Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS

PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA


PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Wiwi Siswaningsih, Harry Firman, dan Rifa Rofifah


Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung
Email: wiwi2450@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dapat mengidentifikasi
miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, atau disebut Tes Diagnostik Miskonsepsi Larutan
Elektrolit dan Nonelektrolit (TDM-LENON). Penelitian ini menggunakan metode Development and Validation. Validasi
butir soal meliputi validitas isi dan reliabilitas. Berdasarkan validitas isi, 19 butir soal dinyatakan valid dengan nilai CVR
(Content Validity Ratio) untuk masing-masing butir soal sebesar 1. Berdasarkan uji reliabilitas, diperoleh 18 soal yang
secara keseluruhan memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,706 yang menunjukkan bahwa tes yang dikembangkan
masuk ke dalam kategori dapat diterima. Butir soal yang telah memenuhi kriteria validitas isi dan reliabilitas diaplikasikan
kepada 34 siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Berdasarkan hasil aplikasi tersebut, teridentifikasi
miskonsepsi yang yang dialami siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, dengan miskonsepsi bahwa semua
elektrolit merupakan senyawa ion adalah miskonsepsi yang paling banyak terjadi (64,7%).
Kata kunci: miskonsepsi, larutan elektrolit dan nonelektrolit, tes diagnostik two-tier berbasis piktorial

ABSTRACT
The aim of of this research was to develop two-tier pictorial-based diagnostics test to identify students’ misconception about
the concept of electrolyte and non-electrolyte, or Diagnostics Test for Misconception about Electrolyte and Non-Electrolyte
Solution (TDM-LENON). Research method was Development and Validation. Questions were validated its content validity
and reliability. Based on content validity, 19 questions were deemed valid with 1 Content Validity Ratio (CVR) value. In
terms of its reliability, 18 questions were deemed reliable with Cronbach’s Alpha value 0,706. All validated questions were
applied to 34 students in one of Senior High Schools in Bandung. Based on this application results, students’ misconceptions
regarding electrolyte and non-electrolyte solution were discovered, with misconception that all electrolyte are ionic
compound was found as common misconception in the students (64,7%).
Keywords: misconceptions, electrolyte and non-electrolyete solutions, two-tier pictorial-based diagnostics test

PENDAHULUAN dalam pembelajaran kimia menjadi representasi


yang bermakna. Johnstone (2000) menyatakan
Kimia merupakan subjek yang didasarkan bahwa kimia terdiri dari tiga level representasi,
pada konsep yang abstrak sehingga sulit dipahami, yaitu (a) makroskopis (segala sesuatu yang dapat
terutama ketika siswa ditempatkan pada posisi
dilihat, diraba dan dirasakan), (b) submikroskopis
untuk mempercayai sesuatu tanpa melihat (believe
(atom, molekul, ion dan struktur) dan (c) simbolik
without seeing) (Stojanovska et al., 2014).
(simbol-simbol, rumus-rumus, persamaan mate-
Pemahaman konsep merupakan hal yang penting matis, grafik, struktur molekular, diagram, dll).
dalam pembelajaran kimia. Pemahaman konsep Untuk memahami suatu konsep kimia, maka siswa
yang benar merupakan landasan yang memungkin-
perlu menguasai ketiga level tersebut.
kan terbentuknya pemahaman yang benar terhadap Studi empiris yang dilakukan Ben-Zvi dan
konsep-konsep lain yang lebih kompleks (Kean Silberstein (dalam Wu et al., 2001) menunjukkan
dan Middlecamp,1985).
bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam
Menurut Chiu (2005) dalam mempelajari memahami konsep kimia terutama pada level
konsep kimia siswa tidak hanya dituntut untuk submikroskopik dan simbolik karena representasi
memahami simbol-simbol, terminologi dan teori,
tersebut bersifat abstrak, sedangkan pemikiran
tetapi mereka juga dituntut untuk bisa mentrans-
siswa sangat bergantung pada informasi sensorik.
formasikan berbagai instruksi yang diberikan guru
Siswa sering mengalami kesulitan dalam meng-

144
DOI: http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i2.577
145 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 144-149

hubungkan apa yang mereka amati secara makro- pemahaman makroskopis, submikros-kopis dan
skopik dengan perilaku partikel dalam tingkat simbolik (Tien et al., 2007). Penelitian tentang
molekuler, seperti pada konsep larutan elektrolit miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan
dan nonelektrolit yaitu ketika senyawa ionik nonelektrolit penting untuk dilakukan. Hal itu
dilarutkan dalam air, banyak siswa berpandangan dikarenakan konsep mengenai larutan merupakan
bahwa senyawa tersebut dalam larutannya akan konsep dasar dalam memahami reaksi kimia dalam
terdisosiasi menjadi atom-atom dan molekul netral. larutan mengingat banyak reaksi kimia yang
Dalam pandangan mereka, senyawa ionik dapat melibatkan ion-ion dalam larutan.
menghantarkan listrik karena dalam larutannya Berdasarkan persoalan tersebut, peneliti
terdapat spesi berupa atom logam (Naah, 2012). melakukan penelitian mengenai pengembangan tes
Pemahaman konsep yang tidak benar dapat me- diagnostik two-tier berbasis piktorial untuk meng-
nimbulkan miskonsepsi pada siswa. identifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan
Analisis kesulitan yang dialami siswa dalam elektrolit dan nonelektrolit.
memahami konsep kimia umumnya bisa dilihat
berdasarkan uraian siswa pada tes yang berupa METODE
essay, namun diperlukan waktu yang cukup lama
Penelitian ini menggunakan metode
untuk mengidentifikasi kesulitan setiap siswa,
sedangkan waktu efektif yang tersedia untuk Development and Validation, yaitu metode pene-
litian yang digunakan untuk mengembangkan butir
kegiatan belajar mengajar sangat terbatas. Oleh
karena itu, pengembangan tes yang tidak hanya soal untuk merancang tes yang diinginkan yang
mampu mengukur kedalaman pemahaman siswa melewati proses validasi (Haladyna dan Rodriguez,
namun dapat juga meng-identifikasi miskonsepsi 2013). Uji Validasi dilakukan di salah satu Sekolah
siswa dalam materi kimia dibutuhkan. Menengah Atas (SMA) swasta di Bandung dengan
melibatkan enam (6) siswa untuk tahap wawancara
Penelitian yang berkaitan dengan pengem-
sedangkan uji reliabilitas dilakukan di salah satu
bangan tes diagnostik two-tier untuk mengiden-
tifikasi miskonsepsi siswa telah banyak dilakukan, SMA Negeri di Kota Cimahi dengan melibatkan
namun sejauh ini tes yang telah dikembangkan 73 siswa. Setelah soal-soal dinyatakan valid dan
sebagian besar masih berupa naratif. Kekurangan reliable, maka dilanjutkan dengan tahap aplikasi
dari tes yang berupa naratif ini yaitu kurang efektif pada 34 siswa yang telah mempelajari materi
jika digunakan untuk menjelaskan fenomena kimia larutan elektrolit dan nonelektrolit di salah satu
SMA di Kota Bandung. Tahapan penelitian secara
yang didasarkan pada aktivitas partikel yang ‘tidak
terlihat’ (submikroskopis). Pemahaman fenomena umum dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap
kimia secara menyeluruh dapat diperoleh ketika perencanaan, (2) tahap pengembangan butir soal,
ketiga level representasi kimia dipahami satu sama (3) tahap validasi, (4) tahap aplikasi TDM-
lain dan hal tersebut dapat didukung oleh LENON.
visualisasi dalam bentuk gambar. Tahap Perencanaan diawali dengan peru-
Davetak et al., (2004) menyatakan bahwa musan tujuan tes yang dikembangkan, dengan per-
nyataan tujuan mencakup spesifikasi dari domain
buku teks kimia terkini telah memvisualisasikan
area serta sasaran yang dituju. Pengembangan butir
proses kimia dengan bentuk piktorial sebagai salah
soal pada penelitian ini mengadaptasi dan memo-
satu bentuk representasi dan beberapa guru juga
difikasi tahapan pengembangan tes diagnostik
mengikutsertakan presentasi secara visual pada
konsep kimia baik selama pembelajaran maupun two-tier yang dilakukan Chandrasegaran et al.
(2007) dengan berpedoman pada tahapan yang
evaluasi. Penggunaan piktorial memberikan bebe-
diusulkan Treagust (1986), yaitu (a) penentuan isi
rapa kelebihan, yaitu informasi yang diperoleh
materi, (b) tahap pengumpulan data miskonsepsi
menjadi lebih konkret, padat dan ringkas, lebih
siswa, dan (c) tahap pengembangan TDM-
terfokus, koheren atau logis, lebih mudah
LENON.
dipahami, dapat menjelaskan suatu proses lebih
Pada tahap pertama, dilakukan kajian
mendalam, serta dapat membantu siswa dalam
pustaka mengenai materi larutan elektrolit dan non-
memahami penjelasan ilmiah (Carney dan Levin,
elektrolit untuk memperoleh konsep-konsep pada
2002).
Larutan elektrolit dan nonelektrolit meru- materi terkait yang kemudian dikembangkan
pakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh menjadi peta konsep. Pada tahap selanjutnya
siswa. Untuk memahami materi ini diperlukan dilakukan pengumpulan data miskonsepsi siswa
Wiwi Siswaningsih, Harry Firman, dan Rifa Rofifah, Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Berbasis Piktorial Untuk 146
Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

melalui kajian literatur dan wawancara. Wawan- Untuk memudahkan pengidentifikasian mis-
cara dilakukan untuk melengkapi dan meng- konsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan
konfirmasi temuan miskonsepsi dari penelitian- nonelektrolit, butir soal yang telah memenuhi
penelitian yang telah ada sebelumnya.Tahap kriteria baik dari segi validitas isi maupun relia-
terakhir, yaitu pengembangan TDM-LENON. bilitasnya kemudian disusun menjadi suatu kunci
Tahap validasi yang dilakukan dalam determinasi berdasarkan pola respon siswa (Tabel
penelitian ini diantaranya melakukan uji validitas 2).
dan reliabilitas terhadap butir soal TDM-LENON
serta penyusunan kunci determinasi miskonsepsi. Tabel 2. Kemungkinan Pola Respon Siswa
Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Soal
Untuk menganalisis hasil pertimbangan para ahli (%) A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
digunakan teknik CVR yang dikemukakan oleh Jawaban siswa B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
Lawshe (1975). Persamaan untuk menghitung untuk setiap C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
CVR masing-masing butir soal disajikan pada pola respon D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
Rumus 1.
(Bayrak, 2013, hlm. 21)
Rumus 1
Setiap pola respon menunjukkan apakah
siswa tersebut mengalami miskonsepsi atau tidak.
Ket. : CVR = rasio validitas isi Masing-masing pola respon kemudian dihitung
ne = jumlah panelis yang dalam bentuk persentasenya (Rumus 2).
memberikan penilaian “valid”
N = jumlah panelis Rumus 2
X 100 %
Nilai CVR yang diperoleh kemudian Keterangan :
dibandingkan dengan nilai minimum CVR KTP = % kriteria nilai persen
berdasarkan jumlah validator (Lawshe 1975, hlm. N = jumlah seluruh siswa
X = jumlah siswa yang menjawab
568). Soal diterima apabila soal memiliki nilai
CVR diatas atau sama dengan nilai minimum
CVR. Sebaliknya, soal ditolak apabila memiliki Tahap Aplikasi TDM-LENON
nilai CVR dibawah nilai minimum CVR. TDM-LENON yang telah dikembangkan,
Program SPSS versi 16.0 digunakan untuk diaplikasikan kepada siswa SMA yang telah mem-
menganalisis nilai reliabilitas keseluruhan butir pelajari materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
soal dengan Cronbach’s Alpha sebagai indeks Hasil aplikasi TDM-LENON selanjutnya diolah
reliabilitasnya. Butir soal diberi skor 1 jika jawaban dan dianalisis setiap butir soalnya yang kemudian
siswa pada kedua tier benar dan diberi skor 0 jika dideskripsikan sebagai pola respon siswa.Analisis
jawaban siswa pada salah satu atau kedua tier tersebut mengacu pada kunci determinasi mis-
salah. Perolehan skor tersebut kemudian dianalisis konsepsi yang telah disusun.
menggunakan SPSS versi 16.0 dan ditafsirkan
menggunakan kriteria penilaian reliabilitas pada HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. (Gliem dan Gliem, 2003, hlm. 87). Penentuan kualitas setiap butir soal dari segi
validitas dilakukan melalui validitas isi. Pada tahap
Tabel 1. Kriteria Cronbach’s Alpha untuk uji validitas isi, semua butir soal dinyatakan valid
Menetapkan Konsistensi Internal Reliabilitas oleh lima validator dengan masing-masing butir
soal memiliki nilai CVR > 0,99. Dengan demikian,
Kriteria Keterangan
19 butir soal dinyatakan memenuhi kriteria yang
α >0.9 Sangat bagus
0.8 < α < 0.9 Bagus baik dilihat dari validitas isi.Kesembilanbelas butir
0.7 < α < 0.8 Dapat diterima soal tersebut mencakup sembilan konsep pada ma-
0.6 < α < 0.7 Diragukan teri larutan elektrolit dan nonelektrolit.
0.5 < α < 0.6 Jelek Butir soal yang telah dinyatakan valid dari
α < 0.5 Tidak dapat diterima segi isi diujicobakan kepada 73 siswa SMA yang
(Gliem dan Gliem, 2003, hlm. 87) telah mempelajari materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Berdasarkan hasil uji coba ini,
147 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 144-149

diketahui kualitas butir soal berdasarkan nilai (14,7%); CH3COOH tergolong nonelektrolit yang
reliabilitasnya. Berdasarkan hasil pengolahan data dalam larutannya tetap dalam bentuk molekulnya.
menggunakan program SPSS versi 16.0, diperoleh
nilai reliabilitas untuk keseluruhan butir soal Miskonsepsi Siswa pada Materi Larutan
sebesar 0,687. Nilai reliabilitas tersebut dipandang Elektrolit dan Nonelektrolit
Gliem dan Gliem (2003, hlm. 87) masuk ke dalam Kedelapanbelas butir soal yang telah meme-
kategori “diragukan” (0,6<α< 0,7). Agar kese- nuhi kriteria baik dari segi validitas isi maupun
luruhan butir soal yang dikembangkan dapat reliabilitas diaplikasikan kepada 34 siswa di salah
diterima dari segi reliabilitasnya (0,7<α<0,8), maka satu SMA di kota Bandung untuk mengidentifikasi
dilakukan penyisihan butir soal. Berdasarkan miskonsepsi yang dialami siswa pada materi
output SPSS versi 16.0, satu butir soal disisihkan larutan elektrolit dan nonelektrolit. Menurut
karena memiliki nilai korelasi item yang kecil Peterson (dalam Tan et al., 2005), miskonsepsi
sehingga menyebabkan nilai reliabilitas kese- dikatakan signifikan jika ditemukan setidaknya
luruhan butir soal menjadi rendah. Dari hasil 10% dari jumlah sampel siswa. Merujuk pada hal
penyisihan butir soal tersebut, diperoleh nilai relia- tersebut, maka berdasarkan kunci determinasi ter-
bilitas baru untuk keseluruhan butir soal, yaitu identifikasi miskonsepsi yang dialami siswa untuk
sebesar 0,706. Dengan demikian, jumlah butir soal masing-masing konsep sebagai berikut.
yang memenuhi kriteria baik dari segi validitas
maupun reliabilitas berjumlah 18 butir soal, yang Miskonsepsi Siswa pada Konsep Jenis Ikatan
meliputi 9 konsep. Kimia Senyawa Elektrolit
Butir soal yang telah memenuhi kriteria
validitas isi dan reliabilitas, diaplikasikan kepada Butir soal nomor tujuh dan delapan
34 siswa SMA yang telah mempelajari materi mengidentifikasi miskonsepsi yang sejenis pada
larutan elektrolit dan nonelektrolit. Berdasarkan konsep ikatan kimia senyawa elektrolit (Gambar
hasil aplikasi tes, miskonsepsi yang banyak dialami 1), dan Gambar 2 menunjukkan pola respon siswa.
oleh siswa, yaitu: pelarut merupakan komponen Berdasarkan Gambar 2 terdapat satu pola
larutan yang jumlahnya selalu lebih banyak di- respon yang menunjukkan miskonsepsi yang
bandingkan zat terlarut (35,5%); zat terlarut signifikan pada butir soal tujuh, yaitu pola respon
merupakan komponen larutan yang jumlahnya A1, sedangkan pada Gambar 3. satu pola respon
selalu lebih sedikit dibandingkan pelarut (32,4%); menunjukkan miskonsepsi yang signifikan pada
elektrolit adalah zat yang dapat menghantarkan butir soal delapan, yaitu C3. Kedua pola respon
arus listrik (44,1%); larutan elektrolit dapat tersebut mengungkap miskonsepsi yang sejenis.
menghantarkan arus listrik karena mengandung Dengan merujuk pada tabel kunci determinasi
elektron-elektron bebas (38,2%); semua elektrolit miskonsepsi siswa, miskonsepsi yang terjadi pada
merupakan senyawa ion (64,7%); senyawa ionik siswa yang memilih pola respon A1 pada butir soal
dalam larutannya akan terionisasi menjadi ion- tujuh dan pola respon C3 pada butir soal delapan,
ionnya. Sisi negatif dari molekul air (oksigen) yaitu semua elektrolit merupakan senyawa ion.
berinteraksi dengan anion dan sisi positif dari Pada butir soal tujuh, HCl dikatakan sebagai
molekul air (hidrogen) berinteraksi dengan kation senyawa ion yang dapat menghantarkan listrik,
(52,9%); senyawa kovalen sangat polar jika sementara pada butir soal delapan, HNO3 di-
dilarutkan dalam air akan terionisasi sempurna. katakan sebagai senyawa ion yang dapat meng-
Persamaan reaksinya dilambangkan dua arah hantarkan listrik. Dengan demikian, miskonsepsi
(41,2%); senyawa ionik dapat menghantarkan arus yang terungkap pada konsep jenis ikatan kimia
listrik dalam bentuk larutan saja (38,2%); dalam pada senyawa elektrolit baik pada butir soal tujuh
molaritas yang sama, CH3COOH menghasilkan maupun butir soal delapan, yaitu semua elektrolit
daya hantar listrik yang lebih kecil dibandingkan merupakan senyawa ion. Sebagian besar siswa
KOH, karena dalam air CH3COOH terionisasi keliru memandang senyawa HCl dan HNO3
sebagian menghasilkan sedikit ion, sementara sebagai senyawa ion bukan sebagai senyawa
KOH terionisasi sempurna menghasilkan banyak kovalen. Siswa berfikir setiap larutan yang
ion. Persamaan reaksi kedua senyawa tersebut mengandung kation dan anion merupakan senyawa
dilambangkan dua arah (32,4%); dalam larutannya, ion. HCl dalam larutannyaengandung ion H+ dan
metanol mengandung sedikit ion CH3+ dan OH- Cl- sementara HNO3 dalam larutannya
mengandung ion H+ dan NO3.
Wiwi Siswaningsih, Harry Firman, dan Rifa Rofifah, Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Berbasis Piktorial Untuk 148
Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Butir Soal 7 Butir Soal 8


Perhatikan uji daya hantar listrik berbagai senyawa Berikut merupakan gambar submikroskopis dari
dalam pelarut air dengan menggunakan elektroda beberapa larutan:
inert berikut:
(1) (2) (3) (4)

Larutan Larutan Larutan Larutan


CH3COOH CH3OH HCl NaCl
0,1 M 0,1 M 0,1 M 0,1 M
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
Senyawa yang termasuk elektrolit adalah …. adalah ….
A. NaCl dan HCl* A. CO(NH2)2 dan C2H5OH
B. HCl dan CH3OH B. HNO3 dan CO(NH2)2
C. CH3COOH dan CH3OH C. NaOH dan HNO3*
D. CH3OH dan NaCl D. NaOH dan C2H5OH
Alasannya ialah …. Alasannya adalah ….
1. semua elektrolit merupakan senyawa ion 1. tergolong elektrolit yang berupa senyawa
2. senyawa kovalen nonpolar tergolong elektrolit kovalen nonpolar
3. elektrolit merupakan senyawa ion atau kovalen 2. tergolong elektrolit yang berupa senyawa
polar* kovalen polar dan nonpolar
4. elektrolit merupakan senyawa kovalen polar dan 3. elektrolit selalu berupa senyawa ion
nonpolar 4. elektrolit yang berupa senyawa ion atau kovalen
polar*

Gambar 1. Contoh Butir Soal tentang Konsep Jenis Ikatan Kimia pada Senyawa Elektrolit

(a) (b)
Keterangan:
: pola respon yang menunjukkan konsep yang benar
: : pola respon yang menunjukkan miskonsepsi yang signifikan (>10%)

Gambar 2. Pola Respon Siswa tentang Konsep Jenis Ikatan Kimia pada Senyawa Elektrolit pada Butir
Soal 7 (a) dan Butir Soal 8 (b)
149 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 144-149

KESIMPULAN book].Tersediahttp://books.google.co.id?uL
5BQPFO3MC&oi=fnd&pg=PP2&dq=deve
Penggunaan TDM-LENON dapat meng-
loping+and+validating+item+test+haladyna
identifikasi miskonsepsi siswa SMA pada materi &ots=iCcQQLtqGj&sig=lR8AuCAGsGfY
larutan elektrolit karena keberadaan gambar dapat ZOjUBkO8PAJ90yg&redir_esc=y#v=onep
membantu siswa dalam memahami masalah dalam age&q=developing%20and%20validating%
soal khususnya pada materi larutan elektrolit dan
20item%20test%20haladyna&f=false.[3 Juli
nonelektrolit sekaligus dapat memberikan gam-
2015]
baran tentang representasi mental mereka sehingga Johnstone, A.H. (2000). Teaching of chemistry –
miskonsepsi diungkap dengan lebih mendalam. logical or psychological. Chemistry
Education: Research and Practice in
DAFTAR PUSTAKA Europe Vol. 1 No.1, hlm. 9-15.
Bayrak, B.K. (2013). Using two-tier test to identify Kean, E., Middlecamp, C. 1985. Panduan belajar
primary students’ conceptual understanding kimia dasar. Jakarta: Gramedia.
and alternative conceptions in acid and Lawshe, C.H. (1975). A quantitative approach to
base.Mevlana International Journal of content validity. Personel Psycology Vol.
Education (MIJE) Vol. 3 No.2, hlm. 19-26. 28, hlm.563-573.
Carney, R.N., Levin, J.R. (2002). Pictorial Naah, B.M. (2012). Identifying students'
illustrations still improve students’ learning misconceptions in writing balanced
from text. Educational Psychology Review equations for dissolving ionic compounds in
Vol. 14 No.1, hlm.5-26. water and using multiple-choice questions
Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F., Mocerino, at the symbolic and particulate levels to
M. (2007).The development of a two-tier confront misconceptions.(Disertasi).Middle
multiple-choice diagnostic instrument for Tennessee State University, Murfreesboro,
evaluating secondary school students’ TN.
ability to describe and explain chemical Stojanovska,M., Petrusevski, V.M., Soptrajanov,
reactions using multiple levels of B. (2014). Study of the use three levels of
representation. Chemistry Education thinking and representation. Contributions,
Research and Practice Vol. 8 No.3, hlm. Sec. Nat. Math.Biotech.Sci., MASA Vol.35
293-307. No.1, hlm.37-46.
Davetak, I., Urbancic, M., Grm, K.T.S., Krnel, D. Tien, L.T. (2007). Effectiveness of MORE
(2004).Submicroscopic representations as a Laboratory Module in Prompting Student to
tool for evaluating students’ chemical Revise Their Molecular-Level Ideas about
conceptions. Acta Chim Vol. 51, hlm.799- Solutions. Journal of Chemical Education,
814. Vol.84 No.1, hlm.175-177.
Gliem, J.A. dan Gliem, R.R. (2003). Calculating, Wu, H.K., Krajcik, J.S., Soloway, E. (2001).
interpreting, and reporting cronbach’s alpha Promoting Understanding of Chemical
reliability coefficient for likert-type scales. Representations: Students' Use of a
Midwest Research to Practice Conference Visualization Tool in the Classroom.
in Adult, Continuing, and Community Journal of Research in Science Teaching
Education, hlm. 82-88. Vol. 38 No.7, hlm.821-84
Haladyna, T.M., & Rodriguez, M.C. (2013).
Developing and Validating Test Items [e-

Anda mungkin juga menyukai