Anda di halaman 1dari 17

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA

INDIKATOR
I. TUJUAN
1. Memahami dan mengetahui prinsip kerja dari titrasi dengan indikator
gabungan dan dua indikator.
2. Menentukan konsentrasi HCl yang distandarisasi dengan Natrium
TetraBoraks.
3. Dapat menghitung konsentrasi NaOH dan Na2CO3 dalam campuran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu Teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi.
Titrasi yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang
mengandung zat A yang nilai konsentrasinya diketahui kepada larutan kedua
yang mengandung zat B yang nilai konsentrasinya tidak diketahui yang mana
akan mengakibatkan terjadi reaksi antara keduanya secara kuantitatif
(Oxtoby, et al., 2001).
Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir yang ditandai dengan semacam
perubahan sifat fisika seperti berupa perubahan warna campuran. Titik akhir
titrasi dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak bereaksi atau tidak
berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator yang memberikan
perubahan warna pada titik akhir (Oxtoby, et al., 2001).
Ada banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk tak terurainya
dan bentuk ioniknya memiliki warna yang berbeda. Molekul – molekul
tersebut bisa digunakan untuk dapat menentukan kapan penambahan titran
telah mencukupi dan dinamakan indikator visual (Underwood, 2002).
Titrasi memungkinkan kimiawan untuk dapat menentukan jumlah zat
yang ada didalam sampel. Dua penerapan titrasi yang paling lazim dilakukan
adalah titrasi yang melibatkan reaksi netralisasi asam basa dan reaksi reduksi
oksidasi (redoks) (Oxtoby, et al., 2001).
Dalam titrasi diperlukan indikator fenolftalein yang sudah dikenal
merupakan asam dwiprotik dan tidak berwarna. Indikator ini terurai dahulu
menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian dengan hilangnya proton
lainnya yang banyak digunakan metil orange ini merupakan basa dan
berwarna kuning dalam bentuk molekulnya penambahan proton
menghasilkan kation yang berwarna merah muda (Underwood, 2002).
Persamaan penguraiannya adalah
HIn + H2O → H3O+ + In- (1)
In + H2O → InH+ + OH- (2)
Tetapan penguraian dari asam adalah

[H3 O+ ][ln- ]
Ka= (3)
[Hln]
Dan dalam bentuk logaritmanya menjadi
[Hln]
pH=pKa - log (4)
[ln- ]
Sebagai ilustrasinya maka dapat diasumsikan bahwa molekul HIn mempunyai
warna merah dan ion In- mempunyai warna kuning. Kedua bentuk itu tentu
saja ada dalam suatu larutan indikator tersebut. Konsentrasi relatifnya
tergantung pada pH warna yang dilihat oleh matapun tergantung pada jumlah
relative kedua bentuk ini. Maka dapat dijelaskan bahwa dalam larutan ber pH
rendah HIn asam akan menonjol dan hanya bisa memunculkan warna merah
(Underwood, 2002).
Dalam suatu larutan yang ber pH tinggi In- akan menonjol dan
warnanya akan dapat berubah menjadi kuning. Pada nilai pH menegah dimana
kedua bentuk ini berada dalam konsentrasi yang hampir sama, warnanya
dapat dimungkinkan berubah menjadi warna orange (Underwood, 2002).
Supaya suatu reaksi kimia cocok digunakan dalam titrasi reaksinya
harus sempurna pada titik equivalen. Derajat kesempurnaan reaksi
menentukan ukuran dan ketajaman bagian vertikal dari kurva titrasi. Semakin
besar tetapan kesetimbangan semakin sempurna reaksinya. Semakin besar
perubahan pH dekat titik equivalen, dan semakin mudah untuk menempatkan
titik equivalen dengan presisi yang bagus. Kesempurnaan reaksi berhubungan
dengan kelayakan praktis dari titrasi secara teori kita bisa menempatkan titik
equivalen dari suatu reaksi yang tidak berjalan sempurna, tetapi secara praktis
akan sulit (Underwood, 2002).
Indikator campuran adalah campuran dari beberapa indikator yang
berbeda warna dari trayek pHnya. Agar diperoleh perubahan warna yang lebih
tajam dan mengkoordinasikannya dengan trayek pH yang lebih sempit.
Biasanya adalah campuran cara indiferen, warna cat harus komplemen
terhadap warna pada pH yang sama dengan eksponen titrasi suatu indikator.
Selanjutnya bisa pH dicapai. Larutan akan punya warna yang komplemen
(sempit).
Beberapa campuran indikator dan perubahan warnanya :
Campuran Indikator pH Perubahan warna

Brom kresol hijau + Jingga metil 4,4 Jingga – Hijau biru


Brom kresol hijau + Merah 6,1 Hijau pucat – Ungu
klorofenol kebiruan
Brom tymol biru + Merah netral 7,2 Merah muda – Hijau
Brom tymol biru + Merah fenol 7,5 Kuning – Ungu
Brom tymol biru + Merah Kresol 8,3 Kuning – Ungu
Brom tymol biru + Phenolphtalein 9,0 Kuning – Ungu
Timol Ftailen + Phenolftalein 9,9 Bening – Ungu

Bila CO2 diserap oleh larutan standar NaOH maka normalitas larutan
akan dipengaruhi jika digunakan indikator fenolftalein. Campuran karbonat
dengan hidroksat atau karbonat dengan bikarbonat dapat ditentukan dengan
menggunakan indikator fenolftalein dan metil oren .Biasanya ion karbonat
dititrasi sebagai salah satu basa dengan satu titran asam kuat.
CO32- + H3O+ → HCO3- + H2O (fenolftalein) (5)
HCO3- + H3O+ → H2CO3- + H2O (metil orange) (6)
Fenolftalein dengan jangkauan pH 8,2 – 9,8 merupakan indikator yang
tepat/cocok untuk titik akhir pertama karena pH NaHCO3 berada pada 8,35.
Metil oren dengan jangkauan pH atau daerah rentang pH 3,1 – 4,4 cocok untuk
titik ekuivalen akhir kedua.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsi
No. Alat Fungsi
1. Standar dan Klem sebagai penyangga buret
2. Pipet Tetes sebagai mengambil larutan
3. Pipet Gondok 10 mL sebagai mengambil larutan dalam volume
tertentu
4. Erlenmeyer sebagai wadah larutan yang dititer
5. Buret sebagai wadah larutan pentiter
6. Gelas Piala 100 mL sebagai wadah larutan
8. Gelas Ukur 50 Ml sebagai pengukur volume larutan
8. Labu Ukur 100 mL sebagai wadah mengencerkan larutan
9. Gelas Piala 100 mL sebagai wadah pengenceran larutan

3.1.2Bahan
No. Bahan Fungsi
1. Larutan Natrium sebagai larutan standar primer
Tetraboraks
2. Akuades sebagai pelarut
3. Brom Cresol Green sebagai indikator pada titrasi indikator
+ Metil Merah campuran
4. Fenolftalein sebagai indikator pada titrasi dua indikator
5. Sindur Metil sebagai indikator pada titrasi dua indikator
6. Larutan HCl sebagai larutan yang akan dihitung
konsentrasinya
7. Larutan NaOH sebagai larutan yang akan dihitung
konsentrasinya
8. Larutan Na2CO3 sebagai larutan yang akan dihitung
1. konsentrasinya
3.2 Cara Kerja
A. Standarisasi HCl dengan Natrium Tetraboraks
Larutan natrium tetraboraks dipipet sebanyak 10 mL kedalam
erlenmeyer, kemudian ditambahkan 2 tetes campuran metil merah dan
brom cresol green. Lalu dititrasi dengan larutan standar HCl dan
dihitung konsentrasi HCl.
B. Titrasi campuran NaOH dan Na2CO3.
Larutan NaOH dan Na2CO3 dengan volume tertentu, diencerkan dalam
labu ukur sampai tepat tanda batas, kemudian dipipet sebanyak 10 mL
kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein.
Lalu dititrasi dengan larutan standar HCl sampai warna merah muda
tepat hilang. Setelah didapat warna merah muda tepat hilang
ditambahkan 2 tetes indikator sindur metil dan dilanjutkan titrasi
sampai warna kuning kemerah-merahan. Pemakaian HCl dicatat,
kemudian dihitung konsentrasi NaOH dan Na2CO3.
3.3 Skema Kerja
A. Standarisasi HCl dengan Natrium Tetraboraks

Na2[B4O5(OH)4] . 8 H2O

- dipipet sebanyak 10 mL kedalam erlenmeyer


- ditambahkan 2 tetes campuran metil merah dan
brom cresol green (2 : 3)
- dititrasi dengan larutan standar HCl
- dihitung konsentrasi HCl
Hasil

B. Campuran NaOH dan Na2CO3

NaOH + Na2CO3

- diencerkan dalam labu ukur sampai tepat batas


- dipipet sebanyak 10 mL kedalam erlenmeyer
- ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
- dititrasi dengan larutan standar HCl sampai warna
merah tepat hilang
- ditambahkan 2 tetes indikator sindur metil
- dilanjutkan titrasi sampai warna kuning kemerah-
merahan
- dicatat pemakaian HCl
- dihitung konsentrasi NaOH dan Na2CO3
Hasil
3.4 Skema Alat

Keterangan:
1. Standar
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Labu Ukur
6. Labu Semprot
IV. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Perhitungan
4.1.1 Data
VHClPP1 = 7,8mL
VHClPP2 = 8,1 mL
VTeori PP = 6,0 mL
VSM1 = 2,2 mL
VSM2 = 2,1 mL
VTeori SM = 4,0 Ml
4.1.2 Perhitungan
a. Standarisasi HCl dengan Natrium TetraBoraks
VHCl yang dipakai = 11,38 mL
V Na2B4O7 = 10 mL
N Na2B4O7 = 0,05 N
(V1 . N1)HCl = (V2 . N2)Na2B4O7
11,38 mL . NHCl = 10 mL . 0,05 N
NHCl = 0,044 N
b. Titrasi campuran ( NaOH dan Na2CO3)
7,8 mL+8,1 mL
VHCl dari PP = = 7,95 mL
2
2,2 mL+2,1 mL
VHCl dari SM = = 2,15 mL
2
(VHCl+ PP)−(VHCl+SM).NHCl
NNaOH =
VCampuran

7,95 mL−2,15 mL.0,054 N


=
10 mL
= 0,02552 N
Vsampel .NNaOH
VNaOH Praktikum =
NNaOH
100 mL . 0,02552
=
0,5 N
=5,104 mL
Vteori−Vpraktikum
% kesalahan =| |. 100%
Vteori
6,0 mL−5,104 mL
=| |. 100%
6,0 mL
=14,93 %
2(VHCl+ SM) . NHCl
NNa2CO3 =
VCampuran

NNa2CO3 = 0,01892 N
Vsampel .N Na2CO3 (praktikum)
V Na2CO3 praktikum =
N HCl
100 mL . 0,01892 N
=
0,5 N
V Na2CO3 praktikum = 3,784 mL
V teori = 4,0 mL
Vteori−Vpraktikum
% Kesalahan =| |. 100%
Vteori
4,0 mL−3,784 mL
=| |. 100%
4,0 mL
= 5,4%
4.2. Analisa Kerja
A. Standarisasi HCl dengan Natrium Tetraboraks
No Cara Kerja Gambar Analisa Pengamatan
1 Dipipet Natrium Larutan berwarna bening, Larutan Natrium Tetraboraks
Tetraboraks Sebanyak 10 yang dipipet digunakan sebagai larutan standar primer
mL ke dalam erlemenyer. dikarenakan larutaan ini stabil pada udara bebas,
sedangkan HCl merupakan larutan standar sekunder

2 Ke dalam larutan Na2CO3 Indikator yang ditambahkan guna memperkecil range pH


diteteskan 2 tetes
dari larutan Natrium Tetraboraks dan juga sebagai
indikator gabungan
Na2B4O7 + HCl  penunjuk jika titik akhir titrasi telah tercapai dengan
NaHB4O7 + NaCl terjadinya perubahan warna
3 Setelah pemberian Terjadi perubahan warna menjadi warna kuning,
indikator larutan tersebut Terjadinya perubahan warna menunjukkan titik akhir
kemudian dititrasi dengan titrasi larutan tersebut telah tercapai, dimana dibutuhkan
HCl hingga terjadi sekitar 9,2 mL HCl sehingga bisa didapatkan konsentrasi
perubahan warna. HCl yang digunakan yaitu 0,054 N

B. Titrasi campuran ( NaOH dan Na2CO3)


No Cara Kerja Gambar Analisa Pengamatan
1 Larutan NaOH dan Na2CO3 Saat penambahan PP warna yang dihasilkan yaitu warna
diencerkan dalam labu merah muda, Penambahan indikator PP untuk
ukur kemudian dipipet 10 menunjukkan titik akhir titrasi dengan terjadinya
ml ke dalam erlemenyer perubahan warna dan juga PP digunakan dalam larutan
dan diberi 2 tetes indikator basa antara pH 8,0- 9,6
PP
2 larutan tersebut kemudian Perubahan warna menjadi tanda titik akhir titrasi. Dari
dititrasi dengan HCl hingga titrasi didapatkan titik akhir titrasi dengan indikator PP
terjadi perubahan warna. pada 5,8mL -6,2 mL HCl
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl → NaHCO3 +
NaCl
3 Hasil titrasi larutan NaOH Penambahan indi-kator menye-babkan perubahan warna
dan Na2CO3 lalu dari bening ke kuning. Saat titrasi terjadi perubahan warna
ditambahkan dengan 2 menjadi jingga, Indikator sindur metil jangkauan pH 3,1 ke
tetes indikator sindur metil, 4,4 cocok untuk titik akhir kedua. Perubahan warna yang
lalu dititrasi kembali terjadi saat titrasi menandakan titik akhir titrasi telah
dengan HCl tercapai dimana terjadi sekitar 1,4-1,8 mL HCl
NaHCO3 + HCl → H2CO3 +
NaCl
4.3. Pembahasan
Titrasi indikator gabungan dan dua indikator adalah suatu metoda yang
menentukan titik akhir titrasi tidak hanya digunakan satu indikator namun
digunakan lebih dari satu indikator, tujuan penggunaan lebih dari satu indikator
yaitu perubahan warna saat titrasi tidak begitu jelas sehingga dibutuhkan
indikator lain untuk memperjelas perubahan warna yang menunjukkan telah
tercapainya titik akhir titrasi, tujuan lain dari penggunaan indikator gabungan
yaitu untuk mempersempit range pH sehingga hasil perhitungan titrasi bisa
lebih akurat.
Dalam percobaan ini dilakukan perhitungan konsentrasi dari HCl, serta
NaOH dan Na2CO3, Larutan standar primer yang digunakan pada percobaan ini
adalah larutan Natrium Tetra Boraks ini dikarenakan sifat dari Natrium Tetra
Boraks yang cukup stabil diudara, maka larutan ini digunakan untuk
menstandarisasi larutan standar sekunder yaitu HCl, penstandarisasian HCl ini
menggunakan metode indikator gabungan yaitu gabungan brom cresol green
dengan metil merah, indikator ini akan mempersempit pH saat pentitrasian
sehingga bisa didapatkan hasil yang akurat, saat pemberian indikator larutan
langsung berubah biru lalu dilakukan titrasi dengan titran HCl hingga larutan
titrasi berubah menjadi kuning.
Kemudian dilanjutkan dengan mentitrasi dengan menggunakan dua
indikator, dimana titran diberikan dengan indikator secara berganti, sampel
NaOH dan Na2CO3 telah diketahui konsentrasinya dilarutkan dalam labu ukur
100 mL, dipipet 10mL dan dititrasi dengan indikator pertama yaitu PP sebanyak
2 tetes. Titran berubah menjadi merah muda saat pemberian PP lalu larutan ini
dititrasi hingga bening dengan HCl. Penambahan indikator kedua dengan
menggunakan indikator sindur metil yang menyebabkan titran berubah menjadi
warna kuning larutan itu pun dititrasi dengan HCl hingga berubah menjadi
warna orange pada titik akhir titrasinya Setelah titrasi selesai dilakukan
perhitungan untuk menentukan konsentrasi dari masing-masing larutan, dari
hasil perhitungan yang didapatkan nilai konsentrasi dari HCl yaitu 0,044 Nserta
konsentrasi NaOH sebesar 0,02552 N dan konsentrasi Na2CO3 sebesar 0,01892
N, pada persen kesalahan perhitungan volume NaOH didapat sebesar 14,93%.
Dimana didapatkan volume NaOH adalah 5,104 mL sedangkan dari teori yaitu
6,0 mL.Pada persen kesalahan Na2CO3 didapatkan sebesar 5,4%dimana persen
kesalahan yang lebih kecil dibandingkan dengan NaOH ini disebabkan karena
ketidaktelitian saat memperhatikan warna titik akhir titrasi sehingga terjadi
kelebihan penitrasi, namun dengan persen kesalahan yang tidak melebihi 50%
maka bisa dikatakan hasil penentuan titik akhir titrasi dalam pratikum kali ini
cukup tepat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip titrasi dengan indikator campuran dan dua indikator adalah
netralisasi.
2. Konsentrasi HCL yang didapat dari standarisasi menggunakan
Na2[B4O5(OH)4].8 H2O sebesar 0,044 N.
3. Konsentrasi NaOH dan Na2CO3 dalam campuran yang didapat sebesar
0,02552 N dan 0,01892 N dengan persentase kesalahan untuk konsentrasi
NaOH dan Na2CO3 dalam praktikum sebesar 14,93% dan 5,4%.
5.2 Saran
Beberapa saran untuk percobaan selanjutnya ialah :
1. Saat melakukan pengenceran lakukanlah dengan teliti dan hati-hati
sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal dan persen kesalahan lebih
kecil.
2. Lakukanlah titrasi denga teliti, amati setiap tetesan yang keluar dari buret
sehingga dapat kita simpulkan titik eqivalennya berada pada volum berapa.
3. Perubahan warna pada titik akhir titrasi berlangsung dengan cepat, jadi
perhatikan tiap tetesnya, hanya denga perbedaan satu tetes warna sudah
dapat berubah drastis.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar.SM. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Oxtoby.David.dkk. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.

Tarmizi. 2008. Pembuatan Pereaksi Kimia. Padang: UNP Press.

Underwood.AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


Lampiran 1. Tugas Sebelum Pratikum
1. Apa keuntungan memakai indikator campuran ?
Jawab :
Keuntungan memakai indikator campuran adalah perubahan warna yang
terjadi sangat jelas, dapat menentukan konsentrasi komponen, dapat
menentukan titik akhir dari titrasi, dapat memperkecil kesalahan titrasi.
2. Kurva Titrasi Na2CO3 dengan HCl
12
10
8
Fenolftalein
6
4
Methyl Orange
2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

3. Apa yang dimaksud dengan kesalahan titrasi


Jawab :
Kesalahan titrasi adalah kesalahan titrasi atau metode jarak atau selisih
titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen.
4. Apa indikator lain yang dapat digunakan pada titrasi HCO3- jadi CO2 ?
Jawab :
Indikator yang digunakan pada titrasi HCO3- jadi CO2 adalah sindur metil,
bromeresol green.

Anda mungkin juga menyukai