Manajemen Usahatani
Manajemen Usahatani
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah untuk
memenuhi tugas Usaha Tani yang berjudul “ Manajemen Usahatani ”.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Pentingnya Manajemen Usahatani.
2. Kondisi Petani.
3. Penerapan Manajemen Usahatani.
4. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani.
5. Peningkatan Nilai Tambah.
6. Pengembangan Kelembagaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Petani
Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga
pendapatan yang diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan
agropolitan di Jatim (Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Pacet-
Mojokerto), umumnya juga dicirikan pemilikan lahan sawah, tegal atau pekarangan
yang sempit. Untuk menambah penghasilan keluarga, umumnya petani merangkap
bekerja di sektor jasa dan industri. Sebagai konsekuensinya, setelah musim tanam
selesai atau waktu tertentu, petani harus meninggalkan usahataninya untuk bekerja
di luar usahatani.
a. Inovasi Teknologi
Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan
dapat terdongkrak, komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat diciptakan.
Akan tetapi, teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai jika teknologi
tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif penanganannya, tidak memerlukan
pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu ketat. Teknologi
semacam ini akan memberikan peluang bagi petani untuk dapat meninggalkan
usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain dengan hasil yang
memuaskan. Contoh: teknologi yang diterapkan untuk tanaman tebu. Setelah tanam
dan pemupukan, petani bisa meninggalkan usahataninya dan diserahkan orang lain
untuk mengelola. Dengan demikian petani bisa akan kembali lagi pada saat panen.
Jika teknologi yang tersedia justru mengharuskan petani selalu berada di lahan
(menunggui), maka manajemen usaha kelompok secara bertahap harus dirubah,
yaitu dari manajemen konvensional menjadi kooperatif (cooperative farming) atau
menjadi korporasi (corporate farming). Manajemen ini memungkinkan anggota
kelompok tidak mengelola penuh usahataninya. Akan lebih manfaat lagi jika
teknologi yang tersedia dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani.
b. Manajemen usaha yang dilakukan kelompok
Manajemen yang selama ini dijalani petani harus ditinggalkan, yaitu
manajemen yang mengharuskan petani selalu menungggui dan mengerjakan
usahataninya sendiri mulai dari hulu sampai hilir. Ada alternatif manajemen usaha
yang dapat dilakukan orang lain tanpa mengurangi jumlah dan mutu hasil.
Manajemen usaha yang dimaksud adalah manajemen kooperatif dan korporasi.
Manajemen korporasi merupakan alternatif karena punya beberapa kelebihan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat, sehingga
usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga.
2. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim manajer
dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga pengelolaan efisien.
3. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah,
karena sumber daya dikelola oleh tim manajer.
4. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal
sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.
c. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan juga harus diubah disesuaikan pola manajemen modal
yang diterapkan kelompok. Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendektan
personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu lalu strategi
dititik beratkan [pada pendekatan missal dan kelompok karena pendektan personal
terlalu mahal. Dengan penerapn manajemen koperasi maka metode pendekatan
penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal. Tim mnajer yang hanya terdiri dri
beberapa orang merupkan target penyuluhan.kebutuhan materi pelatihan bgi anggot
kelompok diganti dengan kebutuhan materi pelatihan bagi tim manajer. Materi
pelatihn bagi tim difokuskan pada masalah manajemen , seperti pemasaran, analisis
keuangan, pengambilan keputusan, kewirausahaan, dan lain-lain.
(Nugroho Pangarso, 2006).
Salah satu kesulitan sosialisasi inovasi teknologi antara lain adanya
keterbatasan sumber daya petani. Dengan kelompok koperasi, maka teknologi dapat
lebih mudah diadopsi. Teknologi yang disosialisasikan bisa mulai dari yang mudah
diapliklasikan sampai canggih, karena yang menerapkan teknologi adalah tim
manajer, bukan anggota kelompok tani.
Teknologi pertanian organik, teknologi kultur jaringan, dan teknologi
persilangan untuk memproduksi benih yang selama ini cukup sulit diajarkan pada
kelompok tani, mungkin akan lebih mudah diajarkan pada kelompok dengan
manajemen korponasi. Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi bukan
pada masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor psikologi,
yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk mengakui kelebihan teman
petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus disempurnakan,
antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system penyuluhan dan penyusunan
program penyuluhan, tetapi untuk teknologi, manajemen usaha dan metode
penyuluhan harus mulai dirintis dari sekarang. Membuat rekayasa dan sinkronisasi
ketiga unsur tersebut cukup dilakukan oleh penyuluh yang dapat memotivasi dan
diterima di kelompok binaannya.
2. Pengaturan
Pada umumnya petani telah tahu bagaimana memeperkecil resiko
usahataninya yaitu dengan jalan mengusahakan beberapa cabang usaha lebih dari
satu macam. Tanaman dan berbagai jenis ternak seperti sapi, unggas dan
sebagainya. Hal ini memperbaiki pendapatan musiman dan distribusi tenaga kerja
sepanjang tahun. Keuntungan lain adalah perbaikan tanah,pencegahan hama dan
penyakit dan sebagainya. Untuk membantu setiap petani dalam rangka pengaturan
gunakan langkah langkah sebagai berikut :
a. Teliti kondisi usaha tani .petani mencatat dimana, bagimana dan kapan tanaman
yang bermacam-macam diusahakan.bagaimana cara cara pengusahaan ternak.
b. Variasi dalam besarnya laba Mengatur penggunaan sarana produksi dan tenaga
kerja. Beberapa tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga kerja
dan tempat. Beberapa tanaman bersifat cocok untuk ditanam bersama sama dan
beberapa bersifat untuk ditanam saling menyusul. Pengaturan uang tunai yg
digunakan untuk usaha baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini dapat
untukmembandingkan keuntungan dari berbagaimacam kombinasi tanaman.
c. Perubahan dalam factor factor social ekonomi petani, kelompok tani dan
gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan
kesibukan kesibukan masyarakat, seperti perbaikan irigasi, drainase, dan
sebagainya. Perubahan factor tata niaga, harga dan lainnya.
d. Analisa data input output pada cabang usahatani petani/ kelompoktani/ gapoktan
diharuskan mempunyai catatan input output.
e. Pembagian tugas dalam kelompok/ gabungan kelompok dalam organisasi
kelompok/ gapoktan perlu dibuatkan seksi seksi, sekertaris dan bendahara. Seksi
bertugas dalam menjalankan salah satu kegiatan dari kelompok/ gabungan
kelompok seperti seksi pemasaran, seksi sarana produksi, seksi simpan pinjam
dan lainnya. Sekretaris bertugas menjalankan fungsi administrasi kelompok dan
bendahara bertugas menjalankan pembukuan keungan kelompok/gapoktan, cara
pencatatan administrasi dan pembukuan keuangan dijelaskan dalam bab yang lain.
3. Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usahataninya memimpin pelaksanaan
kegiatan untuk usahataninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari keluarga.
Sebagai seorang manager menggerakkan tenaga memperlancar proses produksi
tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh pelaksanaan kegiatan usahatani tersebut.
Ketua kelompoktani/ gapoktan sebagai manager dalam kelompoknya memimpin
pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan dibantu oleh seluruh pengurus
sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan administrasi dan
Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan kelompok.
Dalam proses produksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan seperti
serangan hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan kelompok/ gapoktan
untuk bersama sama menanggulanginya. Dalam pengambilan keputusan pilihan
yang dipilih adalah alternative yang dapat memberikan keuntungan yang paling
menyenangkan sesuai dengan input yang tersedia serta kemungkinan resiko yg
timbul akibat pilihan tadi. Jadi sekali keputusan diambil,maka pilihan tadi harus
dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko yang timbul. Dengan dasar
pengalaman masa lalu,maka keputusan yang diambil diharapkan akan membuahkan
keberuntungan.
4. Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yg telah
dilaksanakan tersebut dapat memenuhi sasaran sasaran yang telah dibuat atau
belum. Apakah teerjadi penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan tersebut,
apakah ada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dalam proses produksi. Di dalam
control perlu diciptakan system control yang tetap, ajeg terhadap rencana yg
dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan tehadap kegiatan usaha tani.
Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang direncanakan.
Dengan cara ini maka dalam system manajemen yang benar selalu ada
umpan balik dari control kearah rencana yg telah dipilih berdasarkan informasi
informasi baru. Pencatatan data dalam suatu pembukuaan adalah salah satu system
control yg perlu dilaksanakan untuk dipakai sebagaai umpan balik yg
berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis dapat diibaratkan seperti kapal tanpa
kompas. Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan agar usahatani dapat
berhasil dengaan baik.
4.1 Kesimpulan
Untuk menjamin kondisi yang kondusif bagi petani dalam melakukan
usahatani, maka pemerintah perlu terus memantau terhadap spekulasi-spekulasi
yang dapat mengganggu sistem usahatani padi, baik yang menyangkut ketersediaan
sarana produksi (pupuk, benih, pestisida) maupun pasar output dan menegakan
supremasi hukun dengan tegas kepada setiap pihak yang mencoba melakukan
instabilitas sistem tersebut.
Jaminan pemasaran hasil-hasil pertanian, tampaknya suatu kondisi yang
sangat diharapkan oleh petani. Oleh karena itu kebijaksanaan pemerintah yang lebih
bijaksana terhadap komoditi pertanian masih tetap diperlukan. Kebijaksanaan tidak
saja hanya menjamin harga dan pemasaran, tetapi juga mengkondisikan agar
sistem agribisnis pertanian menjadi kondusif, baik sejak jaminan ketersediaan faktor
input seperti pupuk, pestisida, benih, pasar output, alat pertanian dll.
4.2 Saran
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013