KELOMPOK 10
NAMA ANGGOTA : 1. ARI YANTIEVADA DJAMI
2. JEAN IVANA L. BAYO
3. MARNI LEDOH
4. SUYITRO SEME
5. YOSAFINA THELIK
6. YOSINA SELAN
Langkah penyelamatan akan diterapkan oleh Tim Rescue dengan bantuan dari
Dinas Pemadam Kebakaran dan unitunit khusus (seperti ahli bahan peledak, ahli
material berbahaya, dan lain-lain) dalam menghadapi masalah khusus. Area
larangan ditetapkan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan jika diperlukan dapat
dilaku-kan koordinasi dengan petugas khusus seperti kepala bandar udara, kepala
keamanan di pabrik bahan kimia, dan lain-lain.
1.4. Langkah Pengamanan
Bergantung pada situasi yang dihadapi (gas beracun, material berbahaya), tim ini
akan menggunakan pakaian pelindung dan peralatan khusus. Jika tim ini bekerja
di bawah kondisi yang sangat berat, penggantian anggota tim dengan tim
pendukung harus lebih sering dilakukan.
Di bawah situasi tertentu dimana lokalisasi korban sulit dilakukan (seperti korban
yang terjebak dalam bangunan runtuh), pembebasan korban akan membutuhkan
waktu yang lebih lama. Jika kondisi korban memburuk, pimpinan tim SAR
melalui Pos Komando dapat meminta bantuan tenaga medis lapangan dari tim
medis untuk melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan dilakukan.
Tenaga medis yang melakukan prosedur ini harus sudah dilatih khusus untuk itu,
dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi-situasi yang sangat
mendesak.
Jika daerah pusat bencana cukup luas mungkin perlu untuk membaginya menjadi
daerah-daerah yang lebih kecil dan menugaskan satu tim SAR untuk setiap daerah
tersebut. Dalam situasi seperti ini, atau jika daerah pusat bencana tidak aman bagi
korban, tim SAR dapat membuat suatu tempat penampungan di dekat daerah
pusat bencana dimana korban akan dikumpulkan sebelum pemindahan selanjutnya
(Gambar 10).
Jika di daerah dimana terjadi bencana tidak tersedia fasilitas kesehatan yang
cukup untuk menampung dan merawat korban bencana massal (misalnya hanya
tersedia satu Rumah Sakit tipe C/ tipe B), memindahkan seluruh korban ke sarana
tersebut hanya akan menimbulkan hambatan bagi perawatan yang harus segera
diberikan kepada korban dengan cedera serius. Lebih jauh, hal ini juga akan
sangat mengganggu aktivitas Rumah Sakit tersebut dan membahayakan kondisi
para penderita yang dirawat di sana. Perlu dipertimbangkan jika memaksa
memindahkan 200 orang korban ke Rumah Sakit yang hanya berkapasitas 300
tempat tidur, dengan tiga kamar operasi dan mengharapkan hasil yang baik dari
pemindahan ini.
▪ Fraktur minor ▪ Luka minor, luka bakar minor ▪ Korban dalam kategori ini,
setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir
operasi lapangan. ▪ Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir
operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di
Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter
bedah). Tujuan triase medik adalah menentukan tingkat perawatan yang
dibutuhkan oleh korban.
Pada pos medis lanjutan standar hanya satu tim triase yang akan bekerja
memberi pelayanan kepada seluruh korban dimana tim ini beranggotakan
sebagaimana yang telah disebutkan di atas untuk tim triase Gawat Darurat.
Tempat triase hanya diperuntukkan sebagai tempat menerima korban,
tidak sebagai tempat perawatan/pengobatan.