Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dismenore merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
pada alat –alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-
jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapa menyebar ke
daerah pinggang paha. Bersamaan dengan rasa ntyeri dapat pula dijumpai
dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan sebagainya.
(Wiknjosastro, 2009).
Dismenore primer merupakan sebuah kondisi yang berhubungan
dengan meningkatnya aktivitas uterus yang disebabkan karena
meningkatnya produksi prostaglandin. (Loudermilk, 2012).
Menurut word healty organizatio (WHO), remaja adalah penduduk
dalam rentan usia 10 – 19 tahun. Masa remaja merupakan masa
perkembangan pada diri remaja yang sangat penting. Diawali dengan
matangnya organ – organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu
bereproduksi. Pada masa remaja terdapat perubahan – perubahan yang
terjadi seperti perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial,
dimana kondisi tersebut dinamakan dengan masa pubertas. Salah satu
tanda pubertas pada remaja putri yaitu terjadinya menstruasi (Batu
Bara,2012).
Menurut data dari WHO angka di dunia sangat besar, rata-rata
lebih dari 50% perempuan disetiap Negara mengalami dimenorea. Di
Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55%
perempuan produktif yang tersiksa oleh disminorea. Di Amerika Serikat
diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorea, dan 10-15%
diantanya mengalami dismenorea berat, yang menyebabkan meeka tidak
mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And
Environmental Medicine, 2008). Prevalensinya sangat bervariasi.
Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenorea di
dunia cukup tinggi. Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia
menderita dismenore dalam sebuah siklus menstruasi (Calis, 2011). Pasien
melaporkan nyeri haid, dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah,
37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri haid masih ringan. (Calis, 2011).
Di Amerika Serikat hampir 90% wanita mengalami dismenore dan 10-
15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka
tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan
kualitas pada hidup individu masing-masing. Bahkan di perkirakan pada
perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap satu bulan
akibat dismenore. Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering
tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari. (French
dan Masiroh, 2009). Menurut data WHO di Indonesia,angka kejadian
dismenore sebnayak 55% dikalangan usia produktif, dimana 15%
mengalami aktifitas menjadi terbatas akibat dismenore. Dismenore pada
saat menstrusasi mempunyai banyak libur sekolah atau absen dan
prestasinya kurang begitu baik di sekolah dibandingkan mereka yang tidak
megalami dismenore. (Fahmi, 2014). Dismenore ini terjadi pada 30-75%
wanita dan cenderung memerlukan pengobatan (Junizar, dkk 2007).
Menurut data analisis dari The National Health Examination Survey
terdapat 20-90% prevalensi wanita yang mnegeluh terjadinya dismenore,
15% diantaranya sudah sampai menyakibatkan dismenore berat dan terjadi
pada wanita usia 12-17 tahun.Menurut Klein dan Litt didapatkan 59,7%
dari 2699 wanita dilaporkan mengalami dismenore yang 14% diantaranya
menyebabkan gangguan aktifitas seperti tidak masuk sekolah karena nyeri
tersebut. Hasil survei sekolah khusus wanita yang berusia rata-rata 15,5 +_
1,1 tahun, Kejsadian dismenore ringan ada 32% dismenore sedang 15%
dan dismenore berat 16% (Ali, 2008).
Status gizi merupakan salah satu faktor deari dismenore primer.
Kelebihan berat badan dapat menyebabkan dsimenore primer, karena di
dalam tubuh orang yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat
jaringan lemak yang berlebihan yang dapat menyebabkan hiperplasi
pemulih darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak) padxa
organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada
proses mentrruasi terganggu dan timbul dismenore primer (Widjanarko,
2006). Untuk pertumbuhan yang normal, seseorang remaja putri
memerlukan kecukupan nutrisi,energi,protein,lemak, dan suplai semua
nutrien yang menjadi basis perumbuhan.Makanan yang bergizi tinggi dan
berlemak tinggi yang berasasl dari hewan menyebabkan pertumbuhan
berat badan 5 remaja putri,sehikngga kadar estrogen meningkat. Kadar
hormon yang meningkat ini mempengaruhi usia menarche. Usia menarche
yang cepat adalah < 12 tahun yang menjadi faktof risiko terjadinya
dismenore primer (Danielle, 2011). Menurut Journal Pediomaternal tahun
2013, di Afrika 85,4% remaja putri mengalami dismenore primer. Sama
halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gagua et Al (2012 di
German, bahwa 52,07% remaja putri mengalami dismenore primer.
Menurut Journal Occupational And Enviromental tahun 2010 di
Indonesia angka kejadian dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer
dan 9,36% dismneore sekunder. Sedangkan di daerah Jakarta terdapat
83,5% yang mengalami dismenore. Biasanya gejala dismenore primer
terjadi padad usia produktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama dan
wanita yang belum pernah hamil (Calis AK, 2011). Berdasarkan latar
belakang diatas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian
mengenai efektivitas kompres hangat, abdominal streching terhadap
penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Lenteng
Agung, Jakarta Selatan tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas sebesar 60% responden
mengalami desmenore dengan tingkatan nyeri yang berbeda – beda
responden dengan desmenore yang merasakan nyeri ringan sebesar 57,7%,
nyeri sedang 38% dan nyeri berat sebesar 3,8 %, sehingga peneliti tertarik
untuk meneliti efektivitas kompres hangat, abdominal streching terhadap
penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Lenteng
Agung, Jakarta Selatan tahun 2019

1.3 Pertanyaan Penelitian


Apakah ada hubungan antara efektivitas kompres hangat dan
abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di
SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019 ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
untuk mengetahui hubungan antara efektivitas kompres hangat dan
abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di
SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui efektivitas kompres hangat, abdominal streching
terhadap penurunan nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya
Kusuma Jakarta tahun 2019.
2. Mengetahui efektivitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri
haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta 2019.
3. Mengetahui efektivitas abdominal streching terhadap penurunan
nyeri haid pada remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun
2019.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan kesempatan yang lebih pada peneliti dalam
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,menganalisis dan
menginformasikan data yang diperoleh.
2. Sebagai bahan tambahan refrensi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5.2 Manfaat Metodologi
Penelitian ini tidak menghasilkan metodologi baru.
1.5.3 Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat diterapkan dalam
kehidupan nyata, dalam kehidupan sehari – hari.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini membahas tentang efektivitas kompres
hangat, abdominal streching terhadap penurunan nyeri haid pada
remaja di SMK Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2019 karena masih
banyak remaja yang mengalami rasa nyeri pada saat menstruasi.
Penelitian ini dilakukan di SMK Wijaya Kusuma pada bulan
November 2019 yang berjumlah 30 siswi. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah kuantitatif dan eksperimental research dengan design
penelitian pre eksperimental one-shut case study, pengumpulan data
melalui perlakuan atau treatmen yang selanjutnya diobservasi hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai