Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah semua bahan yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme
kehidupan mikroorganisme, atau pestisida adalah semua bahan-bahan racun yang
digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan
sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pada dasanya
pestisida yang beredar telah dalam bentuk formulasi yaitu campuran antara bahan aktif
dengan bahan tambahan. Penambahan bahan tabahan tersebut berguna untuk
memudahkan aplikasi, menambah efektifitas, menambah efisiensi dan keamanan dalam
aplikasi.
Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk
formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal (bahan aktif).
1. Berdasarkan jenis sasaran
Berdasarkan jenis sasaran, pestisida dapat dikelompokkan menjadi:
a. Insektisida: sasaran dan jenis serangga
b. Akansida: sasaran dan jenis tungau
c. Fungisida: sasaran dan jenis cendawan
d. Nematisida: sasaran dan jenis nematoda
e. Bakterisida: sasaran dan jenis bakteri
f. Moluskisida: sasaran dan jenis moluska (keong)
g. Termisida: sasaran dan jenis rayap
h. Herbisida: sasaran dari jenis gulma
i. Rodentisida : sasaran dari jenis hewan pengerat
j. Piscisida : sasaran dan jenis ikan liar

Disamping itu terdapat juga istilah lain yang dapat digabungkan dengan salah
satu jenis pestisida di atas seperti jenis Larvisida yang merujuk pad a pestisida untuk
pengendalian larva yang sebenamya dapat dimasukkan ke kelompok insektisida.
Demikian juga dengan Termitisida yang merupakan juga Insektisida.

2. Berdasarkan bentuk fisik


Berdasarkan bentuk fisiknya pestisida dapat berupa:
a. cair
b. padat
c. aerosol

Jika memperhatikan bentuk fisik pestisida, maka dua bentuk fisik yang paling
banyak terdapat di pasaran yaitu bentuk calr dan padat.

3. Berdasarkan bentuk formulasi


Berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dikelompokkan menjadi:
a. Butiran (G/granul), biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini dapat
langsung diaplikasikan tanpa harus diiarutkan terlebih dahulu.
b. Powder (tepung), biasanya harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum
diaplikasikan. Formulasi bentuk ini membentuk sediaan pestisida berupa
suspense, sehingga sangat diperlukan pengadukan yang terus menerus karena
sifat sediaan ini dapat mengendap dan dapat merusak alat aplikasi atau terjadinya
penyumbatan pada nozel. Beberapa kode formulasi pestisida yang sejenis artinya
akan menjadi suspensi jika diencerkan dengan air adalah SC, F, dan lain-lain.
c. EC (Emulsifiable / emulsible concentrates). Pestisida dengan formulasi
berbentuk EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu) pada larutan semprot.
Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan yang terus menerus. Pada
umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC.
d. AS. Pestisida dengan formulasi ini akan membentuk larutan yang homogen
setelah dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan bentuk formulasi ini
adalah dari golongan herbisida. Beberapa kode formulasi lain yang akan menjadi
larutan jika diencerkan dengan air adalah SP, L, WSC, dan lain-lain
e. Beberapa kode formulasi lain yang tidak perlu penambahan air dan dapat
diaplikasikan langsung di lapangan seperti bait/umpan atau pelet.
4. Berdasarkan cara kerja
Berdasarkan cara kerja, pestisida dikelompokkan menjadi:
a. Kelompok IGR, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
b. Racun syaraf, biasanya mengganggu fungsi syaraf sehingga kematian yang cepat
dapat terjadi. Umumnya insektisida yang beredar di pasaran sekarang ini pada
umumnya adalah insektisida yang bekerja sebagai racun syaraf seperti golongan
organofosfat, karbamat, dan piretroid.
c. Mempengaruhi fungsi enzim
d. Mempengaruhi tingkah laku, dll.
5. Berdasarkan cara masuk
Berdasarkan cara masuk, pestisida dikelompokkan menjadi:
a. Racun kontak, artinya pestisida daJam hal ini senyawa/bahan aktif masuk
melalui kontak atau masuk ke tubuh serangga melalui dinding tubuh atau
kutikula.
b. Racun perut, artinya senyawa/bahan aktif masuk ke dalam tubuh serangga
meialui proses makan (mulut) dan masuk ke tubuh melalui pencemaan.
c. Racun sistemik, senyawa/bahan aktif terserap oleh tanaman lalu
ditransportasikan ke seluruh jaringan tanaman.
d. Fumigan, artinya senyawa/bahan aktif masuk ke dalam tubuh sasaran melalui
sistem pernapasan.
6. Berdasarkan asal bahan aktif
Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi:
a. Sintetik
- Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat
dan garam merkuri.
- Organik:
 Organo khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
 Heterosiklik : Kepone, mirex , dll.
 Organofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.
 Karbamat : carbofuran, BPMC, dll.
 Dinitrofenol : Dinex, dll.
 Thiosianat : lethane, dll.
 Lain-lain : methylbromida, dll.
b. Hasil alam (biopestisida) : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
Penggunaan pestisida ini sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.
Pestisida dapat digunakan di lapangan seperti pada sektor pertanian, perkebunan,
dan kehutanan. Di gudang seperti pada komoditi pangan, makanan, arsip,
maupun toko. Selain itu penggunaan pestisida juga dapat ditemukan pada
tempat-tempat umum seperti hotel, restoran, taman, juga dalam rumah tangga.
Aplikasi pestisida ditingkat petani sering dilakukan secara berjadwal yang
dikenal dengan sistem kalender dan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
Dalam sistem kalender, waktu aplikasi pestisida sudah terjadwal, tanpa melihat
apakah populasi hama memang sudah pada tingkat merugikan sehingga
diperlukan aplikasi atau masih di bawah ambang ekonomi. Dengan kata lain ada
atau tidak ada hama aplikasi tetap dilakukan.
Sedangkan aplikasi dengan berlandaskan sistem PHT, aplikasi pestisida
dilakukan hanya bila memang terpaksa dilakukan. Pada sistem PHT, monitoring
atau pengamatan populasi hama sangat berperan dalam hal menentukan ambang
ekonomi untuk pengambilan keputusan dilakukannya pengendalian secara
kimiawi.
B. Langkah-Langkah ADKL

Anda mungkin juga menyukai