Disusun oleh :
NPM : 18111218
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kas di Sektor Publik?
2. Apa yang dimaksud dengan piutang di Sektor Publik?
3. Bagaimana klasifikasi mengenai kas dan piutang?
4. Bagaimana penyajian dan pengungkapan kas & piutang?
5. Bagaimana prosedur akuntansi kas dan piutang?
BAB II
PEMBAHASAN
B. DEFINISI PIUTANG
Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib
pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Piutang merupakan salah satu aset
yang sangat penting bagi pemerintah daerah.
Semua standar akuntansi menempatkan piutang sebagai aset yang penting dan memiliki
karakteristik tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun pengungkapannya.
Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang kemungkinan tidak dapat
diterima pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau entitas
lain. Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi diterapkan setiap
akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas piutang.
Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan
kualitas umur piutang, jenis/karakteristik piutang dan diterapkan dengan melakukan modifikasi
tertentu tergantung kondisi dari debitornya. Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo piutang
yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan upaya untuk menilai kualitas piutang.
Pengakuan Kas
Terkait dengan pengakuan aset dalam paragraf 67 dan 68 PSAP 01, secara umum
pengakuan aset dilakukan:
1) Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah daerah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal;
2) Pada saat diterima atau kepemilikannya dan atau kepenguasaannya berpindah. Artinya dapat
dikatakan bahwa Kas dan Setara Kas diakui pada saat kas dan setara kas diterima dan/atau
dikeluarkan/dibayarkan.
Klasifikasi Piutang
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013. Piutang antara lain
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Piutang Pendapatan. Piutang yang timbul dari pendapatan, terdiri dari:
v Piutang pajak daerah.
v Piutang retribusi.
v Piutang lain–lain yang sah.
v Piutang transfer pemerintah pusat.
v Piutang transfer pemerintah lainnya.
v Piutang transfer pemerintah daerah lainnya.
v Piutang pendapatan lain–lain.
2. Piutang Lainnya
v Bagian lancar tagihan jangka panjang.
v Bagian lancar tagihan pinjaman jangka panjang kepada entitas lainnya.
v Bagian lancar tuntutan ganti rugi daerah.
v Uang muka.
Pengakuan Piutang
Piutang diakui saat timbul klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya
kepada entitas lain.Piutang dapat diakui ketika:
1) Diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; atau
2) Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
3) Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
Penyajian di neraca diserahkan pada kebijakan akuntansi, dengan mengacu pada kriteria
apakah kas dan setara tersebut telah memenuhi sebagai hak pemerintah dan/atau telah melalui
mekanisme APBN/D. Kas dan Setara Kas pada Aset Lancar meliputi saldo kaspada BUN/BUD,
saldo kas pada bendahara, kas di bendahara pengeluaran yang bukan berasal dari uang persediaan,
kas di BLU dan setara kas.
Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi antar
pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut
merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah berkaitan,
antara lain:
1) Rincian dan nilai kas yang disajikan dalam laporan keuangan;
2) Rincian dan nilai kas yang ada dalam rekening kas umum daerah namun merupakan kas transitoris
yang belum disetorkan ke pihak yang berkepentingan, tetapi belum disetorkan ke Kas Negara,
Iuran Tunjangan Kesehatan/Taspen/Taperum yang belum disetorkan dan lain-lain.
Pengungkapan kas dan setara kas dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
sekurang-kurangnya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kebijakan akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas;
b. Penjelasan dan sifat dari tiap akun kas yang dimiliki dan dikuasai pemerintan;
c. Rincian dan daftar dari masing-masing rekening kas yang signifikan;
d. Kas di Bendahara Pengeluaran yang mencakup bukti-bukti pengeluaran yang belum
dipertanggungjawabkan;
e. Jumlah kas yang dibatasi penggunaannya, bila ada;
f. Selisih kas, bila ada;
g. Rincian setara kas, termasuk jenis dan jangka waktunya;
h. Rincian dana cadangan, bila ada;
i. Rincian uang yang disajikan sebagai aset yang dibatasi penggunaannya;
j. Rincian uang yang disajikan sebagai aset nen lancar lainnya;
k. Selisih kurs atas kas, baik yang telah terealisasi (realized) dan belum terealisasi (unrealized);
l. Kurs yang digunakan pada tanggal neraca;
Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi antar
pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut
merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.
Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang
diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat
berupa:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran piutang;
2. Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3. Penjelasan atas penyelesaian piutang;
4. Jaminan atau sita jaminan jika ada. Khusus untuk tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan
juga harus diungkapkan piutang yang masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai
maupun pengadilan.
Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas Laporan
Keuangan agar lebih informatif. Informasi yang perlu diungkapkan misalnya jenis piutang, nama
debitur, nilai piutang, nomor dan tanggal keputusan penghapusan piutang, dasar pertimbangan
penghapusbukuan dan penjelasan lainnya yang dianggap perlu.
Sistem akuntansi pengeluaran kas merupakan sistem yang digunakan untuk mencatat
seluruh transaksi pengeluaran kas. Penatausahaan pengeluaran kas merupakan serangkaian proses
kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan
mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang berada dalam pengelolaan SKPKD (Satuan
Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah) dan/atau SKPD (Tenda: 2015).
Sistem dan prosedur pengeluaran daerah melalui pengeluaran UP/GU/TU maupun LS
melibatkan beberapa pihak terkait dan memerlukan beberapa surat/dokumen untuk proses
pengeluaran kas serta mebuat surat pertanggungjawaban Administratif dan Fungsional atas
penggunaan dana. Mekanisme pengeluaran kas dapat diringkas pada tabel berikut (Zohri:
2015).
Bagian lancar tagihan jangka Surat keputusan kepala daerah/ dokumen yang
panjang dipersamakan
Jurnal Standar
Telah diterima dokumen berupa PMK/Perpres/Surat Keputusan Kepala
Daerah/Kontrak/Surat Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan dan belum diterima pembayaran
maka fungsi akuntansi akan melakukan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca.
Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Telah diterima Nota Kredit dari bank/bukti tanda terima pembayaran/bukti penerimaan
kas/dokumen yang dipersamakan dimana terjadi pemindahbukuan ke kas daerah, oleh itu
bendahara penerimaan akan mencatat sebagai penerimaan kas untuk pelunasan piutang maka
fungsi akuntansi melakukan jurnal standar:
Jurnal LRA
Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwaSaldo kas dan
setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi antar pos-pos kas dan
setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut merupakan
bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, Piutang antara lain
diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Piutang Pendapatan, 2) Piutang Lainnya. Piutang diakui saat
timbulnya klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya kepada entitas lain.
Piutang dapat diakui ketika: 1) Diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; 2) Telah diterbitkan
surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau 3) Belum dilunasi sampai dengan akhir
periode pelaporan.
B. SARAN
Penulis mengharapkan kepada semua pihak yang terutama pihak yang terkait langsung agar
dapat memahami akuntansi kas dan piutang di sektor publik sebagaimana mestinya. Lebih dari itu,
penulis mengharapkan agar tidak melupakan serta dapat mempertahankan dan mengembangkan
akuntansi itu sendiri, terlebih di zaman yang semakin maju ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bulektin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 14. Akuntansi Kas. 2013. Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Mahmud, Rahmad, dkk. 2016. Analisis Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas dengan Menggunakan
Uang Persediaan (Up) Pada Dinas Sosial Kota Manado. Jurnal EMBA, Vol.4, No.2, Hal. 692-
702.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan. Kementerian Keuangan.
Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.
Modul 2 Pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.
Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.
Steven R. Ratela. 2015. Analisis Akuntansi atas Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Biro Umum
Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA, Vol.3 No.4, Hal. 269-276.
Tamboto, J. A, dkk. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas Pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Kota Tomohon. Jurnal EMBA,
Vol.3 No.4, Hal. 671-679.
Tenda, S. Hendy, dkk. 2015. Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pengeluaran Kas pada Biro Umum
Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 15 No. 05.
Zohri, Lailatul. 2015. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah dengan Kualitas Informasi Laporan
Keuangan sebagai Variabel Intervening Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur
(Online).https://documents.tips/documents/proposal-zohri-terbaru.html, diakses, 04 Oktober
2017.