Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mobil listrik pertama kali dikenalkan oleh Robert Aderson dari
Skotlandia pada tahun 1832-1839, namun pada saat itu bahan bakar minyak
(BBM) relatif mudah didapat dengan harga murah dan kesediaannya masih
melimpah sehingga masyarakat dunia cenderung mengembangkan motor bakar
yang menggunakan BBM (Kurniawan dan Wulandari : 2013). Mobil listrik
merupakan mobil yang digerakkan dengan motor listrik, menggunakan energi
listrik yang disimpan dalam baterai atau tempat penyimpanan energi lainnya.
Mobil listrik sangat populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tapi
kemudian popularitasnya meredup karena teknologi mesin pembakaran dalam
yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin
murah. Krisis energi pada tahun 1970-an dan 1980-an pernah membangkitkan
sedikit minat pada mobil-mobil listrik, tapi baru pada tahun 2000-an lah para
produsen kendaraan baru menaruh perhatian yang serius pada kendaraan listrik
hal ini disebabkan karena harga minyak yang melambung tinggi pada tahun
2000-an serta banyak masyarakat dunia yang sudah sadar akan buruknya
dampak emisi gas rumah kaca. (Endangkasia : 2012).
Mobil listrik memiliki beberapa kelebihan yang potensial jika
dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa. Yang paling
utama adalah mobil listrik tidak menghasilkan emisi kendaraan bermotor,
selain itu mobil jenis ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca karena tidak
membutuhkan bahan bakar fosil sebagai penggerak utamanya. (Endangkasia :
2012).
Mobil listrik sama dengan mobil pada umumnya terdiri dari chassis,
steering system, pengereman, transmisi, deferensial, dan lain-lain. Chassis
memiliki beberapa jenis di antaranya ladder frame, tubular space frame,
monocoque, backbone chassis, aluminium space frame. Chassis disini adalah
2

bagian mobil keseluruhannya, termasuk mesin, kopling, transmisi, poros


penggerak, diferensial, kelengkapan roda-roda depan dan belakang.
Chassis atau Rangka merupakan salah satu bagian penting pada mobil
yang harus mempunyai kontruksi kuat untuk menahan beban kendaraan.
Semua beban dalam kendaraan baik itu penumpang, mesin, sistem kemudi, dan
segala peralatan kenyamanan semuanya diletakan di atas Chassis. Biasanya
chassis dibuat dari kerangka besi/ baja yang berfungsi memegang body dan
mesin dari sebuah kendaraan. Syarat utama yang harus terpenuhi adalah
material tersebut harus memiliki kekuatan untuk menopang beban dari
kendaraan.
Seperti halnya Rangka Atas pada Mobil Listrik yang berfungsi untuk
menjaga agar mobil tetap rigid, kaku dan tidak mengalami bending atau
deformasi waktu digunakan, berfungsi juga untuk penguat atau pemegang body
mobil, dudukan kaca, dan dudukan pintu mobil. Dalam perencanaan
pembuatan desain Rangka Atas sendiri banyak aspek yang harus diperhatikan,
seperti pemilihan jenis rangka, pemilihan profil, pemilihan material, safety
factor, serta proses pengerjaan dan Assembly. Karena Rangka Atas merupakan
bagian paling kritis pada mobil dibandingkan dengan komponen mobil yang
lain. Rangka Atas dibuat dari bahan pipa baja ISTW dengan standar JIS G3445,
pada proses pengerjaan rangka atas ada dua yaitu proses pengerollan pipa
menggunakan mesin roll pipa manual dan pengelasan atau perakitan
menggunakan las GMAW. Pada saat proses pengerjaan pengelasan, K3 juga
harus tetap dilaksanakan karena selalu ada resiko kegagalan (risk of failures)
pada setiap proses / aktifitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work
accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian
(loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan / potensi
kecelakaan kerja harus dicegah / dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi
dampaknya (Putut Hargianto : 2005).
Bagi mahasiswa selaku eksekutornya, pembuatan mobil listrik ini
merupakan model dalam melatih manajemen tim serta produksi kendaraan,
dimulai dari proses perencanaan baik desain maupun keuangan, proses
3

produksi, dan keselamatan kerja. Aktivitas riset yang berkelanjutan


diwujudkan dalam adanya fitur eletronik serta safety car dalam mobil yang
akan dibuat.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan antara lain:
1. Rangka Atas Mobil Listrik merupakan bagian yang riskan
dibandingkan dengan bagian atau komponen-komponen lainnya.
2. Kekuatan material rangka yang harus sepadan untuk menopang beban
kendaraan.
3. Proses pembuatan Rangka Atas yang cukup rumit karena kurangnya
Jig and Fixture.
4. Beratnya beban rangka Mobil listrik sehingga kurang optimal dalam
akselerasi dan kecepatan.
5. Kurangnya minat masyarakat dengan kendaraan Mobil Listrik.
6. Kendala yang ada jika akan diproduksi secara massal.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas tidak semua penyebab dan
komponen dibahas dalam laporan proyek akhir ini, dikarenakan banyaknya
keterbatasan pengetahuan penulis, keterbatasan dana, serta keterbatasan
waktu. Maka penulis hanya membatasi pada proses pembuatan Rangka Atas
Mobil Listrik. Untuk itu diharapkan memperoleh hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka didapat beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Seperti apakah dimensi Rangka Atas Mobil Listrik?
2. Seperti apakah bahan yang digunakan dalam proses pembuatan Rangka
Atas pada mobil listrik?
4

3. Seperti apakah proses pembuatan Rangka Atas Mobil Listrik secara


runtut?
4. Seperti apakah uji analisis beban yang diijinkan dan ketepatan dimensi
pada Rangka Atas Mobil Listrik?
E. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan dari proses
pembutan Rangka Atas Mobil Listrik adalah:
1. Mengetahui bahan yang digunakan untuk Rangka Atas Mobil Listrik.
2. Mengetahui peralatan dan mesin yang digunakan dalam proses
pembuatan Rangka Atas.
3. Mengetahui proses pembuatan Rangka Atas Mobil Listrik.
4. Mengetahui Uji analisis kekuatan pada Rangka atas Mobil Listrik
menggunakan Software Solidworks.

F. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari proses pembuatan Rangka Atas
Mobil Listrik antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai model belajar aktif tentang cara inovasi teknologi dibidang
Teknik Mesin.
2. Menambah pengetahuan dalam bidang Jig dan Fixture.
3. Meningkatkan kerja sama tim.
4. Sebagai bahan kajian Jurusan Teknik Mesin dalam berinovasi
membangun green city.
5. Merangsang masyarakat umum untuk selalu kreatif dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Anda mungkin juga menyukai