Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah untuk
memenuhi tugas Usaha Tani yang berjudul “ Manajemen Usahatani ”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya yang telah membimbing kita menuju
jalan kebenaran. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berusaha membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.
Semoga semua bantuan tersebut dapat dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memperluas wawasan


bagi penulis khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 29 April 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan
pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan
sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat
semusim.Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan
adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan
yang setengah liar atau liar (hutan).
Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata
kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan
perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan
keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek
konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian. Semua usaha
pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar
pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran.
Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi
untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive
farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan
kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya
sering kali disamakan. Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah
pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik
atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan
dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya,
pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian
industrial. Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari
kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula
bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem
dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis
dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang
dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini
muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya
dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses
produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah
dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap
demikian.

1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Pentingnya Manajemen Usahatani.
2. Kondisi Petani.
3. Penerapan Manajemen Usahatani.
4. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani.
5. Peningkatan Nilai Tambah.
6. Pengembangan Kelembagaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani (Farming)


Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam
(bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam
pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi
semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di
lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah
Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian
dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai
wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia
menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang
sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu
pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian
selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah,
meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian.
Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan
kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku
budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan
mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan
sumberdaya organisasi. Dalam perkembangan jaman, manajemen mutlak diperlukan untuk
melaksanakan semua jenis usaha, tidak terkecuali suatu usahatani dengan skala kecil
sekalipun.
Manajemen adalah suatu seni, dimana setiap orang akan memiliki suatu hasil yang
berbeda dengan mengelola suatu usaha yang sama. Demikian pula dalam usahatani,
dengan modal dan hamparan lahan yang relatif sama dan berdekatan serta kondisi iklim
yang sama, suatu usahatani yang dikelola orang yang berbeda akan dapat mendatangkan
hasil yang berbeda. Hal ini terjadi karena pola pemikiran seseorang dalam mengambil
keputusan dan mengelola usaha tidak pernah sama antara orang per orang. Dan dalam
usahatani kemungkinan seseorang mengembangkan kreatifitasnya dalam mengelola,
adalah sangat besar.

2.1 Pentingnya Manajemen Usahatani


Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen yang
dijalankan dalam usaha tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Beberapa hal yang
membedakan manajemen usahatani dengan manajemen usaha yang lain antar lain adalah :
a. Keanekaragaman jenis tanaman yang sangat besar dalam sektor pertanian
b. Besarnya jumlah petani
c. Keanekaragaman skala usaha di bidang pertanian
Suatu usaha tani dimungkinkan dilaksanakan mulai dari skala yang sangat kecil (buruh tani)
hingga ke skala perkebunan sangat besar.
Falsafah hidup tradisional secara umum masih melekat dalam diri petani
d. Kecenderungan berorientasi keluarga dan masyarakat sekitar saja
e. Usahatani sangat berkaitan dengan gejala alam
f. Kareakteristik produk pertanian yang musiman, mudah rusak dan tidak tahan lama
g. Produk pertanian selalu dibutuhkan sebagai bahan pangan masyarakat yang harus selalu
cukup tersedia

Hal–hal tersebut di atas menjadikan manajemen usahatani memerlukan penanganan


yang berbeda dibandingkan dengan penanganan usaha lain di luar sektor pertanian.
Manajemen akan terlaksana dengan baik dengan memperhatikan unsur-unsur yang terkait,
yaitu : (1) Manusia yang melaksanakan manajemen ; (2) Seni untuk menjalankan
manajemen ; (3) Keberhasilan.
Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan
agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang
profesional. Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu
didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan
potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi. Langkah-langkah yang diperlukan
dalam mendorong peran serta petani dalam penyediaan modal/investasi untuk
pengembangan usahatani antara lain: (1) Memberikan penyuluhan/informasi ; (2)
Insentif dan kondisi yang kondusif agar petani mampu memanfaatkan sumber
permodalan dan sumber daya lainnya secara optimal.

Kondisi Petani
Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga
pendapatan yang diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan
agropolitan di Jatim (Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Pacet-
Mojokerto), umumnya juga dicirikan pemilikan lahan sawah, tegal atau pekarangan
yang sempit. Untuk menambah penghasilan keluarga, umumnya petani merangkap
bekerja di sektor jasa dan industri. Sebagai konsekuensinya, setelah musim tanam
selesai atau waktu tertentu, petani harus meninggalkan usahataninya untuk bekerja
di luar usahatani.

a. Inovasi Teknologi
Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan
dapat terdongkrak, komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat diciptakan.
Akan tetapi, teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai jika teknologi
tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif penanganannya, tidak memerlukan
pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu ketat. Teknologi
semacam ini akan memberikan peluang bagi petani untuk dapat meninggalkan
usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain dengan hasil yang
memuaskan. Contoh: teknologi yang diterapkan untuk tanaman tebu. Setelah tanam
dan pemupukan, petani bisa meninggalkan usahataninya dan diserahkan orang lain
untuk mengelola. Dengan demikian petani bisa akan kembali lagi pada saat panen.
Jika teknologi yang tersedia justru mengharuskan petani selalu berada di lahan
(menunggui), maka manajemen usaha kelompok secara bertahap harus dirubah,
yaitu dari manajemen konvensional menjadi kooperatif (cooperative farming) atau
menjadi korporasi (corporate farming). Manajemen ini memungkinkan anggota
kelompok tidak mengelola penuh usahataninya. Akan lebih manfaat lagi jika
teknologi yang tersedia dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani.
b. Manajemen usaha yang dilakukan kelompok
Manajemen yang selama ini dijalani petani harus ditinggalkan, yaitu
manajemen yang mengharuskan petani selalu menungggui dan mengerjakan
usahataninya sendiri mulai dari hulu sampai hilir. Ada alternatif manajemen usaha
yang dapat dilakukan orang lain tanpa mengurangi jumlah dan mutu hasil.
Manajemen usaha yang dimaksud adalah manajemen kooperatif dan korporasi.
Manajemen korporasi merupakan alternatif karena punya beberapa kelebihan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat, sehingga
usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga.
2. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim manajer
dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga pengelolaan efisien.
3. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah,
karena sumber daya dikelola oleh tim manajer.
4. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal
sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.

Manajemen seperti ini akan sesuai untuk lingkungan perkotaan (agropilitan)


atau masyarakat urban yang mempunyai peluang kerja di sektor jasa dan industri.
Kelompok tani yang belum menerapkan manajemen korporsi, secara perlahan-lahan
sebaiknya dapat memperbaiki manajemen usahanya dengan lebih fokus pada faktor
pengambilan keputusan usaha, pengelolaan sumber daya dan pembagian
keuntungan. Manajemen secara bertahap dirubah dari konvensional, ke kooperatif
dan akhirnya korporasi. Saat ini masih banyak kelompok tani yang anggotanya
merangkap kerja dibidang jasa dan industri, tetapi manjemen yang diterapkan
kelompok tani masih konvensional, sehingga hasilnya tidak masksimal.

c. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan juga harus diubah disesuaikan pola manajemen modal
yang diterapkan kelompok. Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendektan
personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu lalu strategi
dititik beratkan [pada pendekatan missal dan kelompok karena pendektan personal
terlalu mahal. Dengan penerapn manajemen koperasi maka metode pendekatan
penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal. Tim mnajer yang hanya terdiri dri
beberapa orang merupkan target penyuluhan.kebutuhan materi pelatihan bgi anggot
kelompok diganti dengan kebutuhan materi pelatihan bagi tim manajer. Materi
pelatihn bagi tim difokuskan pada masalah manajemen , seperti pemasaran, analisis
keuangan, pengambilan keputusan, kewirausahaan, dan lain-lain.
(Nugroho Pangarso, 2006).
Salah satu kesulitan sosialisasi inovasi teknologi antara lain adanya
keterbatasan sumber daya petani. Dengan kelompok koperasi, maka teknologi dapat
lebih mudah diadopsi. Teknologi yang disosialisasikan bisa mulai dari yang mudah
diapliklasikan sampai canggih, karena yang menerapkan teknologi adalah tim
manajer, bukan anggota kelompok tani.
Teknologi pertanian organik, teknologi kultur jaringan, dan teknologi
persilangan untuk memproduksi benih yang selama ini cukup sulit diajarkan pada
kelompok tani, mungkin akan lebih mudah diajarkan pada kelompok dengan
manajemen korponasi. Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi bukan
pada masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor psikologi,
yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk mengakui kelebihan teman
petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus disempurnakan,
antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system penyuluhan dan penyusunan
program penyuluhan, tetapi untuk teknologi, manajemen usaha dan metode
penyuluhan harus mulai dirintis dari sekarang. Membuat rekayasa dan sinkronisasi
ketiga unsur tersebut cukup dilakukan oleh penyuluh yang dapat memotivasi dan
diterima di kelompok binaannya.

2.3 Peningkatan Kemampuan Manajemen Usaha Tani


Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan
meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutn dan efisien
guna meningkatkan daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian
lingkungan. Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan dengan penerapan
teknologi maju dan alsin pertanian.
Untuk meningkatkan produksi baik melalui peningkatan produktifitas maupun
perluasan areal tanam diperlukan penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi
yang diterapkan diarahkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik lokasi dan
berwawasan lingkungan. Teknologi yang disebarluaskan mencakup mulai dari
teknologi pra produksi, proses produksi, hingga pasca panen dan pengolahan hasil
dengan fokus antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu, pemupukan
berimbang, efisiensi pemanfatan air, PHT, serta teknologi pengolahan hasil.

Peningkatan Nilai Tambah


Upaya pengembangan usaha yang mampu memberikan nilai tambah bagi
petani perlu terus ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya
bukan hanya dalam bentuk makanan mentah akan tetapi dalam bentuk olahan.
Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antara lain:
a. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
b. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
c. Pemasyarakatan penerapan standart mutu
d. Pemanfaatan peluang kredit

Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan


diarahkan untuk menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya
peningkatan produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan
pemasaran hasil, melalui paya-upaya antara lain sebagai berikut : (1) Peningkatan
fasilitas penyediaan dan distribusi sarana produksi dilapangan untuk menciptakan
iklim yang kondusif dan berusahatani, (2) Peningkatan efektivitas dan efisiensi
koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan pengembangan sarana dan
prasarana
Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem
pemasaran yang efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-
upaya pengembangan kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu
produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.
Pengembangan Kelembagaan
Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik
kelembagaan petani maupun pemerintah sebagai berikut :
a) Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak hanya
dari aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan
kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang menjadi kelompok usaha
baik dalam bentuk koperasi maupun unit usaha kecil mandiri dan tumbuh dari
bawah.
b) Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing, penyediaan kredit, dan
mengembangkan pola kemitran.
c) Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan
melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani melalui
peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama dengan swasta, pelayanan kredit dan
pelatihan.
d) Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun
Brigade proteksi sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat
terutama petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus operasional dan
admisnistrasi, serta peningkatan kerja sama antar petugas lapangan dan intansi
terkait melalui forum konsultasi dan konsolidasi.

Penyuluhan pertanian sangat diperlukan dalam peningkatan usahatani. Akan


tetapi penyuluhan pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhir-
akhir ini terlihat lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera diwujudkan
sehigga kinerja penyuluhan dapat bangkit kembali.
Revitalisasi penyuluhan terutama diperlukan dalam hal pemasyarakatan
teknologi dan manajemen produksi, serta fasilitas aksesibilitas petani terhadap
pasar, permodalan, informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu agar
penyuluhan dapat efektif mendukung program pembangunan usahatani diperlukan
upaya-upaya koordinasi dan sinkronisasi, sosialisasi program pembangunan
usahtani, serta mengisi materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan program
pembangunan usahatani.

2.4 Pelaksanaan manajemen usahatani untuk hasil yang maksimal


Dalam suatu manajemen usahatani yang di jalankan agar dapat memperoleh
hasil yang maksimal mengingat resiko yang sangat besar dalam bidang
pertanian,maka harus memperhatiakan beberapa hal yang sangat penting dan
berkaitan erat dengan pelaksanaan manajemen. Hal tersebut antara lain:
1. Penerapan Management usaha tani
a. perencanaan
Perencanaan usahatani disusun berdasarkan pengalaman dan evaluasi faktor-
faktor tetap yang menentukan(jumlah uang yang tersedia, Konsumsi atau komersial,
jumlah tenaga yang tersedia,tanah dan iklim). Manusia tidak dapat berbuat banyak
terhadap tanah dan iklim sehingga langkah dalam pendekatan sebagai berikut :
 Mengklasifikasikan tanah. berapa bagian yg ditanami padi, kedelai, ternak, ikan
dan lain lain.
 Menyususun rencana tanaman dengan syarat :
- Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.
- Saling mendukung satu sama lain, sehingga dapat memanfaatkan penggunaan
alat alat pertanian dan tenaga kerja.
- Menggunakan tenaga kerja keluarga dengan efesien.
- Permintaan pasar bagi usahatani yang bertujuan menjual hasilnya kepasar.
- Perencanaan ternak
ternak dapat mengubah hasil tanaman menjadi makanan berkadar protein tinggi
melalui hasilnya yg berupa daging,susu,telur dqn lain lain. Ternak dapat berfungsi
sebagai tenaga kerja.
 Perencanaan tenaga kerja dan alat alat pertanian .Pada waktu waktu kapan
tenaga kerja dan alat alat pertanian banyak/sering atau kurang diperlukan.Untuk
usahatani yg luas,lebih mudah mengkombinasikan tenaga kerja dan alat alat
pertanian.
 Perencanaan biaya
Anggaran/ biaya usahatani terdiri dari taksiran pengeluaran total dan taksiran
penerimaan total yg disusun untuk jangka waktu pendek atau panjang. Tujuan
anggaran/biaya :
- Memberikan dasar dasar untuk perbaikan usahatani.
- Berfungsi sebagai peringatan atau penelitian rencana usaha.
- Perencanaan dituangkan dalam bentuk rencana usaha anggota,rencana usaha
kelompok dan rencana usaha bersama.

2. Pengaturan
Pada umumnya petani telah tahu bagaimana memeperkecil resiko
usahataninya yaitu dengan jalan mengusahakan beberapa cabang usaha lebih dari
satu macam. Tanaman dan berbagai jenis ternak seperti sapi, unggas dan
sebagainya. Hal ini memperbaiki pendapatan musiman dan distribusi tenaga kerja
sepanjang tahun. Keuntungan lain adalah perbaikan tanah,pencegahan hama dan
penyakit dan sebagainya. Untuk membantu setiap petani dalam rangka pengaturan
gunakan langkah langkah sebagai berikut :
a. Teliti kondisi usaha tani .petani mencatat dimana, bagimana dan kapan tanaman
yang bermacam-macam diusahakan.bagaimana cara cara pengusahaan ternak.
b. Variasi dalam besarnya laba Mengatur penggunaan sarana produksi dan tenaga
kerja. Beberapa tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga kerja
dan tempat. Beberapa tanaman bersifat cocok untuk ditanam bersama sama dan
beberapa bersifat untuk ditanam saling menyusul. Pengaturan uang tunai yg
digunakan untuk usaha baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini dapat
untukmembandingkan keuntungan dari berbagaimacam kombinasi tanaman.
c. Perubahan dalam factor factor social ekonomi petani, kelompok tani dan
gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan
kesibukan kesibukan masyarakat, seperti perbaikan irigasi, drainase, dan
sebagainya. Perubahan factor tata niaga, harga dan lainnya.
d. Analisa data input output pada cabang usahatani petani/ kelompoktani/ gapoktan
diharuskan mempunyai catatan input output.
e. Pembagian tugas dalam kelompok/ gabungan kelompok dalam organisasi
kelompok/ gapoktan perlu dibuatkan seksi seksi, sekertaris dan bendahara. Seksi
bertugas dalam menjalankan salah satu kegiatan dari kelompok/ gabungan
kelompok seperti seksi pemasaran, seksi sarana produksi, seksi simpan pinjam
dan lainnya. Sekretaris bertugas menjalankan fungsi administrasi kelompok dan
bendahara bertugas menjalankan pembukuan keungan kelompok/gapoktan, cara
pencatatan administrasi dan pembukuan keuangan dijelaskan dalam bab yang lain.
3. Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usahataninya memimpin pelaksanaan
kegiatan untuk usahataninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari keluarga.
Sebagai seorang manager menggerakkan tenaga memperlancar proses produksi
tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh pelaksanaan kegiatan usahatani tersebut.
Ketua kelompoktani/ gapoktan sebagai manager dalam kelompoknya memimpin
pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan dibantu oleh seluruh pengurus
sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan administrasi dan
Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan kelompok.
Dalam proses produksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan seperti
serangan hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan kelompok/ gapoktan
untuk bersama sama menanggulanginya. Dalam pengambilan keputusan pilihan
yang dipilih adalah alternative yang dapat memberikan keuntungan yang paling
menyenangkan sesuai dengan input yang tersedia serta kemungkinan resiko yg
timbul akibat pilihan tadi. Jadi sekali keputusan diambil,maka pilihan tadi harus
dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko yang timbul. Dengan dasar
pengalaman masa lalu,maka keputusan yang diambil diharapkan akan membuahkan
keberuntungan.

4. Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yg telah
dilaksanakan tersebut dapat memenuhi sasaran sasaran yang telah dibuat atau
belum. Apakah teerjadi penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan tersebut,
apakah ada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dalam proses produksi. Di dalam
control perlu diciptakan system control yang tetap, ajeg terhadap rencana yg
dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan tehadap kegiatan usaha tani.
Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang direncanakan.
Dengan cara ini maka dalam system manajemen yang benar selalu ada
umpan balik dari control kearah rencana yg telah dipilih berdasarkan informasi
informasi baru. Pencatatan data dalam suatu pembukuaan adalah salah satu system
control yg perlu dilaksanakan untuk dipakai sebagaai umpan balik yg
berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis dapat diibaratkan seperti kapal tanpa
kompas. Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan agar usahatani dapat
berhasil dengaan baik.

2.5 Faktor Sosial Dan Komunikasi Petani Dalam Berusahatani


Di dalam klasifikasi usahatani, ada pembagian kategori berdasarkan pola
usahatani, tipe usahatani, struktur usahatani, bentuk usahatani dan corak usahatani.
Dalam modul ini, akan ditekankan pada corak usahataninya karena sangat erat
hubungannya dengan faktor dan peran sosial yang dihadapi oleh seorang petani.
Corak usahatani diukur berdasarkan kriteria antara lain :
a. Nilai umum (sikap dan motivasi),
b. Tujuan produksi,
c. Pengambilan keputusan,
d. Tingkat teknologi serta derajat komersialisasi dari produksi dan input
usahataninya,
e. Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan,
f. Pendayagunaan lembaga,
g. Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani serta tingkat dan
keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi.
Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan
keputusan di dalam rumah tangga petani tentang corak usahatani, bagaimana petani
memilih kombinasi pembudidayaan tanaman dengan ternak, teknik dan strategi apa
yang harus diterapkan. Dalam pengambilan keputusan di dalam berusahatai, petani
tidak sendiri, petani butuh seseorang baik sesama petani ataupun penyuluh bahkan
referensi kelompok untuk menetapkan pilihan. Petani juga makhluk sosial, sehingga
petani perlu berinteraksi sosial, untuk mendapatkan pengetahuan dan tambahan
ketrampilan. Dengan interaksi sosial, maka berlangsunglah proses sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui bagaimana kita berfikir,
berperasaan dan berperilaku sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam
masyarakat. Proses interaksi sosial memerlukan komunikasi baik itu lisan maupun
tertulis.
Komunikasi juga merupakan proses, bisa proses komunikasi primer yaitu
secara langsung tanpa bantuan alat, dengan bahasa, gerakan yang diberi arti
khusus, aba-aba, dan sebagainya, bisa proses komunikasi sekunder, berlaku
dengan menggunakan alat agar dapat melipatgandakan jumlah penerima pesan /
amanat, yang berarti pula mengatasi hambatan-hambatan geografis (lewat radio,
televisi) serta hambatan waktu (lewat buku, telepon, radio). Suatu jaringan
komunikasi baik tradisional maupun modern sangatlah penting di tingkat petani
berkaitan dengan aktifitas berusahataninya secara pribadi, kelompok maupun
komunikasi sosial budaya.
Sebelum proses sosialisasi terjadi di masyarakat pertanian, interaksi sosial
akan terlebih dahulu terjadi di keluarga tani tersebut. Dengan berbagai topik,
keluarga, ekonomi, kegiatan usahatani, tetangga, dan lain-lain. Selain keluarga dan
masyarakat tani, petani berinteraksi juga dengan kelembagaan baik itu formal
maupun non formal, dengan tujuan yang berkaitan dengan peningkatan sosial
ekonomi keluarga petani.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Untuk menjamin kondisi yang kondusif bagi petani dalam melakukan
usahatani, maka pemerintah perlu terus memantau terhadap spekulasi-spekulasi
yang dapat mengganggu sistem usahatani padi, baik yang menyangkut ketersediaan
sarana produksi (pupuk, benih, pestisida) maupun pasar output dan menegakan
supremasi hukun dengan tegas kepada setiap pihak yang mencoba melakukan
instabilitas sistem tersebut.
Jaminan pemasaran hasil-hasil pertanian, tampaknya suatu kondisi yang
sangat diharapkan oleh petani. Oleh karena itu kebijaksanaan pemerintah yang lebih
bijaksana terhadap komoditi pertanian masih tetap diperlukan. Kebijaksanaan tidak
saja hanya menjamin harga dan pemasaran, tetapi juga mengkondisikan agar
sistem agribisnis pertanian menjadi kondusif, baik sejak jaminan ketersediaan faktor
input seperti pupuk, pestisida, benih, pasar output, alat pertanian dll.

4.2 Saran

Motivasi Terhadap Program Intensfikasi


Hampir semua petani (100 persen) menyatakan bahwa urutan pertama
sumber pengetahuan petani adalah dari petugas penyuluhan (PPL) dan urutan
kedua adalah dari sesama petani (60-93 persen) dan urutan ketiga adalah pengikuti
program pemerintah (60-80 persen). Dengan demikian dapat diartikan bahwa betapa
masih diperlukannya adanya kehadiran penyuluh bagi peningkatan penyuluhan
pertanian di pedesaan. Namun yang perlu dipertanyakan sejauh mana efektivitas
penyampaian inovasi dapat diadopsi oleh petani. Dari informasi yang diperoleh dari
para penyuluh, bahwa pada saat ini yang bersamaan dengan era reformasi petani
lebih memiliki kebebasan untuk memilih dan mengevaluasi materi yang disuluhkan.
Tetapi dengan adanya pernyataan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari
sesama petani, berati proses meniru setelah memiliki keyaninan dari inovasi yang
disuluhkan masih melekat pada diri petani. Oleh karena itu metoda penyuluhan
dengan media ”demfarm” tampaknya diperlukan kembali.

Peranan Institusi Penunjang


Menginformasikan bahwa lembaga penunjang yang masih dirasakan
menunjang bagi petani adalah lebaga finansial kredit yaitu BRI, walaupun hanya
menyatakan sebagian petani 13-40 persen sebagai sumber kredit pertanian, dan 20
persen sebagai sumber kredit non pertanian. Sedangkan KUD hanya bisa dirasakan
oleh petani dalam kegiatan pengadaan saprotan (6-50 persen), padahal harapan
KUD hendaknya mampu membeli produksi dengan harga yang menjamin
keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012.Manajemen usahatani (http://ekonomi.kompasiana.com/


manajemen/2012/01/11/unsur-unsur-manajemen-usaha-tani/) diakses tgl. 30
september 2012.
Anonymous, 2012. Permasalahan SBM Tenaga kerja usahatani. (Online),
(http://www.tabanankab.go.id/potensi-daerah/pertanian/362-permasalahan-
dan-langkah-pemecahan-dalam-bidang-pertanian), diakses tgl 30 september
2012.
Anonymous,2012. Pengembangan SDM dalam pertanian (Online),
(http://www.pelitakarawang.com/2010/07/pengembangan-sdm-pertanian-
dalam.html), diakses tgl. 27 september 2012.
Anonymouse. Manjemen Usahatani. (Online),(http://www.go.id/ditsentp/kebijakan/
fokus-kebijakan.htm), diakses tgl. 01 Oktober 2012.
Shinta, A. 2012. Ilmu Usahatani. Malang : Universitas Brawijaya.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Suratiyah, K., 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Cimanggis-Depok. Indonesia.
MANAJEMEN USAHATANI (Farming Management)

MANAJEMEN USAHATANI PISANG

Disusun oleh : Tiara Pramuswari (05111001040)

AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2013

Anda mungkin juga menyukai