Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HUTAN

ACARA IV

ANALISIS VEGETASI METODE LINE INTERCEPT

Disusun oleh :

Nama : Awanda Sifa Maharani

NIM :18/424042/KT/08617

Co-Ass : David Simanjuntak

Shift : Senin, 15.30 WIB

LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA IV

ANALISIS VEGETASI METODE LINE INTERCEPT

I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui struktur kuantitatif komunitas tumbuhan bawah berdasarka spesies
penyusun dan persen penutupnya.

II. Dasar Teori


Vegetasi menurut Maarel (2005) didefinisikan sebagai sekelompok besar
tumbuhan hidup yang menempati suatu wilayah. Vegetasi juga dapay didefinisikan
sebagai sekelompok besar tumbuhan yang berfungsi sebagai penutup lahan yang
terdiri dari herba, perdu, pohon, yang hidup bersamaan pada suatu tempat dan
terjadi interaksi satu sama lain (Agustina, 2008 dalam Maryantika, 2010 dalam
Susanto, 2012 dalam Maridi dkk, 2015).

Vegetasi hutan tersusun dalam beberapa strata. Strarifikasi yang terbentuk


dalam vegetasi hutan tergantung pada tipe hutan. Strata atas biasanya didominasi
oleh pohon, sedangkan strata di bawahnya diisi oleh tumbuhan semak, herba,
maupun liana. Penelitian tentang komposisi vegetasi penyusun strata atas atau
pohon telah banyak dilakukan. Sementara penelitian tentang komposisi vegetasi
semak masih sangat jarang. Padahal semak juga mempunyai fungsi ekologis yang
penting dalam ekosistem hutan, antara lain adalah sebagai tempat habitat burung,
serangga, dan satwa lainnya (Azrai & Heryanti, 2015).

Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh keadaan dan sifat-sifat


individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada, dimana individu ini
akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut. Komunitas secara dramatis
berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (species richness), jumlah spesies yang
mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif
(relative abundance) spesies. Beberapa komunutas terdiri dari beberapa spesies yang
umum dan beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung
jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan
(Campbell, 2004).

Dalam konteks pembangunan hutan tanaman skala luas, komunitas


tumbuhan bawah pada hutan tanaman selalu identik dengan gulma yang sejak dulu
dipandang sebagai tanaman pengganggu dan merugikan. Namun apabila dilihat dari
perspektif yang lain, keberadaan komunitas tumbuhan bawah pada hutan tanaman
merupakan komponen keanekaragaman hayati yang sangat penting untuk
dilestarikan, karena mempunyai beberapa nilai yaitu: nilai eksistensi, etika, estetika
dan manfaat psikologis, nilai jasa lingkungan, nilai warisan, nilai pilihan, nilai
konsumtif dan nilai produktif (Djarwaningsih,2010 dalam Kunarso & Azwar,
2013).

Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti


padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen.
Terdapat 3 metode transek (Damin, 2008):

1. Metode Line Intercept (line transect).

Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari
komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik
sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m.
Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-
segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. pengamatan terhadap tumbuhan
dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan
mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen
tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus
bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ketanah.

2. Metode Belt Transect.

Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang
luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan
elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman,
memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek
yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-
1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan
yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya
1.000 ha intensitasnya 10 %.

3. Metode Strip Sensus.

Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja
penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode
strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-
spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa
indeks populasi (indeks kepadatan).

Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa


garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang
digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih
sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m. Pada metode garis ini, system
analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk
memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu
sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase
perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan
terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu
spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Kompas
2. Tali rafia
3. Roll meter
4. Alat tulis
5. Kertas

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Komunitas semak dan herba

IV. Cara Kerja

Alat dan bahan disiapkan

Roll meter dibentangkan sepanjang 20 m, dibagi menjadi 10 ruas dengan masing-masing ruas 200 cm.

Diidentifikasi tumbuhan bawah yang ada dibawah roll meter

Dicatat di tally sheet

Data diolah

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini.


2. Roll meter dibentangkan sepanjang 20 m pada suatu titik yang telah ditentukan.
Kemudian dibagi menjadi 10 ruas dengan masing-masing ruas 200 cm.
3. Diidentifikasi panjang tumbuhan bawah yang menutupi roll meter serta jenis
tumbuhan tersebut.
4. Data dimasukkan ke dalam tally sheet.
5. Dilakukan pengolahan data.
DAFTAR PUSTAKA

Azrai,Eka Putri & Erna Heryanti. 2015. Biodiversitas Tumbuhan Semak di Hutan Tropis
Dataran Rendah Cagar Alam Pangandaran, Jawa Barat. Prosiding Semirata 2015
bidang MIPA BKS-PTN Barat. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta,
Jakarta Hal 403 – 408

Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Damin, S.2008.Metode Analisis Vegetasi.Malang : UMM Press.Kunarso, Adi & Fatahul


Azwar. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tegakan Hutan
Tanaman di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 10
No. 2 : 85-86.

Kunarso, Adi & Fatahul Azwar. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai
Tegakan Hutan Tanaman di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman Vol. 10 No. 2 : 85-98.

Maridi, dkk. 2015. Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
BIOEDUKASI. Volume 8, No. 1: 28-42

Rohman, Fatchur. 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Anda mungkin juga menyukai