Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SLE

(SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS)


Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Medika Bedah 2
Dosen Mata Ajar : Ni Ketut K.M.Kep.Sp.KMB

Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas 2D
HALAMAN JUDUL
1. Ajeng Aulia ( 2920183374 )
2. Alfatihah Atthariqul Fidaus ( 2920183375 )
3. Alifia Ulfah Ma’rufah ( 2920183376 )
4. Alvie Wijayanti ( 2920183377 )
5. Ani Nur Rohmah ( 2920183378 )
6. Anis Maisyaroh ( 2920183379 )
7. Annisa Hidayanti ( 2920183380 )
8. Arta Bangga Utama ( 2920183381 )
9. Avia Arditasari ( 2920183382 )
10. Destivita Ningsih ( 2920183383 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019/2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...................................................................................1

B. TUJUAN.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. DEFINISI......................................................................................................3

B. ETIOLOGI....................................................................................................3

C. PATOFISIOLOGI..........................................................................................4

D. PATHWAY....................................................................................................5

E. MANIFESTASI KLINIS..............................................................................6

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................6

G. KOMPLIKASI..............................................................................................7

H. PENATALAKSANAAN...............................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................9

A. PENGKAJIAN..............................................................................................9

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Systemic Lupus Erithematosus (SLE) merupakan penyakit yang
menyebabkan peradangan atau inflamasi multisistem yang disebabkan banyak
faktor dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun
berupa peningkatan sistem imun dan produksi autoantibody yang berlebihan.
Lupus hingga saat ini menyerang paling sedikit sekitar 5 juta orang di dunia.
Di Amerika hingga saat ini tercatat 1,5 juta orang menderita penyakit lupus
(Lupus Foundation of America, 2015). Penderita lupus di Indonesia pada
tahun 1998 tercatat 586 kasus, ternyata setelah tahun 2005 telah mencapai
6.578 penderita. Penderita yang meninggal mencapai sekitar 100 orang. Pada
tahun 2008, tercatat 8.693 penderita lupus dan 43 orang meninggal.
Kemudian, sampai dengan April 2009, tercatat 8.891 penderita lupus dan 15
meninggal (Djoerban 2007, dalam Judha, dkk, 2015).
Menurut Hasdianah, dkk (2014), terdapat banyak faktor yang
berpengaruh terhadap berkembangnya penyakit autoimun (multi faktor).
Penyakit autoimun merupakan penyakit yang timbul akibat patahnya toleransi
kekebalan diri. Lupus merupakan salah satu penyakit autoimun. Faktor-faktor
yang bersifat predisposisi dan ikut berkontribusi menimbulkan penyakit
autoimun antara lain, faktor genetik, kelamin (gender), infeksi, sifat
autoantigen, obat-obatan, serta faktor umur.
Menurut Judha, dkk (2015), faktor yang meningkatkan risiko penyakit
lupus yakni jenis kelamin, wanita usia produktif lebih berisiko terkena
penyakit ini. Lupus paling umum terdiagnosis pada mereka yang berusia
diantara 15-40 tahun. Ras Afrika, Hispanics dan Asia lebih berisiko terkena
lupus. Paparan sinar matahari juga menjadi faktor risiko lupus. Jenis kelamin,
usia, ras, paparan sinar matahari, konsumsi obat tertentu, infeksi virus
Epstein-Barr, paparan zat kimia seperti rokok juga menjadi faktor risiko
penyakit lupus.

B. TUJUAN

1
1.tujuan umum
Mampu melaksanakan Dan mengetahui penyakit dengan asuhan

keperawatan dengan masalah

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS.

2.tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi systemic lupus Erythematosus

b. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi systemic lupus Erythematosus

c. Mahasiswa mampu menjelaskan Manifestasi klinik systemic lupus


Erythematosus

d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi systemic lupus Erythematosus

e. Mahasiswa mampu menjelaskan patway systemic lupus Erythematosus

f. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang systemic lupus


Erythematosus

g. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi systemic lupus Erythematosus

h. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan systemic lupus Erythematosus

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. DEFINISI
Systemic Lupus Erythematosus atau dikenal sebagai penyakit Lupus
merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan terjadinya keradangan dan
kerusakan berbagai bagian tubuh, misalnya kulit, sendi, ginjal, jantung,
pembuluh darah, dan otak. Penyakit ini banyak diderita oleh perempuan
berumur antara 15 dan 44 tahun. (Soedarto, 2012).
Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit yang
ditandai dengan produksi antibodi yang berlebihan terhadap komponen inti
sel dan menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis pada organ
(Cleanthous, Tyagi, Isenberg, & Newman, 2012). Istilah penyakit SLE telah
diperkenalkan oleh dokter pada abad ke-19 untuk menggambarkan lesi di
kulit, dan membutuhkan waktu hampir 100 tahun untuk akhirnya menyadari
bahwa penyakit ini bersifat sistemik pada beberapa organ yang disebabkan
respon autoimun yang menyimpang (Tsokos, 2011). Penyebab pasti dari
penyakit SLE sampai saat ini masih belum diketahui. Namun terdapat
beberapa faktor yang diduga menjadi faktor resiko penyakit ini, yaitu genetik,
lingkungan, regulasi sistem imun, hormonal, dan epigenetic (Bartels, et al.,
2013).

B. ETIOLOGI
Lupus disebabkan oleh gangguan sistem imun penderita yang
memproduksi antibodi yang bekerja terhadap jaringan dan sel sehat tubuhnya
sendiri (autoantibodi) sehingga menyebabkan terjadinya keradangan dan
kerusakan berbagai organ dan jaringan tubuhnya sendiri. Tipe autoantibodi
yang terbentuk pada penderita SLE adalah antinuclear antibody (ANA) yang
bereaksi terhadap bagian-bagian dari inti sel. Faktor-faktor genetik,
lingkungan, dan faktor hormonal diduga secara bersama-sama mempengaruhi
terjadinya penyakit ini. (Soedarto, 2012).
Penyakit Lupus terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan auto antibody yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,

3
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal). Sampai saat ini penyebab Lupus belum diketahui. Diduga faktor
genetik, infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi Lupus.
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari
sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan terhadap reaksi imunologi ini
akan menghasilkan antibodi secara terus-menerus. Antibodi ini juga berperan
dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit
inflamasi imun sistemik dengan kerusakkan multiorgan (Mohamad Judha,
Deden Iwan Setiawan, 2015).

C. PATOFISIOLOGI
SLE merepresentasikan gejala klinis yang unik dan berbeda dari penyakit
lainnya. SLE memiliki spektrum gejala yang luas an menckup banyak sistem
organ. Walaupun gejalanya tidak dapat dikenali secara spesifik, namun yang
paling sering terjdi pada SLE adalah diproduksinya autoantibodi secara
abnormal dan berlebihan serta terjadinya pembentukan imun kompleks.
Produksi autoantibodi yang berlebihan merupakan akibat dari terjadinya
hiperaktivitas pada limfosit B. Hiperaktivitas sel B ini dapat dipicu oleh
hilangnya immune self tolerance, tingginya kadar zat zat yang bersifat
antigenik baik yang bersumber dari lingkungan ataupun self antigen yang di
presentasikan oleh sel B ke sel B lain melalui spesifik antigen presenting cell,
terjadinya perubahan sel T helper tipe 1 menjadi sel T helper tipe 2 yang
mendorong sel B untuk memproduksi antibodi, serta terjadinya kerusakan
pasa supresor sel B. Selain itu, kerusakan yeng terjadi pada proses regulatori
imun juga dapat menyebabkan SLE (Dipiro et al,. 2008)

D. PATHWAY
Genetik, kuman, virus,
lingkungan, obat-
obatan tertentu

4
Gangguan
imunoregulasi

Antibodi yang berlebihan

Sel T sepresor yang


abnormal

Antibodi menyerang organ-


organ tubuh (sel,jaringan)

Penumpukan komplek
imun dan kerusakan
jaringan

Penyakit SLE

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinis yang sering dijumpai pada SLE menurut (Soedarto,
2012) adalah :
1. Terdapat bercak merah berbentuk kupu-kupu yang melintang pada hidun
pipi

5
2. Nyeri dan pembengkakan sendi
3. Demam yang tidak diketahui sebabnya
4. Gangguan perut
5. Nyeri dada setiap menghirup udara dalam-dalam
6. Pembesaran kelenjar-kelenjar
7. Rasa lelah sepanjang hari
8. Rambut rontok
9. Jari tangan dan kaki menjadi pucat atau biru jika kedinginan atau
mengalami stress
10.Peka terhadap sinar matahari
11.Sel darah merah menurun jumlahnya
12.Gangguan memori, sukar berpikir, atau depresi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Soedarto, 2012)
Lupus timbul mendadak (akut) mirip proses penyakit infeksi sehingga
proses awalnya sukar dikenali. Untuk menentukan diagnosis selain
memperhatikan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, dilakukan
pemeriksaan laboratorium, antara lain :
1. Pemeriksaan darah : hitung jenis dan laju endap darah (LED) dan
pemeriksaan kimiawi darah.
2. Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya ANA (antinuclear antibody),
autoantibody test lainnya misalnya anti-DNA, anti-Sm, anti-RNP, anti-Ro
(SSA), dan anti-La (SSB).
3. Pemeriksaan kadar komplemen
4. Anticardiolipin antibody test. Cardiolipin berperan untuk mencegah
pembekuan darah patologis atau mencegah abortus.
5. Biopsi kulit atau organ ginjal
6. Pemeriksaan radiologis atau imaging test pada organ-organ yang terserang.

G. KOMPLIKASI
1. Anemia
2. Gagal ginjal
3. Lupus nefritis
4. Gangguan pada otak
5. Kehamilan (dapat menyebabkan prematur, preeklamsia, dan keguguran)

6
H. PENATALAKSANAAN
Menurut (Soedarto, 2012)
Pengobatan penderita lupus disesuaikan dengan kebutuhan penderita,
umur, jenis kelamin, keadaan kesehatan umummnya, gejala klinis yang
diderita, dan cara hidup penderita. Tujuan pengobatan selain mengobati
keluhan dan gejala klinis penderita juga untuk mencegah kekambuhan, dan
mengurangi terjadinya kerusakan organ dan mencegah komplikasi.Obat-
obatan yang diberikan adalah :
1. NSAIDs (Non steroidal anti-inflammatory drugs), misalnya ibuprofen dan
naproxen : menghambat inflamasi, mengurangi nyeri sendnni, nyeri dada
dan mengatasi demam.
2. Antimalaria, misalnya hidroksiklorokuin (Plaquenil): untuk mengatasi
rasa lelah, nyeri sendi, ruam kulit dan inflamasi paru.
3. Kortikosteroid, misalnya hidrokortison, metilprednisolon, prednison,
dandexametason : untuk mngatasi inflamasi. Diberikan dalam bentuk
suntikan, pemberian oral atau salep kulit.
4. Imunosupresif, misalnya cyclophosphamide (Cytoxan) dan mycophenolate
mofetil bertujuan untuk memproduksi sel imun. Obat lainnya, misalnya
methotrexate.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik di fokuskan
pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan
mudah lelah,lemah,nyeri,kaku,demam atau panas,anoreksia dan efek
gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien
2. Kulit
Ruam eritematous,plak eritomatous pada kulit kepala,muka atau lehrer.
3. Kardovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi
pleura.lesieritematous papuler dan pulpura yang mrnjadi nekrosis
menunjukan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan,siku,jari kaki
dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral.
4. Sistem musculoskeletal
Pembengkakan sendi,nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak,rasa kaku
pada pagi haari.
5. Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupiu yang
melintang pangkal hidung serta pipi.ulkusn oral dapat mengenai mukosa
pipi atau palatum durum.
6. Sistem pernafasan
Leuiritis atau efusi pleura
7. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole yang menimbulkan lesi papuler,eritematous dan
kurkura di ujung jari kaki,tangan,siku serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem renal
Edema dan hematuria
9. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis,juga serangan kejang-kejang,korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan imonodefisiensi

8
3. Resiko Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra
tubuh

1. Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

NO Diagnosa Tujuan Intevensi Rasional

Keperawatan

9
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Pengkajian
berhubungan tindakan (1400) komprehensif dapat
dengan agens keperawatan mengetahui hasil
1. pengkajian
cedera 3x24jam diharapkan pemeriksaan seperti
nyeri secara
biologis nyeri akut dapat tanda tanda vital,
komprehensif
teratasi dengan penyebab nyeri, skala
2. Ajarkan
kriteria hasil nyeri, kualitas nyeri,
pasien untuk
Kontrol Nyeri bagian yang merasakan
relaksasi nafas
(1605) nyeri, dan waktu
1. Pasien dapat dalam
merasakan nyeri.
mengenali tanda- 3. Edukasi pada
tanda nyeri terjadi 2. Relaksasi nafas
pasien dan
2. Ekspresi dalam adalah salah satu
keluarga tentang
wajah pasien terapi dalam
relaksasi nafas
nyaman mengurangi nyeri pada
3. Pasien dapat dalam
pasien.
di berikan 4. Kolaborasi
analgesik 3. Edukasi dapat
dengan dokter
4. Nyeri yang memberikan informasi
untuk pemberian
dilaporkan dari kepada keluarga dan
analgesik
skala 4 menjadi pasien mengetahui
skala 2 fungsi dan manfaat
relaksasi nafas dalam

4. Obat analgetik
ketorolax adalah
golongan obat pereda
nyeri
2. Diagnosa Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan imonodefisiensi

NO Diagnosa Tujuan Intevensi Rasional

Keperawatan

10
2. Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan luka 1. monitor dapat
intergritas kulit tindakan tekan (3520) mengetahui adanya
1. Monitor tanda
berhubungan keperawatan 3x24 infeksi atau tidak dia
dan gejala
dengan jam kerusakan area kerusakan
infeksi di area
Imunodefisiensi integritas kulit integritas kulit
luka 2. salep adalah salah
dapat teratasi
2. Berikan salep
satu cara mengurangi
dengan kriteriaa
pada area
kerusakan pada kulit
hasil :
kerusakan kulit
Integritas pasien
pasien 3. edukasi pada pasien
jaringan :kulit
3. Ajarkan pasien
dan keluarga dapat
dan membran
dan keluarga
memberikan
mukosa (1101)
tentang
1. informasi tentang
perawatan luka
perawatan dan
4. kolaborasi
bagaimana cara untuk
dengan dokter
merawat luka
dalam
4. kolaborasi adalah
pemberian obat
kerjasama dengan
–obatana oral.
dokter untuk
Perawatan
pemberian obat
kulit:pengobatan
dengan tepat.
topikal (3584)
5. Antibiotik adalah
1. monitor kulit
salah satu obat untuk
pasien yang
mengurangi bakteri
beresiko
atau jamur pada
mengalami
kerusakan kulit
kerusakan kulit
2. berikan pasien
6. Dokumentasi derajat
antibiotik
kerusakan kulit dapat
topikal untuk
mengetahui seberapa
daerah yang
luas kerusakan kulit
terkena, dengan
pasien
tepat

11
3. dokumentasikan
derajat
kerusakan kulit

3. Diagnosa Resiko Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan


citra tubuh

NO Diagnosa Tujuan Intevensi Rasional

Keperawatan
3. Resiko harga Setelah dilakukan Peningkatan harga 1. Monitor
diri rendah tindakan diri (5400) pernyataan

12
situasional keperawatan 3x24 1. Monitor dapat
berhubungan jam masalah resiko pernyataan mengetahui
dengan harga diri rendah pasien mengenai pandangan
gangguan citra situasional b.d harga diri keseluruhan dari
2. Dukung pasien
tubuh gangguan citra tubuh individu tentang
untuk
dapat teratasi dengan dirinya sendiri
mengevaluasi 2. Dukungan dapat
kriteria hasil :
Harga diri (1205) perilaku nya memotivasi
1. Tingkat
sendiri pasien tentang
kepercayaan diri 3. Bantu pasien
konsep diri
meningkat untuk
pasien
2. Gambaran diri
menemukan 3. Penerimaan diri
3. Keinginan
penerimaan diri dapat membuat
berhadapan
4. Intruksikan orang
pasien lebih
muka dengan
tua mengenai
menerima
orang lain
pentingnya minat
4. Pemenuhan keadaan yang
dan dukungan
peran secara sedang dialami
mereka dalam 4. Edukasi kepada
pribadi
mengembangkan orang tua pasien
konsep diri dapat membuat
positif pasien. pasien lebih
nyaman dan
lebih terbuka
dengan keadaan
sekitar.

13
DAFTAR PUSTAKA
Diane C. Baughman, JoAnn C. Hackley. 2000. KEPERAWATAN MEDIKAL-
BEDAH Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta:EGC

Judha Mohamad, Deden Iwan Setiawan. 2015. Apa Dan Bagaimana Penyakit
LUPUS (SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS). Yogyakarta: Gosyen
Publishing

Soedarto. 2012. Alergi Dan Penyakit Sistem Imun. Jakarta:SAGUNG SETO

14

Anda mungkin juga menyukai