Dismenore merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat –alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapa menyebar ke daerah pinggang paha. Bersamaan dengan rasa ntyeri dapat pula dijumpai dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan sebagainya. (Wiknjosastro, 2009). Dismenore primer merupakan sebuah kondisi yang berhubungan dengan meningkatnya aktivitas uterus yang disebabkan karena meningkatnya produksi prostaglandin. (Loudermilk, 2012). Menurut word healty organizatio (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10 – 19 tahun. Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri remaja yang sangat penting. Diawali dengan matangnya organ – organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu bereproduksi. Pada masa remaja terdapat perubahan – perubahan yang terjadi seperti perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial, dimana kondisi tersebut dinamakan dengan masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja putri yaitu terjadinya menstruasi (Batu Bara,2012). Menurut data dari WHO angka di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap Negara mengalami dimenorea. Di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh disminorea. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorea, dan 10-15% diantanya mengalami dismenorea berat, yang menyebabkan meeka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi. Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam sebuah siklus menstruasi (Calis, 2011). Pasien melaporkan nyeri haid, dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri haid masih ringan. (Calis, 2011). Di Amerika Serikat hampir 90% wanita mengalami dismenore dan 10- 15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas pada hidup individu masing-masing. Bahkan di perkirakan pada perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap satu bulan akibat dismenore. Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari. (French dan Masiroh, 2009). Menurut data WHO di Indonesia,angka kejadian dismenore sebnayak 55% dikalangan usia produktif, dimana 15% mengalami aktifitas menjadi terbatas akibat dismenore. Dismenore pada saat menstrusasi mempunyai banyak libur sekolah atau absen dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah dibandingkan mereka yang tidak megalami dismenore. (Fahmi, 2014). Dismenore ini terjadi pada 30-75% wanita dan cenderung memerlukan pengobatan (Junizar, dkk 2007). Menurut data analisis dari The National Health Examination Survey terdapat 20-90% prevalensi wanita yang mnegeluh terjadinya dismenore, 15% diantaranya sudah sampai menyakibatkan dismenore berat dan terjadi pada wanita usia 12-17 tahun.Menurut Klein dan Litt didapatkan 59,7% dari 2699 wanita dilaporkan mengalami dismenore yang 14% diantaranya menyebabkan gangguan aktifitas seperti tidak masuk sekolah karena nyeri tersebut. Hasil survei sekolah khusus wanita yang berusia rata-rata 15,5 +_ 1,1 tahun, Kejsadian dismenore ringan ada 32% dismenore sedang 15% dan dismenore berat 16% (Ali, 2008). Status gizi merupakan salah satu faktor deari dismenore primer. Kelebihan berat badan dapat menyebabkan dsimenore primer, karena di dalam tubuh orang yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat menyebabkan hiperplasi pemulih darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak) padxa organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses mentrruasi terganggu dan timbul dismenore primer (Widjanarko, 2006). Untuk pertumbuhan yang normal, seseorang remaja putri memerlukan kecukupan nutrisi,energi,protein,lemak, dan suplai semua nutrien yang menjadi basis perumbuhan.Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi yang berasasl dari hewan menyebabkan pertumbuhan berat badan 5 remaja putri,sehikngga kadar estrogen meningkat. Kadar hormon yang meningkat ini mempengaruhi usia menarche. Usia menarche yang cepat adalah < 12 tahun yang menjadi faktof risiko terjadinya dismenore primer (Danielle, 2011). Menurut Journal Pediomaternal tahun 2013, di Afrika 85,4% remaja putri mengalami dismenore primer. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gagua et Al (2012 di German, bahwa 52,07% remaja putri mengalami dismenore primer. Menurut Journal Occupational And Enviromental tahun 2010 di Indonesia angka kejadian dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismneore sekunder. Sedangkan di daerah Jakarta terdapat 83,5% yang mengalami dismenore. Biasanya gejala dismenore primer terjadi padad usia produktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama dan wanita yang belum pernah hamil (Calis AK, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas kompres hangat, abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Lenteng Agung, Jakarta Selatan tahun 2019.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas sebesar 60% responden mengalami desmenore dengan tingkatan nyeri yang berbeda – beda responden dengan desmenore yang merasakan nyeri ringan sebesar 57,7%, nyeri sedang 38% dan nyeri berat sebesar 3,8 %, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas kompres hangat, abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Lenteng Agung, Jakarta Selatan tahun 2019
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara efektivitas kompres hangat dan abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019 ? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum untuk mengetahui hubungan antara efektivitas kompres hangat dan abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui efektivitas kompres hangat, abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019. 2. Mengetahui efektivitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta 2019. 3. Mengetahui efektivitas abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk memberikan kesempatan yang lebih pada peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,menganalisis dan menginformasikan data yang diperoleh. 2. Sebagai bahan tambahan refrensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut. 1.5.2 Manfaat Metodologi Penelitian ini tidak menghasilkan metodologi baru. 1.5.3 Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, dalam kehidupan sehari – hari. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini membahas tentang efektivitas kompres hangat, abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019 karena masih banyak remaja yang mengalami rasa nyeri pada saat menstruasi. Penelitian ini dilakukan di SMK Wijaya Kusuma pada bulan November 2019 yang berjumlah 30 siswi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dan eksperimental research dengan design penelitian pre eksperimental one-shut case study, pengumpulan data melalui perlakuan atau treatmen yang selanjutnya diobservasi hasilnya.