CSS Kista Bartolini PDF
CSS Kista Bartolini PDF
Oleh:
Preseptor:
dr. Syahrial Syukur, Sp.OG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
berjudul “Kista dan Abses Bartolini.” CSS ini disusun untuk memenuhi salah satu
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Syahrial Syukur, Sp.OG selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Belanda pada tahun 1677 bernama Casper Bartolini. Kelenjar ini merupakan
pada laki-laki, yang letaknya tertutup dan berpasangan. Kelenjar ini berfungsi untuk
mensekresi cairan pembersih, mukus yang alkalis kedalam duktus yang bagian
dalamnya tersusun atas sel kolumner dan bagian luar tersusun atas epitel
transisional.1
lubrikasi yang mestinya keluar. Kista bartolini merupakan masalah yang sering
didapatkan pada wanita usia reproduksi, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20
sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini
atau abses, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Hal ini
menopause. 2,3
kemaluan bagian dalam akibat adanya infeksi. Selama kista ini tidak terinfeksi oleh
virus, bakteri, jamur kista ini tidak menimbulkan masalah, pasien tidak akan merasa
sakit hanya saja akan ada rasa benjolon di labia mayoravagina(bibir bagian luar
vagina). Tapi seandainya kista ini terinfeksi maka disebut dengan abses bartolini.
3
Kelenjar Bartolini berkembang dari epithelium pada area posterior dari
vestibula. Kelenjar bartolini terletak bilateral pada sepertiga bawah labia minora
dan mempunyai saluran kelenjar bartolini panjangnya 2 cm- 2,5 cm dengan posisi
pada jam 4 dan jam 8, bermuara pada vestibula. Kelenjar tersebut biasanya hanya
Metode penulisan makalah ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
organ genitalia eksterna pada wanita. Kelenjar bartolini berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan jam 8.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium
minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan glandula
bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan
bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan
1,2
dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar
bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus,jaringan erektil dari
bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi
sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini
oleh saluran dengan panjang kira-kira 2-2,5 cm yang terbuka ke arah orificium
vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba pada
pemeriksaan palpasi.
5
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Bartolini 3
tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, dimana jaringan ini akan menjadi sensitif
selama rangsangan seksual dan akan mensekresi sekret mukoid yang bertindak
palpasi.1
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Suatu abses terjadi bila kista
menjadi terinfeksi. Kista kelenjar Bartolini terbentuk apabila kelenjar ini menjadi
tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka
panjang.Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini
akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
6
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
Kista Bartolini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva. Dua persen
wanita mengalami kista bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam
kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista.
Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan
hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini
daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi
memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia
majora. Involusi bertahap dari kelenjar bartolini dapat terjadi pada saat seorang
wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya
terjadi kista bartolini dan abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin
diperlukan lebih dini karena massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang
tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker
per 100.000 wanita-tahun). Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat
menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau
abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah masalah yang perlu dicermati.
Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia reproduktif, antara 20 sampai 30 tahun.
Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau
lebih muda.4
7
2.4 Etiologi Kista dan Abses Bartolini
Pembesaran kista bartolini bisa terjadi akibat parut setelah infeksi (terutama
retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista.
Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini
dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti
Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme.
Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari
infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab umum
8
Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Kista dan Abses Bartolini.5
retensi dari sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan kista.
dalam kelenjar. Kelenjar Bartholin sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk
kista atau abses pada wanita usia reproduksi. Kista dan abses bartolini seringkali
sehingga menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan.
Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan
dispareunia. Abses Bartolini merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar,
atau kista yang terinfeksi. Pasien dengan abses Bartolini umumnya mengeluhkan
nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif. Abses kelenjar
9
Peradangan pada kista yang terbentuk akibat sumbatan duktus sekretorius
dan kelenjar Bartolini dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga
bertahun-tahun. Untuk jenis ini, biasanya diameter indurasi kista, tidak mencapai
ukuran yang besar sehingga penderita juga tidak menyadari adanya kelainan
keganasan.2
10
2.6 Manifestasi Klinis Kista dan Abses Bartolini
Jika kista kelenjar Bartolini masih kecil dan belum terjadi inflamasi,
penyakit ini bisa menjadi asimptomatik. Kista biasanya nampak sebagai massa yang
menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya
berakhir di dalam vestibula. Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses
pada kelenjar. Indurasi biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan aktivitas seperti
berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa menyebabkan rasa nyeri
pada vulva.
Kista duktus Bartolini dan abses glandular harus dibedakan dari massa
indurasi persisten.
dirasakan sebagai benda padat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika
kista bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi, umumnya asimtomatik. Tetapi bila
berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk.
Tanda kista Bartolini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada
salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.
Penyakit ini cukup sering rekurens. Bartolinitis sering kali timbul pada gonorrea,
akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya treptokokus. Pada
Bartolinitis akuta kelenjar membesar, merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah
11
sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya, atau
kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses,
keadaan bisa di atasi dengan antibiotika, jika sudah bernanah harus dikeluarkan
dengan sayatan.
• Dispareunia
12
Gambar 2.3 Abses Kelenjar Bartolini 3
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesa
berupa :
• Benjolan
(dispareunia)
13
• Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge
• Teraba massa unilateral pada labia mayor, lembut, dan berfluktuasi, atau
posisi litotomi. Hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh dari pemeriksaan terhadap
• Pada inspeksi, terlihat massa unilateral di daerah labium, biasanya pada labium
minor arah jam 4 dan 8 atau posisi jam 5 atau 7 dengan daerah sekitar yang
eritema dan edema. Dalam beberapa kasus didapatkan daerah selulitis disekitar
abses
• Pada perabaan teraba massa yang lunak, berbatas tegas, berfluktuasi dan sangat
• Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat duh yang purulen
bakteri patogen11
diperlukan.12
14
seksual lainnya. Kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasi
di ambil swab dari abses atau daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini
baru dapat dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak menunda
pengobatan. Dari hasil tes ini dapat diketahui apakah antibiotik perlu
diberikan.11
4) Biopsi dari massa untuk mengetahui adanya sel-sel kanker, bagi
pasien:12
Cystic lesions
ducts
15
Mucous cyst of Labia minora, Soft, less than 2 cm in diameter,
asymptomatic
vestibule retention
Solid lesions
clitoris pedunculated
16
2.9 Penatalaksanaan
Insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudah dilakukan
2. Word Catheter
sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat digembungkan dengan saline pada
ujung distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartolinii.
Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10 French
Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter dapat menampung sekitar 3-4 mL
larutan saline.9
Setelah persiapan steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista atau
abses dijepit dengan forceps kecil dan blade no.11 digunakan untuk membuat insisi
17
sepanjang 5mm pada permukaan kista atau abses.Penting untuk menjepit dinding
kista sebelum dilakukan insisi, atau bila tidak kista dapat collapse dan dapat terjadi
insisi pada tempat yang salah.Insisi harus dibuat dalam introitusexternal hingga ke
cincin hymenal pada area sekitar orifice dari duktus.Apabila insisi dibuat terlalu
membuat kateter tetap berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas dari
18
3. Marsupialisasi6,7,9
Suatu insisi vertikal disebut pada bagian tengah kista, lalu pisahkan mukosa
sekiar; (kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi mukosa vestibular
dengan jahitan interrupted. Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian
anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat
insisivertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari
hymenal ring.Insisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada
besarnya kista.
Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi
dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding
kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa
19
Cara:
• Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai
diantara jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar
• Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4
sisi, sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi
• Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
dan dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan
dalam waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan
4. Eksisi (Bartoliniectomy)9,10
tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak
ada infeksi aktif. Eksisi kista bartolini karena memiliki risiko perdarahan, maka
ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear
yangmemanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung medial labia
minora dansekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat
melakukan insisi kulit agar tidak mengenai dinding kista.Struktur vaskuler terbesar
yang memberi suplai pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena
20
alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawahkista dan mengarah ke superior.
Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan sekitar.
Alur diseksi harus dibuat dekat dengandinding kista untuk menghindari perdarahan
plexus vena dan vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.
utama dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu dipotong
21
Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi nyeri,
pembengkakan, dan pembentukan hematoma. Setelah itu, dapat dianjurkan sitz bath
hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan kebersihan luka.
Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase.
22
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari
2.9.3 Komplikasi11
drainase abses.
23
DAFTAR PUSTAKA
24