Anda di halaman 1dari 12

JAWABAN TUGAS 1 PENGANTAR PENDIDIKAN

1. A. Tujuan hidup manusia sebagai makhluk beragama adalah


a. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan
supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang mulia.
b. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dan tidak
dapat dijelaskan: kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam
rantai kausalitas sebagai sumber utama yang bebas kepadanya dunia alam world of
nature, sejarah, dan masyarakat sepenuhnya bergantung serta terus menerus.
c. Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol.
Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia
memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yang tersembunyi dari
pengamatan, dan mampu menganalisa masingmasing realita dan peristiwa.
d. Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satusatunya
makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri, ia mampu
mempelajari, menganalisis, mengetahui, dan menilai dirinya.
e. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan
dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal
ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib semu quasi-miracolous yang
memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya.
f. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak
pernah puas dengan apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa
yang seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi
manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-
pagar kokoh realita yang ada. Kekuatan inilah yang selalu memaksa manusia untuk
merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat, dan mencipta dalam
alam jasmaniah dan rohaniah.
g. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai
nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku,
perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih tinggi daripada motif manfaat
timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci karena ia dihormati dan dipuja
begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan
kehidupan mereka demi ikatan ini.
h. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya
sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat
istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang
independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam
menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya
suatu keterlibatan dan tanggung jawab yang tidak akan punya arti kalau tidak
dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

B. asas-asas antropologis yang mendasari manusia dapat dididik


1. Asas Potensialitas
Sebelumnya telah dibahas berbagai potensi yang ada pada manusia yang
memungkinkan ia akan menjadi manusia, tetapi untuk menjadi manusia diperlukan
suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya, dalam aspek kesusilaan, manusia
diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai
moral yang diakui. Ini adalah salah satu tujuan pendidikan atau sosok manusia ideal
berkenaan dengan dimensi moralitas.
Apakah Manusia dapat atau mungkin dididik untuk mencapai tujuan tersebut?
Jawabannya adalah dapat atau mungkin, sebab manusia mempunyai potensi untuk
berbuat baik. Demikian pula dengan potensi-potensi lainnya. Berdasarkan hal itu
maka dapat disimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik karena ia memiliki
potensi untuk dapat menjadi manusia.
2. Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologi maupun spiritualnya. Ia selalu
menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang
telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi ideal, baik
dalam rangka interaksi atau komunikasinya secara horizontal (manusia-manusia)
maupun vertikal atau transendental (manusia-Tuhan).
Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka membantu
manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain manusia itu
sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Karena itu,
dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
3. Asas Individualitas
Individu antara lain memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dari yang
lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya
sendiri. Sekalipun ia bergaul dengan sesamanya, ia tetap adalah dirinya sendiri.
Sebagai Individu ia tidak pasif, melainkan bebas dan aktif untuk mewujudkan
dirinya.
Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka
mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya. Pendidikan bukan untuk membentuk
manusia sesuai kehendak pendidik dengan mengabaikan dimensi individualitas
manusia atau peserta didik. Di pihak lain manusia sesuai dengan individualitasnya
berupaya untuk mewujudkan dirinya. Karena itu, individualitas manusia
pmengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
4. Asas Sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya, ia butuh bergaul
dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi
hubungan pengaruh timbal balik. Setiap individu akan menerima pengaruh dari
individu lainnya. Kenyataan ini memberikan kemungkinan bagi manusia untuk dapat
dididik. Sebab, upaya bantuan atau pengaruh pendidikan itu disampaikan justru
melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya.
5. Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan
pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan
tanggung jawabnya (aspek moralitas). Pendidikan hakikatnya bersifat normatif,
artinya dilaksanakan berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan
untuk mewujudkan manusia ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan
sistem nilai dan norma tertentu yang bersumber dari agama maupun budaya yang
diakui.
Pendidikan bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi moralitas karena itu
aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat dididik. Atas dasar berbagai
asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan. Jika berbagai asumsi tersebut
diingkari, kta harus sampai pada kesimpulan bahwa manusia tidak perlu dididik,
tidak akan dapat dididik karena itu kita tak perlu melaksanakan pendidikan.

2. Pendidikan dalam bentuk formal adalah pengajaran, yakni proses transfer pengetahuan
atau usaha mengembangkan dan mengeluarkan potensi intelektualitas dari dalam diri
manusia. Intelektualitas dan pengetahuan itupun belum sepenuhnya mewakili diri dalam
diri manusia. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge
atau peralihan ilmu pengetahuan semata, akan tetapi dengan adanya pendidikan
diharapkan peserta didik mampu mengetahui dan memahami eksistensi dan potensi yang
mereka miliki.
Disinilah akhir dari tujuan pendidikan, yakni melakukan proses humanisa
(memanusiakan manusia) yang berujung pada proses pembebasan. Hal ini berangkat dari
asumsi bahwa manusia dalam sistim dan struktur sosial mengalami dehumanisasi karena
eksploitasi kelas, dominasi gender maupun hegemoni budaya lain. Oleh karena itu,
pendidikan merupakan sarana untuk memproduksi kesadaran dalam mengembalikan
kemanusian manusia, dan dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk membangkitkan
kesadaran krisis sebagai prasyarat upaya untuk pmbebasan. Jadi yang dimaksudkan
bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia adalah pendidikan
mengantarkan peserta didik menuju kematangan dan kedewasaan rohani dan jasmani
sehingga peserta didik dapat menjadi manusia yang benar-benar sempurna (manusia
seutuhya) baik dari aspek kecerdasan, emosional, spiritual, sikap dan sebagainya.

3. Bagi lembaga pendidikan


1. Memperbesar dorongan mawas diri
2. Mempermudah memperbaiki pendidikan.
3. Memperbesar usaha meningkatkan profesi mengajar.
4. Konsep mtentang guru/dosen menjadi benar.
5. Mendapatkan koreksi dari kelompok masyarakat.
6. Mendapatkan dukungan moral dari masyarakat.
7. Memudahkan meminta bantuan dan material dari masyarakat.
8. Memudahkan pemakaian media pendidikan di masyarakat.
Bagi masyarakat
1. Tahu hal-hal persekolahan dan inovasinya
2. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan lebih mudah diwujudkan.
3. Menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan.
4. Melakukan usul-usul terhadap lembaga pendidikan.

Dari beberapa uraian tesebut diatas, jelas terlihat bahwa pada hakekatnya hubungan
antara lembaga pendidikan dan masyarakat sangatlah bersifat korelatif, saling
mendukung satu sama lain. Lembaga maju karena adanya dukungan dari masyarakat dan
masyarakat bisa maju karena adanya pendidikan yang memadai. Karena bagaimanapun
juga setiap peserta didik pasti akan terjun ke masyarakat.
Oleh sebab itulah, peran aktif masyarakat dalam memajukan pendidikan akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikanmasa depan. Dengan demikian, tujuan
nasional yaitu mencerdasakan kehidupan bangsa dan memeratakan pendidikan dengan
sistem Wajar (wajib belajar 9 Tahun) akan berhasil dan menghasilkan out put yang
bermutu dan siap terjun di masyarakat dengan berbagai tantangan yang ada di dalamnya.

4. A. Unsur-unsur Pendidikan
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran.
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan
pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Dalam bahasa Arab, peserta didik
dikenal dengan istilah tilmidz (sering digunakan untuk menunjukkan peserta didik
tingkat sekolah dasar) dan thalib al-‘alim (orang yang menuntut ilmu dan biasa
digunakan untuk tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah Lanjutan Pertama dan
Atas serta Perguruan Tinggi).[2]
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka perlu
bimbingan dan pengarahan yang konsisten dan berkesinambungan menuju kearah
titik optimal kemampuan fitrahnya. Peserta didik tidak hanya sebagai objek
(sasaran pendidikan) tetapi juga sebagai subjek pendidikan, diperlakukan dengan
cara melibatkan mereka dalam memecahkan maslah-masalah dalam proses
pembelajaran. Peserta didik juga dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan (ilmu), bimbingan dan pengarahan dari guru misalnya
serta orang yang memerlukan kawan tempat mereka berbagi rasa dan belajar
bersama.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan
kepada anak didik, dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk
Tuhan, makhluk sosial, dan sebagai individu atau pribadi. Pendidik dalam
pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya
bertanggungjawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang
menyerahkan tanggung jawab dan amanah pendidikan adalah agama, dan
wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara yang menerima tanggung
jawab dan amanah adalah orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan
sifat yang lekat pada setiap orang karena tanggung jawab atas pendidikan.
Secara formalnya yang menjadi pendidik itu adalah orang tua, guru-guru,
pemimpin-pemimpin masyarakat, ulama dan pemerintah sendiri. Disebut formal
karena namanya sudah menunjukkan fungsinya sebagai pendidikan. Adapun yang
dapat dimasukkan kedalam pendidik lainnya adalah orang dewasa. Disini akan
diberi penjelasan mengenai orang dewasa, orang tua, dan guru.
1. Orang dewasa
Pengertian orang dewasa ialah :
 Manusia yang memiliki pandangan hidup, prinsip hidup, pasti dan tetap.
 Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu,
termasuk cita-cita untuk mendidik.
 Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatanny
sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
 Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif
dan aktif penuh inisiatif
 Manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.
2. Orang tua
Orang tua dan juga keluarga adalah pendidik kodrat yang berlangsung selama
hidup yang didasarkan hubungan cinta kasih dan merupakan pendidik yang
pertama dan utama dalam memberikan pengaruh kepada kepribadian
anak. Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya berfungsi untuk
mempertanggung jawabkan, melindungi, mengasuh, mengasah dan
mengasihi.menjadi orang tua berarti ada kesediaan untuk melaksanakan fungsi
yang menjadi pelaksana dan pejaga amanah yang dipercayakan kepadanya,
yaitu :
 Fungsi pengemban amanah dari tuhan, karena anak dianugrahkan oleh
Tuhan bukan untuk disia-siakan dan diperlakukan semaunya.
 Fungsi sosial, maksudnya menjadi orang tua itu juga mengemban amanah
dari masyarakat, bahwa anak itu diharapkan oleh masyarakat dapat
tumbuh menjadi kekayaan masyarakat.
 Fungsi ekonomis, maksudnya orang tua dipercayakan untuk membina
anak-anaknya sebagai tenaga kerja yang produktif yang akan
menghasilkan secara ekonomis.[7]
3. Guru
Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal sekolah, yang
secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk
memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dalam
lembaga pendidikan formal sekolah.
Ciri-Ciri guru yang baik :
 Dapat memahami dan menghormati murid.
 Harus mengerti dan memahami bahan pelajaran yang diberikannya.
 Dapat menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
 Dapat menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan murid.
 Dapat menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
 Mempunyai tujuan tertentu pada setiap pelajaran yang diberikan.
 Tidak terikat oleh satu buku pelajaran.
 Tidak hanya mengajar dalam arti meyampaikan pengetahuan atau kata-
kata saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi
murid.
Peranan Pendidik :
Siapa saja yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kelebihan-
kelebihan dari segi kepribadian. Dalam tugasnya harus banyak yang dikerjakan,
ada kalanya dia harus menunjukkan kewibawaannya, ia perlu menyatakan
kebijaksanaannya dengan membiarkan anak memperhatikan kepribadiannya.
Sebab seorang pendidik bukan hanya menyajikan bahan-bahan pendidikan
semata-mata tetapi sekaligus menyajikan kepribadiaannya kepada anak didik.
Tindakan dan perbuatannya akan menyerapkan kepada pribadi anak didik,
misalnya keyakinan dan kepercayaannya, pandangan tentang hal-hal yang baik
dan buruk, reaksinya terhadap apa yang dilakukan anak didik, keputusannya dan
lain-lain.
Kriteria Seorang Pendidik :
 Mempunyai bakat dan keinginan untuk menjadi pendidik.
 Mempunyai sifat-sifat kepribadian yang baik menurut nilai-nilai moral.
 Peramah, periang, memiliki perasaan luhur dan optimis.
 Pribadinya terbuka, mudah berteman dengan siapa saja.
 Memiliki kesenangan bergaul dan mencintai anak-anak.
 Cepat mengambil keputusan dan bijaksana, pandangannya tajam dan kreatif.
 Lincah gerak geriknya, gagah dan rapi serta menyenangi kesederhanaan.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan
pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan
manipulasi, isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
3 hal yang membedakan peranan guru dan murid :
1. Tingkat kesukarelaan.
Dreeben (1973) menyatakan bahwa guru bekerja disekolah karena di gaji,
sedangkan murid masuk sekolah karena kewajiban belajarnya.
2. Tingkat keaktifan vs kepasifan
Peranan murid ang baik, lebih banyak menuntut kepatuhan dan kesabaran
daripada inisiatif dan tanggung jawab. Guru memonopoli peranan aktif dan
membiarkan muridnya bersabar terhadap tindakan guru sebagai agen. “Moore,
1969 : 586).
3. Kekuasaan atau wewenang
Guru adalah atasannya murid. Hubungan antara guru dan murid memadukan 2
populasi yang tidak sederajat kebudayaannya, guru diilhmi dengan peradaban,
sedangkan murid merupakan orang yang diberi peradaban. Guru dan murid
saling berhadapan antara yang satu dengan yang lain dengan sikap yang
menimbulkan pertentangan. Murid dianggap sebagai bahan yang oleh guru
diharapkan bisa memberikan hasil otoritas berada di pihak guru. Guru
senatiasa di pihak yang menang.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)


Tujuan pendidikan tidak semudah menentukan tujuan suatu perjalanan. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan
bila ia tidak mengetahui dengan jelas apa itu tujuan ?, atau kemana ia membawa
anak didiknya ?.
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum seperti menjadi manusia yang
baik, bertanggung jawab, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengabdi
kepada masyarakat dan sebagainya.
Herbert Spencer (1860) menganalisis tujuan pendidikan dalam 5 bagian yaitu :
 Kegiatan demi kelangsungan hidup.
 Usaha mencari nafkah.
 Pendidikan anak.
 Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan Negara.
 Penggunaan waktu senggang.
Tujuan umum biasanya sangat indah dan muluk kedengarannya, tetapi akan
menemui kesukaran bila hendak diwujudkan karena menimbulka tafsiran yang
aneka ragam. Misalnya tujuan “agar anak dapat menyesuaikan diri dengan
kehidupan dalam masyarakat”. Tujuan itu harus jelas, dan tujuan yang jelas ialah
tujuan yang spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur.
Tujuan akhir pendidikan adalah pembinaan pembelajaran. Dengan demikian
menurut Kohnstamm tujuan pendidikan ialah manusia dewasa yang telah memiliki
pengetahuan yang akan menjadi sumber tingkah laku perbuatannya yang bernilai
kesusialaan dan yang akan dipertanggung jawabkan sendiri. Tujuan umum
pendidikan dan pengajaran di Indonesia yaitu membentuk manusia yang cakap
serta warga Negara yang demokratis, yang bertanggung jawab atas kesejahteran di
masyarakat dan tanah air.

5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)


Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pendidikan keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang
materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi
tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran
dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang
ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya
indikator. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta
didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.:
 Fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama
nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan sebagainya.
 Konsep; adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa
timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus,
hakikat, inti /isi dan sebagainya.
 Prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan
antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
 Prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
 Sikap atau Nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran,
kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja.
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran :
1. Relevansi atau kesesuaian.
2. Konsistensi atau keajegan.
3. Adequacy atau kecukupan.
Sumber materi pendidikan :
 Buku
 Laporan hasil penelitian.
 Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah).
 Majalah ilmiah.
 Kajian pakar bidang studi.
 Karya professional.
 Buku kurikulum.
 Terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
 Situs-situs internet.
 Multimedia (TV, video, VCD, kaset audio, dsb).
 Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industry, ekonomi).
 Narasumber (orang/manusia).

6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)


1. Alat-alat
Alat-alat pendidikan adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya
pendidikan didalam mencapai tujuannya baik berupa benda atau bukan benda.
Alat pendidikan dapat dikategorikan kedalam 2 kelompok, yaitu :
a. Alat Sebagai Perlengkapan
Alat sebagai perlengkapan ialah alat yang berwujud benda-benda yang nyata
atau kongkret yang dipentingkan dalam pelaksanaan pendidikan. Perlengkapan
ini antara lain :
Buku Teks
Peranan buku-buku teks dalam kepentingan pendidikan sangat besar sekali,
sebab anak-anak bukan hanya dapat mereproduksi ingatan sebagaimana terdapat
dalam bentuk penyampaian secara lisan, tetapi dengan membaca buku-buku teks
ini memerlukan kecakapan, menarik kesimpulan sendiri dari fakta-fakta yang
diteliti, membanding-bandingkan dan menilai isi secara kritis. Buku-buku teks
merupakan alat sebagai penjelas bagi pendidik, karena itu harus benar-benar
buku yang terpilih sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan.
Perpustakaan
Salah satu jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan terhadap buku baik dari anak
yang sedang menuntut ilmu maupun dari siapa saja yang ingin meningkatkan
perbendaharaan ilmu pengetahuannya maka perlulah didirikan perpustakaan.
Adapun bentuk perpustakaan ada yang bersifat umum (perpustakaan umum atau
perpustakaan keliling) dan ada yang bersifat khusus (perpustakaan pribadi,
perpustakaan sekolah).
b. Alat Peraga dalam Pendidikan (Audiovisual Aids)
Alat-alat peraga yaitu alat-alat pelajaran secara pengindraan yang tampak dan
dapat diamati. Berapa macam alat peraga :
Auditio Aids : type recorder, radio, televisi, film bicara, alat-alat musik,
mikrofon, dan lain-lain.
Visual Aids : papan tulis, gambar-gambar dan poster, peta dan globe, tamasya
atau darmawisata, gambar film, dan lain-lain.
2. Metode
Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang dilandasi oleh teori :
belajar, psikologi, filsafat, sosial dan komunikasi yang membutuhkan prosedur
yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode yang dilakukan pendidik antara lain memanfaatkan perilaku peserta
didik dalam pengorganisasian belajar. Strategi lainnya dapat juga dilakukan
dengan cara peserta didik secara alami bermain secara berpasangan atau
berkelompok, sehingga perilaku peserta didik tersebut dapat dimanfaatkan
pendidik dalam pengorganisasian pembelajaran di kelas dengan suasana aktif,
kreatif, efektif, menarik dan menyenangkan.
a. Metode Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran, guru harus
menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis penuh aktifitas, sehingga
peserta didik aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasannya. Belajar merupakan proses aktif dari peserta didik dalam membangn
pengetahuan dan keterampilannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru agar
peserta didik aktif yaitu peserta didik diberi tugas mengamati, membandingkan,
menggambar, dan mendeskripsikan berbagai objek. Dalam hal ini, pendidik
mengamati aktivitas peserta didik, kemudian peserta didik diminta untuk
mempresentasikan hasilnya baik kelompok maupun individu.
b. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif dimaksudkan bahwa proses pembelajaran yang
dilaksanakan harus mampu menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu
membuat media belajar yang sederhana yang memudahkan pemahaman peserta
didik. Kegiatan pembelajaran harus dirancang oleh guru menjadi lahan yang
subur bagi berkembangnya sikap berfikir kritis dan berimajinasi sehingga anak
menjadi lebih kreatif. Peserta didik perlu dibekali kemampuan berfikir kritis
dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan
alternative pemecahan masalah.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif membawa pengaruh dan makna tertentu bagi peserta
didik. Artinya pembelajaran yang efektif dan bermakna menunjukkan bahwa
selama pembelajaran berlangsung dapat mewujudkan keterampilan yaitu peserta
didik menguasai kompetensi tentang keterampilan yang diharapkan. Jadi dalam
belajar yang efektif dan bermakna, informasi baru diasimilasikan pada sumber-
sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif (Dahar, 1996 : 112).
Dengan demikian strategi yang dilakukan mampu mendorong anak yang
memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya
yang lemah (tutor sebaya).
d. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
menyenangkan dan nyaman. Peserta didik tidak merasa takut dan tertekan serta
berani mencoba. Pendidik menghindari cara-cara intimidasi dalam mengajar,
tetapi mengedepankan cara-cara yang persuasive dan senantiasa member
penguatan dengan benar seperti pemberian pujian. Agar mendapat penghargaan
dari pendidik maupun teman-temannya maka hasil pekerjaan peserta didik
sebaiknya di pajang di dinding kelas. Hal ini dapat memotivasi peserta didik
untuk menampilkan yang terbaik sehingga menimbulkan inspirasi bagi peserta
didik yang lain.

7. Tempat dimana peristiwa berlangsung (lingkungan pendidikan)


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak baik berupa
benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat
terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan
dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan di mana anak-anak
bergaul sehari-harinya. Bila kita teliti mulai dari masyarakat dan kebudayaan
yang sederhana, maka lembaga-lembaga pendidikan meliputi :
 Keluarga/Informal
 Sekolah/Formal
 Masyarakat/Non Formal
Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tripusat
pendidikan. Artinya, tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu
mengemban tanggung jawab pendidikan bagi generasi muda.(Dewantara, 1962).
1. Lembaga pendidikan keluarga
Pendidikan keluarga adalah yang terdapat didalam rumah tangga yang
diberikan oleh kedua orang tua sianak yang merupakan pendidikan pertama
dan utama bagi anak, yang terbentuk berdasarkan kodrat dan secara suka
rela, karena anak dilahirkan dari perkawinan yang sah dari sepasang suami
isteri. Keluarga adalah inti masyarakat. Disinilah anak didik mulai
mengenali kehidupan dan pendidikan. Keadaan anak didik sebelum lahir
telah ditentukan oleh faktor-faktor keturunan atau warisan yang didukung
oleh keluarganya, mengenai kejasmanian dan kerohaniannya,
Fungsi keluarga yang mesti dipahami oleh setiap anggota keluarga dapat
diperincikan sebagai berikut :
a. Fungsi ekonomis, keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri dan
didalamnya berisikan anggota-anggota keluarga yang mandiri dan ikut
mengkonsumsi barang-barang yang diproduksinya.
b.Fungsi sosial, keluarga memberikan prestise dan status kepada anggota-
anggotanya.
c.Fungsi edukatif, memberikan pendidikan kepada anak didik dan remaja
yang menjadi tanggung jawab para orang tua.
d. Fungsi protektif, keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman
fisik, ekonomis dan psiko-sosial.
e. Fungsi religious, keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada
anggota-anggotanya.
f. Fungsi afektif, keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan
keturunan
Hal-hal Penting Diperhatikan Dalam Keluarga
 Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga.
 Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan
tugas kewajiban masing-masing.
 Orang tua dan orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah
mengetahui tabiat dan watak anak-anak.
 Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa
anak-anak
 Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya diluar
lingkungan sekolah.
2. Lembaga Pendidikan Sekolah
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari
pemikiran kegunaannya untuk pemberian pendidikan kepada masyarakat.
Pendidikan formal disekolah merupakan lanjutan atau pengembangan dari
pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya
dalam keluarga, hal tersebut timbul karena beberapa faktor antara lain:
 Karena keterbatasan pengetahuan orang tua, karena tidak semua orang
tua memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh anak-anaknya.
 Karena kesempatan waktu, karena kesibukan orang tua dengan tanggung
jawabnya yang besar dan banyak, mungkin kesempatan waktu sangat
tidak memungkinkan walaupun pengetahuan orang tuanya memadai.
 Faktor perkembangan anak, yaitu sudah masanya anak harus
mendapatkan pendidikan dan pengajaran disekolah, karena pertumbuhan
dan perkembangan secara jasmani, emosi, dan fikirannya sudah matang
untuk menerima semua itu dan sudah ada kesediaan melakukan tugas
yang diberikan oleh guru.
 Faktor lingkungan yaitu karena kemajuan zaman, orang tua tidak
mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda
terhadap perkembangan teknologi yang mengalami kemajuan begitu
pesat.
Tidak semua tugas pendidikan dapat dilaksanakan oleh orang tua, terutama
dalam memberi ilmu pengetahuan dan dengan berbagai macam keterampilan.
Oleh karena itu dimasukkan anak ke sekolah.[22]
Sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan adalah:
 Sekolah membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik.
 Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan dirumah.
 Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang
sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
 Disekolah diberikan pelajaran estetika, keagamaan, etika, membedakan
benar atau salah dan sebagainya.[23]
3. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan pendidikan non formal yang memberikan
pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi
tidak sistematis. Masyarakat ikut mempengaruhi terbentuknya sikap sosial
para anggotanya, melalui pengalaman berulang kali dengan mengalami yang
beraneka ragam itu maka, sikap sosial anggotanyapun beraneka ragam pula.
Pendidikan dalam masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
terhadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi yang diletakkan dasar-
dasarnya oleh keluarga dan sekolah sebelum mereka masuk kedalam
masyarakat.
Fungsi masyarakat :
 Mengawasi jalannya nilai-nilai sosio-budaya bangsa.
 Menyalurkan aspirasi masyarakat.
 Membantu dan meningkatkan kualitas keluarga.

B. Jenis pergaulan berdasarkan pelakunya


Pergaulan individual adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu
Pergaulan kelompok adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan kelompok
Pergaulan campuran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu, proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan
kelompok, atau proses interaksi yang dilakukan oleh kelompok dengan
kelompok.
Pembahasan
Definisi pergaulan menurut para ahli :
Aristoteles: manusia merupakan makhluk yang tak dapat dilepaskan dari
kehidupan sosial, artinya manusia merupakan makhluk yang saling
berhubungna dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.
Ghozally 2007: pergaulan merupakan suatu hubungan yang dijalin antar
individu yang meliputi perasaan, tingkah laku, serta jati diri yang ada
didalamnya.
Basrowi 2005: pergaulan tidak dapat dilepaskan dari interaksi yaitu hubungan
yang dinamis antar individu dengan individu lainnya, individu dengan
kelompok serta kelompok dengan kelompok lainnya.
Penyebab pergaulan bebas yaitu:
Kurangnya pengawasan dari orang tua Kesenjangan dalam masyarakat yaitu
anak yang merasa orang tuanya ketinggalan jaman.
Kurangnya kepedulian orang tua terhadap pergaulan muda-mudi.
Kurangnya pendidikan agama. Iman yang tidak kuat.
Pengaruh globalisasi.
Hal-hal negatif yang bisa ditimbulkan akibat pergaulan bebas :
Meningkatkan sifat konsumenrisme yaitu para pelaku akan lebih banyak
meluangkan waktu untuk hura-hura, berkumpul di diskotik bersama anggota
geng, saling pamer handphone baru, dll.
Terjadinya tindakan yang melanggar norma agama dan masyarakat, seperti
melakukan hubungan suami istri pranikah, pemakaian obat-obatan terlarang,
mabuk-mabukan, dll.
Munculnya sikap yang lebih mengutamakan kepentingan dunia dibandingkan
akhirat.
Hamil diluar nikah, timbulnya penyakit-penyakit yang berbahaya seperti HIV
yang meupakan akibat dari seks bebas.

Anda mungkin juga menyukai