Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

MATERI KULIAH : DASAR MANAJEMEN KEUANGAN

Dosen : WAHYU HARI PRIHARTONO, SE,MM

‘’MANAJEMEN KAS DAN PIUTANG‘’

Disusun oleh :

Nama : NUR FARID MA’RUF

NPM : 18111218

Prodi : Manajemen 4 A Sore

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LA TANSA MASHIRO

Rangkasbitung Tahun ajaran 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,


pengklasifikasian, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitaskeuangan, penyajian laporan,
serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakanacuan dasar dalam
pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia, termasuk di Pemerintah
Daerah dan satuan kerja di dalamnya.
Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas keuangan yang ada di
setiap entitas Pemerintah Daerah. Proses tersebut kemudian menghasilkan informasi dalam
bentuk laporan keuangan yang akan digunakan dalam proses evaluasi dan pengambilan keputusan
manajerial yang kemudian akan mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
pada periode berikutnya. Jadi, input dari proses akuntansi adalah transaksi dan ouputnya
berupa laporan keuangan.
Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi dua entitas, yaitu entitas
akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi merupakan satuan kerja yang merupakan
pengguna anggaran yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya untuk digabungkan
pada entitas pelaporan. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam
hal ini, yang dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah.
Kas dan piutang merupakan aset pemerintah paling lancar (likuid) dan aktif. Sifat lancar
ditunjukkan dengan kemudahan dan kecepatan untuk diubah menjadi aset lain sesuai kebutuhan,
sebagai alat pembayaran atau untuk memenuhi kewajiban pemerintah.
Kas disebut sebagai aset lancar paling aktif karena semua transaksi keuanganpemerintah
pada umumnya akan berhubungan dengan penerimaan atau pengeluaran kas.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) nomor 01 tentang
PenyajianLaporan Keuangan paragraf 8 mendefinisikan Kas sebagai uang tunai dan saldo
simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Di
dalam pelaksanaan akuntansi atas kas, masih ditemukan berbagai permasalahan terkait
pemahaman mengenai definisi, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan kas. Begitu
juga dengan akuntansi piutang.
Dalam praktiknya ternyata masih banyak peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang,
yang merupakan salah satu aset penambah kekayaan bersih pemerintah. Hak pemerintah ini tidak
hanya terbatas pada piutang pajak dan bukan pajak, tetapi masih banyak sumber daya ekonomi
akibat peristiwa-peristiwa masa lalu yang menimbulkan hak pemerintah, yang masih memerlukan
penjabaran lebih lanjut.
Selama ini dikenal pengakuan dan pencatatan piutang berdasarkan nilai nominalsaja, tanpa
memperhitungkan kolektibilitas sesuai dengan sifat dan karakteristik debitur. Hal tersebutakan
menimbulkan moral hazard (kerugian moril bagi bangsa dan negara) yang tinggi atas akuntansi
piutang, karena dapat menimbulkan adanya hak pemerintah untuk menagih, yang tidak dilaporkan
atau yang disalahgunakan.
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka perlunya makalah tentang Akuntansi
Kas dan Piutang untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman tentang cara
mengindentifikasi, mengukur dan menyajikan pos-pos, baik oleh penyusun laporan,
pengguna laporan dan institusi yang melakukan audit atasLaporan Keuangan Pemerintah.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kas di Sektor Publik?
2. Apa yang dimaksud dengan piutang di Sektor Publik?
3. Bagaimana klasifikasi mengenai kas dan piutang?
4. Bagaimana penyajian dan pengungkapan kas & piutang?
5. Bagaimana prosedur akuntansi kas dan piutang?

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui Akuntansi Kas di Sektor Publik.
2. Mengetahui Akuntansi Piutang di Sektor Publik.
3. Mengetahui klasifikasi mengenai kas dan piutang.
4. Mengetahui penyajian dan pengungkapan kas & piutang.
5. Mengetahui prosedur akuntansi kas dan piutang.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KAS DAN SETARA KAS


Mengacu pada Paragraf 8 PSAP Nomor 1 tentang
Penyajian LaporanKeuanganmendefinisikan kas sebagai uang tunai dan saldo simpanan di bank
yang setiap saat dapatdigunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah yang sangat likuid
yang siapdijabarkan/dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan.
Kasjuga meliputi seluruh Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) yang
wajibdipertanggungjawabkan dan dilaporkan dalam neraca. Saldo simpanan di bank yang
setiapsaat dapat ditarik atau digunakan untuk melakukan pembayaran. Dalam pengertian kas
inijuga termasuk setara kas.
Uang yang berada dalam pengelolaan pemerintah tidak semua dapat diakui sebagaiKas dan
disajikan pada laporan keuangan sebagai aset lancar. Uang dalam pengelolaanpemerintah
disajikan sebagai aset non pada laporan keuangan sebagai aset lancar. Uangdalam pengelolaan
pemerintah disajikan sebagai aset non lancar apabila uang tersebut tidakmemenuhi definisi aset
lancar dan definisi kas pada PSAP No 01 tentang Penyajian LaporanKeuangan. Sebagai contoh,
uang pemerintah yang penggunaannya dibatasi, atau sengajadialokasikan untuk kebutuhan khusus.
PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 8, mendefinisikan setarakas
sebagai investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kasserta bebas
dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas pada pemerintah daerahditujukan untuk
memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan
setara kas, investasi jangka pendek harus segera dapat diubahmenjadi kas dalam jumlah yang dapat
diketahui tanpa ada risikoperubahan nilai yangsignifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut
setara kas kalau investasi dimaksud mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 (tiga) bulan dari
tanggal perolehannya.

B. DEFINISI PIUTANG
Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib
pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Piutang merupakan salah satu aset
yang sangat penting bagi pemerintah daerah.
Semua standar akuntansi menempatkan piutang sebagai aset yang penting dan memiliki
karakteristik tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun pengungkapannya.
Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang kemungkinan tidak dapat
diterima pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau entitas
lain. Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi diterapkan setiap
akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas piutang.
Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan
kualitas umur piutang, jenis/karakteristik piutang dan diterapkan dengan melakukan modifikasi
tertentu tergantung kondisi dari debitornya. Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo piutang
yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan upaya untuk menilai kualitas piutang.

C. KLASIFIKASI MENGENAI KAS DAN PIUTANG


Klasifikasi Kas
Proses bisnis pengelolaan kas pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yangmenjadi
acuan dalam pemilihan kaidah akuntansi mengacu pada PP Nomor 39 tahun 2007tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah beserta peraturan-peraturan pelaksana terkait.Pada umumnya
saldo kas pemerintah bertambah karena adanya pendapatan ataupenerimaan pembiayaan, atau
penerimaan transfer atau transaksi penerimaan lainnya/non anggaran. Saldo kas berkurang apabila
terdapat belanja atau pengeluaran pembiayaan, ataupengeluaran transfer atau transaksi pengeluran
lainnya/non anggaran.
Pengaturan di dalam IPSAP 2 tentang Pengakuan Pendapatan yang Diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah, pendapatan juga mencakup Pendapatan kas yang diterima
oleh bendahara penerimaan sebagai pendapatan negara/daerah yang hingga tanggal pelaporan
belum disetorkan ke RKUN/RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan
bagian dari BUN/BUD.Apabila bendahara penerimaan bukan merupakan bagian BUN/BUD,
pendapatan kasyang diterima oleh bendahara penerimaan sebagaimana tersebut di atas tidak diakui
sebagai pendapatan. Ketentuan ini diterapkan secara analogis pada belanja negara/daerah.
Ketentuan terkait bendahara merupakan bagian atau bukan bagian dari BUN/BUD diatur oleh
Pemerintah.

a. Kas Pemerintah dalam Pengelolaan Bendahara Umum Negara (BUN)


Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum negara. Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, Menteri
Keuangan adalah Bendahara Umum Negara yang menguasai Uang Negara. Rekening tempat
penyimpanan Uang Negara yang ditentukan Menteri Keuangan selaku BUN, sebagai Rekening
untuk menampung seluruh penerimaan negara dan seluruh pengeluaran negara pada bank sentral
adalah Rekening Kas Umum Negara (RKUN).
Kas Pemerintah yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab Bendahara Umum Negaraatau
Kuasa. Bendahara Umum Negara dapat ditempatkan pada RKUN di Bank Sentral pada Rekening
Khusus Pemerintah, pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), danpada Rekening
Lainnya. Kas pada Rekening Khusus Pemerintah adalah rekening atas nama Menteri Keuangan RI
sebagai BUN, yang merupakan rekening khusus untuk keperluan tertentu sesuai peraturan yang
berlaku. Misalnya rekening khusus untuk menampung penarikan di muka (advance) Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri (PHLN). Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara meliputi rekening
penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank umum/persepsi.
Kas pada Rekening Lainnya merupakan rekening yang digunakan untuk penampungan
sementara penerimaan negara sebelum ditransfer ke RKUN atau penampungan penerimaan yang
didalamnya masih terkandung hak pihak ketiga, antara lain Rekening Sumber Daya Alam (SDA)
Migas dan Non Migas. Rekening SDA Migas untuk menampung seluruh penerimaan dan
membayar pengeluaran terkait kegiatan usaha hulumigas. Rekening SDA Non Migas terdiri dari
dua buah rekening yaitu Rekening Penerimaan Bidang Pertambangan dan Perikanan, dan
Rekening Penerimaan Panas Bumi.
Rekening Penerimaan Bidang Pertambangan dan Perikanan dibentuk untuk menampung
penerimaan tunai yang berasal dari bidang pertambangan dan perikanan dan Rekening Penerimaan
Panas Bumi untuk menampung penerimaan dan membayar pengeluaran terkait dengan kegiatan
usaha panas bumi.

b. Kas Pemerintah Daerah


Uang Daerah adalah uang yang dikuasai oleh Bendahara Umum Daerah meliputi rupiah
dan valuta asing. Pengelola Uang Daerah meliputi:
1) Bendahara Umum Daerah (BUD) adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum daerah yaitu Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD),
2) Bendahara Penerimaan, dan
3) Bendahara Pengeluaran.
Kas dan setara kas pada pemerintah daerah mencakup kas yang dikuasai, dikelola dan
dibawah tanggung jawab bendahara umum daerah (BUD) dan kas yang dikuasai, dikelola dan di
bawah tanggung jawab selain bendahara umum daerah, misalnya bendahara pengeluaran.Kas dan
setara kas yang yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab bendahara umum daerah terdiri dari:
1) Saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang ditentukan oleh kepala
daerah untuk menampung penerimaan dan pengeluaran.
2) Setara kas, antara lain berupa surat utang negara (SUN)/obligasi dan deposito kurang dari 3 bulan,
yang dikelola oleh bendahara umum daerah.

c. Kas Pemerintah di Luar Pengelolaan Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/D)


Kas pemerintah yang penguasaan, pengelolaan dan pertanggungjawabannya dilakukan
oleh selain Bendahara Umum Negara/Daerah meliputi:
1) Kas di Bendahara Penerimaan, apabila Bendahara Penerimaan bukan merupakan bagian dari
BUN.
2) Kas di Bendahara Pengeluaran, apabila Bendahara Pengeluaran bukan bagian dari BUN.
3) Saldo Kas Lainnya yang Diterima karena Penyelenggaraan Pemerintahan.
4) Kas di Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah.

Pengakuan Kas
Terkait dengan pengakuan aset dalam paragraf 67 dan 68 PSAP 01, secara umum
pengakuan aset dilakukan:
1) Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah daerah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal;
2) Pada saat diterima atau kepemilikannya dan atau kepenguasaannya berpindah. Artinya dapat
dikatakan bahwa Kas dan Setara Kas diakui pada saat kas dan setara kas diterima dan/atau
dikeluarkan/dibayarkan.

Klasifikasi Piutang
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013. Piutang antara lain
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Piutang Pendapatan. Piutang yang timbul dari pendapatan, terdiri dari:
v Piutang pajak daerah.
v Piutang retribusi.
v Piutang lain–lain yang sah.
v Piutang transfer pemerintah pusat.
v Piutang transfer pemerintah lainnya.
v Piutang transfer pemerintah daerah lainnya.
v Piutang pendapatan lain–lain.
2. Piutang Lainnya
v Bagian lancar tagihan jangka panjang.
v Bagian lancar tagihan pinjaman jangka panjang kepada entitas lainnya.
v Bagian lancar tuntutan ganti rugi daerah.
v Uang muka.
Pengakuan Piutang
Piutang diakui saat timbul klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya
kepada entitas lain.Piutang dapat diakui ketika:
1) Diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; atau
2) Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
3) Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Seluruh uang yang dikuasai pemerintah dilaporkan dalam Neraca, dan dapat
disajikandalam kelompok aset lancar dan aset non lancar berdasarkan dari karakteristik uang
tersebut.
1. Penyajian Uang Pada Aset Lancar
Jika uang memenuhi definisi aset lancar yaitu suatu aset yang diharapkan segera untuk
dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal pelaporan, dan memenuhi definisi kas pada paragraf 8 PSAP 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan, yang mendefinisikan kas sebagai uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap
saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan, maka uang tersebut
diklasifikasikan sebagai Aset Lancar. Penyajian uang sebagai aset lancar pada neraca tergantung
pada dua kriteria, yaitu apakah uang tersebut (a) merupakan hak pemerintah dan (b) telah melalui
mekanisme APBN/D. Uang pada Aset Lancar disajikan sebagai Kas dan Setara Kas.
Jika uang tersebut merupakan hak milik pemerintah dan telah melalui mekanisme APBN/D
maka uang tersebut disajikan sebagai kas dan setara kas yang merupakan bagian dari SAL/SiLPA
pada entitas pelaporan. Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Uang yang merupakan hak
pemerintah dan telah melalui mekasime APBN pada entitas pelaporan kementerian
negara/lembaga disajikan sebagai kas dan setara kasdengan akun pasangan ekuitas dana lancar.
Jika uang tersebut dikuasai pemerintah dan merupakan hak pemerintah namun pada saat pelaporan.
Uang tersebut belum memenuhi kriteria telah melalui mekanisme APBN/D, maka uang
tersebut disajikan sebagai kas dan setara kas dengan akun pasangan ekuitas dana lancar selain
SAL/SiLPA pada entitas pelaporan Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah, contohnya Kas
BLU dan Kas Hibah Langsung yang belum disahkan.
Penyajian uang merupakan hak pemerintah namun pada saat pelaporan uang tersebut
belum melalui mekanisme APBN pada kementerian negara/lembaga, misalnya Kas di Bendahara
Penerimaan yang belum disetorkan ke KUN, disajikan sebagai kas dan setara kas dengan akun
lawan pendapatan yang ditangguhkan. Jika uang tersebut belum/tidak memenuhi kriteria
pengakuan hak pemerintah dan belum melalui mekanisme APBN/D, uang tersebut dapat disajikan
sebagai kas dan setara kas dengan akun lawan berupa:
a. Pendapatan yang Ditangguhkan, jika uang tersebut merupakan penerimaan yang belum
selesai earning proses-nya. Termasuk di dalamnya adalah uang yang berasaldari penerimaan yang
belum menjadi pendapatan negara misalnya penerimaan migas.
b. Utang kepada Pihak Ketiga, jika uang tersebut dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah namun
uang tersebut merupakan hak pihak ketiga, meliputi antara lain Kas diBendahara Pengeluaran yang
bukan berasal dari uang persediaan berupa dana yangberasal dari SPM LS kepada Bendahara
Pengeluaran yang belum seluruhnya diserahkan kepada yang berhak per tanggal neraca.

Penyajian di neraca diserahkan pada kebijakan akuntansi, dengan mengacu pada kriteria
apakah kas dan setara tersebut telah memenuhi sebagai hak pemerintah dan/atau telah melalui
mekanisme APBN/D. Kas dan Setara Kas pada Aset Lancar meliputi saldo kaspada BUN/BUD,
saldo kas pada bendahara, kas di bendahara pengeluaran yang bukan berasal dari uang persediaan,
kas di BLU dan setara kas.
Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi antar
pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut
merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah berkaitan,
antara lain:
1) Rincian dan nilai kas yang disajikan dalam laporan keuangan;
2) Rincian dan nilai kas yang ada dalam rekening kas umum daerah namun merupakan kas transitoris
yang belum disetorkan ke pihak yang berkepentingan, tetapi belum disetorkan ke Kas Negara,
Iuran Tunjangan Kesehatan/Taspen/Taperum yang belum disetorkan dan lain-lain.

2. Penyajian Uang Pada Aset Non Lancar


Uang yang disajikan pada aset non Lancar merupakan uang yang tidak memenuhi definisi
aset lancar yaitu suatu aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk
dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan dan uang yang tidak
memenuhi definisi kas menurut paragraf 8 PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan yaitu
uang tunai dan saldo simpanan di Bank yang dapat digunakan setiap saat untuk membiayai
kegiatan pemerintah.
Uang tersebut diklasifikasikan dalam kelompok aset non lancar, yang disajikan secara
terpisah dari saldo kas dan setara kas pada aset lancar. Penyajian uang pada aset non lancar
tergantung pada tiga kriteria, yaitu apakah uang tersebut (a) merupakan hak pemerintah,
(b) dicadangkan untuk tujuan tertentu dan (c) dibatasi/tidak penggunaannya. Uang pada aset non
lancar dapat disajikan sebagai dana cadangan, aset yang dibatasi penggunaannya, dan aset non
lancar lainnya.
Berdasarkan hal-hal diatas maka contoh format penyajian uang dalam neraca dalam
kelompok aset lancar dan aset non lancar adalah sebagai berikut:

Pengungkapan kas dan setara kas dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
sekurang-kurangnya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kebijakan akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas;
b. Penjelasan dan sifat dari tiap akun kas yang dimiliki dan dikuasai pemerintan;
c. Rincian dan daftar dari masing-masing rekening kas yang signifikan;
d. Kas di Bendahara Pengeluaran yang mencakup bukti-bukti pengeluaran yang belum
dipertanggungjawabkan;
e. Jumlah kas yang dibatasi penggunaannya, bila ada;
f. Selisih kas, bila ada;
g. Rincian setara kas, termasuk jenis dan jangka waktunya;
h. Rincian dana cadangan, bila ada;
i. Rincian uang yang disajikan sebagai aset yang dibatasi penggunaannya;
j. Rincian uang yang disajikan sebagai aset nen lancar lainnya;
k. Selisih kurs atas kas, baik yang telah terealisasi (realized) dan belum terealisasi (unrealized);
l. Kurs yang digunakan pada tanggal neraca;

Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi antar
pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut
merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.

Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang
diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat
berupa:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran piutang;
2. Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
3. Penjelasan atas penyelesaian piutang;
4. Jaminan atau sita jaminan jika ada. Khusus untuk tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan
juga harus diungkapkan piutang yang masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai
maupun pengadilan.

Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas Laporan
Keuangan agar lebih informatif. Informasi yang perlu diungkapkan misalnya jenis piutang, nama
debitur, nilai piutang, nomor dan tanggal keputusan penghapusan piutang, dasar pertimbangan
penghapusbukuan dan penjelasan lainnya yang dianggap perlu.

E. PROSEDUR AKUNTANSI KAS DAN PIUTANG


Dalam jurnal (Ratela: 2015), Akuntansi Penerimaan Kas merupakan Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah antara lain diperoleh dari transaksi berikut ini:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah antara lain meliputi penjualan aset daerah yang
dipisahkan, penerimaan bunga deposito, penerimaan jasa giro, denda keterlambatan pelaksanaan
kegiatan.

Sistem akuntansi pengeluaran kas merupakan sistem yang digunakan untuk mencatat
seluruh transaksi pengeluaran kas. Penatausahaan pengeluaran kas merupakan serangkaian proses
kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan
mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang berada dalam pengelolaan SKPKD (Satuan
Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah) dan/atau SKPD (Tenda: 2015).
Sistem dan prosedur pengeluaran daerah melalui pengeluaran UP/GU/TU maupun LS
melibatkan beberapa pihak terkait dan memerlukan beberapa surat/dokumen untuk proses
pengeluaran kas serta mebuat surat pertanggungjawaban Administratif dan Fungsional atas
penggunaan dana. Mekanisme pengeluaran kas dapat diringkas pada tabel berikut (Zohri:
2015).

Menurut Permendagri 64/2013 “Tentang Kebijakan Akuntansi Piutang Pemerintah


Daerah”. Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) dan Bendahara Penerimaan SKPD.
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) Dalam sistem akuntansi piutang, PPK-
SKPD melaksanakan fungsi akuntansi SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:
1) Mencatat transaksi/kejadian piutang berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah dan valid ke
Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca.
2) Melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA
kedalam Buku Besar masing-masing rekening.
3) Menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Penerimaan SKPD.
1) Mencatat dan membukukan semua penerimaan ke dalam buku kas penerimaan SKPD.
2) Membuat SPJ atas pendapatan.

Dokumen yang digunakan


Uraian Dokumen
Piutang pajak daerah SKP daerah/SKPDKB/dokumen yang
dipersamakan

Piutang hasil pengelolaan Hasil RUPS/dokumen yang dipersamakan


kekayaan daerah yang
dipisahkan
Piutang lain-lain PAD yang Nota kredit/sertifikat deposito /dokumen yang
sah: dipersamakan SK
1. Jasa giro/ bunga deposito pembebanan/SKP2K/SKTJM/dokumen yang
2. Tuntutan ganti kerugian dipersamakan
daerah
3. Piutang hasil eksekusi atas
jaminan
Piutang transfer pemerintah
pusat: 1. PMK
1. Bagi hasil pajak 2. PMK
2. Bukan hasil pajak 3. Perpres
3. DAU 4. PMK
4. DAK 5. PMK
5. Bukan hasil pajak

Piutang transfer pemerintah


lainnya: 1. PMK
1. Dana otsus 2. PMK
2. Data penyesuaian 3. Keputusan kepala daerah /PMK/dokumen
3. Piutang dana bos yang dipersamakan

Piutang transfer pemerintah


daerah lainnya 1. Keputusan kepala daerah/ dokumen yang
1. Bagi hasil pajak dipersamakan
2. Bantuan keuangan 2. Keputusan kepala daerah/ dokumen yang
3. Piutang pendapatan lainnya dipersamakan
3. Dokumen yang dipersamakan

Bagian lancar tagihan jangka Surat keputusan kepala daerah/ dokumen yang
panjang dipersamakan

Bagian lancar tagihan Surat keputusan kepala daerah/ dokumen yang


pinjaman jangka panjang dipersamakan
kepada entitas lainnya
Bagian lancar tagihan Kontrak/perjanjian penjualan secara
penjualan angsuran angsuran/dokumen yang dipersamakan

Bagian lancar tuntutan ganti Surat keputusan pembebanan


kerugian daerah kerugian/dokumen yang dipersamakan

Uang muka SP2D/nota debet/dokumen yang dipersamakan

Jurnal Standar
Telah diterima dokumen berupa PMK/Perpres/Surat Keputusan Kepala
Daerah/Kontrak/Surat Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan dan belum diterima pembayaran
maka fungsi akuntansi akan melakukan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca.
Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

XXX XXX XXX Piutang .... XXX


XXX Pendapatan .... LO XXX

Telah diterima Nota Kredit dari bank/bukti tanda terima pembayaran/bukti penerimaan
kas/dokumen yang dipersamakan dimana terjadi pemindahbukuan ke kas daerah, oleh itu
bendahara penerimaan akan mencatat sebagai penerimaan kas untuk pelunasan piutang maka
fungsi akuntansi melakukan jurnal standar:

Jurnal LO dan Neraca


Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

XXX XXX XXX Kas di kas daerah XXX


XXX Piutang ... XXX

Jurnal LRA
Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX


XXX Pendapatan .... XXX
LRA
Setiap pengeluaran negara harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan walaupun hanya
satu rupiah, dituangkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah (LKP). LKP diaudit oleh BPK,
bahkan bila perlu diperiksa secara mendalam. Untuk memudahkan membuat LKP yang handal dan
akuntabel, diperlukan sistem pelaporan yang terintegrasi dengan pelaksanaan pengeluaran negara.
Ditjen Perbendaharaan bersama kantor vertikal yaitu Kantor Wilayah (Kanwil) dan KPPN,
mengupayakan agar Kementerian/Lembaga Negara (K/L) dapat membuat LKP terstandar sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Serangkaian sistem beserta apiikasi komputer telah disiapkan untuk pembuatan LKP oleh
masing-masing K/L yang dimulai dari satker-satkernya. Hal ini memungkinkan K/L dapat
menyusun laporan keuangan walaupun memiliki ribuan satker yang di seluruh Indonesia bahkan
di daerah terpencil sekalipun. Apalagi pemerintah telah menerapkan laporan keuangan berbasis
akuntansi akrual, hal ini membuat laporan keuangan menyajikan berbagai transaksi yang sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Dengan demikian laporan keuangan pemerintah menjadi lebih akurat,
transparan dan akuntabel.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwaSaldo kas dan
setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi antar pos-pos kas dan
setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut merupakan
bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, Piutang antara lain
diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Piutang Pendapatan, 2) Piutang Lainnya. Piutang diakui saat
timbulnya klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya kepada entitas lain.
Piutang dapat diakui ketika: 1) Diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; 2) Telah diterbitkan
surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau 3) Belum dilunasi sampai dengan akhir
periode pelaporan.

B. SARAN
Penulis mengharapkan kepada semua pihak yang terutama pihak yang terkait langsung agar
dapat memahami akuntansi kas dan piutang di sektor publik sebagaimana mestinya. Lebih dari itu,
penulis mengharapkan agar tidak melupakan serta dapat mempertahankan dan mengembangkan
akuntansi itu sendiri, terlebih di zaman yang semakin maju ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bulektin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 14. Akuntansi Kas. 2013. Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan.

Mahmud, Rahmad, dkk. 2016. Analisis Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas dengan Menggunakan
Uang Persediaan (Up) Pada Dinas Sosial Kota Manado. Jurnal EMBA, Vol.4, No.2, Hal. 692-
702.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan. Kementerian Keuangan.

Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.

Modul 2 Pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.

Modul 2 Permendagri 64/2013 “Tentang Kebijakan Akuntansi Piutang Pemerintah Daerah”.

Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.

Steven R. Ratela. 2015. Analisis Akuntansi atas Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Biro Umum
Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA, Vol.3 No.4, Hal. 269-276.

Tamboto, J. A, dkk. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas Pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Kota Tomohon. Jurnal EMBA,
Vol.3 No.4, Hal. 671-679.

Tenda, S. Hendy, dkk. 2015. Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pengeluaran Kas pada Biro Umum
Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 15 No. 05.

Zohri, Lailatul. 2015. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah dengan Kualitas Informasi Laporan
Keuangan sebagai Variabel Intervening Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur
(Online).https://documents.tips/documents/proposal-zohri-terbaru.html, diakses, 04 Oktober
2017.

Anda mungkin juga menyukai