MASTITIS
Oleh:
Preseptor :
2020
1
BAB 1
PENDAHULUAN
kepada bayi yang baru dilahirkan. ASI mengandung zat pelindung yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI juga dapat
memberikan pengaruh emosional antara ibu dan bayi, sehingga akan mempererat
hubungan batin antara ibu dengan bayi yang disusuinya. Selain keuntungan di atas,
pemberian ASI dengan cara yang benar dapat memberikan hubungan yang
terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan, menyusui, dan penyapihan. Jika semua
menyusui bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu
keterampilan yang perlu diajarkan. Agar ibu berhasil menyusui perlu dilakukan
kesehatan Indonesia pada tahun 2007-2010, hanya sebanyak 48% ibu yang mau
3 kali lipat. Berdasarkan data dari Bappenas tahun 2010 didapatkan bahwa hanya
31% bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan.2
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Mastitis diperkirakan
2
dapat terjadi pada 3-20% ibu yang menyusui. Tahun 2005 Word Health
terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokustik terus
pada wanita postpartum. Angka kesakitan mastitis akibat infeksi di Indonesia hanya
0,001/100.000.2
tentang mastitis.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mastitis adalah peradangan payudara yang biasa terjadi pada masa nifas
atau sampai 3 minggu setelah persalinan.1 Hal yang perlu diperhatikan pada kasus
mastitis adalah menurunnya produksi ASI sehingga akan menjadi alasan ibu untuk
pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun
mastitis meningkat hingga 12-35% pada ibu dengan puting susu lecet dan tidak
bermasalah atau lecet kemungkinan untuk mengalami mastitis hanya sekitar 5%.2q
Penyebab tersering dari mastitis adalah sumbatan saluran susu atau statis
a) Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
ibu. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau
4
setiap saat jika bayi tidak minum ASI. Kenyutan bayi yang buruk pada
payudara, pengisapan yang tidak efektif karena frenulum bayi yang pendek,
stasis ASI, termasuk suplai ASI yang sangat berlebihan, atau menyusui
untuk kembar dua atau lebih. Berikut faktor-faktor penyebab stasis ASI:
1. Bendungan payudara
Kondisi ini sering terjadi bila bayi yang tidak disusui segera setelah
lahir. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis,
2. Frekuensi menyusui
coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis ASI dapat dikurangi hingga
pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan oleh
5
Pengisapan yang buruk menyebabkan pengeluaran ASI menjadi
Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang
buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain
itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada
payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan bendungan.
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu
sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu juga
dan mastitis yang lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit
untuk menyusui.
6
5. Faktor mekanis lain
pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah. Hal ini juga
b) Infeksi
Kolonisasi bakteri pada bayi dan payudara adalah proses normal yang
terjadi segera setelah lahir. Saluran susu ibu dan nasofaring bayi terkolonisasi
dengan sendirinya menyebabkan mastitis. Bila ibu melakukan kontak yang erat
dengan bayinya segera setelah lahir, ibu memindahkan organisme saluran napas
dan kulit dari strainnya kepada bayinya. Organisme ini tumbuh dan membentuk
populasi pada usus, kulit, dan saluran napas bayi. Bila organisme flora komensal
interferensi bakterial, telah digunakan secara luas pada keadaan klinis untuk
virulen. Karena itu, dukungan untuk menyusui dan memeluk, kontak kulit dini
antara ibu dan bayinya, dan rawat gabung, merupakan cara yang paling alami
7
Bagaimana infeksi memasuki payudara belum diketahui. Beberapa jalur
yang diduga, yaitu melalui duktus laktiferus ke dalam lobus, dengan penyebaran
hematogen dan melalui fisura puting susu ke dalam sistem limfatik periduktal.
Frekuensi fisura puting susu telah dilaporkan meningkat dengan adanya mastitis.
Keterangan Gambar :
3. Lobules
4. Nipple surface
5. Areola
6. Duktus Lactiferus
8
7. Fatty Tissue (jaringan lemak)
8. Skin (kulit)
akibat dari stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka akan terjadi tegangan
alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI
Beberapa komponen terutama protein kekebalan tubuh dan natrium dari plasma
masuk ke dalam ASI selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons
imun.4
masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting
yang retak atau lecet ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
hematogen. Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab
ialah puting susu yang luka atau lecet, dan kuman perkontinuitatum menjalar ke
duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis :
a) Mastitis akut
Pada proses awal peradangan penderita hanya merasa nyeri setempat pada
salah satu lobus payudara dan terasa lebih berat jika bayi menyusu.
b) Mastitis kronis
9
Hampir selalu orang yang datang sudah dalam keadaan abses. Proses dari tingkat
akan menyebabkan edema dari kelenjar, sehingga ASI akhirnya terbendung, dan
air susu yang terbendung ini akan segera bercampur dengan nanah jika terinfeksi
oleh kuman.5
mengalami peningkatan suhu tubuh hingga lebih dari 380C. Payudara biasanya
berwarna kemerahan, bengkak, nyeri tekan, lecet pada putting susu, dan terdapat
nanah jika terjadi abses. Pada abses, nyeri bertambah hebat pada payudara, kulit
diatas abses mengkilat dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara
yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa ASI tersebut bercampur dengan nanah.
c) Menggigil
f) Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu
10
2.5 Tatalaksana
2.5.1 Nonmedikamentosa
kenyamanan : 5,6
d) Masase area yang sakit saat menyusui untuk melancarkan aliran ASI. Jangan
f) Edukasi ibu
Bayi sebaiknya terus menyusu kepada ibu dan jika menyusu tidak
memungkinkan karena nyeri payudara atau adanya penolakan oleh bayi pada
payudara ibu yang sakit, selalu dilakukan pemompaan secara teratur dan terus-
ASI. Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit
11
a) Antibiotik
Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terjadi perbaikan. Terapi
antibiotik meliputi :
- Penicillin
- Terapi awal yang paling umum adalah Amoxicilin 500 mg atau 875 mg untuk
Pada setiap kasus penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk
mengevaluasi kemajuan dari terapi. Jika infeksi tidak berkurang atau tidak
b) Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat dari produksi hormon oksitosin yang
rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi
Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga
mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga
khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka. Oleh
12
karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan dukungan
b) Abses
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba
keras, merah, dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan
adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi
jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik. Abses yang sangat besar
terkadang memerlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini ibu harus mendapat
antibiotik dan ASI dari sekitar abses dikultur agar antibiotik yang diberikan
Gambar 2. Abses
antibiotik yang tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum,
13
makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stres. Pada kasus mastitis
pemberian eritromisin 500 mg sebanyak satu kali sehari selama masa menyusui.
d) Infeksi jamur
seperti Candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Diantara waktu menyusu
permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu
dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang
juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.
2.7 Prognosis
Pemberian antibiotik yang benar dan adekuat akan memberikan hasil yang
baik pada mastitis. Tetapi jika tidak ditatalaksana dengan cepat dapat berkembang
menjadi abses dan bisa menyebabkan kelainan bentuk dari payudara. Pencegahan
14
dengan melakukan perawatan pada payudara terutama puting susu yang lecet saat
15
DAFTAR PUSTAKA
4. Price A Sylvia. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi
6. Jakarta : EGC.
16