2. Pendidikan dalam bentuk formal adalah pengajaran, yakni proses transfer pengetahuan
atau usaha mengembangkan dan mengeluarkan potensi intelektualitas dari dalam diri
manusia. Intelektualitas dan pengetahuan itupun belum sepenuhnya mewakili diri dalam
diri manusia. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge
atau peralihan ilmu pengetahuan semata, akan tetapi dengan adanya pendidikan
diharapkan peserta didik mampu mengetahui dan memahami eksistensi dan potensi yang
mereka miliki.
Disinilah akhir dari tujuan pendidikan, yakni melakukan proses humanisa
(memanusiakan manusia) yang berujung pada proses pembebasan. Hal ini berangkat dari
asumsi bahwa manusia dalam sistim dan struktur sosial mengalami dehumanisasi karena
eksploitasi kelas, dominasi gender maupun hegemoni budaya lain. Oleh karena itu,
pendidikan merupakan sarana untuk memproduksi kesadaran dalam mengembalikan
kemanusian manusia, dan dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk membangkitkan
kesadaran krisis sebagai prasyarat upaya untuk pmbebasan. Jadi yang dimaksudkan
bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia adalah pendidikan
mengantarkan peserta didik menuju kematangan dan kedewasaan rohani dan jasmani
sehingga peserta didik dapat menjadi manusia yang benar-benar sempurna (manusia
seutuhya) baik dari aspek kecerdasan, emosional, spiritual, sikap dan sebagainya.
Dari beberapa uraian tesebut diatas, jelas terlihat bahwa pada hakekatnya hubungan
antara lembaga pendidikan dan masyarakat sangatlah bersifat korelatif, saling
mendukung satu sama lain. Lembaga maju karena adanya dukungan dari masyarakat dan
masyarakat bisa maju karena adanya pendidikan yang memadai. Karena bagaimanapun
juga setiap peserta didik pasti akan terjun ke masyarakat.
Oleh sebab itulah, peran aktif masyarakat dalam memajukan pendidikan akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikanmasa depan. Dengan demikian, tujuan
nasional yaitu mencerdasakan kehidupan bangsa dan memeratakan pendidikan dengan
sistem Wajar (wajib belajar 9 Tahun) akan berhasil dan menghasilkan out put yang
bermutu dan siap terjun di masyarakat dengan berbagai tantangan yang ada di dalamnya.
4. A. Unsur-unsur Pendidikan
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran.
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan
pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Dalam bahasa Arab, peserta didik
dikenal dengan istilah tilmidz (sering digunakan untuk menunjukkan peserta didik
tingkat sekolah dasar) dan thalib al-‘alim (orang yang menuntut ilmu dan biasa
digunakan untuk tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah Lanjutan Pertama dan
Atas serta Perguruan Tinggi).[2]
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka perlu
bimbingan dan pengarahan yang konsisten dan berkesinambungan menuju kearah
titik optimal kemampuan fitrahnya. Peserta didik tidak hanya sebagai objek
(sasaran pendidikan) tetapi juga sebagai subjek pendidikan, diperlakukan dengan
cara melibatkan mereka dalam memecahkan maslah-masalah dalam proses
pembelajaran. Peserta didik juga dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan (ilmu), bimbingan dan pengarahan dari guru misalnya
serta orang yang memerlukan kawan tempat mereka berbagi rasa dan belajar
bersama.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan
kepada anak didik, dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk
Tuhan, makhluk sosial, dan sebagai individu atau pribadi. Pendidik dalam
pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya
bertanggungjawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang
menyerahkan tanggung jawab dan amanah pendidikan adalah agama, dan
wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara yang menerima tanggung
jawab dan amanah adalah orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan
sifat yang lekat pada setiap orang karena tanggung jawab atas pendidikan.
Secara formalnya yang menjadi pendidik itu adalah orang tua, guru-guru,
pemimpin-pemimpin masyarakat, ulama dan pemerintah sendiri. Disebut formal
karena namanya sudah menunjukkan fungsinya sebagai pendidikan. Adapun yang
dapat dimasukkan kedalam pendidik lainnya adalah orang dewasa. Disini akan
diberi penjelasan mengenai orang dewasa, orang tua, dan guru.
1. Orang dewasa
Pengertian orang dewasa ialah :
Manusia yang memiliki pandangan hidup, prinsip hidup, pasti dan tetap.
Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu,
termasuk cita-cita untuk mendidik.
Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatanny
sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif
dan aktif penuh inisiatif
Manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.
2. Orang tua
Orang tua dan juga keluarga adalah pendidik kodrat yang berlangsung selama
hidup yang didasarkan hubungan cinta kasih dan merupakan pendidik yang
pertama dan utama dalam memberikan pengaruh kepada kepribadian
anak. Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya berfungsi untuk
mempertanggung jawabkan, melindungi, mengasuh, mengasah dan
mengasihi.menjadi orang tua berarti ada kesediaan untuk melaksanakan fungsi
yang menjadi pelaksana dan pejaga amanah yang dipercayakan kepadanya,
yaitu :
Fungsi pengemban amanah dari tuhan, karena anak dianugrahkan oleh
Tuhan bukan untuk disia-siakan dan diperlakukan semaunya.
Fungsi sosial, maksudnya menjadi orang tua itu juga mengemban amanah
dari masyarakat, bahwa anak itu diharapkan oleh masyarakat dapat
tumbuh menjadi kekayaan masyarakat.
Fungsi ekonomis, maksudnya orang tua dipercayakan untuk membina
anak-anaknya sebagai tenaga kerja yang produktif yang akan
menghasilkan secara ekonomis.[7]
3. Guru
Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal sekolah, yang
secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk
memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dalam
lembaga pendidikan formal sekolah.
Ciri-Ciri guru yang baik :
Dapat memahami dan menghormati murid.
Harus mengerti dan memahami bahan pelajaran yang diberikannya.
Dapat menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
Dapat menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan murid.
Dapat menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
Mempunyai tujuan tertentu pada setiap pelajaran yang diberikan.
Tidak terikat oleh satu buku pelajaran.
Tidak hanya mengajar dalam arti meyampaikan pengetahuan atau kata-
kata saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi
murid.
Peranan Pendidik :
Siapa saja yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kelebihan-
kelebihan dari segi kepribadian. Dalam tugasnya harus banyak yang dikerjakan,
ada kalanya dia harus menunjukkan kewibawaannya, ia perlu menyatakan
kebijaksanaannya dengan membiarkan anak memperhatikan kepribadiannya.
Sebab seorang pendidik bukan hanya menyajikan bahan-bahan pendidikan
semata-mata tetapi sekaligus menyajikan kepribadiaannya kepada anak didik.
Tindakan dan perbuatannya akan menyerapkan kepada pribadi anak didik,
misalnya keyakinan dan kepercayaannya, pandangan tentang hal-hal yang baik
dan buruk, reaksinya terhadap apa yang dilakukan anak didik, keputusannya dan
lain-lain.
Kriteria Seorang Pendidik :
Mempunyai bakat dan keinginan untuk menjadi pendidik.
Mempunyai sifat-sifat kepribadian yang baik menurut nilai-nilai moral.
Peramah, periang, memiliki perasaan luhur dan optimis.
Pribadinya terbuka, mudah berteman dengan siapa saja.
Memiliki kesenangan bergaul dan mencintai anak-anak.
Cepat mengambil keputusan dan bijaksana, pandangannya tajam dan kreatif.
Lincah gerak geriknya, gagah dan rapi serta menyenangi kesederhanaan.