Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-
100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi
tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya,
sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam
sel juga merupakan sistem koloid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Perbedaan larutan,koloid,dan suspensi?
2. Sifat-sifat koloid?
3. Cara pembuatan koloid?
4. Manfaat koloid dalam kehidupan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan perbedaan antara larutan,koloid,dan suspensi
2. Menjelaskan sifat-sifat koloidMenjelaskan cara pembuatan koloid
3. Menjelaskan manfaat dan contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui perbedaan antara larutan,koloid,dan suspensi
2. Dapat mengetahui sifat-sifat koloid
3. Dapat mengetahui proses pembuatan koloid
4. Dapat mengetahui manfaat dan contoh koloid dalam kehidupan
sehari-hari.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

NO Larutan Koloid Suspensi


1. 1 fase 2 fase 2 fase
2. jernih keruh keruh
3. homogen antara homogen dan heterogen
heterogen
4. diameter partikel diameter partikel: diameter partikel:
< 1 nm 1 nm < d < 100 nm > 100 nm
5. tidak dapat disaring tidak dapat disaring dapat disaring
dengan penyaring
biasa
6. tidak memisah jika tidak memisah jika memisah jika
didiamkan didiamkan didiamkan
7. Contoh: larutan gula, Contoh: susu, kanji, Contoh: campuran
larutan garam, larutan cat, asap, kabut, buih pasir dengan air, air
alkohol, larutan cuka, sabun, dan busa dengan kopi, minyak
larutan gas dalam dengan air, tanah liat
udara, larutan zat yang dengan air
digunakan dalam
laboratorium dan
industri
3

2.2 Sifat-Sifat Koloid


1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar.
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan.
hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
Gambar Efek Tyndall:

2. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak


lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
4

bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.


Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat
hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung
dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam
larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat
(suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem
koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.

Gambar gerak Brown yang terjadi pada sisitem koloid:


5

3. Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena
permukaannya menyerap ion S2+.

4. Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif. Contohnya ada pada gambar diatas, yaitu Koloid Fe(OH)3
bermuatan positif dan Koloid As2S3 bermuatan negatif.

5. Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.


Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan
atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan
6

6. Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.

Koloid pelindung dari cat adalah latex / binder, dimana latex / binder ini akan
membentuk lapisan film transparan yang akan melindungi dan merekatkan cat ke
permukaan. Cat sendiri sebenarnya adalah pewarna pigmen yang hanya menempel
pada permukaan dan membutuhkan latex / binder sebagai pelapis luar untuk
meningkatkan ketahanan lunturnya baik dari air, gosokan maupun cahaya.

7. Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid,
sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
7

8. Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan


dengan menggunakan arus listrik.

2.3 Cara Pembuatan Koloid

Sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan


sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar, kemudian diaduk dengan
medium pendispersi.Cara yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan yang
kedua disebut cara dispersi.

1. Cara Kondensasi

Cara Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dibedakan menjadi dua, yaitu
cara kimia dan fisika. Kedua cara ini banyak diterapkan untuk membuat koloid tipe
sol, khususnya sol emas dan sol belerang.

a.Cara Kimia

Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara reaksi kimia dapat dilakukan
dengan empat macam, yaitu melalui reaksi pengendapan, reaksi hidrolisis, reaksi
pemindahan, dan reaksi redoks.
8

 Reaksi Pengendapan

Pembuatan koloid melalui reaksi pengendapan dilakukan dengan cara


mencampurkan dua macam larutan elektrolit, hingga menghasilkan endapan yang
berukuran koloid, contoh pembuatan sol AgCI.
Sol AgCI dibuat dengan cara mencampurkan larutan AgN03 encer dengan larutan
HCI encer atau NaCI encer. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

AgNO3(aq) + HCl(aq)→AgCl(s) + HNO3(aq)

AgNO3(aq) + NaCI(aq) AgCI(s) + NaN03(aq)

 Reaksi hidrolisis

Koloid dapat dibuat melalui reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam
tertentu dengan air. Misalnya Sol Fe(OH)3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara
menambahkan larutan FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3 akan terionisasi
menghasilkan ion Fe3+. Ion Fe3+ ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi
Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi:

FeCI3(aq) + 3H20(ℓ) → Fe(OH)a(s) + 3HCl(aq).

 Reaksi pemindahan/substitusi

Contoh koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol As2S3. Sol As2S3 dibuat
dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsen(lll)
oksida. Reaksinya:

As203(aq) + 3H2S(g) →As2S3(s) + 3H20(ℓ).

Koloid lain yang dibuat melalui reaksi pemindahan yaitu sol belerang. Sol ini dibuat
dengan menambahkan larutan HCI ke dalam larutan Na2S203. Campuran ini akan
9

menghasilkan partikel- partikel belerang yang berukuran partikel koloid. Reaksi pada
pembuatan koloid belerang sebagai berikut.

Na2S203(aq) + 2HCI (aq) → 2NaCl(aq) + H2SO 3(aq) + S (s).

 Reaksi redoks

Pembuatan koloid dengan reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan bilangan
oksidasi, misal pada pembuatan sol emas den sol belerang.

 Sol emas (Au)


Sol emas dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan reduktor
non- elektrolit seperti formaldehid.
Reaksinya: 2AuCI3 (aq) + 3HCHO(aq) + 3H20 (ℓ) → 2Au(s)+ 6HCI (aq) +
3HCOO H(aq)
 Sol belerang (s)
Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan S02 atau ke
dalam larutan H2O2. Reaksi yang terjadi:
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H202(aq) → S(s) + 2h2O(ℓ)

b. Cara Fisika

Cara fisika digunakan untuk membuat koloid dengan cara


mengkondensasikan partikel koloid. Proses ini dilakukan melalui cara-cara
berikut.
10

 Pengembunan uap

Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa dibuat
dengan menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin
sehingga mengembun dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid.

 Pendinginan

Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk


menggumpalkan suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat
sebanding dengan suhu.

 Penggantian pelarut

Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak


dapat larut dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang.
Belerang sukar larut dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol.
Sol belerang dalam air, dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol
hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya diteteskan sedikit demi
sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol belerang.

2. Cara Dispersi

Dispersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi. Pembuatan
koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara busur Bredig, mekanik,
peptisasi, dan homogenisasi.

 Cara Busur Bredig

Pembuatan koloid dengan cara busur Bredig sering disebut juga dengan
elektrodispersi. Cara ini dilakukan untuk membuat partikel-partikel fase terdispersi
11

dengan menggunakan loncatan bunga api listrik. Cara ini banyak digunakan untuk
membuat sol logam. Logam yang akan didispersikan dipasang sebagai elektrode-
elektrode yang dihubungkan dengan sumber arus listrik bertegangan tinggi. Loncatan
bunga api listrik yang muncul di antara kedua elektrode akan menguapkan sebagian
logam. Uap logam yang terbentuk di dalam medium dispersi akan menyublim dan
membentuk partikel halus. Cara busur Bredig biasa digunakan untuk membuat sol
emas dan sol platina.

 Cara Mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan cara penggerusan zat padat
hingga halus, kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Namun, pada
proses ini fase terdispersinya kadang-kadang mengalami penggumpalan kembali
sehingga perlu ditambahkan stabilizer atau zat pemantap. Contoh pada pembuatan
mentega, tinta, dan cat.

 Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan jalan memecah partikel zat yang
mengendap dalam medium pendispersi air menjadi berukuran partikel koloid. Proses
ini diikuti dengan penambahan suatu elektrolit atau dengan menghilangkan ion-ion
elektrolit penyebab pengendapan.

Cara peptisasi ini digunakan pada pembuatan sol perak iodida (Agl). Sol perak iodida
dibuat dengan cara mencampur larutan AgN03 dengan larutan Kl berlebih. Campuran
kedua larutan ini menghasilkan endapan Agl. Endapan Agl kemudian dicuci agar
mengalami peptisasi, yaitu terbentuknya partikel koloid Agl. Pencucian
mengakibatkan hilangnya kelebihan elektrolit sehingga Agl dapat terdispersi kembali.
12

 Cara Homogenisasi

Homogensasi adalah cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi
homogen dan berukuran partikel koloid. Misal untuk membuat koloid tipe emulsi,
seperti susu. Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil
hingga berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melaiui
lubang berpori yang mempunyai tekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan
ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke dalam
medium pendispersinya.

2.4 Manfaat Koloid dalam Kehidupan


1. Penjernihan Air
Pada air sungai, tanah yang terdipersi dapat diendapkan dengan perambahan tawas
(Kal(SO4)2) atau larutan PAC (Poly Almunium Chloride). Kedua zat ini dapat
membentuk koloid Al(OH)3. kemudian, partikel koloid Al(OH)3 mengadsorpsi
pengotor di dalam air, menggumpalkan, dan mengendapkannya sehingga air menjadi
jernih.
2. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup
Kadang-kadang gulam masih mengandung pengotor sehingga jika dilaturkan tidak
jernih, pada industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya
digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur
sehingga putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih
telur, dapat juga digunakan zat lain, seperti tanah diatome atau arang aktif.
3. Proses Menghilangkanm Bau Badan
Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang akan mengadsorpsi)
berupa Al-steart. Jika deodorant digosokkan pada anggota badan, Al-steart
mengadsorpsi keringat yang menyebabkan bau badan.
4. Penggunaan Arang Aktif
13

Arang aktif merupakan contoh dari adsorben yang dibuat dengan cara memanaskan
arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menjerap berbagai
zat. Obat norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menjerap
berbagai zat dan racun dalam usus. Arang aktif ini juga digunakan para topeng gas,
lemari es (untuk menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asap nikotin
dan tar)
5. Perebusan Telur
Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein.
Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal.
6. Pembuatan Yoghurt
Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan
terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.
7. Pembuatan Tahu
Pada pembutan tahu dari kedelai, mula-mulai kedelai dihancurkan sehingga terbentuk
bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu
CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan
membentuk tahu.
8. Pembuatan Lateks
Lateks tersebut dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan lateks,
getah karet digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format.
9. Pembentukan Delta
Delta terbentuk dari hasil pencampuran air sungai yang mengandung koloid tanah liat
dan elektrolit yang berasal dari air laut. Pencampuran tersebut menyebabkan
terjadinya koagulasi sehingga terbentuk delta.
10. Pengolahan Asap atau Debu
Asap atau Debu yang dihasilkan dari suatu proses industri dapat mencemari udara
disekitarnya. Asap atau debu merupakan sistem koloid zat padat dalam medium
pendispersi gas (udara). Padatan dalam asap atau debu dapat diendapkan dengan
menggunakan alat cottrel.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar. Macam-macam sistem koloid : Aerosol, sol, buih, emulsi dan gel.
Sifat-sifat sistem koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan listrik, kestabilan
koloid, koloid liofil dan liofod. Pembuatan sistem koloid dibedakan menjadi 2 yaitu
dengan cara kondensi dan dispepersi. Komponen penyusun koloid dibedakan menjadi
2 yaitu fase kontinyu dan fase diskontinyu. Bentuk- bentuk sistem koloid antara lain
bulatan, batang, serat dam piringan. Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-
hari seperti dalam bidang industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya.

3.2 Saran

Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita. Khususnya dalam
bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang berbahaya bagi kesehatan
karena mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, kita harus berhati-
hati dalam memilih dan menggunakan kosmetik.
15

DAFTAR PUSTAKA

http://makalahkimiasistemkoloid.blogspot.co.id/ ,25 Maret 2018

http://tekanlagi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-sistem-koloid.html, 25 Maret 2018

https://mariyam1chemist.wordpress.com/2010/05/23/sifat-sifat-koloid/ ,25 Maret


2018

http://www.pelajaran.co.id/2016/07/cara-pembuatan-koloid-cara-kondensasi-dan-
cara-dispersi.html, 25 Maret 2018

http://imanrohimanchymoth.blogspot.co.id/2011/06/manfaat-koloid-dalam-
kehidupan-sehari.html?m=1, 25 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai