Anda di halaman 1dari 17

KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

METODE PENILAIAN PEMELIHARAAN DRAINASE JALAN


UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR JALAN
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

(METHOD OF ASSESSMENT OF ROAD DRAINAGE MAINTENANCE


TO SUPPORT ROAD INFRASTRUCTURE
BASED ON INFORMATION TECHNOLOGY)
1Parbowo, 2Agus Setiawan Solihin, 3 Gugun Gunawan, 4Tri Cahyo
Pangestu

1Balai Litbang Sistem dan Teknik Lalu Lintas, Puslitbang Jalan dan Jembatan,
Badan Litbang, Kementerian PUPR,
Jl. A.H. Nasution No.264 Bandung
e-mail : parbowo@pusjatan.pu.go.id
2 Balai Litbang Sistem dan Teknik Lalu Lintas, Puslitbang Jalan dan Jembatan,
Badan Litbang, Kementerian PUPR,
Jl. A.H. Nasution No.264 Bandung
e-mail: agus.setiawan@pusjatan.pu.go.id
3Balai Litbang Sistem dan Teknik Lalu Lintas, Puslitbang Jalan dan Jembatan,
Badan Litbang, Kementerian PUPR,
Jl. A.H. Nasution No.264 Bandung
e-mail: gugun.gunawan@pusjatan.pu.go.id
4 Balai Litbang Sistem dan Teknik Lalu Lintas, Puslitbang Jalan dan Jembatan,
Badan Litbang, Kementerian PUPR,
Jl. A.H. Nasution No.264 Bandung
e-mail: tri.cahyo@pusjatan.pu.go.id
Abstrak
Secara teknis drainase jalan merupakan bangunan yang ditujukan untuk
melindungi konstruksi jalan dari limpasan air, baik untuk menampung dan mengalirkan
air hujan atau air yang ada di permukaan jalan, bahu jalan, danruang jalan lainnya
serta air dari drainase di bawah muka jalan, namun kondisi drainase umumnya rusak
dan tidak memenuhi standar, sehingga mempercepat umur teknis infrastruktur jalan.
Dengan demikian untuk menunjang umur teknis infrastruktur jalan diperlukan kegiatan
inventarisasi dan inspeksi drainase jalan dalam program pemeliharaan drainase jalan.
Kegiatan inventarisasi dan inspeksi untuk program penanganan ini dilakukan secara
cepat melalui sistem teknologi informasi digital menejemen data, sehingga fungsi
drainase sebagai bentuk kehadiran pemerintah dalam pelayanan publik kepada
masyarakat dapat terwujud. Tulisan ini bertujuan membahas kebijakan dan cara
penilaian inventarisasi dan inspeksi untuk program penanganan pemeliharaan drainase
yang digunakan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif, dimana analisis kualitatif
melalui kajian pustaka terkait legalitas hukum, serta wawancara dengan pemangku
kepentingan, dimana hasil kajian dan wawancara dianilisis secara deskriptif kualitatif,
dan untuk kuantitatif adalah dengan melakukan pengukuran dimensi drainase di
lapangan dan pengamatan visual terhadap kondisi fisik dan keberfungsian drainase
untuk dimasukkan dalam sistem informasi drainase jalan berbasis android dengan
platform ArcGIS yang menghasilkan basis data, yang selanjutnya dilakukan penilaian
melalui metode akumulasi bobot terkait aspek struktur dan fungsi drainase jalan. Dari
hasil analisis tersebut, maka selanjutnya dapat ditentukan program penanganan
pemeliharaan drainase tersebut.

Kata Kunci: Kebijakan, Drainase Jalan, Pelayanan Publik, Inventarisasi, dan Inspeksi.

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


1
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

Abstrak

Technically, road drainage is a building that is intended to protect road construction


from runoff, both to collect and drain rainwater or water that is on the surface of the
road, shoulder, and other road spaces and water from drainage under the road surface,
but the general drainage conditions damaged and does not meet standards, thus
accelerating the technical life of road infrastructure. Thus to support the technical life of
road infrastructure, for this purpose an inventory of drainage inspection and inspection
activities in the road drainage maintenance program is needed. Inventory and
inspection activities for this handling program are carried out quickly through a digital
information technology system of data management, so that the drainage function as a
form of government presence in public services to the public can be realized. This
paper aims to discuss the policies and ways of assessing inventory and inspection for
drainage management programs that are used with qualitative and quantitative
analysis, where qualitative analysis is through literature review related to legality, and
interviews with stakeholders, where the results of studies and interviews are analyzed
descriptively qualitatively, and for quantitative is to measure the dimensions of drainage
in the field and visual observations of the physical condition and functioning of the
drainage to be included in the Android-based road drainage information system with
the ArcGIS platform that generates a database, which is then assessed through the
method of accumulating weights related to aspects of the structure and function of
drainage Street. From the results of the analysis, then the drainage maintenance
handling program can then be determined.

Keywords: Policy, Drainage Road, Public Services, Inventory, and Inspection

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


2
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

I. PENDAHULUAN

Jalan bersama pelengkap dan perlengkapannya adalah sarana penting untuk


membuat konektivitas darat antar wilayah dalam menyatukan bagian dari daerah-daerah di
Negara Kesatuan Republik Indinesia (NKRI). Hal ini seperti tertuang dalam Undang Undang
nomor 38 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan,
bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan
dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan
pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional
untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang
dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.
Pemerintah melalui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berkewajiban
untuk memenuhi peranan jalan sebagaimana mestinya, sehingga pemerintah mempunyai
hak dan kewajiban sebagai bentuk pelayanan publik melalui penyelenggaraan jalan.
Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan jalan, sehingga Menteri sebagai salah satu unsur
pemerintah pusat perlu untuk menyusun kebijakan berupa peraturan yang dapat digunakan
untuk semua jalan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam
penyelenggaraan jalan, baik jalan nasional, provinsi, serta kabupaten/ kota.
Pada jalan sering ditemukan permasalahan terkait genangan air atau banjir dan
kerusakan struktur badan jalan akibat fungsi sistem drainase yang tidak optimal. Menurut
Agus T.M (2018) bahwa sistem drainase jalan yang tidak baik memberikan kontribusi
terhadap kerusakan jalan mencapai 44%, disamping akibat konstruksi tidak memenuhi
standar 44% dan kelebihan muatan 12%. Untuk itu perlu dikaji penanganan pemeliharaan
drainase, agar tercapai umur teknis jalan sesuai dengan perencanaannya. Dengan umur
teknis jalan sesusi dengan perencanaannya, maka jalan akan terkoneksi dengan baik, yang
akan meningkatkan perkembangan wilayah, seperti terhubungnya suatu wilayah dengan
wilayah lainnya, sehingga arus lalu lintas orang, barang dan jasa menjadi lancer, aman,
nyaman dan ekonomis.
Drainase, yaitu mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air
(Suripin, 2004). Suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut. (Suhardjono, 1984). Drainase juga dapat dikatakan adalah setiap usaha
pengeringan atau pembuangan kelebihan air di suatu daerah, baik air permukaan maupun
air di bawah permukaan tanah, pembuangannya dapat ke badan air alami (sungai, danau)
atau buatan (saluran, bangunan peresapan) dan dapat dilakukan dengan cara alami (sistem
gravitasi), cara mekanis (dengan pompa) atau kombinasi keduanya (Dirjen Bina Marga,
2005). Dengan demikian drainase jalan adalah saluran air hujan dan air kotor yang
berhubungan dengan fungsi jalan, baik di permukaan dan bawah permukaan jalan pada
ruang manfaat jalan sampai ruang pengawasan jalan dalam usaha selain untuk
mengeringkan dan mengalirkan air ke badan air alami maupun buatan, yang dilakukan
secara alami (dengan gravitasi) maupun buatan (dengan pompa), juga untuk menjaga
konstruksi jalan. Jadi drainase jalan sebagai bagian dari jalan yang sangat diperlukan untuk
fungsi jalan, karena diantaranya dapat mempertahankan kekuatan struktur jalan dari
ancaman air di badan jalan dan di sekitar jalan.
Dengan demikian drainase jalan, sebagai saluran tepi jalan merupakan bangunan
pelengkap jalan yang mendukung fungsi dan keamanan konstruksi jalan (Permen PU No. 13
tahun 2011 dan Permen PU No.11 tahun 2010). Saluran tepi jalan merupakan bangunan
pelengkap jalan yang berfungsi sebagai pendukung konstruksi jalan (Permen PU No.19
tahun 2011). Berdasarkan ketiga Peraturan Menteri tersebut sudah mengisyaratkan bahwa
saluran tepi jalan (drainase jalan) memang wajib keberadaannya dan wajib pula untuk
dikelola, karena membantu jalan agar mampu memenuhi pelayanan mengalirkan lalu lintas

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


3
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

sesuai dengan umur rencananya. Drainase yang berfungsi dengan baik akan mampu
mengalirkan air limpasan dengan debit yang direncanakan dan menghindari adanya
genangan yang berpotensi untuk merusak konstruksi jalan. Jalan menjadi perhatian serius
penyelenggara jalan yang dihadapkan pada target pelayanan jalan yang tidak terputus dalam
berbagai kondisi serta menjadikan konstruksi jalan yang andal, sehingga dengan jalan yang
andal, maka efisiensi dalam pembangunan jalan dapat dicapai. Kedepan diperlukan
program pemeliharaan drainase jalan menyeluruh untuk mencapai kondisi baik, dimana
sekarang juga pengertian sistem drainase telah mengalami perubahan paradigma dari
konsep sistem drainase konvensional menjadi konsep sistem drainase berkelanjutan.
Pengertian sistem drainase konvensional (lama) menurut Suripin (2015), adalah mengalirkan
air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air
terdekat, sehingga sifat penanganan masih bersifat teknis belum mempertimbangkan faktor
lingkungan (konservasi), sosial-ekonomi dan budaya, serta kesehatan lingkungan. Adapun
pengertian sistem drainase berkelanjutan (SUDS) adalah mengendalikan kelebihan air
permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan aquatik
dengan meresapkan air permukaan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah
(mempertimbangkan konservasi air). Selama ini kegiatan pemeliharaan drainase jalan belum
dilaksanakan dengan baik (tepat mutu dan tepat anggaran) baik di tingkat pusat (Bina Marga
PUPR) maupun daerah (Dinas Propinsi, Kota/Kab, dimana sebagian besar disebabkan tidak
adanya sistem penilaian untuk melihat kondisi, penyampaian informasi, program
penanganan, sehingga berakibat kurangnya penganggaran untuk pemeliharaan karena lebih
fokus untuk kemantapan jalan, atau disebabkan kurangnya anggaran untuk pemeliharaan
dikarenakan anggaran yang diajukan tidak secara rinci sesuai kebutuhan.

Dengan melihat kepada kepentingan fungsi drainase pada jalan, maka pemerintah
sebagai bentuk pelayanan publik telah melihat sangatlah penting mengenai drainase,
dimana telah keluar Peraturan Pemerintah (PP) nomor 34 tahun 2006 sebagai turunan dari
dari Undang Undang nomor 38 tahun 2004, namun yang didalamnya yang dinyatakan baru
sebagian dari sistem drainase yaitu sebagai saluran tepi jalan, dan gorong-gorong, yang
merupakan bagian dari ruang manfaat jalan (rumaja adalah ruang yang hanya diperuntukkan
bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng,
ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan
pelengkap lainnya). Kebijakan pemerintah lainnya yang membahas pengaliran air limpasan
di jalan juga dapat dilihat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor
20/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan
bahwa saluran tepi jalan (sebagai bagian dari sistem drainase) adalah salah satu bagian
dari ruang manfaat jalan (rumaja) yaitu ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi
dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan dan digunakan untuk
badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Dalam kebijakan pemerintah ini
pula baru dijelaskan menyangkut saluran tepi jalan, belum seluruh bagian-bagian drainase
jalan. Namun pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 19/PRT/M/2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan telah mulai tercantum
bagian-bagian drainase yang dapat dilihat pada pasal 15 bahwa pembangunan pelengkap
jalan yang berfungsi sebagai jalur lalu lintas yang meliputi lintas atas, lintas bawah, jalan
layang, dan terowongan harus dilengkapi dengan sistem drainase. Untuk bangunan
pelengkap jalan untuk konstruksi yang tercantum pada pasal 21 melingkupi saluran tepi jalan
dan gorong-gorong. Dimana saluran tepi jalan merupakan saluran untuk menampung dan
mengalirkan air hujan atau air yang ada di permukaan jalan, bahu jalan, dan jalur lainnya
serta air dari drainase di bawah muka jalan, di sepanjang koridor jalan. Adapun gorong-
gorong adalah merupakan saluran air di bawah permukaan jalan berfungsi mengalirkan air
dengan cara memotong badan jalan secara melintang. Dalam peraturan menteri ini juga
belum mencakup semua bagian drainase yang akan mempengaruhi konstruksi jalan, karena
sistem drainase yang akan mempengaruhi konstruksi jalan meliputi banyak bagian, yaitu

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


4
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

saluran tepi/ samping jalan, gorong-gorong, inlet, outlet, bak kontrol, subdrain, LID, polder,
termasuk saluran permukaan lereng jalan.

Peraturan lainnya yaitu untuk mengetahui kondisi drainase dilakukan melalui


kegiatan penilikan jalan yang masih merupakan bagian dari yang saat ini dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara
Pemeliharaan dan Penilikan Jalan. Selain itu terdapat pula dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem drainase
Perkotaan yaitu upaya merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengoperasikan,
memelihara, memantau, dan mengevaluasi sistem fisik dan non fisik drainase perkotaan.
Dengan demikian peraturan ini baru mencakup drainase untuk perkotaan, sehingga
bagaimana untuk wilayah di luar perkotaan. Dengan melihat kepada peraturan-peraturan
teknis terlihat bahwa kekhususan penanganan terhadap drainase masih dirasakan kurang,
karena masih lebih terfokus kepada badan jalan di wilayah perkotaan dan dengan bagian
drainase yang terbatas dan belum terintegrasi secara menyeluruh, sehingga perlu mengkaji
secara lebih spesifik, yaitu dengan diperlukannya pedoman teknis untuk lebih spesifik
analisis terhadap drainase. Pada Tahun 2005 telah terdapat Pedoman Konstruksi dan
Bangunan mengenai Inspeksi dan Pemeliharaan Drainase Jalan dari Departemen Pekerjaan
Umum yang baru meliputi bagian drainase berupa bak kontrol, gorong-gorong, drainase
permukaan jalan, jeruji sampah dan inlet melalui kegiatan inspeksi rutin dan inspeksi khusus,
namun permasalahan yang seiring dengan perkembangan waktu semakin berkembang,
sehingga perlu pengembangan penelitian mengenai inspeksi fungsi drainase sebagai bagian
dari inspeksi laik jalan secara lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga penanganan drainase
jalan lebih baik.
Untuk itu pada tahun 2017 telah terdapat Pedoman Pengembangan Sistem Drainase
Jalan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan dan Jembatan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dikembangkan untuk
mengiventarisasi dan menginspeksi drainase jalan berbasis teknologi informasi yang sangat
baik. Tujuan penulisan ini adalah menampilkan metode penilaian pemeliharaan drainase
jalan menlalui inventarisasi daninspeksi,dengan melihat kondisi drainase yang meliputi
saluran samping jalan, gorong-gorong, inlet, outlet, bak kontrol, subdrain, LID (Low Impact
Drainage), polder, termasuk saluran permukaan lereng jalan, sehingga kemudian dapat
melakukan program penanganannya.

II. METODOLOGI

A. Permasalahan
Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat masalah mengenai pemeliharaan
drainase jalan yang telah dibangun, sehingga banyak jalan nasional yang dinyatakan
mantap, namun drainase jalannya sudah tidak terpelihara. Hal ini akan mengakibatkan jalan
cepat mengalami penurunan umur teknis, karena adanya ganguan terhadap struktur jalan
akibat drainase jalan yang tidak terpelihara. Untuk itu diperlukan metode penilaian untuk
pemeliharaan drainase jalan, melalui inventarisasi aset dan inspeksi, sehingga dapat
menentukan program penanganan pemeliharaan drainase jalan. Permasalahan yang
dihadapi di lapangan adalah;
1) Melakukan inventarisasi dan inspeksi aset drainase jalan secara cepat dengan melihat
kondisi drainase jalan berdasarkan struktur dan fungsi.
2) Pemasukkan (input) data hasil pengamatan secara cepat, ke dalam sistim digital yang
langsung terhubung dengan internet, agar lebih cepat pencatatan data di lapangan.

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


5
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

3) Penyamaan persepsi dalam melakukan pengamatan di lapangan dalam memberikan


penilaian dengan memberi istilah/status “baik, kerusakan sedang, kerusakan ringan dan
berat” terhadap kondisi drainase jalan di lapangan.
4) Membuat program penanganan untuk pemeliharaan drainase jalan.

B. Tujuan
Program pemeliharaan jalan berdasarkan PP nomor 34 Tahun 2006 Pasal 97 sampai
dengan Pasal 101, menjelaskan bahwa :
(1) Penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk memelihara jalan
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pemeliharaan jalan merupakan prioritas tertinggi dari semua jenis penanganan jalan.
(3) Pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi.
(4) Pemeliharaan jalan dilaksanakan berdasarkan rencana pemeliharaan jalan.

Untuk pemeliharaan jalan meliputi drainase jalan sangatlah perlu untuk mengetahui dan
selanjutnya menetapkan kondisi eksisting drainase, sehingga dapat ditentukan penilaiannya,
untuk dibuatkan program langkah-langkah pemeliharaannya. Untuk itu didalam penulisan
makalah ini ditujukan untuk:
1) Melihat kondisi eksisting drainase jalan melalui inventarisasi dan inspeksi berdasarkan
kondisi struktur dan keberfungsian drainase jalan, melalui kegiatan inventarisasi dan
inspeksi.
2) Mengusulkan metode penilaian dalam melihat kondisi struktur dan fungsi drainase jalan,
sehingga dapat menetukan program penanganan pemeliharaan drainase jalan.
3) Mengusulkan kebijakan tentang penilikan drainase jalan secara khusus.
4) Sertifikasi untuk penilik drainase jalan

C. Metode Pendekatan
1) Melakukan pengukuran dimensi drainase jalan, serta pengamatan langsung kondisi
drainase jalan di lapangan dan dan langsung memasukkan data hasil pengamatan ke
dalam sistim digital yang langsung terhubung dengan internet

2) Melakukan diskusi dalam forum grup diskusi (FGD) yang dihadiri oleh kalangan praktisi
jalan (Bina Marga dan Dinas PU), pakar perguruan tinggi, peneliti, tenaga ahli konsultan,
dan pengguna jalan, tentang pemeliharaan jalan melalui kegiatan inventarisasi dan
inspeksi berdasarkan kondisi eksisting struktur dan fungsi drainase jalan.

III. HASIL dan PEMBAHASAN

A. Pelayanan Publik

Program Penanganan Pemeliharaan Drainase adalah upaya pelayanan publik


sebagai kewajiban pemerintah melalui kegiatan integrasi antara inventarisasi dan inspeksi
dengan melihat kondisi drainase yang meliputi saluran samping jalan, gorong-gorong, inlet,
outlet, bak kontrol, subdrain, LID (Low Impact Drainage), polder, termasuk saluran
permukaan lereng jalan pada daerah rawan bencana alam, sehingga dapat melakukan
program penanganan agar sarana dan prasarana jalan dan jembatan bisa berfungsi kembali

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


6
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

meskipun bersifat sementara dan darurat, atau lebih baik dari sebelumnya, melalui kaji
cepat kondisi drainase jalan.
Nugroho (2008) menyebutkan bahwa tugas pokok pemerintahan pada masyarakat
agar dapat hidup tumbuh dan berkembang adalah memberikan tiga jenis pelayanan yang
dilaksanakan oleh organisasi-organisasi yang sengaja dibentuk untuk melakukan tugas-
tugas tersebut. Jenis pelayanan yang dimaksud adalah:
1. Tugas pelayanan (publik), adalah tugas memberikan pelayanan kepada umum tanpa
membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau dengan biaya sedemikian
rupa sehingga kelompok paling tidak mampu sekalipun bisa menjangkaunya.
2. Tugas pembangunan, adalah tugas untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Tugas ini fokus kepada upaya membangun produktivitas dari masyarakat
dan mengkreasikan nilai ekonomis atas produktivitas ekonomis tersebut.
3. Tugas pemberdayaan, adalah peran untuk membuat setiap warga masyarakat mampu
meningkatkan kualitas kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Dengan pengertian ini, maka sudah tepat pemerintah melalui Kementerian PUPR sebagai
salah satu tugas pokok pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk
cepat dan tepat dalam program pelayanan sarana public, sehingga harus excellent yang
menurut Fittzsimmons and Fittzsimmons dalam Rusli Budiman (2014) harus dikembangkan
disesuaikan dengan Tangibles (bukti fisik yang memadai, termasuk sumber daya manusia),
Emphaty (kemampuan secara emosional terhadap kebutuhan semua pemangku
kepentingan), Reliability (pelayanan yang cepat dan tepat tanpa membeda-bedakan),
Responsiveness (tanggap terhadap keluhan stakeholders), serta Assurance (jaminan
adanya kepastian kualitas dan kuantitas pelayanan). Dengan adanya fungsi tersebut
diharapkan program penanganan pemeliharaan drainase dapat lanjut melalui peningkatkan
peran pemangku kepentingan diantaranya pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat lokal.
Selanjutya dijelaskan pula Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Publik diatur didalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 36
tahun 2012 bahwa pada tahun 2025 terselenggaranya pelayanan publik prima yang
berstandar internasional. Adapun dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 tentang
pelayanan publik antara lain dijelaskan mengenai bebrapa hal berikut:

1) Dasar Pemikiran yang memuat:


a. Kewajiban negara melayani hak dasar masyarakat
b. Membangun kepercayaan masyarakat kepada negara
c. Norma/ dasar hukum hubungan masyarakat dengan negara
2) Karakter
a. Penguatan dan pemberdayaan masyarakat
b. Penguatan dan menjembatani Undang-Undang sektor
3) Maksud dan Tujuan
a. Kepastian hukum bagi masyarakat dan penyelenggara
b. Batas yang jelas antara hak, kewajiban, wewenang, larangan
c. Sistem yang layak dan perlindungan masyarakat

Berdasarkan Undang-Undang nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik,


Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan
atau rangkian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa
dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Adapun yang dimaksud pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


7
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik.
Di dalam Undang-Undang nomor 25 Tahun 2009 Pasal 4 tentang Pelayanan Publik
dijelaskan pula mengenai azas dalam penyelenggaraan pelayanan publik yaitu: 1)
Kepentingan umum, 2) kepastian hukum, 3) Kesamaan hak, 4) Keseimbangan hak dan
kewajiban, 5) Keprofesionalan, 6) Partisipatif, 7) Persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif, 8)
Keterbukaan, 9) Akuntabilitas, 10) Fasilitas dan perlakukan khusus bagi kelompok rentan,
11) Ketepatan waktu, 12) Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
Pada Undang-Undang nomor 25 Tahun 2009 Pasal 15 huruf (a) tentang pelayanan
publik yaitu bahwa “Penyelenggara” berkewajiban menyusun dan menetapkan standar
pelayanan”, dan kemudian pada Pasal 20 dijelaskan bahwa “Penyelenggara berkewajiban
menyusun dan menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan
penyelenggaa, kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan, penyelenggara wajib
mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.

B. Inventarisasi dan Inspeksi


Inventarisasi dan Inspeksi, dalam program penanganan pemeliharaan drainase jalan
merupakan suatu sistem penanganan dan pengelolaan drainase jalan yang terencana dan
terpadu melalui kegiatan input data kondisi (inventarisasi dan inspeksi) drainase jalan dan
memberi penilaian kondisi sebagai masukan bagi program penanganan drainase
(pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, rehabilitasi, rekonstruksi). Lebih jauh diartikan
sebagai penyelenggaraan sistem manajemen drainase jalan yang merupakan upaya
menginventarisasi aset, menginspeksi kondisi, menilai kondisi dan menyusun program
penanganan drainase jalan. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan pendataan, pencatatan
dan pelaporan hasil pendataan barang milik negara (BMN), paling sedikit 1 (satu) kali dalam
5 tahun (Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 tahun 2014). Sedangkan
kegiatan inspeksi adalah pengamatan secara visual keadaan kondisi drainase jalan melalui
pemeriksaan dan pencatatan secara detail mengenai kondisi bangunan beserta sarana
pelengkapnya (Pd T-14-2005-B).Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 85 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
Pengguna Barang harus melakukan inventarisasi Barang Milik Negara (BMN) paling sedikit 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun, yang hasilnya akan dilaporkan kepada Pengelola Barang
paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesai pelaksanaan inventarisasi tersebut. Inventarisasi
dilakukan untuk mengetahui jumlah nilai serta kondisi BMN yang sebenarnya dengan tujuan
agar semua BMN dapat didata dengan baik, sehingga mempermudah pengelolaan Barang
Milik Negara (BMN).
Adapun untuk kegiatan inventarisasi aset drainase jalan terdiri atas dua aspek, yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi,
volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sementara itu, aspek yuridis adalah status
penguasaan, masalah legal yang dimiliki. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi/labelling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan
manajemen aset. Tujuan dan manfaat inventarisasi aset drainase jalan yaitu, membantu
pemilik aset (Bina Marga) dalam pemantauan, pengendalian, dan pemeliharaan aset,
meningkatkan keamanan fisik dan aspek legal aset yang dimiliki, dan memudahkan
penyediaan informasi disaat pelaporan inventaris aset. Adapun kegiatan Inspeksi drainase
jalan merupakan salah satu bagian kegiatan yang terintegrasi dalam sistem manajemen
drainase jalan, bersama-sama dengan inventarisasi, penilaian kondisi dan program
penanganan atau pemeliharaan. Inspeksi drainase jalan terdiri atas inspeksi rutin dan
inspeksi khusus. Setiap inspeksi dilakukan dengan cara pengumpulan data dan
pemeriksaan kondisi saluran samping jalan, gorong-gorong, inlet, outlet, subdrain, LID dan
drainase permukaan lereng jalan. Pelaksanaan inspeksi dilakukan secara visual di lapangan

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


8
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

yang menggunakan formulir cetak atau formulir aplikasi berbasis Android/iOS yang ditunjang
oleh beberapa peralatan. Data hasil inspeksi direkam dan dikelola dalam suatu aplikasi
basis data yang berbasis GIS dan web serta serta dikenal dengan Sistem Informasi
Manajemen Drainase Jalan. Basis data tersebut dapat diakses dengan Android/iOS dan
desktop oleh para pemangku kepentingan dan masyarakat umum. Tujuan dan manfaat
kegiatan inspeksi membantu pemilik aset (Bina Marga) dalam pemantauan, pengendalian,
pemeliharaan, meningkatkan keamanan fisik, keberfungsian, penyediaan informasi fisik,
kondisi, serta menyusun program kegiatan dalam mempertahankan umur layanan sistem
drainase jalan. Sistem informasi manajemen drainase jalan (SIMDJ) merupakan salah satu
“tool” atau subsistem dari manajemen sistem drainase jalan. Tool ini merupakan suatu
sistem yang mengintegrasikan hasil inventarisasi, inspeksi, penilaian kondisi (tingkat resiko),
penanganan dan penyusunan program pemeliharaan system drainase jalan dalam bentuk
sistem aplikasi/perangkat lunak berbasis Android yang berisi informasi kondisi dan fungsi
suatu drainase jalan. Informasi yang ditampilkan berdasarkan hasil survei inventarisasi dan
inspeksi drainase jalan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Mu lai

Siapk an Perangkat
And roid

Install Aplikasi
Survey123 for
ArcGIS

Jalank an Aplik asi


Sudah Kon figurasi Sign In ke Po rtal
S urvey123 for YA
Po rtal Pusjatan? Pu sjatan
ArcGIS

TIDAK

Tambah kan Sudah Do wnlo ad


TIDAK Undu h For mu lir
Alamat Portal Formulir
Pu sjatan

YA Pilih For mulir

Laku kan Pengisian


Data

TI DAK

Survey Selesai?

Ko neksi In ternet Kirim D ata ke


YA
Tersedia Inter net

TIDAK

Simpan Data di
Perangk at

S elesai

Sumber: Pedoman Penanganan Drainase-PUPR-Tahun 2018

Gambar 1. Alur Proses Inventarisasi dan Inspeksi Drainase Berbasisi Teknologi


Informasi

Sumber: Pedoman Penanganan Drainase-PUPR


Gambar 2. Panduan Penggunaan Sistem Informasi
Manajemen Drainase Jalan

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


9
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

Adapun kebutuhan untuk menjalankan ArcGIS Pusjatan, Survey123 ialah dengan beberapa
poin, yaitu:
a. Ponsel Android versi 4.1 (Jelly Bean) atau yang lebih baru / iPhone versi iOS 9 atau
yang lebih baru / Windows Phone versi 10 atau yang lebih baru
b. Koneksi Internet
c. Aplikasi Survey123 for ArcGIS
d. ArcGIS Portal Account
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui survey dan wawancara narasumber dari berbagai instansi pemerintah dan badan
usaha yang terkait dengan isu-isu yang dikaji. Sampel diperoleh melalui metode purposive
sampling yaitu sampel dipilih sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian (Arikunto 1993),
serta pula melakukan pengukuran dimensi saluran drainase, serta pengamatan visual
struktur dan keberfungsian saluran drainase. Dari gabungan hasil dua data ini, maka dapat
dibuatkan pembobotan (scoring) kondisi drainase yang akan menentukan program
pemeliharaan drainase.
Intansi pemerintah yang menjadi sumber data dalam penelitian kami meliputi:
Direktorat Jenderal Binamarga PUPR, Balai Besar Penyelenggara Jalan Nasional (BBPJN)
VI, VII dan VIII, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dinas PUPR Provinsi Jawa
Timur, Dinas PUPR Kota Semarang, dan Dinas PUPR Kota Cirebon. Lokasi dipilih masih di
Pulau Jawa sebagai sampel penelitian, karena wilayah ini diasumsikan dapat mewakili
daerah di wilayah pantai, yang mempunyai permasalahan pada drainase, seperti karena
masalah topografi (aliran air drainase kurang lancar, karena deviasi ketinggian inlet dan
outlet yang minim), merupakan daerah pasang air laut (yaitu masuknya air laut ke daratan),
serta banjir tahunan akibat tingginya curah hujan yang mengakibatkan saluran drainase
tidak optimal berfungi, juga saluran drainase yang tersumbat oleh sampah, sedimen, dll.
Untuk data sekunder yang digunakan, meliputi peraturan perundang-undangan pemerintah
yang terkait dengan bahasan kajian dalam penyelenggaraan infrastruktur untuk pelayanan
publik, dan masukan dari berbagai narasumber dan praktisi. Peraturan perundang-undangan
yang dikaji meliputi peraturan tentang drainase, jalan, dan pelayanan publik, dan dilakukan
wawancara dengan pejabat terkait sebagai responden, sehingga diperoleh data mengenai
jenis penanganan, dan kegiatan yang telah dilakukan, serta kekurangberhasilan penanganan
program, partisipasi masyarakat dan lain sebagainya. Adapun pengukuran dimensi saluran
dan pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data adalah pada ruas-ruas jalan
seperti pada jalan nasional di Provinsi Banten (BBPJN VI), jalan provinsi pada ruas jalan
Lembang - Subang (Provinsi Jawa Barat), serta ruas jalan nasional dan jalan kota di Kota
Cirebon.
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan
analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif, dimana teknik ini digunakan untuk
penelitian yang pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara dengan
data yang diperoleh dalam berupa kata-kata, tulisan, gambar, dan angka. Kemudian data
yang didapat selanjutnya dikumpulkan dan dilakukan pecatatan secara rinci mengenai
sesuatu yang dirasakan terkait dengan masalah penelitian. Data yang terkumpul dari diskusi
dan wawancara kemudian dilakukan verifikasi dan “dikonfrontasikan” kembali dengan
sumber data lainnya. Adapun untuk data kuantitatif dilakukan analisis data, pengecekan
keabsahan temuan, dan dilakukan pembobotan (scoring). Analisis data adalah proses
pencarian dan pengaturan hasil wawancara atau bahan yang telah dikumpulkan secara
sistematis yang dipadukan dengan hasil analisis kuantitatif.
Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk memperoleh kesimpulan yang tepat dan
obyektif yang bersesuaian dengan fakta yang ada. Aspek-aspek yang dianalisis dalam
penelitian ini meliputi:

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


10
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

1. Pelayanan Publik, yaitu untuk mengkaji pola pelayanan yang diberikan, serta bagaimana
menyusun strategi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Pengukuran struktur dan keberfungsian drainase, yang selanjutnya dicatat melalui data
pengukuran dimensi saluran drainase, serta foto kondisi drainase untuk selanjutnya
dilakukan pembobotan.

Penelitian ini dilakukan secara sistematis dan menyeluruh melalui kajian pustaka dan
wawancara dengan stakeholders atau pemangku kepentingan yang terkait dengan
penyediaan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan publik. Hasil dari penelitian ini,
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam membuat program penanganan
drainase. Secara garis besar, tahapan dalam penelitian ini dimulai dari indetifikasi latar
belakang yang mendorong perlunya inventarisasi kemudian inspeksi, sehingga dihasilkan
penilaian kondisi drainase melalui pembobotan (scoring), berdasarkan kondisi baik, rusak
ringan, rusak sedang, serta rusak berat. Dengan demikian selanjutnya akan dapat
dirumuskan program penanganannya melalui pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Pedoman Penanganan Drainase-PUPR-Tahun 2018

Gambar 3. Bagan Alir Proses Inventarisasi, Inspeksi dan Program Penanganan


Pemeliharaan Drainase

Metode Penilaian Inventarisasi dan Inspeksi untuk penentuan program penanganan


drainase sebagai kewajiban pelayanan publik oleh pemerintah haruslah tepat sasaran (right
goal), tepat manfaat (right benefit), serta tepat aturan/ hukum (right law). Ketepatan tersebut
menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan
kegiatan ini, dimana penilaian kondisi akan sangat menentukan dalam program
penanganannya.Untuk menilai kondisi yang meliputi fisik dan keberfungsian, maka
diperlukan persamaan persepsi melalui pengamatan kepada kondisi drainase dari fisik apa
yang dimaksud dengan retak (rambut dan buaya), patah dan jatuh. Hal ini sangatlah banyak

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


11
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

memakan waktu dan biaya bila tidak dilakukan dengan pengamataan visual. Untuk itu
penyamaan persepsi terhadap foto kondisi perlu dilakukan sebelum surveyor melalukan
pengamatan penilaian kondisi drainase di lapangan. Berikut di bawah ini pada Gambar 4
diperlihatkan contoh foto-foto yang dimaksud dengan kondisi tersebut, sedangkan pada
Gambar 5 dijelaskan kondisi dan parameter yang dimaksud pada gambar.

Gambar.4 Foto Contoh Kondisi Drainase Fisik (Retak, Patah dan Runtuh).

Gambar.5 Pengamatan Perbandingan Kondisi Drainase Berdasarkan Fisik


dan Keberfungsian

1. Kondisi Baik

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


12
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

2. Kondisi Rusak Sedang

3. Kondisi Rusak Ringan

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


13
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

4. Kondisi Rusak Berat

Setelah melakukan pengamatan langsung di lapangan, maka didapatkan data kondisi


drainase di lapangan yang kemudian diinventarisir untuk selanjutnya ditabelkan, sehingga
dapat dibaca. Untuk lebih jelasnya data kondisi lapangan dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel.1 Bobot Kondisi Drainase

a) Wilayah Lembang

b) Wilayah Banten

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


14
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

Dari data yang didapat, maka analisis penilaian yang dilakukan adalah dengan melakukan
pembobotan (scoring) dari hasil data di lapangan dengan mengacu kepada tabel
pembobotan untuk dapat menentukan program penanganan pemeliharaan drainase, dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel.2 Bobot Kondisi Drainase

Sumber: Hasil analisis

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di muka, dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian kondisi untuk
program penanganan dapat dilakukan berdasarkan persentase kerusakan kondisi fisik dan
keberfungsian drainase. Dimana bila penilaian kondisi menurun di bawah 20% (X <20%)
maka cukup dilakukan Pemeliharaan Rutin, bila kondisi drainase menurun antara 20 – 40%
(20%<x<40%) maka dilakukan program penanganan Pemeliharaan Berkala, dan untuk
penurunan kondisi drainase antara 40% - 60% (40%<x<60%) maka diperlukan Rehabilitasi,
serta untuk penurunan kondisi drainase di atas 60% (x>60%) maka diperlukan
Rekonstruksi. Untuk lebih jelasnya program-program tersebut dapat dijelaskan
pada Tabel 3.
Tabel.3 Program Pemeliharaan Drainase

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


15
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

Sumber: Pedoman Penilaian Kondisi dan Program Pemeliharaan Drainase Jalan, Balai
Sistem dan Teknik Lalu Lintas,Pusjatan, Kementerian PUPR, Bandung

Dengan inspeksi dan program penanganan pemeliharaan drainase jalan, maka akan
tercipta konektivitas yang lebih mantap, sehingga akan meningkatkan pengembangan fungsi
sosial, perekonomian masyarakat, karena akan lebih memperlancar interaksi masyarakat.
Dengan demikian diharapkan akan terjadi pemerataan pertumbuhan wilayah melalui
pengembangan ekonomi. Hal ini akan sejalan dengan nomor 2 dan nomor 3 dari 9 Program
Prioritas Pembangunan Nawacita, yaitu:

*) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan
konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.

*) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa


dalam kerangka negara kesatuan.

*) Pendataan kondisi drainase lebih dapat tersusun sebagai dokumen dalam sistem
komputerisasi, sehingga bila data diperlukan, maka data dapat segera tersaji.

*) Penanganan melalui pemrograman penanganan dapat lebih efisien dan efektif, karena
mengurangi resiko penanganan ulang lokasi yang telah ditangani, karena data program
penanganan pemeliharaan drainase lebih terpadu, dengan tersedianya data.

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


16
KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-10

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
American Association of State Highway and Transportation Officials (1992); Pedoman Drainase Jalan Raya.
Diterjemahkan oleh: Sutanto, UI-Press, Jakarta.
Andiany, Dinny Kus. (2017); Draft Pedoman Inventarisasi Lereng Jalan, Bandung
Andiany, Dinny Kus. (2017); Draft Pedoman Inspeksi Lereng Jalan, Bandung.
Fatimah Nurida (2012). Pengertian Lembaga dan Organisasi. Diakses dari
Fitzsimmons, James. A & Fitzsimmons, Mona , J.2004. Service Management: Operation, Strategy, Information
Technology. Edisi keempat. New York: MsGraw-Hill Companies, Inc
Gunawan, Parbowo, Solihin, Tri Cahyo (2018); Pedoman Penilaian Kondisi dan Program Pemeliharaan
Drainase Jalan, Balai Sistem dan Teknik Lalu Lintas,Pusjatan, Kementerian PUPR, Bandung
Kartono, Kartini (1990); Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung.
Kodoatie, Robert J. (2005); Pengantar Manajemen Infrastruktur, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kodoatie, Robert J. (2013); Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota, Andi, Yogyakarta.
Lawalata, Greece M. (2013); Modul Perancangan Drainase Jalan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Mulyono Taufik Agus; https://www.scribd.com/.../pidato-pengukuhan-prof-dr-ir-agus-taufik-mulyono-m-t-p,
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah, akibat sistem drainase
permukaan jalan yang tidak berfungsi dengan baik, Prosiding Seminar Nasional Kerjasama Tiga
Universitas UI-ITB-UGM.
Nugroho. Riant. 2008. “Public Policy………:Jakarta: PT Gramedia…….
Rusli Budiman.2013. Kebijakan Publik – Membangun Pelayanan Publik Yang Responsif. Bandung: Adoya
Mitra Sejahtera.2015
Rusli Budiman.2015. Isu-Isu Krusial Administrasi Publik Kontemporer. Bandung: Mega Rancage Press.2015
Sailendra, Agus Bari (2012); Modul Inspeksi dan Pemeliharaan Drainase Jalan, Balai Teknik Lalu Lintas dan
Lingkungan Jalan, Bandung
Suhardjono, 1984, Drainase, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang
Suripin, (2004) : Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, ANDI OFFSET, Yogyakarta
Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Tahun 1945.Jakarta: Sekretariat Negara
---------.2004. Undang-Undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan
----------. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Jakarta: Sekretariat Negara
----------.2008. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. Peraturan Menteri Negara Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pedoman Organisasi UPT Kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian. Indonesia :
Menpan
---------,2009. Undang-Undang nomor 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik.
----------,2010. Kementerian Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pemanfataan dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum
----------,2011. Kementerian Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 Tahun 2011 Tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum
----------2012. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara da Reformasi Birokrasi. Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Publik diatur didalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi nomor 36 tahun 2012.Jakarta:Kemenpan
----------.2014. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014
tentang Pedoman Standar Pelayanan. Jakarta: Kemenpan
-----------2015. Undang-Undang nomor 9 Tahun 2015, tentang Pemerintahan Daerah
http://nuridafatimah.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html. diakses tanggal 1 Oktober 2017.
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum (2005); Hidrolika untuk Pekerjaan Jalan dan
Jembatan, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Puslitbang Jalan dan Jembatan (2015); Laporan Inspeksi Drainase Jalan Ruas Bandung-Banjar, Balai Teknik
Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Bandung
Pd.T-14-2005-B tentang Pedoman inspeksi dan pemeliharaan drainase jalan
Permen PU No.10/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan
Permen PU No.13/2011 tentang Tatacara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan
Permen PU No. 19/2011 tentang Persyaratan Teknis jalan dan Kriteria Teknis Jalan
Permen PU No.12/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaa

Parbowo, Agus Setiawan Solihin, Gugun Gunawan, Tri Cahyo Pangestu


17

Anda mungkin juga menyukai