu kondensor evaporative
menggabungkan fungsi dari sebuah kondensor dan cooling tower.
Evaporative condensor banyak digunakan dipabrikamoniak.
Kondensor yang digunakan disini adalah jenis water cooled
kondensor tipe shell and tube, karena lebih mudah dalam
menganalisa temperatur jika dibandingkan dengan Air cooled
Kondensor yang sering terjadi fluktuasi pada temperaturnya.
Watercooled condensor ini ditempatkan di antara kompresor dan alat
pengatur bahan pendingin (pipa kapiler). Posisinya ditempatkan
berhubungan langsung dengan udara luar agar gas di dalam
kondensor juga didinginkan oleh suhu ruangan.
Gas yang berasal dari kompresor memiliki suhu dan tekanan
tinggi, ketika mengalir di dalam pipa kondensor, gas mengalami
penurunan suhu hingga mencapai suhu kondensasi kemudian
mengembun. Wujud gas berubah menjadi cair dengan suhu rendah
sedangkan tekanannya tetap tinggi.

3. Katup Ekspansi

Gambar 2.3 Katup Ekspansi

Komponen utama yang lain untuk mesin refrigerasi adalah katup


ekspansi. Katup ekspansi ini dipergunakan untuk menurunkan tekanan dan
untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat tekanan dan temperatur
rendah, atau mengekspansikan refrigeran cair dari tekanan kondensasi ke
tekanan evaporasi, refrigerant cair diinjeksikan keluar melalui oriffice,
refrigerant segera berubah menjadi kabut yang tekanan dan temperaturnya
rendah.
Selain itu, katup ekspansi juga sebagai alat kontrol refrigerasi yang
berfungsi:
1. Mengatur jumlah refrigeran yang mengalir dari pipa cair menuju
evaporator sesuai dengan laju penguapan pada evaporator.
2. Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan
evaporator agar penguapan pada evaporator berlangsung pada
tekanan kerjanya.

4. Pipa Kapiler
Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini
mempunyai dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran cair
dan untuk mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Cairan refrigeran
memasuki pipa kapiler tersebut dan mengalir sehingga tekanannya
berkurang akibat dari gesekan dan percepatan refrigeran. Pipa kapiler
hampir melayani semua sistem refrigerasi yang berukuran kecil, dan
penggunaannya meluas hingga pada kapasitas regrigerasi 10kw. Pipa kapiler
mempunyai ukuran panjang 1 hingga 6 meter, dengan diameter dalam 0,5
sampai 2 mm (Stoecker, 1996). Diameter dan panjang pipa kapiler
ditetapkan berdasarkan kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan jumlah
refrigeran dari mesin refrigerasi yang bersangkutan.
Konstruksi pipa kapiler sangat sederhana, sehingga jarang terjadi
gangguan. Pada waktu kompresor berhenti bekerja, pipa kapiler
menghubungkan bagian tekanan tinggi dengan bagian tekanan rendah,
sehingga menyamakan tekanannya dan memudahkan start berikutnya. Pipa
kapiler ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Pipa Kapiler


5. Evaporator (Penguap)

Gambar 2.5 Evaporator

Evaporator adalah komponen pada sistem pendingin yang berfungsi


sebagai penukar kalor, serta bertugas menguapkan refrigeran dalam sistem,
sebelum dihisap oleh kompresor. Panas udara sekeliling diserap evaporator
yang menyebabkan suhu udara disekeliling evaporator turun. Suhu udara
yang rendah ini dipindahkan ketempat lain dengan jalan dihembus oleh
kipas, yang menyebabkan terjadinya aliran udara.
Ada beberapa macam evaporator sesuai tujuan penggunaannya dan
bentuknya dapat berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena media yang
hendak didinginkan dapat berupa gas, cairan atau padat. Maka evaporator
dapat dibagi menjadi beberapa golongan, sesuai dengan refrigeran yang ada
di dalamnya, yaitu : jenis ekspansi kering, jenis setengah basah, jenis basah,
dan sistem pompa cairan.
1) Jenis ekspansi kering
Dalam jenis ekspansi kering, cairan refrigerant yang diekspansikan
melalui katup ekspansi pada waktu masuk ke dalam evaporator sudah
dalam keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar dari evaporator
dalam keadaan uap air.
2) Evaporator jenis setengah basah
Evaporator jenis setengah basah adalah evaporator dengan kondisi
refrigeran diantara evaporator jenis ekspansi kering dan evaporator jenis
basah. Dalam evaporator jenis ini, selalu terdapat refrigeran cair dalam
pipa penguapnya.
3) Evaporator jenis basah
Dalam evaporator jenis basah, sebagian besar dari evaporator terisi
oleh cairan refrigeran. Perpindahan panas yang terjadi pada evaporator
adalah konveksi paksa yang terjadi di dalam dan di luar tabung serta
konduksi pada tabungnya. Perpindahan panas total yang terjadi
merupakan kombinasi dari ketiganya. Harga koefisien perpindahan
panas menyeluruh dapat ditentukan dengan terlebihi dahulu menghitung
koefisien perpindahan kalor pada sisi refrigeran dan sisi udara yang
telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya koefisien perpindahan panas
total dihitung berdasarkan luas permukaan dalam pipa dan berdasarkan
luas permukaan luar pipa.

b. Komponen Pendukung Pada AC


1. Strainer

Gambar 2.6 Strainer

Strainer atau saringan berfungsi sebagai penyaring kotoran yang


terbawa oleh refrigran di dalam system AC. Kotoran yang lolos dikarenakan
strainer sudah rusak dan akan menyababkan tersumbatnya pipa
kapiler,akibatnya sirkulasi pipa kapiler akan terganggu.
2. Accumulator

Gambar 2.7 Accumulator

Accumulator berfungsi sebagai penampung sementara refrigran cair


bertemperatur rendah dan campuran minyak pelumas evaporator selain itu
Accumulator berfungsi mengatur sirkulasi aliran bahan refrigran agar bisa
keluar masuk melalui saluran yang terdapat di bagian atas accumulutair
menuju ke saluran isap kompresor.Untuk mencegah agar refrigrancair tidak
mengalir ke kompresor accumulator mengkondisikan wujud refrigran tetap
dalam wujud gas, sebab ketika wujud refrigran berbentuk gas akan lebih
mudah masuk kedalam kompresor dan tidak merusak bagian kompresor.

3. Minyak Pelumas Kompresor

Gambar 2.8 Minyak pelumas

Minyak pelumas atau oli kompresor pada sistim AC berguna untuk


melumasi bagian-bagian kompresor agar tidak cepat aus karena gesekan.
Selain itu, minyak pelumas berfungsi meredam panas dibagian-bagian
kompresor. Sebagian kecil dari oli kompresor bercampur dengan refrigran,
kemudian ikut bersikulasi didalam sistem pendingin melewati kondensor
dan evaporator. Oleh sebab itu, oli kompresor harus memiliki persyaratan
khusus, yaitu bersifat melumasi, tahan terhadap temperatur kopresor yang
tinggi, memiliki titik beku yang rendah karena bercampur dengan refrigeran,
dan tidak menimbulkan efek negatif (merusak) pada sifat refrigeran serta
komponen AC yang dilewatinya

4. Fan / Blower AC

Gambar 2.9 Fan/ Blower AC

Blower Indoor AC berguna untuk menghisap udara yang ada didalam


ruangan dan menghembuskannya kembali. Jadi tugas utama blower adalah
menjaga sirkulasi udara agar tetap segar dan juga bersih tetapi tetap dingin
saat dihembuskan kembali.
Blower Outdoor AC Seperti namanya, komponen satu ini berbentuk
seperti kipas angin baling-baling seperti kipas angin yang sering Anda lihat.
Kipas di sini berperan penting untuk mendinginkan kondensor yang mana
merupakan bagian paling panas dari AC. Selain membantu mendinginkan
AC, kipas juga membantu untuk proses pembuangan panas udara dan
membantu mengurangi tekanan pada refrigant.
5. Thermistor

Gambar 2.10 Thermistor

Fungsi dari thermistor sama dengan termometer yaitu berperan penting


dalam sensor udara di dalam ruangan dan dan di luar ruangan sehingga
dapat menganalisa suhu dingin di dalam ruangan seperti perintah dari
remote AC yang Anda inginkan.

6. Kapasitor
Fungsi Kapasitor Pada AC Split – Setiap mesin elektronik sebagian
besar selalu dibekali dengan tahanan. Hal ini di maksudkan untuk
penyimpanan daya listrik sementara. Sehingga saat alat tersebut dinyalakan
pertama kali sudah mempunyai kekuatan untuk membantu menghidupkan
mesin.

7. Overload

Gambar 2.11 Overload

Overload merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk mengamankan


kompresor jika kompresor tidak bekerja dengan normal, overload bekerja
dengan cara memutuskan aliran listrik pada kompresor. Berikut ini adalah
kerusakan yang dapat memicu overload bekerja:
1. Kapasitor mati
2. Kompresor kurang oli
3. AC Kurang Freon
4. Sistem Refrigran Buntu

8. Motor Listrik

Gambar 2.12 Motor Listrik

Sedangkan pada blower kipas fan AC, adalah jenis motor listrik yang
mengubah energi listrik menjadi energi makanik. Sehingga menghasilkan
pergerakan. Pergerakan tersebut di fungsikan untuk mengerakan blower /
baling-baling kipas fan, sehingga dari hasil putaran itu di gunakan untuk
membuang hawa panas pada outdoor, dan hawa dingin pada evaporator
indoor.

9. Bahan Pendingin Refrigerant

Gambar 2.13 Pendingin Refrigerant

Refrigerant pada sistem pendingin AC merupakan fluida yang mengalir


di dalam sistem AC. Refrigerant berfungsi sebagai fluida yang digunakan
untuk menyerap panas dari udara pada ruangan sehingga suhu di dalam
ruangan tersebut menjadi bersuhu rendah atau dingin
2.1.3 Prinsip Kerja Mesin Pendingin (AC)

Gambar 2.14 siklus sistem kerja AC)

Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam
kompresor dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser.
Di bagian kondenser ini refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari
refrigent fase uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor
yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun besarnya kalor
yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan dari energi kompresor yang
diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari substansi yang akan
didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondenser
relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada pada
pipi-pipa evaporator.
Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap
ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup
ekspansi ini refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi
dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam
evaporator ini refrigent akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap,
perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigent dibuat sedemikian
rupa sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan melalui evaporator
tekanannya menjadi sangat turun.
Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada
dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada
pada kondenser.
Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap maka untuk
merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini membutuhkan
energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah
energi yang berada di dalam substansi yang akan didinginkan.
Dengan diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan
didinginkan maka entalpi, substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun,
dengan turunnya enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan didinginkan
akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi
pendinginan yang sesuai dengan keinginan.
Dengan adanya mesin pendingin listrik ini maka untuk mendinginkan atau
menurunkan temperatur suatu substansi dapat dengan mudah dilakukan.
Perlu diketahui :
Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah fluorocarbon
yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat dipompa
(diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi.
Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan
cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah
kompresor (pompa), condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada
jendela luar. Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil
yang berisi cairan refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu
melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada kompresor, gas
refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara pengompresan. Pada
condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan, yang tersirkulasi
kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat mengontrol motor kompresor untuk
mengatur suhu ruangan.
· Entalphi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi
internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja.
· Fluorocarbon adalah senyawa organik yang mengandung 1 atau lebih atom
Fluorine. Lebih dari 100 fluorocarbon yang telah ditemukan. Kelompok Freon
dari fluorocarbon terdiri dari Freon-11 (CCl3F) yang digunakan sebagai bahan
aerosol, dan Freon-12 (CCl2F2), umumnya digunakan sebagai bahan refrigerant.
Saat ini, freon dianggap sebagai salah satu penyebab lapisan Ozon Bumi menajdi
lubang dan menyebabkan sinar UV masuk. Walaupun, hal tersebut belum terbukti
sepenuhnya, produksi fluorocarbon mulai dikurangi.
· Thermostat pada AC beroperasi dengan menggunakan lempeng bimetal
yang peka terhadap perubahan suhu ruangan. Lempeng ini terbuat dari 2 metal
yang memiliki koefisien pemuaian yang berbeda. Ketika temperatur naik, metal
terluar memuai lebih dahulu, sehingga lempeng membengkok dan akhirnya
menyentuh sirkuit listrik yang menyebabkan motor AC aktif/jalan.

2.1.4 Siklus Refrigrasi


Dasar pemahaman dari siklus refrigerasi adalah sebuah sistem yang
dikenal sebagai sistem kompresi uap/gas (vapor compression). Sebuah skema dari
sistem kompresi uap ditunjukan pada gambar dibawah. Sistem ini terdiri dari
sebuah kompresor, sebuah kondenser, sebuah “expansion device” dan sebuah
evaporator. “Compressor-delivery head”, “discharge line”, “kondenser” dan
“liquid line” membentuk sisi jalur tekanan tinggi (high-pressure side) dari sistem
ini. “Expansion line”, “evaporator”, “suction line” dan “compressor-suction head”
membentuk sisi jalur tekanan rendah (low-pressure side) dari sistem ini. Pressure
– Enthalpy ditunjukkan pada gambar 2.15

Gambar 2.15 Pressure – Enthalpy

Gambar diatas menggambarkan diagram p-h “Pressure – Enthalpy” dari


siklus refrigerasi (refrigeration cycle). Sumbu y menunjukkan tekanan dan sumbu
x menunjukan enthalpy. Diagram p-h ini adalah alat yang paling umum digunakan
dalam menganalisa dan melakukan perhitungan kalor, usaha dan perpindahan
energi dalam suatu siklus refrigerasi. Sebuah siklus refrigerasi tunggal terdiri dari
daerah bertekanan tinggi (high side) dan daerah bertekanan rendah (low side).
Perubahan dari tekanan dapat dilihat dengan jelas pada diagram p-h ini. Juga kalor
dan perpindahan energi dapat dihitung sebagai perubahan “enthalpy” yang
tergambar pada gambar 2.16 dengan jelas pada diagram p-h tersebut.

Gambar 2.16 diagram p-h

• Garis proses kompresi digambarkan sejajar dengan garis entropy konstan.


• Garis proses kondensasi digambarkan sejajar dengan garis tekanan konstan.
• Garis proses ekspansi digambarkan sejajar dengan garis enthalpy konstan.
• Garis proses evaporasi digambarkan sejajar dengan garis tekanan konstan.
Kondisi refrigerant direpresentasikan pada diagram pressure-enthalpy
• Kompresor: Refrigerant gas bertekanan rendah dikompresikan menjadi
refrigerant gas bertekanan tinggi dengan bantuan daya dari luar sistem (input
power).
• Kondenser: Refrigerant gas bertekanan tinggi dirubah menjadi refrigerant cair
dengan tekanan tetap tinggi dengan cara membuang kalor ke lingkungan
sekitarnya.
• Ekspansi: Refrigerant cair bertekanan tinggi diturunkan tekanannya dengan
bentuk refrigerant menjadi cairan yang bercampur dengan sedikit gas.
(Gelembung gas terjadi karena adanya penurunan tekanan).
• Evaporator: Refrigerant cair dirubah menjadi gas/uap dengan cara menyerap
kalor dari ruang yang dikondisikan.
• Refrigerant gas/uap kemudian dihisap oleh Kompresor dan disirkulasikan
kembali. Siklus rerigerasi ditunjukkan pada gambar 2.17

Gambar 2.17 Siklus Refrigerasi

Penjelasan Siklus Refrigerasi:


A-B : Un-useful superheat (kenaikan temperatur yg menambah beban kompresor)
Sebisa mungkin dihindari kontak langsung antara pipa dan udara sekitarnya dgn
cara menginsulasi pipa suction.
B-C : proses kompresi (gas refrigerant bertekanan dan temperatur rendah
dinaikkan tekanannya sehingga temperaturnya lebih tinggi dari media pendingin
di kondenser. Pada proses kompresi ini refrigerant mengalami superheat yg sangat
tinggi.
C-D : Proses de-superheating (temperatur refrigerant mengalami pemurunan,
tetapi tdk mengalami perubahan wujud, refrigerant masih dalam bentuk gas)
D-E : Proses kondensasi (terjadi perubahan wujud refrigerant dari gas menjadi
cair tanpa merubah temperaturnya.
E-F : Proses sub-cooling di kondenser ( refrigerant yg sudah dalam bentuk cair
masih membuang kalor ke udara sekitar sehingga mengalami penurunan
temperatur). Sangat berguna untuk memastikan refrigerant dalam keadaan cair
sempurna.
F-G : Proses sub-cooling di pipa liquid (Refrigerant cair masih mengalami
penurunan temperatur karena temperaturnya masih diatas temperatur udara
sekitar). Pipa liquid line tdk diinsulasi, agar terjadi perpindahan kalor ke udara,
tujuannya untuk menambah kapasitas refrigerasi. (Note: dalam beberapa kasus
..pipa liquid harus diinsulasi…nanti dijelaskan dalam pembahasan khusus)
G-H : Proses ekspansi/penurunan tekanan (Refrigerant dalam bentuk cair
diturunkan tekanannya sehingga temperatur saturasinya berada dibawah
temperatur ruangan yg didinginkan, tujuannya agar refrigerant cair mudah
menguap di evaporator dgn cara menyerap kalor dari udara yg dilewatkan ke
evaporator)
Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair menjadi bubble gas sekitar 23%
karena penurunan tekanan ini. Jadi refrigerant yg keluar dari katup ekspansi /
masuk ke Evaporator dalam bentuk campuran sekitar 77% cairan dan 23% bubble
gas.
H-I : Proses evaporasi (refrigerant yg bertemperatur rendah menyerap kalor dari
udara yg dilewatkan ke evaporator. Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair
menjadi gas. Terjadi juga penurunan temperatur udara keluar dari evaporator
karena kalor dari udara diserap oleh refrigerant)
I-A : Proses superheat di evaporator: Gas refrigerant bertemperatur rendah masih
menyerap kalor dari udara karena temperaturnya yg masih dibawah temperatur
udara. Temperatur refrigerant mengalami kenaikan). Superheat ini bergua untuk
memastikan refrigerant dalam bentuk gas sempurna sebelum masuk ke
Kompresor.

2.1.5 Siklus Carnot


Siklus adalah suatu rangkaian proses sedemikian rupa sehinggaakhirnya
kembali kepada keadaan semula.
Siklus termodinamika.Misalnya, terdapat suatu siklus termodinamika yang
melibatkan prosesisotermal, isobarik, dan isokorik. Sistem menjalani proses
isotermal darikeadaan A sampai B, kemudian menjalani proses isobarik untuk
mengubahsistem dari keadaan B ke keadaan C. Akhirnya proses isokorik
membuatsistem kembali ke keadaan awalnya A. Proses dari A ke keadaan
B,kemudian ke keadaan C, dan akhirnya kembali ke keadaan A, menyatakansuatu
siklus. Apabila siklus tersebut berlangsung terus menerus, kalor yang diberikan
dapat diubah menjadi usaha mekanik. tetapi tidak semua kalor dapat diubah
menjadi usaha. kalor yang dapat diubah menjadi usaha hanya pada bagian yang
diarsir saja. luas daerah ABCA. Secara matematis dapat ditulis seperti berikut.

saha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran jam,
danbernilai negatif jika berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan energy
dalam untuk satu siklus sama dengan nol karena keadaan awal sama dengan
keadaan akhir.
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang memiliki
efisiensi tertinggi yang selanjutnya disebut mesin Carnot usaha total yang
dilakukan oleh sistem untuk satu siklus sama dengan luas daerah. Mengingat
selama proses siklus Carnot system menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu
tinggi dan melepas kalor ke reservoir bersuhu rendah maka usaha yang dilakukan
oleh sistemmenurut hukum 6 termodinamika adalah sebagai berikut.

Dalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang
penting. Untuk mesin kalor, efisiensi mesin ( η dibaca eta ) ditentukan dari
perbandingan usaha yang dilakukan terhadap kalor masukan yang diberikan.
Efisiensi mesin Carnot merupakan efisiensi yang paling besar karena
merupakan mesin ideal yang hanya ada di dalam teori. Artinya, tidak ada mesin
yang mempunyai efisien melebihi efisiensi mesin kalor Carnot. Berdasarkan
persamaan di atas terlihat efisiensi mesin kalor Carnot hanya tergantung pada
suhu kedua tandon atau reservoir. Untuk mendapatkan efisiensi sebesar 100%,
suhu tandon T2 harus = 0 K. Hal ini dalam praktik tidak mungkin terjadi. Oleh
karena itu, mesin kalor Carnot adalah mesin yang sangat ideal. Hal ini disebabkan
proses kalor Carnot merupakan proses reversibel. Sedangkan kebanyakan mesin
biasanya mengalami proses irreversibel (tak terbalikkan).
2.1.6 Rumus – Rumus yang Digunakan
1. Antara penampang C-D pada Air Flow Duct

Gambar 2.18 Penampang C-D

a. Keseimbangan Energi
mchc – mdhd = - PH2 + HLC-D
b. Kekekalan massa aliran fluida :
mc = md – m0 ; m0 = massa alir
c. udara lewat oriface pada ujung duct

d. Kalor sensible
PH2 = mD .CP . ΔT (kJ)
Dengan:
Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD = volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari
dari
Diagram psycometry (m3/kg)
hC = enthalpy udara di penampang C (kJ/kg)
hD = enthalpy udara di penampang D(kJ/kg)
PH2 = Daya reheater (kW)
HLC-D = kerugian energi pada daerah C-D (kJ/s)
Cp = panas jenis udara antara C-D kJ / kg. C
2. Kondisi penampang B – C

Gambar 2.19 Penampang B – C

a. Kesetimbangan energi:

b. Kekekalan massa

c. Didapat
 Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.

 Losses of energy

Dimana :
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihatdari spesifikasi
peralatanatau voltmeter danamperemeter (kW)
h1 = enthalpyrefrigerant sesudah keluar evaporator (kJ/kg)
h2 = enthalpyrefrigerant sebelum keluarevaporator (kJ/kg)
hcon = enthalpy air kondensasi (kJ/kg)
mcon = laju alir massa air kondensasi (kg/s)
mref = laju alir massa refrigerant (kg/s)
h1B-C = kerugian energi pada daerah B-C (kJ/s)
hB& hC = enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram
psycometry (kJ/kg)
3. Kondisi Pada penampang A-B

Gambar 2.20 Penampang A – B

a. Keseimbangan energi

b.Kekekalan massa

c. Didapat :
 Kerugian Energi (HL A-B)

 Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi Boiler :

Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding
dengan posisi regavolt [%] dan spesifikasi penggeraknya (kW)
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier(kg/s)
Hs = enthalpy uap (kJ/kg)
Pp = daya pemanas preheater (kW)
Pk = daya pemanas bolier (kW)
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower (kg/s)
H 1A-B = kerugian energi pada daerah A-B (kJ/s)
Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :

Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon)
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari
spesifikasi peralatanatau voltmeter danamperemeter (kW)
Sedangkan COPideal dapat dicari dengan persamaan

2.2 Motor Bakar


2.2.1 Pengertian Motor Bakar
Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang
mengubah energi kimia menjadi energi mekanik berupa kerja (rotasi) . Pada
dasarnya mesin kalor (Heat Engine) dikategorikan menjadi dua (2), yaitu:
a. External Combustion Engine
Yaitu mesin yang menghasilkan daya dengan menggunakan peralatan
lain untuk menghasilkan media yang dapat digunakan untuk menimbulkan
daya seperti turbin uap, dimana uap yang digunakan untuk
menghasilkan daya berasal dari proses lain yang terjadi di boiler, di boiler
tersebut air dipanaskan sehingga menghasilkan uap (superheated steam) dan
kemudian uap ini dikirim ke turbin uap untuk menghasilkan daya.
b. Internal Combustion Engine
Merupakan mesin yang mendapatkan daya dari proses
pembakarannya yang terjadi dalam mesin itu sendiri, hasil pembakaran bahan
bakar dan udara digunakan langsung untuk menimbulkan daya. Contohnya
mesin yang menggunakan piston seperti gasoline engine, diesel engine, dan
mesin dengan turbin penggerak (turbin gas).
2.2.2 Siklus Termodinamika Motor Bakar
Siklus aktual dari proses kerja motor bakar sangat komplek untuk
digambarkan, karena itu pada umumnya siklus motor bakar didekati dalam bentuk
siklus udara standar (air standard cycle). Dalam air standard cycle fluida kerja
menggunakan udara, dan pembakaran bahan bakar diganti dengan pemberian
panas dari luar. Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan fluida kerja pada
kondisi awal. Semua proses pembentuk siklus udara standar dalam motor bakar
adalah proses ideal, yaitu proses reversibel internal.
a. Siklus Otto
Siklus standar udara pada motor bensin disebut Siklus Otto, berasal
dari nama penemunya, yaitu Nicholas Otto seorang Jerman pada tahun
1876. Diagram P – V dari Siklus Otto untuk motor bensin dapat dilihat
pada gambar 2.21

Gambar 2.21 Diagram Siklus Otto Ideal

Langkah kerja dari Siklus Otto terdiri dari :


1. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2)
2. Langkah penambahan panas pada volume konstan (2-3)
3. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4)
4. Langkah pembuangan panas secara isokhorik (4-1)
Dalam siklus udara standar langkah buang (1-0), dan langkah isap
(0-1) tidak diperlukan karena fluida kerja udara tetap berada didalam
silinder. Apabila tekanan gas dan volume silinder secara bersamaan pada
setiap posisi torak dapat diuraikan maka dapat digambarkan siklus
aktual motor bensin yang bentuknya seperti ditunjukkan pada gambar
2.22
Gambar 2.22 Siklus Aktual Otto

Langkah siklus motor bensin aktual terdiri dari :


1. Langkah Kompresi
2. Langkah pembakaran bahan bakar dan langkah ekspansi
3. Langkah pembuangan
4. Langkah isap

b. Siklus Diesel
Pada tahun 1890 di Jerman Rudolph Diesel merencanakan sebuah
motor dengan menkompresikan udara sampai mencapai temperatur
nyala dari bahan bakar, kemudian bahan bakar diinjeksikan dengan laju
penyemprotan sedemikian rupa sehingga dihasilkan proses pembakaran
pada tekanan konstan. Penyalaan terhadap bahan bakar diakibatkan oleh
satu kompresi dan bukan oleh penyalaan busi seperti halnya motor cetus
api (S.I Engine). Diagram P-V dan T-S siklus diesel ditunjukkan pada
gambar 2.23

Gambar 2.23 Diagram P-V dan T-S siklus diesel


Langkah siklus ini terdiri dari :
1. Langkah isap (0-1) secara isobarik
2. Langkah kompresi (1-2) secara isentropik
3. Langkah pemasukan kalor (2-3) secara isobarik
4. Langkah kerja (3-4) secara isentropik
5. Langkah pelepasan kalor secara isokhorik (4-1)
6. Langkah buang (1-0) secara isobaric

c. Siklus Trinkler
Siklus trinkler merupakan gabungan antara siklus otto dengan
siklus diesel. Pada siklus ini pemasukan kalor sebagian pada volume
konstan seperti dalam siklus otto, dan sebagian lagi pada tekanan
konstan dalam siklus diesel. Kombinasi demikian merupakan gambaran
yang lebih baik pada motor-motor pembakaran dalam modern. Diagram
siklus dual motor diesel ditunjukkan pada gambar 2.24

Gambar 2.24 Diagram Siklus Dual Motor Diesel

Langkah kerja siklus dual motor diesel teoritis terdiri dari :


1. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2)
2. Langkah pemberian panas pada volume konstan (2-X)
3. Langkah pemberian panas pada tekanan konstan (X-3)
4. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4)
5. Langkah pembuangan panas (4-1)
2.2.3 Karakteristik Kinerja Motor Bakar
Karakteristik kinerja motor bakar adalah karakteristik atau bentuk –
bentuk hubungan antara indikator kerja sebagai variabel terikat dengan indikator
operasionalnya sebagai variabel bebas. Dengan adanya bentuk hubungan antara
kedua indikator tersebut maka dapat diketahui kondisi optimum suatu motor bakar
harus dioperasikan, atau apakah kondisi suatu motor bakar masih baik dan layak
untuk dioperasikan.
a. Indikator Kerja dan Indikator Operasional Motor Bakar
Beberapa indikator kinerja motor bakar yang biasa
digunakan untuk mengetahui kinerja suatu motor bakar diantaranya
adalah:
1. Daya Indikatif (Ni)
Daya yang dihasilkan dari reaksi pembakaran bahan bakar
dengan udara yang terjadi di ruang bakar.

2. Daya Efektif (Ne)


Daya efektif motor bakar adalah proporsional dengan perkalian
torsi yang terjadi pada poros output (T) dengan putaran kerjanya (n).
Karena putaran kerja poros sering berubah terutama pada mesin kendaraan
bermotor, besar torsi pada poros (T) yang dapat dijadikan sebagai
indikator kinerja motor bakar. Daya ini dihasilkan oleh poros engkol yang
merupakan perubahan kalor di ruang bakar menjadi kerja. Daya efektif
dirumuskan sebagai berikut

dimana T : Torsi (kg . m)


n : putaran (rpm)

3. Kehilangan Daya / Daya Mekanik (Nf)


Kehilangan daya (Nf) terjadi akibat adanya gesekan pada torak dan
bantalan.
Nf = Ni – Ne
dimana : Ni = Daya Indikatif
Ne = Daya efektif
Nf = Daya mekanis

4. Tekanan Efektif Rata Rata (MEP)


Tekanan rata-rata di dalam silinder selama 1 siklus kerja dan
menghasilkan daya efektif Ne. Data MEP digunakan untuk mengetahui
apakah proses kompresi yang terjadi masih cukup baik, atau untuk
mengetahui adanya kebocoran dari dalam silinder.
MEP = Pe = 0,45 . Neo . z (kg/cm²)
Vd . n .i

5. Efisiensi Motor Bakar terdiri dari :


a. Efisiensi Termal Indikatif

b. Efisiensi Termal Efektif

c. Efficiency mechanism
d. Efisiensi Volumetrik

6. Indikator kerja
Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi
bahan bakar spesifik (SFC), kandungan polutan dalam gas buang dan
neraca panas.Indikator operasional motor bakar menunjukkan kondisi
operasi dimana motor bakar tersebut dioperasikan. Dua jenis indikator
operasional sebagai variabel bebas dalam pengujian karakteristik kinerja
suatu motor bakar adalah :
1) Putaran kerja mesin (rpm)
2) Beban mesin / Daya efektifnya (Ne) pada putaran kerja konstan
Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas
digunakan untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi
pada putaran yang berubah ubah. Sedangkan pengujian motor bakar
dengan daya efektif sebagai variabel bebas pada putaran konstan
digunakan pada motor bakar stasioner yang biasanya beroperasi pada
putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik.

b. Jenis Karakteristik Kinerja Motor Bakar


Bentuk hubungan antar masing masing variabel indikator kinerja
terhadap variabel, indikator operasional suatu motor bakar didapatkan
dengan cara pengujian laboratorium dari mesin yang bersangkutan.
Data yang digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan antara
variabel tersebut dapat berasal dari pengukuran langsung selama
pengujian, atau harus dihitung dari data yang diukur. Data seperti putaran
mesin dan temperatur dapat diukur langsung, tetapi daya, torsi, dan
efisiensi dihitung berdasarkan pengukuran terhadap parameter
pembentuknya.
Pada pengujian dengan putaran mesin sebagai variabel bebas, jenis
karakteristik kinerja yang sering diperlukan adalah :
1) Daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya mekanik (Nf)
terhadap putaran.
2) Torsi (T) terhadap putaran.
3) Mean Efektif Pressure (MEP) terhadap putaran.
4) Spesific fuel consumption (SFC) terhadap putaran.
5) Efisiensi ( i , e, m, v) terhadap putaran.
6) Komposisi CO2, CO , O2 , dan N2 dalam gas buang terhadap putaran.
7) Keseimbangan panas terhadap putaran.
8) Fuel consumption terhadap putaran.
Rentang besar putaran dalam pengujian tersebut mulai dari putaran
minimum sampai melewati kondisi besar daya maksimum mesin.

2.2.4 Teknologi Motor Bakar Terbaru :

a. Mesin I-DSI (Intelligent Dual and Sequential)

Gambar 2.25 I-DSI (INTELLIGENT DUAL AND SEQUENTIAL)

Mesin i-DSI sebagai teknologi pintar yang dirancang khusus untuk


mobil kompak, dengan 2 buah busi pada tiap silinder di dalam ruang
pembakaran dan pengontrolan waktu pembakaran secara cerdas, dapat
mencapai ultra-high fuel economy dengan pemakaian bahan bakar yang
rendah dan ekonomis, sekaligus menghasilkan torsi maksimal pada
putaran RPM rendah sampai menengah, sesuai kecepatan pada
penggunaan sehari-hari.
Mesin i-DSI melakukan pembakaran yang lebih efisien, sehingga
menghasilkan tenaga mobil yang lebih responsif, pemakaian bahan bakar
yang paling hemat di kelasnya, dan emisi gas buang yang lebih bersih.
Mesin i-DSI mempunyai ruang pembakaran yang compact dan dua busi
pada tiap silinder. Sistem dual & sequential ignition mengatur waktu
urutan pengapian dari kedua busi, yaitu pada langkah hisap dan langkah
buangnya, berdasarkan kecepatan dan beban kerja mesin.
Pengaturan ini memungkinkan pembakaran yang lebih cepat dan
menyeluruh serta momen puntir yang besar pada kecepatan rendah-
menengah. Sistem tersebut akhirnya menghasilkan keseimbangan tinggi
antara pemakaian bahan bakar yang ekonomis dan tenaga yang responsif.

b. Teknologi FI ( Fuel Injection )


Seperti yang telah kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir
kendaraan bermotor memproduksi kendaraan terbarunya menggunakan
system injeksi sebagai pemasukan bahan bakarnya. Berbagai macam cara
dan usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar gas buang beracun
yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. System injeksi ini perlahan tapi
pasti akan menggantikan sistem karburator (karburasi manual).
Memang banyak keuntungan dengan system injeksi ini diantaranya :
1. Pembakaran lebih sempurna
2. Mengurangi sekecil mungkin gas-gas beracun dari hasil pembakaran
3. Hemat pemakaian bahan bakar
4. Tenaga mesin yang dihasilkan lebih bertenaga
Gambar 2.26 Sistem Aliran Bahan Bakar

Cara kerja Fuel Injection


Apabila pada sistem karburator, kendaraan membutuhkan
penyetelan yang tepat agar bisa mendapatkan campuran bahan bakar dan
udara atau AFR (Air–fuel ratio) yang optimal, sistem injeksi sudah
terprogram secara komputer untuk mendapatkan rasio AFR yang optimal.
AFR
Supaya bisa mendapatkan AFR yang optimal, injektor
mengandalkan program komputer untuk mengontrol AFR nya. Perangkat
elektronik yang bertugas untuk mengontrol kerja injektor ini bernama
ECM atau Electronic Control Module.
Electronic Control Module
Electronic Control Module memiliki settingan dan kontrol yang
sudah terstandar dari pabriknya. ECM ini dapat secara otomatis
mengontrol besaran bahan bakar dan udara yang pas pada kondisi –
kondisi cuaca tertentu. Pada motor injeksi terdapat sensor udara, sensor
inilah yang nantinya membantu ECM dalam mengkalkulasi AFR yang
tepat sesuai dengan kebutuhan mesin dan udara sekitar mesin. Kurang
lebih seperti inilah gambaran mengenai sistem injeksi pada motor.
Konsepnya sama seperti sistem karburator, karena injeksi merupakan
penyempurnaan dari sistem karburator. Mesin EFI ditunjukkan pada
gambar 2.27
Gambar 2.27 Mesin EFI (Elecronic Fuel Injection)

Secara umum, konstruksi sistem EFI dapat dibagi menjadi tiga


bagian/sistem utama, yaitu;
1. sistem bahan bakar (fuel system),
2. sistem kontrol elektronik (electronic control system), dan
3. system induksi/pemasukan udara (air induction system)
Ketiga sistem utama ini akan dibahas satu persatu di bawah ini.
Jumlah komponen-komponen yang terdapat pada sistem EFI bisa berbeda
pada setiap jenis mesin. Semakin lengkap komponen sistem EFI yang
digunakan, tentu kerja sistem EFI akan lebih baik sehingga bisa
menghasilkan unjuk kerja mesin yang lebih optimal pula. Dengan semakin
lengkapnya komponen-komponen sistem EFI (misalnya sensor-sensor),
maka pengaturan koreksi yang diperlukan untuk mengatur perbandingan
bahan bakar dan udara yang sesuai dengan kondisi kerja mesin akan
semakin sempurna.

Anda mungkin juga menyukai